BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan perlakuan ulang (Pretest dan Posttest Group Design), dimana rancangan ini menggunakan kelompok perbandingan (Kontrol) dan dilakukan observasi pertama (Pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Notoatmodjo, 2002). Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Posttest 4.
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Dimana : Xo = Tanpa perlakuan X1
X
= Diberikan KIE dengan metode ceramah
2
O
= Diberikan KIE dengan media leaflet
1, O3, O5 O
= Pengukuran yang pertama (awal)
2, O4, O6 = Pengukuran yang kedua (setelah diberikan perlakuan) O1 X0 O2
O3 X1 O4
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Langsa Lama Kota Langsa. Alasan memilih lokasi ini karena cakupan peserta KB aktif masih rendah yaitu sebesar 31,8% dimana cakupan kabupaten sebesar 60%, sedangkan cakupan nasional adalah 70%.
Penelitian ini membutuhkan waktu 4 bulan terhitung mulai bulan maret sampai dengan bulan Juli tahun 2012 dimulai dengan kegiatan melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PUS di wilayah kerja puskesmas Langsa Lama Kota Langsa sebanyak 4056 orang yang tersebar pada 15 desa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Azwar, 1999). Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus uji hipotesis (Lemeshow, 1997) sebagai berikut:
Dimana:
Z (1-α/2) = Deviat baku alpha untuk α= 0,05 Z (1-α/2
Z(1-β) = Deviasi baku betha untuk β=0,10 Z(1-β)= 1,282
)= 1,96
P1
P
= Proporsi PUS yang ikut KB = 0,318 (Profil Puskesmas Langsa Lama)
1-P2
P
= Beda proporsi yang bermakna, ditetapkan sebesar 0,35
2
Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel adalah sebesar 41 orang. Tahapan-tahapan untuk menentukan sampel dari 15 desa yang ada di kecamatan ditetapkan 3 desa dengan jumlah PUS paling banyak yaitu desa Langsa Lama 502 PUS, Pondok Pabrik 495 PUS, dan desa Sidorejo 472 PUS. Dari ketiga desa yang terpilih untuk masing-masing kelompok pengamatan dilakukan perhitungan secara perimbangan (proporsional). Distribusi jumlah sampel berdasarkan desa di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
= Perkiraan proporsi PUS yang diteliti sebesar 0,668
Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Tahun 2012
No Nama Desa Jumlah Pus Jumlah
Sampel
Kelompok Intervensi
1. Langsa Lama 502 14 Metode Ceramah
2. Pondok Pabrik 495 14 Media Leaflet
3. Sidorejo 472 13 Kontrol
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara purposive
sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu
(Singarimbun, 1989). Sampel pada penelitian ini ditetapkan dengan kriteria inklusi yaitu:
1. Bersedia menjadi responden. 2. Berusia maksimum 49 tahun. 3. Paritas 1 atau 2.
4. Bukan akseptor KB.
5. Usia perkawinan ≤ 10 tahun.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 41 orang dan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:
1. Kelompok I terdiri dari 14 orang PUS, diberi intervensi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan metode ceramah.
2. Kelompok II terdiri dari 14 orang PUS, diberi intervensi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan media leaflet .
3. Kelompok III terdiri dari 13 orang PUS, sebagai kontrol dan tidak diberikan perlakuan (intervensi).
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer melalui kuesioner yang disusun secara terstruktur yang berisi sejumlah pertanyaan dimana responden diminta untuk memilih jawaban yang paling benar. Kuesioner digunakan untuk mengukur pengambilan keputusan dalam memilih
alat kontrasepsi yang ada hubungannya dengan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan bulanan Puskesmas Langsa Lama, dinas kesehatan Kota Langsa dan BKKBN Kota Langsa serta sumber lainnya.
3.4.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data
Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan penelitian seperti pengurusan izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada Kepala Puskesmas Langsa Lama, melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan di poli KIA-KB untuk menentukan tempat/ruangan dan waktu pelaksanaan kegiatan, persiapan materi yang akan diberikan pada waktu kegiatan penelitian dan instrument penelitian yang terdiri dari kuesioner serta alat bantu yang digunakan pada saat penelitian.
b. Uji coba instrumen penelitian meliputi uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi yang dilakukan pada 30 orang responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan
sampel penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di puskesmas Langsa Timur dan tidak termasuk dalam lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan intervensi dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok I dengan metode ceramah, kelompok II dengan media leaflet dan kelompok III sebagai kontrol. Kegiatan intervensi dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 24 juni 2012, bertempat di kantor Geuchik Langsa Lama, Pondok Pabrik dan rumah masing-masing responden.
a. Kelompok I dengan metode ceramah
Kegiatan pada kelompok ini dilaksanakan pada tanggal 17 juni 2012 dimulai pada pukul 9.00 WIB. Setelah semua peserta hadir, acara dibuka oleh peneliti untuk memberikan pengarahan tentang prosedur kegiatan dan memperkenalkan penceramah. Kemudian melakukan pretest selama 30 menit untuk mengetahui pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Setelah pretest, acara dilanjutkan dengan ceramah selama 40 menit.
Ceramah disampaikan oleh seorang penceramah yang telah diberi petunjuk tentang prosedur kegiatan dan tujuan ceramah. Penceramah adalah petugas puskesmas Langsa Lama di poli KIA-KB. Topik ceramah berisi tentang pengertian dari masing-masing alat
kontrasepsi, jenis-jenis alat/metode kontrasepsi, keuntungan dan kerugian alat/metode kontrasepsi, efek samping, indikasi, kontra indikasi dan cara serta lama penggunaanya. Pada metode ini peserta mendengarkan topik yang disampaikan oleh penceramah. Sebelum ceramah dimulai, dibagikan materi ceramah untuk membantu pemahaman peserta tentang topik ceramah yang disampaikan oleh penceramah dan pada metode ini terlebih dahulu materinya disusun.
Ceramah menggunakan alat bantu LCD Projector dan sound
system untuk mempermudah penyampaian materi ceramah. Teknik
ceramah yang dilakukan dimodifikasi dengan melakukan tanya jawab sesudah penyampaian materi. Pada penelitian ini setelah ceramah selesai para peserta diberikan kesempatan bertanya selama 10 menit dan pertanyaan tersebut akan dijawab oleh penceramah. Kegiatan ceramah selesai dan pada hari rabu tepatnya tanggal 20 juni 2012 peneliti mendatangi rumah responden untuk melakukan post test. b. Kelompok II dengan media leaflet
Kegiatan pada kelompok ini dilaksanakan pada tanggal 18 juni 2012 dimulai pada pukul 10.00 WIB. Setelah semua peserta hadir, acara dibuka oleh peneliti untuk memberikan pengarahan tentang prosedur kegiatan dan dibantu oleh kader. Kemudian melakukan pretest selama 30 menit untuk mengetahui pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi dengan menggunakan kuesioner
yang telah disiapkan. Setelah pretest, acara dilanjutkan dengan pembagian leaflet kepada responden.
