• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. mengenai zakat tersebut, salah satunya mengenai zakat buah-buahan ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III. mengenai zakat tersebut, salah satunya mengenai zakat buah-buahan ini."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PEMIKIRAN DAN PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT BUAH-BUAHAN SESUAI DENGAN KONSEP KE INDONESIAN

Zakat yang ada di Indonesia ini sangat banyak macam maupun dari jenisnya yang perlu diakji lebih lanjut untuk mengteahui secara jelas dan tepat mengenai zakat tersebut, salah satunya mengenai zakat buah-buahan ini. Dilihat dari segi banyaknya jenis buah yang ada ini apakah semua wajib untuk dikeluarkan zakatnya atau hanya jenis buah apa saja yang memang wajib untuk dizakatkan. Pendapat para Fuqoha tentang jenis tanaman dan buah - buahan yang wajib di zakati

Tidak seorangpun dari para ulama yang menyangkal wajibnya zakat pada tanaman dan buah - buahan, sehingga yang mereka perselisihkan adalah pada jenis - jenis tanaman dan buah - buahan yang wajib dizakati, mengenai ini ada beberapa pendapat :

1. Hasan Bashri, Tsauri dan Sya’bi berpendapat bahwa tidak wajib zakat kecuali pada jenis - jenis yang mempunyai keterangan tegas yaitu : gandum, padi, biji - bijian, kurma dan anggur. Yang lainnya tidak wajib, karena tidak ada keterangannya. Syaukani berpendapat bahwa madzhab ini yang benar.

2. Madzhab Abu Yusuf bin Muhammad berpendapat bahwa wajib zakat pada setiap apa yang keluar dari tanah dengan syarat dapat bertahan dalam satu

(2)

tahun tanpa banyak pengawetan, baik di takar seperti biji - bijian, maupun di timbang seperti kapas dan gula.

3. Madzhab Maliki berpendapat mengenai hasil bumi itu disyaratkan yang bisa tahan lama dan kering serta ditanam orang, baik yang diambil sebagai makanan pokok seperti gandum dan padi, maupun yang tidak seperti kunyit dan bijen, dan menurut pendapatnya tidak waib zakat pada sayuran dan buah - buahan seperti buah tin, delima dan jambu.

4. Madzhab Syafi’i berpendapat, wajib zakat pada apa yang dihasilkan bumi dengan syarat merupakan makanan pokok dan dapat disimpan, serta ditanam, oleh manusia seperti gandum dan padi.

5. Berkata Nawawi, Madzhab kami tidak wajib zakat pada pohon - pohonan kecuali pada kurma dan anggur. Begitupun tidak pada biji - bijian, kecuali yang menjadi makanan pokok dan tahan lama kalau di simpan,. Juga tidak wajib zakat pada sayur - sayuran. ( Sayyid sabiq, 1986 : 45 ).

6. Pendapat Abu Hanifah, wajib zakat pada setiap yang dihasilkan dari bumi yang sengaja di tanam . Ia berpegang kepada keumuman dalil Al - Qur’an :

Para ulama’ yang memang punya kapasitas akan pendapatnya tentang hukum zakat buah-buahan ini yang juga sesuai dengan pandangan hukum islam yang ada tentunya. Maka jenis buah yang ada di Indonesia ini sudah selayaknya dizakatkan apabila memenuhi aturan atau prosedur zakat yang ada.

(3)

Dari sinilah ulama’ ahli hukum islam akan memberikan pandangan tentang zakat buah-buahan sesuai syari’at islam yang telah ditentukan.

A. Dimensi dan Pandangan Hukum Islam Pada Zakat Buah-Buahan

Diturunkannya syari’at pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (lil mashalil al ammah) dan memberantas yang merusak dan menghawatirkan masayarakat. Sumber-sumber hukum yang ada adalah sebagai rujukan untuk mengarungi kehidupan agar tidak melenceng dan melanggar hukum islam yang ada. Sumber hukum yang utama dalam islam adalah Al-qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar pokok dalam berbagai permsalahan. Mengenai hal itu zumber tersebut juga sebagi dasar dalam menentukan hukum zakat yaitu salah satunya zakat mengenai buah-buahan.

Para ulama’ ahli hukum islam juga menjadikan dua dasar hukum sebagai yang pertama dan paling utama dalam melakukan ijtihad pendapatnya tentang zakat buah-buahan.

Mengenai zakat buah-buahan ini menurut pandangan hukum islam sendiri telah difardhukan sebagaimana kutipan dalil:

َمْوَي ُهَّقَح اوُتآَو َرَمْثَأ اَذِإ ِهِرَمَث ْنِم اوُلُك

ِِهِداَصَح

ۖ

نيِفِرْسُمْلا ُّبِحُي َلَ ُهَّنِإ اوُفِرْسُت َلََو

ۖ

“Dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik

hasilnya.(Al-An’am:141).1

1

Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 3 , Cet ke-1, (Jakarta : PT Gema Insani 2018) , hlm. 230.5 Ibid, hlm . 231.

