40 PBT= β1 + β2REV + β3 CSR + β4 SIZE+ β5 RISK + β6 IND + e
BAB IV
HASIL PENGUJIAN
Penulis telah melakukan penelitian terhadap 100 perusahaan versi Kompas100 dalam jangka waktu tiga tahun (2006-2008) untuk mengetahui apakah perusahaan-perusahaan tersebut mengungkapkan CSR pada laporan tahunan, laporan keuangan, atau laporan yang telah diaudit. Hal ini dilakukan dalam rangka mengetahui pengaruh antara pengungkapan CSR dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Di dalam bab IV ini, penulis akan menjawab pertanyaan penelitian yang telah diungkapkan di bab III.
Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 100 perusahaan yang dijadikan penulis sebagai populasi, hanya 94 perusahaan yang telah go public di tahun 2006. Dari jumlah itu pula, dapat diketahui bahwa jumlah pengungkapan CSR berdasarkan G3 GRI untuk tahun 2006 adalah sebesar 86 perusahaan, tahun 2007 sebesar 86 perusahaan, dan tahun 2008 sebesar 82 perusahaan.
Sebelumnya, untuk mengetahui pengaruh CSR yang diungkapkan 100 perusahaan versi Kompas100 untuk data tahun 31 Desember 2008 dengan tingkat profitabilitasnya di tahun 2006-2008 penulis menggunakan model penelitian sebagai berikut:
41 Tabel 4.1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
PBT REV SIZE RISK
N Valid 211 211 211 211 Missing*) 138 138 138 138 Mean 12.87 14.85 15.66 .36 Median 12.89 15.05 15.46 .34 Std. Deviation 1.82 1.53 1.61 .266 Minimum 6.33 9.60 10.09 .0002 Maximum 17.06 18.12 19.58 .96 Quartiles Q1 11.72 13.89 14.71 0.097 Q3 14.24 15.88 16.73 0.496 PBT: log dari profit before tax REV: log dari
pendapatan, CSR: dummy variabel, SIZE: log dari total asset (ukuran perusahaan), RISK: rasio hutang jangka panjang terhadap total asset.
*)Missing: menandakan jumlah data observasi yang tidak ada nilai observasinya.
Bedasarkan tabel di atas, dapat diketahui hasil uji statistik variabel deskriptif variabel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Variabel dependen adalah PBT, memiliki rata-rata sebesar 12.87, yang berarti perusahaan rata-rata memiliki log laba sebelum pajak sebesar 12.87 dimana perusahaan dengan log laba sebelum pajak terkecil adalah PT Leo Investment Tbk pada tahun 2006 dari industri Property, Real Estate, and Building
Construction dengan nilai log 6.33 dan yang memiliki log laba sebelum pajak
42
Infrastructure, Utilities, and Transportation dengan nilai log 17.09. Variabel ini
memiliki nilai standar deviasinya sebesar 1.82, nilai kuartil pertama sebesar 11.72, kuartil kedua (median) sebesar 12.89, dan kuartil ketiga sebesar 14.24.
2. Variabel independen adalah Revenue (REV), memiliki rata-rata sebesar 14.85, yang berarti perusahaan rata-rata memiliki log pendapatan sebesar 14.85 dimana perusahaan dengan log pendapatan terkecil adalah PT Lippo Securities Tbk pada tahun 2008 dari industri Finance dengan nilai log 9.60 dan yang memiliki log pendapatan terbesar adalah PT Astra International Tbk tahun 2008 dari industri
Misscellaneous Industry dengan nilai log 18.12. Variabel ini memiliki nilai
standar deviasinya sebesar 1.53, nilai kuartil pertama sebesar 13.89, kuartil kedua (median) sebesar 15.05, dan kuartil ketiga sebesar 15.88.
3. Variabel independen lainnya adalah ukuran (SIZE) yang dilihat dari total aset, memiliki rata-rata sebesar 15.66, yang berarti perusahaan rata-rata memiliki log total aset sebesar 15.66 dimana perusahaan dengan log total aset terkecil adalah PT Leo Investment Tbk pada tahun 2006 dari industri Property, Real Estate, and
Building Construction dengan nilai log 10.09 dan yang memiliki log total aset
terbesar adalah Bank Mandiri (Persero) Tbk tahun 2007 dari industri
Misscellaneous Industry dengan nilai log 19.58. Variabel ini memiliki nilai
standar deviasinya sebesar 1.61, nilai kuartil pertama sebesar 14.71, kuartil kedua (median) sebesar 15.46, dan kuartil ketiga sebesar 16.73.