Isi dari leaflet yaitu pengertian dari masing-masing alat kontrasepsi, jenis-jenis alat/metode kontrasepsi, keuntungan dan kerugian alat/metode kontrasepsi, efek samping, indikasi, kontra indikasi dan cara serta lama penggunaanya. Setelah 3 hari pembagian
leaflet tepatnya tanggal 21 juni 2012 peneliti mendatangi rumah
masing-masing responden untuk melakukan postest. c. Kelompok III sebagai kontrol
Kegiatan pengumpulan data pada kelompok kontrol dilakukan di rumah masing- masing responden. Pretest dilakukan dari tanggal 17 s/d 18 juni 2012 dan postest dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 21 juni 2012. Sebelum membagikan kuesioner peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur kegiatan serta tujuan dari kegiatan pengisian kuesioner. Jika responden bersedia mengisi kuesioner, maka dijadikan responden, tetapi jika tidak bersedia maka peneliti mengganti responden dan mencari responden baru yang sesuai dengan kriteria inklusi sampai didapat jumlah responden sebesar 13 orang.
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrument penelitian (kuisioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga
mampu menghasilkan data yang akurat. Sugiono (2006) menyatakan bahwa instrument dikatakan valid, apabila instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 30 orang PUS di wilayah kerja puskesmas Langsa Timur Kota Langsa. Adapun pemilihan lokasi dengan pertimbangan tempat tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi penelitian.
Uji validitas suatu instrument (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis korelasi dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r
tabel maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Pada taraf signifikan 95 % untuk besar sampel 30 orang nilai r tabel
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Jika r Alpha positif, dan r
adalah sebesar 0,361.
Alpha > r tabel
Alat ukur pengetahuan berjumlah 30 pertanyaan dan setelah dilakukan uji validitas masing-masing item dinyatakan valid, lalu dilakukan uji reliabel dan diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,742 yang berarti alat ukur tersebut reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 dibawah ini:
, maka variabel yang diuji tersebut Reliabel.
Variabel r tabel r hasil Keterangan
Pengambilan Keputusan 1 0,361 0,601 Valid
Pengambilan Keputusan 2 0,361 0,561 Valid
Pengambilan Keputusan 3 0,361 0,725 Valid
Pengambilan Keputusan 4 0,361 0,725 Valid
Pengambilan Keputusan 5 0,361 0,489 Valid
Pengambilan Keputusan 6 0,361 0,471 Valid
Pengambilan Keputusan 7 0,361 0,435 Valid
Pengambilan Keputusan 8 0,361 0,660 Valid
Pengambilan Keputusan 9 0,361 0,595 Valid
Pengambilan Keputusan 10 0,361 0,560 Valid
Pengambilan Keputusan 11 0,361 0,555 Valid
Pengambilan Keputusan 12 0,361 0,460 Valid
Pengambilan Keputusan 13 0,361 0,548 Valid
Tabel 3.2 (Lanjutan)
Variabel r tabel r hasil Keterangan
Pengambilan Keputusan 14 0,361 0,546 Valid
Pengambilan Keputusan 15 0,361 0,483 Valid
Pengambilan Keputusan 16 0,361 0,457 Valid
Pengambilan Keputusan 17 0,361 0,692 Valid
Pengambilan Keputusan 18 0,361 0,689 Valid
Pengambilan Keputusan 19 0,361 0,736 Valid
Pengambilan Keputusan 20 0,361 0,511 Valid
Pengambilan Keputusan 21 0,361 0,612 Valid
Pengambilan Keputusan 22 0,361 0,507 Valid
Pengambilan Keputusan 23 0,361 0,498 Valid
Pengambilan Keputusan 24 0,361 0,464 Valid
Pengambilan Keputusan 25 0,361 0,665 Valid
Pengambilan Keputusan 26 0,361 0,564 Valid
Pengambilan Keputusan 27 0,361 0,597 Valid
Pengambilan Keputusan 28 0,361 0,486 Valid
Pengambilan Keputusan 29 0,361 0,590 Valid
Pengambilan Keputusan 30 0,361 0,585 Valid
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable), yaitu kelompok kontrol, metode ceramah dan media leaflet dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). 2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu pengambilan keputusan PUS dalam
memilih alat kontrasepsi.
3.5.2 Definisi Operasional
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dengan metode ceramah adalah suatu metode promosi kesehatan untuk membantu Pasangan Usia subur (PUS) dalam mengambil keputusan memilih alat kontrasepsi melalui komunikasi secara langsung yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada responden dalam menyampaikan isi pesan tentang alat kontrasepsi tentang pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga, cara kerja alat/metode kontrasepsi, jenis alat/metode kontrasepsi yang ada, cara pemakaian dan lama pemakaiannya.
2. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dengan media leaflet adalah sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan tentang KB berupa lembaran kertas yang berisi kata-kata dan gambar atau simbol yang menyampaikan pesan-pesan tentang pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga, cara kerja alat/metode kontrasepsi, jenis alat/metode kontrasepsi yang ada, cara pemakaian dan lama pemakaiannya.
3. Pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi adalah pemilihan alternatif dari salah satu metode kontrasepsi atau tidak memilih salah satu dari jenis kontrasepsi setelah dilaksanakan intervensi.
3.6 Metode Pengukuran
Skala pengukuran pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi pada metode ceramah, media leaflet dan kelompok kontrol yaitu skala pengukuran tentang pengambilan keputusan PUS dilakukan dengan cara mengajukan 30 pertanyaan menggunakan skala Guttman dengan dua alternatif jawaban (Ya dan
Tidak). Hasil pengukuran berupa skor 0-30.
a) Pemberian skor pada pernyataan Ya yang benar: Ya = 1
Tidak = 0
Pertanyaan pengambilan keputusan yang masuk dalam kelompok ini adalah pertanyaan nomor 1,2,3,4,5,10,11,12,13,14,17,21,22,23,24,25,26,27,28,29 dan 30.
b) Pemberian skor pada pernyataan Tidak yang benar : Ya = 0
Tidak = 1
Pertanyaan pengetahuan yang masuk dalam kelompok ini adalah pertanyaan nomor 6, 7,8,9,15,16,18,19 dan 20.
c) Variabel pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebanyak 30 pertanyaan dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 30, dengan demikian dapat dikategorikan menjadi : (Riduan, 2010)
- Baik : > 61 % dari total skor (18-30) - Cukup : 41-61 % dari total skor (12-17) - Ragu-ragu : < 40 % dari total skor (0-11)
40 % 60 %
Ragu-ragu Cukup Baik
0 11 18 30
3.7 Metode Analisis Data
Data primer dan sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
2. Coding, pemberian kode dan skorsing pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entri data.
3. Entri data, setelah proses coding dilakukan pemasukan data ke komputer.
4. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk.
5. Analisis data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik memakai bantuan program komputer.
6. Analisis data univariat bertujuan untuk memperoleh distribusi frekuensi metode ceramah, media leaflet dan kelompok kontrol terhadap pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi.
7. Analisis data bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan yang bermakna
antara variabel metode ceramah, media leaflet dan kelompok kontrol terhadap pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi dengan menggunakan uji Wilcoxon.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Langsa Lama diresmikan pada 11 November 2009 dan terletak di Desa Seulalah Kecamatan Langsa Lama. Pada awal berdirinya wilayah kerja puskesmas Langsa Lama terdiri dari 9 desa yaitu desa Pondok Kemuning, Seulalah, Pondok Pabrik, Sidorejo, Sidodadi, Meurandeh, Asam Peutik, Langsa Lama, dan Gampong Baro.