(4)

Adapun sebab kefardhuannya ini adalah tanah yang tumbuh dengan Adanya tanaman yang keluar darinya secara hakiki pada hak sepersepuluh dan perkiraa’an pada hak kharraj. Zakat buah-buahan tidak terbukti kecuali setelah tampak bagus. Artinya tampak matang sesuai dengan ciri khas buah-buahan masing masing.2

Mengenai pandangan hukum islam ini merujuk kepaada argumen ulama’ empat madzhab bahwa mereka sepakat jumlah yang ddikeluarkan adalah 5 % dengan pengualaran biaya pengariran dan 10% dengan air hujan atau sejenisnya.

Membahas mengenai zakat buah-buahan di Indonesia ini memang sangat banyak jenisnya dan sangat bermacam-macam. Tanah di Indonesia ini sangat subur dan sangat luat terdiri atas ribuan pulai dan banyak daerah.

Kadang-kadang ada beberapa daerah yang menghasilkan buah yang sama tetapi ada pula yang berbeda misalnya pohon kelapa terdapat hampir semua tempat terutama didaerah pantai. Lengkeng banyak di Jawa Tengah, palembang dengan dukunya dan salak condet ada di Bali.

Sungguh banyak macam buah-buahan yang boleh jadi tidak dikenal di banyak daerah, hanya terdapat didaerah tertentu saja. Banyak dari pohon buah-buahan itu merupakan warisan dari orang tua dan sekaang hanya menunggu hasilnya. Sementara itu banyak pula pohon-pohon buah-buahan yang sehabis

2

(5)

panen harus diganti ditanam baru. Namun terlepas dari sifat pohon itu setiap ia memberikan hasil sebaiknya dikeluarkan zakatnya.3

Kita jangan terpaku kepada contoh buah-buahan yang terdapat dalam buku fiqih yang ditulis oleh orang-orang arab, seperti kurma dan zabib (anggur kering) saja. Ditanah kita barangkali terdapat ratusan bahkan ribuan macam buah-buahan yang lazim dimakan dan dimanfaatkan oleh kebanyakan orang Indonesia.

Apabila hal ini kita pandang dari segi kebersihan harta dan kebersihan hati semua hasil yang kita terima itu memang sebaiknya dikeluarkan zakatnya. Buah-buahan yang dapat dimanfaatkan langsung dapat diberikan kepada yang berhak menrima zakat.4

Dari beberapa hadist memang yang dikeluarkan adalah berupa kurma ataupun anggur kering namun bila merujuk kepada keadaan indonesia maka akan dirinci sesuai dengan keadaan indonesia sebagai mana hasil bumi lainnya.5

Zakat dalam bentuk buah-buahan tentu akan bemanfaat sekali bagi si penerima. Kesehatan jasmaninya akan meningkat karena dia dapat memkan buah-buahan yang mempunyai gizi tingggi yang mungkin meeka tidak mungkin dapat membelinya. Kesehatan mental si pemberi zakat( muzakki)

3

Zakiyah Darajat, Zakat Pemberih Harta Dan Jiwa, Cet ke-1, (Jakarta : PT Remaja Rosda Karya, 2013) , hlm. 44.

4

Ibid, hlm. 45.

5

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Dan Wakaf, (Jakarta:UI-Press, 2006), Cet ke-,1 hlm. 46.

(6)

akan meningkat pula karena zakatnya ia telah mampu memberikan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan orang yang kekurangan.6

Dari banyak macam buah-buahan yang ada ini menjadikan suatu permasalah tersendiri yang mana apakah buah-buahan yang ada tersebut memang harus dikeluarkan zakatnya. Akan tetapi terkadang masayarakat terpatok pada hadist yang hanya menyebutkan yaitu gandum, jelai, kurma dan anggur saja.7

Bila merujuk pada dasar tersebut bagaimana dengan jenis buah yang ada ini bila ukuran nishab dan hasilnya juga setaraf dan bisa dikatakan sama dengan yang disebutkan tadi. Petani buah diIndonesia ini juga panen dengan hasil yang banyak dan bisa dikatakan memenuhi nishab yang ada.

Untuk masaah zakat buah-buahan yang berdiri diatas tanah waqaf ini pembahsannya beda lagi ini dikarenakan hawa tanah waqaaf ini bentuknya umum seperti masjid para fakir miskin dan anak yatim apara jannda ini tidak ada zakat. Demikian nash yang masyhur dari nash Imam As-Syafi’i.