4. Variabel independen lainnya adalah resiko (RISK), memiliki rata-rata sebesar 0.36, yang berarti perusahaan rata-rata memiliki kemampuan untuk melunasi
43 PBT= -4.943 + 0.581 REV + 0.728CSR + 0.609SIZE – 1.712RISK +
0.191 AGRICULTURE + 0.181 MINING – 0.505 BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS – 0.580 MISSCELLANEOUS INDUSTRY – 0.552 CONSUMER GOODS INDUSTRY – 0.770 PROPERTY, REAL ESTATE, AND BUILDING CONTRUCTION – 0.243 INFRASTRUCTURE, UTILITIES, AND
TRANSPORTATION – 0.507 FINANCE – 0.636 TRADE, SERVICE, AND INVESTMENT
kewajiban jangka panjang maupun pendek dengan total aset sebesar 36%. Perusahaan yang memiliki kemampuan tersebut yang paling rendah adalah Panin Life Tbk pada tahun 2008 dari industri Finance dengan nilai log 0.0002 dan yang memiliki kemampuan paling tinggi adalah PT Holcim Indonesia Tbk tahun 2007 dari industri Basic Industry dengan nilai log 0.96. Variabel ini memiliki nilai standar deviasinya sebesar 0.266, nilai kuartil pertama sebesar 0.097, kuartil kedua (median) sebesar 0.34, dan kuartil ketiga sebesar 0.496.
Dengan program tersebut pula, penulis dapat menemukan model regresi linear terbaik setelah mengeluarkan variabel yang merupakan outliers. Model tersebut adalah sebagai berikut:
44 Dimana:
Tingkat signifikansi yang digunakan penulis adalah 0,1 yang berarti jika Sig. melebihi 0,1 maka variabel dinyatakan tidak signifikan dan harus dieliminasi. Namun, apabila Sig. kurang atau sama dengan 0.1 maka variabel dinyatakan signifikan dan dapat diterima. Penulis menggunakan tingkat tersebut berdasarkan tingkat kepercayaan penulis terhadap data sebesar 90%. Menurut Masson (1999) yang dikutip kembali oleh Suharli, Michell (2007), menyebutkan bahwa, “Tidak terdapat satu level signifikansi yang dapat diaplikasikan untuk semua pengujian. Pada umumnya, level signifikansi yang bisa diterima adalah 0.01, 0.05, 0.10, 0.15, 0.20, 0.25, dan 0.30” (h. 13).
45 IV.1 Uji Validitas
Dari model regresi linear terbaik itu pula penulis melakukan uji validitas. Uji validitas terdiri dari uji normalitas, uji homoskedasitas, uji multikolinieritas, dan uji autokorelasi. Berikut merupakan penjelasan dari uji-uji tersebut.
IV.1.1 Uji Normalitas
Dalam uji normalitas terdapat beberapa ketentuan yang berlaku. Untuk melihat bahwa suatu variabel dapat dikatakan normal atau tidak, dapat dilihat dari Asymp. Sig. Berikut adalah pedoman pengambilan keputusannya:
1. Nilai Asymp. Sig. > 0.1 berarti menerima H0 yang berarti error berdistribusi
normal
2. Nilai Asymp. Sig. < 0.1 berarti tidak menerima H0 yang berarti error
46 Dari plot di atas, terlihat bahwa distribusi data bersifat normal karena data berada di sekitar garis lurus. Semakin dekat dengan garis lurus, membuktikan distribusi data semakin normal.
Namun, apabila dilihat dari output SPSS, ditemukan bahwa tidak semua error dapat dikatakan normal. Oleh karena itu, lebih mengacu pada output SPSS, sehingga uji normalitas belum dapat dikatakan terpenuhi. (asumsi error nilai pengamatan dikurangi nilai prediksi tidak normal)
47 IV.1.2 Uji Homoskedasitas
Pada umumnya, hasil dari Scatterplot akan dikatakan layak apabila data tersebar secara acak dan akan dikatakan tidak layak apabila data membentuk suatu pola tertentu. Dari Scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa data tidak membentuk suatu pola tertentu, atau dengan kata lain tersebar secara acak. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa keadaan homoskedasitas terpenuhi.