Kini puskesmas Langsa Lama memiliki gedung baru dan diresmikan pada 18 Februari 2011 dan terletak di Gampong Meurandeh Dayah Kecamatan Langsa Lama. Wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama bertambah dari 9 desa menjadi 15 desa. Desa pemekaran tersebut adalah desa Meurandeh menjadi 4 desa yaitu desa Meurandeh Induk, Meurandeh Dayah, Meurandeh Tengah dan Meurandeh Aceh. Desa Seulalah menjadi 2 desa yaitu desa Seulalah dan Seulalah Baru. Desa Pondok Pabrik menjadi 2 desa yaitu desa Pondok Pabrik dan Sukajadi Kebun Ireng. Desa Langsa Lama menjadi 2 desa yaitu desa Baroh Langsa Lama dan Batee Puteh.
Batasan Wilayah Kecamatan Langsa Lama sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Langsa Kota
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Langsa Timur - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur.
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama yaitu 49.60 km2
Tabel 4.1 Nama Desa, Jumlah KK, Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah di Kecamatan Langsa Lama Tahun 2012
. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
No Nama Desa Juml
ah KK Persen tase (%) Penduduk Perse ntase (%) Luas Wila yah (Km) L P Jumlah 1. Seulalah 1020 12,19 1565 1596 3161 10,02 6.0 2. Seulalah Baru 578 6,90 1318 1252 2570 8,15 7.0 3. Pondok Kemuning 760 9,08 1408 1339 2747 8,71 2.5 4. Pondok Pabrik 528 6,31 1005 1012 2017 6,39 4.0
5. Sukajadi Kebun Ireng 168 2,00 351 319 670 2,12 5.6
6. Sidodadi 888 10,61 1661 1612 3273 10,38 3.7
7. Sidorejo 1060 12,67 2409 2025 4434 14,06 3.2
8. Gampong Baro 592 7,07 1226 1170 2396 7,60 9.0
9. Baroh Langsa Lama 675 8,06 1525 1590 3115 9,88 1.2
10. Batee Puteh 414 4,94 513 524 1037 3,28 1.4 11. Meurandeh Induk 360 4,30 685 670 1355 4,29 0.5 12. Meurandeh Dayah 276 3,29 560 475 1035 3,28 0.7 13. Meurandeh Tengah 415 4,96 875 660 1535 4,86 1.2 14. Meurandeh Aceh 185 2,21 335 243 578 1,83 0.6 15. Asam Peutik 447 5,34 808 793 1601 5,07 3.0 Jumlah 8366 100 16244 15280 31524 100 49.60
Sumber : Kantor Camat Langsa Lama, 2012
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor camat Langsa Lama Tahun 2012 diketahui bahwa dari 15 desa yang memiliki jumlah KK (12,67%) dan jumlah penduduk (14,06%) terbanyak adalah desa Sidorejo.
Tabel 4.2 Nama Desa, Jumlah PUS di Kecamatan Langsa Lama Tahun 2012
No Nama Desa Jumlah Pus Persentase (%)
1. Langsa Lama 502 12,37 2. Bate Puteh 194 4,78 3. Gampong Baro 278 6,85 4. Seulalah Baru 113 2,78 5. Seulalah 244 6,01 6. Sukajadi 130 3,20 7. Pondok Pabrik 495 12,20 8. Sidodadi 380 9,36
Tabel 4.2 Lanjutan Nama Desa, Jumlah PUS di Kecamatan Langsa Lama Tahun 2012
No Nama Desa Jumlah PUS Persentase (%)
9. Sidorejo 472 11,63 10. Asam Peutik 261 6,43 11. Pondok Kemuning 367 9,04 12. Meurandeh Aceh 75 1,84 13. Meurandeh Dayah 193 4,75 14. Meurandeh Induk 198 4,88 15. Meurandeh Tengah 154 3,79 Jumlah 4056 100,0
Sumber :Laporan Bulanan Bidan Desa Puskesmas Langsa Lama,2012
Berdasarkan data dari BKKBN (2012) untuk fasilitas kesehatan dan ketersediaan alat/obat yang ada di wilayah kerja puskesmas Langsa Lama kecamatan Langsa Lama dapat dilihat dari Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Fasilitas Kesehatan dan Ketersediaan Alat/Obat KB di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Kecamatan Langsa Lama Tahun 2012
No Fasilitas Kesehatan/KB Jumlah
1. PKB/PLKB 3
2. PPLKB 1
3. Jumlah Klinik KB Pemerintah 6
4. Jumlah Klinik KB Swasta 4
5. Jumlah Praktek Dokter Swasta 4
6. Jumlah Bidan Praktek Swasta 5
7. Ketersediaan Alat/Obat dalam 1 bulan
- AKDR 29
- Implant 27
- Suntik 300
- Pil 200
- Kondom 350
Adapun Visi Puskesmas Langsa Lama dirumuskan berdasarkan potensi sumber daya yang ada, tantangan yang dihadapi serta hasil yang diharapkan pada masa yang akan datang yaitu ”Terwujudnya pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau menuju Langsa Lama sehat dan Mandiri”. Untuk mencapai rumusan visi di atas, maka misi Puskesmas Langsa Lama adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat Langsa Lama dalam bidang kesehatan. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat masyarakat Langsa Lama.
3. Mengupayakan peningkatan kualitas hidup masyarakat langsa Lama.
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau seluruh lapisan masyarakat Langsa Lama.
5. Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan 5 S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).
6. Meningkatkan kemitraan internal dan eksternal untuk mencapai tujuan bersama. 7. Meningkatkan mutu pelayanan seluruh program Puskesmas Langsa Lama. 8. Menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas Langsa Lama yang bermutu.
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilaksanakan di puskesmas Langsa Lama dalam bentuk penyuluhan dengan pemberian leaflet yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali pada 15 desa. Kegiatan di Poli KIA-KB KIE dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu pengambilan keputusan dalam ber-KB sesuai dengan kondisi klien yang datang, apakah klien perlu untuk kunjungan ulang untuk
mendapatkan alat kontrasepsi yang baru, penanganan efek samping atau klien ingin mengganti cara/metode kontrasepsi.
4.2 Karakteristik Responden
4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden Menurut Umur, Paritas dan Lama Menikah Berdasarkan Metode Ceramah, Media Leaflet dan Kontrol
Gambaran karakteristik responden menurut umur, paritas dan lama menikah berdasarkan metode ceramah, media leaflet dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Umur, Paritas, dan Lama Menikah Berdasarkan Metode Ceramah, Media Leaflet dan Kontrol di wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Tahun 2012 N
o
Karakteristik Metode Ceramah
Media Leaflet Kontrol Jumlah Perse ntase (%) Jumlah Persentase (%) Jumlah Perse ntase (%) 1 Umur - 18-28 9 64,3 8 57,1 6 46,2 - 29-38 4 28,6 5 35,7 7 53,8 - 39-48 1 7,1 1 7,1 0 0 T o t a l 14 100,0 14 100,0 13 100,0 2 Paritas - Primipara 7 50,0 4 28,6 3 23,1 - Scundipara 7 50,0 10 71,4 10 76,9 Total 14 100,0 14 100,0 13 100,0 3 Lama Menikah - 2- 6 9 64,3 5 35,7 7 53,8 - 7-10 5 35,7 9 64,3 6 46,2 T o 14 100,0 14 100,0 13 100,0
t a l
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi karakteristik responden menurut umur menunjukkan bahwa pada penelitian ini lebih banyak responden berumur 18-28 tahun yaitu sebanyak 9 orang (64,3%) pada kelompok responden dengan metode ceramah, sebanyak 8 orang (57,1%) pada kelompok responden dengan media leaflet dan berusia 29-38 tahun yaitu sebanyak 7 orang (53,8%) pada kelompok kontrol. Berdasarkan karakteristik paritas, pada penelitian ini responden berparitas primipara dan scundipara yaitu sebanyak 7 orang (50,0%) pada kelompok responden dengan metode ceramah, paritas scundipara sebanyak 10 orang (71,4%) pada media leaflet dan sebanyak 10 orang (76,9%) pada kelompok kontrol. Dan berdasarkan karakteristik menurut lama menikah, pada penelitian ini lebih banyak responden lama menikah 2-6 tahun yaitu sebanyak 9 orang (64,3%) pada kelompok responden dengan metode ceramah, sebanyak 9 orang (64,3%) pada kelompok kontrol dengan lama menikah 7-10 tahun. Pada kelompok responden dengan media leaflet mayoritas responden lama menikah 2-6 tahun yaitu sebanyak 7 orang (53,8%).