Kaitannya dengan harta yang senisab ini juga menjadi pembahsan yang mana kan dikeluarkan zakatnya bilamencapai nisahab. Bahwa buah-buahan tersebut harus dicampur dalam satu jenis dan dikeleurkan dalam waktuna bila telah mencapai satu nishab, digabungkan semua yang dikeluarkan bumi setengahnya dan seluruh jumalah apabla sudah terkumpul lima wasaq dan

6

Zakiyah daradjat,Op.Cit, 45.

7

Rahman Ritonga, Zainudddin, Fiqih Ibadah, Cet ke-2, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm.196.

(7)

apabila belum terkumpul lima wasaq maka belum terkumpu dan belum umtuk dikeluarkan zakatnya.

Bila dalam pengitungan ini haruslah hasil tersebut harus masih dalam satu petak kawasan tanah dan itu harus sudah mencapai 1 nishab. Disini yang memang diwajibkan untuk zakat adalah bagi segala tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang ditumbuhkan oleh bumi dan juga diwajibkan itu apabila juga telah disimpan.

Dalam sebuah dalil: “Pada yang disirami sungai dan hujan

sepersepuluh yang disirami dengan air yang diangkut dengan alat pengangkat air itu seperlima”.

Arti ayat diatas/hadist tersebut jelas kewajiban zakat terhadap yang ditimbulkan bumi (makanan-makanan yang dihasilkan bumi) tetapi para ulama’ berbeda pendapat dalam memutuskan pengahsilan bumi yang harus dikeluarkan. Dan perbedaan itu tentunya dapat diambil aman yang memang benar dan baik untuk dijadikan patokan dalam prosedur pengeluaarannya nanti. Yang dimaksud disinia adalah zakat tumbuh-tumbuhan (buah-buahan) dan memang harus yang biasa dimakan dan mengeyangkan dan bila memang sudah mencapai satu nisahab harus wajib dikeluarkan dan apabila lebih harus lewat perhitungan terlebih dahulu.

Sebagaimana yang ada dalam buku karya Yusuf Qardhawi yang dikutIp dari firman Allah ”Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah

(8)

sebagian yang baik-baik dari perolehan kalian dan sebagian hasil-hasil yang kami keluarkan dari bumi untuk kalian.

Fiman Allah :

“Dan Dialah yang menjadikan taman-taman yang berisi pohon-pohon

kurma, tanaman yang beraneka ragam, zaitun dan buah delima.

Sebagaimana At-Tabari berpendapat yang bersumber dari anas bin malik dalam menafsirkan ayat tersebut, bahwa makutnya adalah zakat wajib. Ibnu Abbas yang dilaporkan dari berbagai sumber juga berpendapat bahwa zakat sebesar 10% dan 5% maksud haknya dalam ayat tersebut adalah zakat wajibnya pada hari hasil panen itu ditimbang dan diketahui berapa banyaknya.8

B. Pendapat Ulama Tentang Zakat Buah-Buahan, Proses Pengukuran Zakat Tanaman dan Buah-Buahan Yang Ada di Indonesia

Pendapat yang ada memang yang dikira kuat dari Abu Hanifah yang bersumber darii penegasan Umar Bin Abdul Aziz dan Abu Daud. Hal itu didukung oleh keumuman cakupan penertian nash-nash qur’an dan hadist dan sesuai dengan hikmah dari syariat itu diturunkan, sedangkan apabila zakat hanya diwajibkan kepada petamni gandum atau jagung misalnya telah mencapai maksut dan hikmah syariat itu diturunkan.9

8

Yusuf Qardahwi,Hukum Zakat, (PT Pustaka Pelajar-Lintera Natar Nusa Jakarta, hlm. 327

(9)

Buah-buahan yang dimaksud disini dalah yang sifatnya makanan dan juga mempunayai beberpa syarat:

1. Biji-bijian yang menjadi makanan pokok dan tahan disimpan 2. Cukup satu tahun yaitu ausuq: 653 kg(beras) menurut MUI 810 kg. 3. Makanan pokok tersebut milik orang tertentu.

Mayoritas ulama fiqih serta dua orang dari sahabat dekat Imam Hanafi berpendapat tidak wajib zakat biji-bijian dan buah-buahan kecuali makanan pokok dan tahan disimpan. Madzahab syafi’I berpeendapat buah-buahan yang dizakati hanya tamar dan buah anggur. Sedangkan biji-bijian yang wajib dizakati adalah gandum beras kacang , kedelai dan jagung.

Para Ahli fiqih sependapat bahwa zakat makanan pokok dan buah-buahan adalah sepersepuluh(1/10) bila pengairannya tidak membutuhkan biaya banyak seperti hujan dan irigasi dan diari dengan membutuhkan biaya yang banyak maka zakatnya 1/20.