48 IV.1.3 Uji Multikolinieritas
Untuk menguji multikolinieritas, perlu diperhatikan nilai dari VIF (Variance
Inflation Factor). Uji multikolinieritas memiliki beberapa ketentuan. Ketentuan dari VIF
adalah sebagai berikut:
1. VIF < 10 berarti uji multikolinieritas terpenuhi
2. VIF > 10 berarti uji multikolinieritas tidak tepenuhi
Dari data yang penulis miliki, semua VIF memiliki nilai < 10. Oleh karena itu, uji multikolinieritas dapat dikatakan terpenuhi.
49 IV.1.4 Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian
Durbin-Watson (DW). DW memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. 1.65 < DW < 2.35 berarti tidak ada autokorelasi
2. 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 berarti tidak dapat disimpulkan 3. DW < 1.21 atau DW > 2.79 berarti terjadi autokorelasi
Dari data yang ada menunjukkan DW sebesar 2.028 yang berarti tidak ada autokorelasi sehingga data tersebut dianggap layak.
IV.2 Uji Hipotesis
50 Pada umumnya, nilai R2 mempunyai interval 0-1. Semakin mendekati 1 semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Begitu pula dengan semakin mendekati 0, variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Dari data di atas, dapat dilihat bahwa Adjusted R Square menunjukkan 0.925 yang berarti cukup baik.
IV.2.2 Uji F
Dengan uji F, dapat dilihat bagaimana perlakuan terhadap H0, apakah nantinya
akan diterima atau ditolak. H0 dinyatakan tidak ditolak atau diterima apabila Sig. tidak
sama dengan 0. Sedangkan H0 dinyatakan diterima apabila Sig. sama dengan 0. Oleh
karena itu, dari data di atas dapat dilihat signifikansi adalah 0. Hal ini berarti bahwa H0
ditolak dan menerima H1.
IV.2.3 Uji T
51 Uji T dilakukan untuk menentukan tingkat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel independen dengan menganggap variabel lain adalah konstan. Untuk penelitian ini (penelitian yang bersifat sosial) penulis menggunakan standar signifikansi sebesar 0,1. Dari data awal, penulis mendapatkan bahwa terdapat beberapa variabel yang tidak signifikan, sebagai berikut: Agriculture, Mining, dan
Infrastructure, Utilities, and Transportation.
IV.3 Hasil Penelitian
Penelitian ini memiliki hipotesis awal sebagai berikut:
H0 : Tidak ada penguh pengungkapan CSR dalam suatu perusahaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan
52 Namun, setelah pengujian data yang telah dilakukan, dimana hasil dari uji normalitas membuktikan bahwa data tidak memenuhi uji tersebut, namun secara keseluruhan, data memenuhi uji heteroskedasitas yang merupakan uji yang lebih valid maka didapat hasil bahwa H0 ditolak. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini adalah
menerima H1.
H1 : Pengungkapan CSR dalam suatu perusahaan akan berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas perusahaan
Dari H1 di atas, dapat diketahui bahwa apabila perusahaan mengungkapkan CSR
maka tingkat profitabilitas perusahaan (yang dinilai dari PBT) ikut meningkat. Standarisasi pengungkapan CSR yang digunakan oleh penulis adalah G3 GRI. Sebagai contoh, PT. Tunas Ridean Tbk (TURI) mengungkapkan CSR dari tahun 2006. CSR yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahun 2006, CSR yang diungkapkan berupa bantuan dana untuk korban banjir di Jabotabek dan bencana gempa di Yogyakarta dan Solo, baik dana kecelakaan, operasi maupun rawat inap
2. Tahun 2007, CSR yang diungkapkan berupa bantuan bagi karyawan junior, korban bencana alam, dan anggota masyarakat seperti yang telah dilakukan di tahun 2007 dengan tambahan perayaan keagamaan dan hari besar nasional. Tidak hanya itu, pada tahun ini, diberikan pula bantuan pendidikan bagi anak-anak karyawan dan donasi ke beberapa sekolah
53 3. Tahun 2008, CSR yang diungkapkan secara umum menyerupai CSR yang
diungkapkan di tahun 2007
Hal ini juga diikuti dengan peningkatan nilai PBT dari tahun 2006 sampai tahun 2008 dengan jumlah sebagai berikut:
1. Tahun 2006, PBT Rp. 28.580.000.000,00 (setelah dibulatkan)
2. Tahun 2007, PBT Rp. 258.241.000.000,00 (setelah dibulatkan)
3. Tahun 2008, PBT sampai kuartal ketiga Rp. 290.327.000.000,00 (setelah dibulatkan)