4.2.2 Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi sebelum Intervensi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Dengan Metode Ceramah
Gambaran pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebelum pemberian intervensi dengan metode ceramah dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi sebelum Diberikan KIE dengan Metode Ceramah
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan
Jawaban
Skor Tepat Tidak
Tepat
1. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir normal (P1
4 )
10 4
2. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan jika anak pertama lahir seksio (P2
5 )
9 5
Tabel 4.5 (Lanjutan)
1. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir normal (P
2. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir seksio (P
1)
3. Apakah ibu/bapak akan menggunakan alat kontrasepsi jika anak pertama lahir prematur (P
2) 3 4 ) 5 7 10 9 7 4 5 7 4. Apakah ibu jika ada mengidap penyakit seperti jantung,
diabetes militus bapak menganjurkan ibu untuk KB karena akan beresiko jika hamil (P4
4 )
10 4
5. Apakah karena ibu/bapak sudah memiliki dua anak sehingga ibu tidak ingin hamil saat ini dan ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB (P5
3 )
11 3
6. Pada waktu ibu menggunakan kontrasepsi ibu mengalami ketidak puasan pada kontrasepsi tersebut sehingga membuat ibu tidak memilih menjadi akseptor KB lagi (P6
5 )
9 5
7. Apakah ibu merasa tidak puas dengan petugas kesehatan sehingga ibu tidak menjadi akseptor KB(P7
4 )
10 4
8. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ibu/bapak beranggapan anak ibu masih terlalu kecil dan ibu takut akan terganggu pertumbuhannya (P8
6 ).
8 6
9. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena saat ini belum memiliki uang untuk datang ke palayanan kesehatan (P9
5 )
9 5
10. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran pembatasan anggungan oleh karena pekerjaan (P10
1 )
13 1
KB karena anjuran petugas kesehatan(Dokter, Bidan atau Perawat) karena jika hamil akan beresiko bagi ibu (P11 12. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB
karena anjuran dari mertua atau orang tua karena sudah cukup memiliki anak (P
)
12
5 )
9 5
13. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada perasaan takut tidak dapat memberikan yang terbaik pada anak ibu/bapak jika memiliki anak banyak(P13
8
)
6 8
14. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena merasa ada keuntungannya bagi ibu/bapak (P14
7 )
7 7
15. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi
akseptor KB jika ada diberikan insentif(P15
8
)
6 8
Tabel 4.5 (Lanjutan)
16. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika pelayanan diberikan secara gratis (P16
8
)
6 8
17. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi
akseptor KB jika usia ibu beresiko untuk hamil (P17
4
)
10 4
18. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu/bapak ragu-ragu dari metode
yang ada (P18
7
)
7 7
19. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan memilih alat kontrasepsi karena ibu/bapak merasa tidak ada untungnya bagi ibu (P19
7
)
7 7
20. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P20
7
)
7 7
21. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena belum memiliki anak laki-laki (P21
22. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada tekanan dari mertua dan orang tua (P
) 22
23. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ada larangan dari agama yang tidak membolehkan jika ber-KB (P
) 23 24. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB
jika ibu/bapak tidak memiliki pekerjaan tetap (P ) 24
25. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anak ibu masih kecil (P
) 25
26. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena repot mengurus anak jika dekat jaraknya (P
) 26 9 ) 6 4 2 7 7 5 8 10 12 7 7 9 6 4 2 7 7
27. Apakah ibu/bapak belum akseptor KB karena belum paham tentang metode yang ada (P27
9
)
5 9
informasi tentang KB (P28
29. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu khawatir dan takut pada pengalaman melahirkan anak yang lalu (P
)
29
2
)
12 2
30. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran dari petugas kesehatan melihat usia ibu yang beresiko untuk hami(P30
4
)
10 4
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 175
Skor Jawaban yang Ideal: (Skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel) = 1x30x14
420
Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebelum diberikan
KIE dengan metode ceramah adalah cukup yaitu (175/420x100) 41,66%
Dari Tabel 4.5. dapat diketahui bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebelum KIE dengan metode ceramah dilakukan, ada 7 pertanyaan dengan jawaban yang tepat/sesuai diatas 60% (skor ≥ 8) adalah pertanyaan P11, P13, P15, P16, P21, P27, P28. Sebaliknya ada 23
pertanyaan yang mendapat nilai rendah (skor ≤ 8) yaitu pertanyaan P1, P2,
P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P12, P14, P17, P18, P19, P20 , P22, P23, P24,
P52, P26, P29 dan P
Dengan demikian total skor dari 14 responden yang diukur sebelum dilakukan KIE dengan metode ceramah adalah 175. Total skor maksimal jika semua responden menjawab dengan tepat adalah 420. Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebelum dilakukan KIE dengan metode ceramah tergolong
cukup, yaitu (175/420x100) = 41,66%
30.
4.2.3 Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi sebelum Intervensi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan Media Leaflet
Gambaran pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebelum pemberian intervensi dengan media leaflet dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi sebelum diberikan KIE dengan Media Leaflet
Item Pertanyaan Tentang Pengetahuan
Jawaban
Skor Tepat Tidak
Tepat
1. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir normal (P1
5 )
9 5
2. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan jika anak pertama lahir seksio (P2
5 )
9 5
3. Apakah ibu/bapak akan menggunakan alat kontrasepsi jika anak pertama lahir prematur (P3
3 )
11 3
4. Apakah ibu jika ada mengidap penyakit seperti jantung, diabetes militus bapak menganjurkan ibu untuk KB karena akan beresiko jika hamil (P4
2 )
12 2
5. Apakah karena ibu/bapak sudah memiliki dua anak sehingga ibu tidak ingin hamil saat ini dan ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB (P5
2 )
12 2
6. Pada waktu ibu menggunakan kontrasepsi ibu mengalami ketidak puasan pada kontrasepsi tersebut sehingga membuat ibu tidak memilih menjadi akseptor KB lagi (P6
4
)
10 4
7. Apakah ibu merasa tidak puas dengan petugas kesehatan sehingga ibu tidak menjadi akseptor KB(P7
4
)
10 4
8. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ibu/bapak beranggapan anak ibu masih terlalu kecil dan ibu takut
akan terganggu pertumbuhannya (P8
4 ).