Namun bila diari dengan memakai binatang atau mesin jika hasil panen pertama belum senishab maka tidak boleh dan tidak sah dikeluarkan zakatnya. Meskipun bila dihimpun dengan panen ke-2 akan cukup senishab.

Zakat pertanian dan buah-buahan ini diwajibkan hingga 5 wasaq( mayoritas ulama’), menurut jumhur ulama’ zakat biji-bijian dan buah-buahan wajib dikeluarkan dari biji-bijian dan buah-buahan tersebut dan tidak boleh

(10)

benda lain. Sedangkan Abu hanifah berpendapat zakatnya boleh uang atau boleh lain yang seharga benda tersebut.

Menurut Asy-Syafi’i: tiap-tiap benda yang dibuat roti ashidah( makanan yang mengenyangkan wajib zakat padanya. Mereka berpendapat bahwa tidak ada kewajiban zakat dalam jenis tanaman buah dan biji kecuali yang dapat dijadikan makanan pokok.

Yang dimaksud makanan pokok adalah makanan yang dapat mengeyangkan tubuh, bukan yang dimakan sebagai pelengkap makanan atau sebagai obat. Oleh karena itu tidak ada kewajiban zakat atas buah-buahan kecuali kurma dan anggur. Dan diwajibkan zakat pada biji-bijian apabila telah matang tatkala panen dan diwajibkan zakat pada buah-buahan apabila musim berubah dan diambil buah yang terbaik dan enak untuk dimakan.

Apabila dalam penerapannya ada yang yang mengqiyaskan bahwa zakat tanaman padi dan buah-bauahan ini sama dengan barang perak dan emas tentunya berbeda, tentunya masing-masing punya perhitungan berbeda-beeda.

Menurut pendapat Ulama’ seperti madzhab Hanafi bahwa setiap hasil panen yang dikeluarkan oleh tanah usyu’riyyah wajib dizakati.10

Sedangkan madzhab syafi’i berpendapat bahwa setiap sesuatu yang dihasilkan oleh tanah

10

Said Hawwa, Al-Islam, (Jakarta: PT Gema Insani, 2004), Cet Ke-1, hlm. 166.

11

(11)

pertanian, baik itu pertanian itu usyuriyah dan kharajiyah maka harus wajib dizakati jika telah memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

a. Hasil pertanian dan buah-buahan tersebut berupa bahan makanan pokok (beras, gandum, dam sebagainya)

b. Dimiliki oleh orang tertentu

c. Sudah sampai batas nishab, menurut mereka satu nishab zakat hasil pertanian

Adapun untuk madzhab hambali dan maliki hampir sama dengan pendapat madzhab Syafi’i.11

Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana dalil-dalil yang ada ini bila dikaitkan dengan konsep di Indonesia yang mana buah-buahan ini apakah sama bisa disejajarkan dengan buah kurma ataupun anggur yang ada dalil-dalil tersebut. Keempat jenis hasil bumi itu tidak terdapat diIndonesia, maka baik buah-buahan yang ada diindonesia ini memang harus disesuaikan dengan keadaan Indonesia.12

12

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia(UI Press), 2006), Cet Ke-1, hlm. 46.

(12)
(13)

Referensi

Dokumen terkait

Siantar adalah kota yang paling toleran secara nasional, oleh karenanya patut diapreasiasi bahwa keberagaman etnis, suku dan budaya sudah membaur dan terjalin dengan baik

Dalam jangka pendek dan menengah, fokus upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesempatan kerja masyarakat perdesaan adalah melalui pengembangan produk komoditas

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa mahasiswa yang memberikan tanggapan terhadap latar atau setting yang sudah sesuai dengan pertunjukan berjumlah sebanyak 13

Kepemimpinan operasional yang kuat di lingkungan Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi Universitas Lampung ditunjukkan dengan kemampuan menjabarkan visi, misi kedalam

Faktor pendorong yang paling berperan dalam memotivasi wisatawan ke Hotel Kamandalu Ubud adalah faktor sosial (95,5%) dan faktor penarik yang paling berperan

Ordo yang paling banyak diperoleh dalam penelitian ini berasal dari ordo polyporales yaitu sebanyak 9 jenis di kawasan pinggiran hutan dan daerah aliran sungai, sedangkan pada

Jakarta Night Festival yang akan digelar sepanjang Jalan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin (Patung Bundaran Senayan sampai depan bundaran depan Bank Indonesia) mulai pukul 20.00

Implementasi Good Governance Studi Kasus Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang dilakukan di lembaga zakat, tidak mungkin rasanya kewajiban zakat tersebut dapat diwujudkan