10 4
ini belum memiliki uang untuk datang ke palayanan kesehatan (P9
10. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran pembatasan anggungan oleh karena pekerjaan (P ) 10 4 ) 10 4
11. Apakah ibu/bapak akan memutuskan
menjadi akseptor KB karena anjuran petugas kesehatan(Dokter, Bidan atau Perawat) karena jika hamil akan beresiko bagi ibu (P11
4
)
10 4
12. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran dari mertua atau orang tua karena sudah cukup memiliki anak (P12
8 )
6 8
13. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada perasaan takut tidak dapat memberikan yang terbaik pada anak ibu/bapak jika memiliki anak banyak(P13
7 )
7 7
14. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena merasa ada keuntungannya bagi ibu/bapak (P14
5 )
9 5
Tabel 4.6 (Lanjutan)
15. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika ada diberikan insentif(P15
6 )
8 6
16. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika pelayanan diberikan secara gratis (P16
6 )
8 6
17. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika usia ibu beresiko untuk hamil (P17
2 )
12 2
18. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu/bapak ragu-ragu dari metode yang ada (P18
3 )
11 3
19. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan memilih alat kontrasepsi karena ibu/bapak merasa tidak ada untungnya bagi ibu (P19
6 )
8 6
20. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P20
5 )
9 5
21. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena belum memiliki anak laki-laki (P21
6 )
8 6
22. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena ada tekanan dari mertua dan orang tua (P22
7 )
7 7
23. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ada larangan dari agama ibu/bapak yang tidak membolehkan jika berKB (P23
9 )
5 9
24. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika ibu/bapak tidak memiliki pekerjaan tetap(P24
7 )
7 7
25. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena anak masih kecil (P25
2 )
12 2
26. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena repot mengurus anak jika dekat jaraknya (P26
8 )
6 8
27. Apakah ibu/bapak belum akseptor KB karena belum paham tentang metode yang ada (P
9 )
28. Apakah bapak/ibu belum akseptor KB karena tidak ada informasi tentang KB (P28
9 )
5 9
29. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu khawatir dan takut pada pengalaman melahirkan anak yang lalu (P29
1 )
13 1
30. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran dari petugas kesehatan melihat usia ibu yang beresiko untuk hami(P30
6 )
8 6
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 149
Skor Jawaban yang Ideal: (Skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel) = 1x30x14
420
Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebelum
diberikan KIE dengan media leaflet adalah ragu-ragu yaitu (149/420x100) 35,47%
Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebelum KIE dengan media leaflet dilakukan, ada 5 pertanyaan dengan jawaban yang tepat/sesuai diatas 60% (skor ≥ 8) adalah pertanyaan P12, P23, P26, P27, dan P28.
Sebaliknya ada 25 pertanyaan yang mendapat nilai rendah (skor ≤ 8) yaitu pertanyaan
P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P13, P14, P15, P16, P17, P18, P19, P20, P21, P22,
P24 , P25, P29 dan P
Dengan demikian total skor dari 14 responden yang diukur sebelum dilakukan KIE dengan media leaflet adalah 149. Total skor maksimal jika semua responden menjawab dengan tepat adalah 420. Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sebelum dilakukan KIE dengan media leaflet tergolong
ragu-ragu, yaitu (149/420x100) = 35,47%
30.
4.2.4 Pretest Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi pada Kelompok Kontrol
Gambaran pretest pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi pretest pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Hasil Pretest Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi pada Kelompok Kontrol
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan
Jawaban
Skor Tepat Tidak
Tepat
1. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir normal (P1
9 )
4 9
2. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan jika anak pertama lahir seksio (P2
9 )
4 9
3. Apakah ibu/bapak akan menggunakan alat kontrasepsi jika anak pertama lahir prematur (P3
7 )
6 7
Tabel 4.7 (Lanjutan)
4. Apakah ibu jika ada mengidap penyakit seperti jantung, diabetes militus bapak menganjurkan ibu
untuk KB karena akan beresiko jika hamil (P4
6
)
7 6
5. Apakah karena ibu/bapak sudah memiliki dua anak sehingga ibu tidak ingin hamil saat ini dan ibu/bapak
memutuskan menjadi akseptor KB(P5
7
)
6 7
6. Pada waktu ibu menggunakan kontrasepsi ibu mengalami ketidak puasan pada kontrasepsi tersebut sehingga membuat ibu tidak memilih menjadi
akseptor KB lagi (P6
7
)
6 7
7. Apakah ibu merasa tidak puas dengan petugas kesehatan sehingga ibu tidak menjadi akseptor
KB(P7
8. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ibu/bapak beranggapan anak ibu masih terlalu kecil dan ibu takut akan terganggu pertumbuhannya (P ) 8 6 ). 7 7 6 6 7
9. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena saat ini belum memiliki uang untuk datang ke palayanan kesehatan (P9
4 )
9 4
10. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran pembatasan
anggungan oleh karena pekerjaan (P10
11. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran petugas kesehatan(Dokter, Bidan atau Perawat) karena jika hamil akan beresiko bagi ibu (P
)
11
9
)
4 9
12. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran dari mertua atau orang
tua karena sudah cukup memiliki anak (P12
9
)
4 9
13. Apakah ibu/bapak akan memutuskan
menjadi akseptor KB karena ada perasaan takut tidak dapat memberikan yang terbaik pada anak ibu/bapak jika memiliki anak banyak(P13
8
)
5 8
14. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena merasa ada keuntungannya bagi
ibu/bapak (P14
9
)
4 9
15. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi
akseptor KB jika ada diberikan insentif(P15
9
)
4 9
16. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika pelayanan diberikan secara gratis (P16
9
) 4 9
Tabel 4.7 (Lanjutan)
17. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi
akseptor KB jika usia ibu beresiko untuk hamil (P17
18. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu/bapak ragu-ragu dari metode kontrasepsi yang ada (P
)
18
19. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan memilih alat kontrasepsi karena ibu /bapak merasa tidak ada untungnya bagi ibu (P
) 19 11 ) 6 6 2 7 7 11 6 6
20. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P20
7 )
6 7
21. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena belum memiliki anak laki-laki (P21
9 )
4 9
22. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena ada tekanan dari mertua dan orang tua (P22
8 )
5 8
23. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ada larangan dari agama ibu/bapak yang tidak membolehkan jika berKB (P23
6 )
7 6
24. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika ibu/bapak tidak memiliki pekerjaan tetap(P24
9 )
4 9
karena anak masih kecil (P25
26. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena repot mengurus anak jika dekat jaraknya (P
)
26
8 )
5 8
27. Apakah ibu/bapak belum akseptor KB karena belum paham tentang metode yang ada (P27
7 )
6 7
28. Apakah bapak/ibu belum akseptor KB karena tidak ada informasi tentang KB (P28
8 )
5 8
29. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu khawatir dan takut pada pengalaman melahirkan anak yang lalu (P29
5 )
8 5
30. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran dari petugas kesehatan melihat usia ibu yang beresiko untuk hami(P30
8 )
5 8
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 228
Skor Jawaban yang Ideal: (Skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel) =
1x30x13 390
Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi saat pretest
pada kelompok kontrol adalah cukup yaitu (228/390x100) 58,46%
Dari Tabel 4.7. dapat diketahui bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi pada saat pretest, ada 16 pertanyaan dengan jawaban yang tepat/sesuai diatas 60% (skor ≥ 8) adalah pertanyaan P1, P2, P10, P11, P12, P13, P14, P15, P16, P17, P21, P22, P24, P26, P28
dan P30. Sebaliknya ada 14 pertanyaan yang mendapat nilai rendah (skor ≤ 8) yaitu
pertanyaan P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P18, P19, P20, P23 , P25, P27 dan P
Dengan demikian total skor dari 13 responden yang diukur pada kelompok kontrol saat pretest adalah 228. Total skor maksimal jika semua responden menjawab dengan tepat adalah 390. Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi saat pretest adalah cukup, yaitu (228/390x100) = 58,46%.
29.
4.2.5 Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi sesudah Intervensi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan Metode Ceramah
Gambaran pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sesudah pemberian intervensi dengan metode ceramah dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8. Distribusi Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi sesudah diberikan KIE dengan Metode Ceramah
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan
Jawaban
Skor Tepat Tidak
Tepat
1. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir normal (P1
8 )
6 8
2. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan jika anak pertama lahir seksio (P2
12 )
2 12
3. Apakah ibu/bapak akan menggunakan alat kontrasepsi jika anak pertama lahir prematur (P3
14 )
0 14
Tabel 4.8. (Lanjutan)
4. Apakah ibu jika ada mengidap penyakit seperti jantung, diabetes militus bapak menganjurkan ibu untuk KB karena akan beresiko jika hamil (P4
8 )
6 8
5. Apakah karena ibu/bapak sudah memiliki dua anak sehingga ibu tidak ingin hamil saat ini dan ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB (P5
7 )
7 7
6. Pada waktu ibu menggunakan kontrasepsi ibu mengalami ketidak puasan pada kontrasepsi tersebut sehingga membuat ibu tidak memilih menjadi akseptor KB lagi (P6
7 )
7 7
7. Apakah ibu merasa tidak puas dengan petugas kesehatan sehingga ibu tidak menjadi akseptor KB (P7
8. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ibu/bapak beranggapan anak ibu masih terlalu kecil dan ibu takut akan terganggu pertumbuhannya (P
)
8
9. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena saat ini belum memiliki uang untuk datang ke palayanan kesehatan (P
) 9 6 ) 7 6 8 7 8 6 7 6
10. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran pembatasan anggungan oleh karena pekerjaan (P10
4 )
10 4
11. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran petugas kesehatan(Dokter, Bidan atau Perawat) karena jika hamil akan beresiko bagi ibu (P11
7 )
7 7
12. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran dari mertua atau orang tua karena sudah cukup memiliki anak (P12
8 )
6 8
13. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada perasaan takut tidak dapat memberikan yang terbaik pada anak ibu/bapak jika memiliki anak banyak (P13
10
)
4 10
14. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena merasa ada keuntungannya bagi ibu/bapak (P14
9 )
3 9
15. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika ada diberikan insentif (P15
8 )
6 8
16. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika pelayanan diberikan secara gratis (P16
7 )
7 7
17. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika usia ibu beresiko untuk hamil (P17
13 )
1 13
18. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu/bapak ragu-ragu dari metode yang ada (P18 19. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB
karena ibu/bapak merasa tidak ada untungnya (P ) 19 7 ) 5 7 9 7 5 Tabel 4.8. (Lanjutan)
20. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P20
10 )
4 10
21. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P21
10 )
4 10
22. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena ada tekanan dari mertua dan orang tua (P22
4 )
10 4
23. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ada larangan dari agama ibu/bapak yang tidak membolehkan jika ber KB (P23
24. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika ibu/bapak tidak memiliki pekerjaan tetap(P
)
24
25. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena anak masih kecil (P
) 25 10 ) 3 7 4 11 6 10 3 7 26. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB
27. Apakah ibu/bapak belum akseptor KB karena belum paham tentang metode yang ada (P27
7 )
6 7
28. Apakah bapak/ibu belum akseptor KB karena tidak ada informasi tentang KB (P28
8 )
5 8
29. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu khawatir dan takut pada pengalaman melahirkan anak yang lalu (P29
4 )
10 4
30. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran dari petugas kesehatan melihat usia ibu yang beresiko untuk hami(P30
9 )
5 9
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 236
Skor Jawaban yang Ideal: (Skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel) = 1x30x14
420 Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat
kontrasepsi sebelum diberikan KIE dengan metode ceramah adalah cukup yaitu (236/420x100)
56,18%
Dari Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sesudah KIE dengan metode ceramah dilakukan, ada 15 pertanyaan dengan jawaban yang tepat/sesuai diatas 60% (skor ≥ 8) adalah pertanyaan P1, P2, P3, P4, P12, P13, P14, P15, P17, P20, P21, P23, P26
P28, dan P30. Sebaliknya ada 15 pertanyaan yang mendapat nilai rendah
(skor ≤ 8) yaitu pertanyaan P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P16, P18, P19, P22 ,
P24, P25, P27 dan P
Dengan demikian total skor dari 14 responden yang diukur sesudah dilakukan KIE dengan metode ceramah adalah 236. Total skor maksimal jika semua responden menjawab dengan tepat adalah 420. Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sesudah dilakukan KIE dengan metode ceramah tergolong
cukup, yaitu (236/420x100) = 56,19%.
4.2.6 Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi sesudah Intervensi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan Media Leaflet
Gambaran pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sesudah pemberian intervensi dengan media leaflet dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9. Distribusi Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi sesudah diberikan KIE dengan Media Leaflet
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan
Jawaban
Skor Tepat Tidak
Tepat
1. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir
normal (P1
10
)
4 10
2. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir
seksio (P2
10
)
4 10
3. Apakah ibu/bapak akan menggunakan kontrasepsi
jika anak pertama lahir prematur (P3
10
)
4 10
4. Apakah ibu jika ada mengidap penyakit seperti
jantung, diabetes militus bapak menganjurkan ibu
untuk KB karena beresiko untuk hamil (P4
10
)
4 10
Tabel 4.9. (Lanjutan)
5. Apakah karena ibu/bapak sudah memiliki dua anak sehingga ibu tidak ingin hamil saat ini dan ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB (P5
10 )
4 10
6. Pada waktu ibu menggunakan kontrasepsi ibu mengalami ketidak puasan pada kontrasepsi tersebut sehingga membuat ibu tidak memilih menjadi akseptor KB lagi (P6
8 )
6 8
7. Apakah ibu merasa tidak puas dengan petugas kesehatan sehingga ibu tidak menjadi akseptor KB (P7
9 )
5 9
8. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ibu/bapak beranggapan anak ibu masih terlalu kecil dan ibu takut akan terganggu pertumbuhannya (P8
6 )
8 6
9. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena saat ini belum memiliki uang untuk datang ke palayanan kesehatan (P9
7 )
7 7
10. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran pembatasan anggungan oleh karena
pekerjaan (P10
11. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran petugas kesehatan(Dokter, Bidan atau Perawat) karena jika hamil akan beresiko bagi ibu (P
)
11
14 )
0 14
12. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran dari mertua atau orang tua karena sudah cukup memiliki anak (P12
11 )
3 11
13. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada perasaan takut tidak dapat memberikan yang terbaik pada anak ibu/bapak jika memiliki anak banyak (P13
10
)
4 10
14. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena merasa ada keuntungannya bagi ibu/bapak (P14
13 )
1 13
15. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika ada diberikan insentif (P15
8 )
6 8
16. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika pelayanan diberikan secara gratis (P16
10 )
4 10
17. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika usia ibu beresiko untuk hamil (P17
13 )
1 13
18. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu/bapak ragu-ragu dari metode yang ada (P18
7 )
7 7
19. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu/bapak merasa tidak ada untungnya (P19
6 )
8 6
20. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P20
6 )
8 6
21. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P21
7 )
7 7
Tabel 4.9. (Lanjutan)
22. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena ada tekanan dari mertua dan orang tua (P22
10 )
4 10
23. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ada larangan dari agama ibu/bapak yang tidak membolehkan jika ber KB (P23
9 )
5 9
24. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika ibu/bapak tidak memiliki pekerjaan tetap(P24
8 )
6 8
25. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena anak masih kecil (P25
5 )
9 5
26. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena repot mengurus anak jika dekat jaraknya (P26
11 )
3 11
27. Apakah ibu/bapak belum akseptor KB karena belum paham tentang metode yang ada (P27
10 )
4 10
informasi tentang KB (P28
29. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu khawatir dan takut pada pengalaman melahirkan anak yang lalu (P
)
29
0 )
14 0
30. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran dari petugas kesehatan melihat usia ibu yang beresiko untuk hami(P30
12 )
2 12
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 283
Skor Jawaban yang Ideal: (Skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel) = 1x30x14
420 Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat
kontrasepsi sebelum diberikan KIE dengan metode ceramah adalah baik yaitu (283/420x100)
67,38%
Dari Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sesudah KIE dengan media laeflet dilakukan, ada 21 pertanyaan dengan jawaban yang tepat/sesuai diatas 60% (skor ≥ 8) adalah pertanyaan P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P11, P12, P13, P14, P15, P16, P17, P22, P23,
P24, P26, P27, P28, dan P30. Sebaliknya ada 9 pertanyaan yang mendapat nilai
rendah (skor ≤ 8) yaitu pertanyaan P1, P9, P10, P18, P19, P20 , P21, P25, dan
P
Dengan demikian total skor dari 14 responden yang diukur sesudah dilakukan KIE dengan media leaflet adalah 283. Total skor maksimal jika semua responden menjawab dengan tepat adalah 420. Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi sesudah dilakukan KIE dengan media leaflet tergolong baik, yaitu (283/420x100) = 67,38%.
29.
4.2.7 Postest Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi pada Kelompok Kontrol
Gambaran postest pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi pretest pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10. Distribusi Hasil Postest Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi pada Kelompok Kontrol
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan
Jawaban
Skor Tepat Tidak
Tepat
1. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi jika anak pertama lahir
normal (P1
12
)
1 12
2. Apakah ibu/bapak akan menunda kehamilan jika
anak pertama lahir seksio (P2
12
)
1 12
3. Apakah ibu/bapak akan menggunakan alat
kontrasepsi jika anak pertama lahir prematur (P3
9 )
4 9
4. Apakah ibu jika ada mengidap penyakit seperti jantung, diabetes militus bapak menganjurkan ibu untuk KB karena akan beresiko jika hamil (P4
7
)
6 7
5. Apakah karena ibu/bapak sudah memiliki dua anak
sehingga ibu tidak ingin hamil saat ini dan
ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB (P5
4
)
9 4
6. Pada waktu ibu menggunakan kontrasepsi ibu
mengalami ketidak puasan pada kontrasepsi tersebut sehingga membuat ibu tidak memilih menjadi
akseptor KB lagi (P6
5
)
8 5
Tabel 4.10 (Lanjutan)
7. Apakah ibu merasa tidak puas dengan petugas kesehatan sehingga ibu tidak menjadi akseptor KB (P7
6 )
7 6
8. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ibu/bapak beranggapan anak ibu masih terlalu kecil dan ibu takut akan terganggu pertumbuhannya (P8
7 )
6 7
9. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena saat ini belum memiliki uang untuk datang ke palayanan kesehatan (P9
5 )
8 5
10. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada anjuran pembatasan anggungan oleh karena
pekerjaan (P10)
11. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran petugas kesehatan(Dokter, Bidan atau Perawat) karena jika hamil akan beresiko bagi ibu (P11
11 )
2 11
12. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena anjuran dari mertua atau orang tua karena sudah cukup memiliki anak (P12
10 )
3 10
13. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB karena ada perasaan takut tidak dapat memberikan yang terbaik pada anak ibu/bapak jika memiliki anak banyak (P13
7
)
6 7
14. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena merasa ada keuntungannya bagi ibu/bapak (P14
10 )
3 10
15. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika ada diberikan insentif (P15
10 )
3 10
16. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika pelayanan diberikan secara gratis (P16
12 )
1 12
17. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi akseptor KB jika usia ibu beresiko untuk hamil (P17
11 )
2 11
18. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu/bapak ragu-ragu dari metode yang ada (P18
9 )
4 9
19. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena ibu/bapak merasa tidak ada untungnya (P19
7 )
6 7
20. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P20
6 )
7 6
21. Apakah ibu/bapak tidak memutuskan menjadi akseptor KB karena tidak ada kecocokan dari semua metode yang ada (P21
8
)
5 8
22. Apakah ibu/bapak akan memutuskan memilih alat kontrasepsi karena ada tekanan dari mertua dan orang tua (P22
10 )
3 10
Tabel 4.10 (Lanjutan)
23. Apakah ibu/bapak tidak akseptor KB karena ada
larangan dari agama ibu/bapak yang tidak
membolehkan jika ber KB (P23
10
)
3 10
24. Apakah ibu/bapak akan memutuskan menjadi
akseptor KB jika ibu/bapak tidak memiliki pekerjaan tetap(P24
13
)
0 13
25. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB
karena anak masih kecil (P25
8
)
5 8
karena repot mengurus anak jika dekat jaraknya (P26
27. Apakah ibu/bapak belum akseptor KB karena belum
paham tentang metode yang ada (P
)
27
7
)
6 7
28. Apakah bapak/ibu belum akseptor KB karena tidak
ada informasi tentang KB (P28
6
)
7 6
29. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB
karena ibu khawatir dan takut pada pengalaman
melahirkan anak yang lalu (P29
6
)
7 6
30. Apakah ibu/bapak memutuskan menjadi akseptor KB
karena ada anjuran dari petugas kesehatan melihat
usia ibu yang beresiko untuk hami(P30
12
)
1 12
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 255
Skor Jawaban yang Ideal: (Skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel) = 1x30x13
390 Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih
alat kontrasepsi sebelum diberikan KIE dengan metode ceramah adalah baik yaitu (255/390x100)
65,38%
Dari Tabel 4.10. dapat diketahui bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan
untuk mengukur pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi pada
saat pretest, ada 16 pertanyaan dengan jawaban yang tepat/sesuai diatas 60% (skor ≥ 8) adalah pertanyaan P1, P2, P3, P11, P12, P13, P14, P15, P16, P17, P18, P22, P23, P24, P25, P26 dan P
Sebaliknya ada 14 pertanyaan yang mendapat nilai rendah (skor ≤ 8) yaitu pertanyaan
P
30.
4,P5, P6, P7, P8, P9, P10, P13, P19, P20, P21, P27 , P28 dan P
Dengan demikian total skor dari 13 responden yang diukur pada kelompok
kontrol saat postest adalah 255. Total skor maksimal jika semua responden menjawab
dengan tepat adalah 390. Maka pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat
kontrasepsi saat prostest adalah baik, yaitu (255/390x100) = 65,38%.
29.
Tahap pertama dalam penelitian eksperimen tiga kelompok adalah
dapat disimpulkan bahwa pengelompokkan responden dari kedua sampel
yang diberi perlakuan dan kelompok yang tidak diberikan perlakuan
mengambil keputusan memilih alat kontrasepsi menunjukkan tidak ada
perbedaan.
Hal ini berarti bahwa persyaratan untuk melakukan penelitian
eksperimen sudah terpenuhi yang sesuai dengan pendapat Murti (2003),
bahwa sebelum melakukan penelitian eksperimental, kondisi kelompok
perlakuan harus mempunyai kemampuan yang sebanding untuk
menghindari bias.
4.3. Analisis Data
4.3.1 Uji Perubahan Pengambilan Keputusan PUS sebelum dan sesudah Pemberian Intervensi Komunikasi, Informasi Dan Edukasi (KIE) Pada Kelompok Ceramah
Untuk melihat perubahan pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi dilakukan dengan statistik uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon termasuk dalam uji non-parametri dan merupakan uji untuk data berpasangan dengan model pengukuran sebelum dan sesuadah (one
group before and after design).
Perbedaan pengambilan keputusan responden sebelum dan sesudah pemberian intervensi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pada kelompok ceramah dapat dilihat pada Tabel 4.11 dibawah ini:
Tabel 4.11 Hasil Uji Beda Proporsi Pengambilan Keputusan PUS dalam Memilih Alat Kontrasepsi dengan Metode Ceramah, Media Laeflet dan Kelompok Kontrol
Variab el KIE Dengan Metode Ceramah Perubahan Ranking p S e b e l u m S e s u d a h N n N Penga mbilan Keputu san a) - Pasti - Cukup - Ragu-ragu 0 1 0 4 3 1 1 0 Rankin g Negatif Rankin g Positif Ties 0 1 4 0 0 , 0 0 1 * Variab el KIE Dengan Media Leaflet Perubahan Ranking p S e b e l u m S e s u d a h N n N Penga mbilan Keputu san a) - Pasti - Cukup - Ragu-ragu 0 5 9 9 5 0 Rankin g Negatif Rankin g Positif 0 1 4 0 0 , 0 0 1 *
Ties Variab el Kelompok Kontrol Perubahan Ranking p S e b e l u m S e s u d a h N n N Penga mbilan Keputu san a) - Pasti - Cukup - Ragu-ragu 5 8 0 9 4 0 Rankin g Negatif Rankin g Positif Ties 4 9 0 0 , 0 6 8
Keterangan : a) Uji Wilcoxon
Perubahan pengambilan keputusan :
- Ranking Negatif adalah perubahan pengambilan keputusan sebelum dan sesudah dari kategori ‘Cukup’ menjadi ‘Ragu-ragu’, atau kategori ‘Pasti’ menjadi ‘Cukup’, atau kategori ‘Pasti’ menjadi ‘Ragu-ragu’
- Ranking Positif adalah perubahan sebelum dan sesudah dari kategori ragu’ menjadi ‘Cukup’, atau kategori ‘Ragu-ragu’ menjadi ‘Pasti’, atau kategori ‘Cukup’ menjadi ‘Pasti’ - Ties artinya tidak terjadi perubahan sebelum dan sesudah.
Pada Tabel 4.11 di atas dilakukan uji Wilcoxon untuk melihat perubahan pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi diwilayah kerja Puskesmas Langsa Lama selama penelitian berlangsung. Skor nilai ini tidak dikategorikan.
Hasil uji menunjukkan bahwa perubahan pengambilan keputusan ‘Pasti’ sebelum KIE dengan metode ceramah tidak ada dan setelah KIE dengan metode
ceramah menjadi 3 orang, tingkat pengambilan keputusan ‘cukup’ sebelum KIE dengan metode ceramah 10 orang dan setelah KIE dengan metode ceramah menjadi 20 orang dan pengambilan keputusan ‘ragu-ragu’ sebelum KIE dengan metode ceramah 4 orang dan setelah KIE dengan metode ceramah tidak ada pengambilan keputusannya ragu-ragu. Perubahan pengambilan keputusan ini dapat dilihat bahwa tidak ada perubahan dari kategori tinggi ke kategori rendah. Terjadi perubahan kategori rendah ke tinggi, seperti kategori pengambilan keputusan ‘ragu-ragu’ menjadi ‘cukup’ atau kategori pengambilan keputusan ‘ragu-ragu’ menjadi ‘pasti’ atau kategori pengambilan keputusan ‘cukup’ menjadi ‘pasti’ sebanyak 14 orang. Tidak terjadi kategori yang tidak berubah, seperti kategori pengambilan keputusan ‘cukup’ sebelum dan sesudahnya sama atau kategori pengambilan keputusan ‘pasti’ sebelum dan sesudahnya sama. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan (p.(=0,001) < α (=0,05)). Artinya ada pengaruh KIE dengan metode ceramah untuk merubah pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi mereka.
Hasil uji menunjukkan bahwa perubahan pengambilan keputusan ‘Pasti’ sebelum KIE dengan media leaflet tidak ada dan setelah KIE dengan media leaflet menjadi 9 orang, tingkat pengambilan keputusan ‘cukup’ sebelum KIE dengan media
leaflet 5 orang dan setelah KIE dengan media leaflet tetap 5 orang dan pengambilan
keputusan ‘ragu-ragu’ sebelum KIE dengan media leaflet 9 orang dan setelah KIE dengan media leaflet tidak ada pengambilan keputusannya ragu-ragu. Perubahan pengambilan keputusan ini dapat dilihat bahwa tidak ada perubahan dari kategori tinggi ke kategori rendah. Terjadi perubahan kategori rendah ke tinggi, seperti
kategori pengambilan keputusan ‘ragu-ragu’ menjadi ‘cukup’ atau kategori pengambilan keputusan ‘ragu-ragu’ menjadi ‘pasti’ atau kategori pengambilan keputusan ‘cukup’ menjadi ‘pasti’ sebanyak 14 orang. Tidak terjadi kategori yang tidak berubah, seperti kategori pengambilan keputusan ‘cukup’ sebelum dan sesudahnya sama atau kategori pengambilan keputusan ‘pasti’ sebelum dan sesudahnya sama. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan (p.(=0,001) < α (=0,05)). Artinya ada pengaruh KIE dengan media leaflet untuk merubah pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi mereka.
Demikian juga dengan hasil uji pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa perubahan pengambilan keputusan ‘Pasti’ pada saat pretest 5 orang dan postest menjadi 9 orang, tingkat pengambilan keputusan ‘cukup’ pada saat pretest 8 orang dan postest 4 orang. Perubahan pengambilan keputusan ini dapat dilihat bahwa ada perubahan dari kategori tinggi ke kategori rendah seperti kategori pengambilan keputusan ‘Cukup’ menjadi ‘Ragu-ragu’, atau kategori ‘Pasti’ menjadi ‘Cukup’, atau kategori ‘Pasti’ menjadi ‘Ragu-ragu’ sebanyak 4 orang. Terjadi perubahan kategori rendah ke tinggi, seperti kategori pengambilan keputusan ‘ragu-ragu’ menjadi ‘cukup’ atau kategori pengambilan keputusan ‘ragu-ragu’ menjadi ‘pasti’ atau kategori pengambilan keputusan ‘cukup’ menjadi ‘pasti’ sebanyak 9 orang. Tidak terjadi kategori yang tidak berubah, seperti kategori pengambilan keputusan ‘cukup’ sebelum dan sesudahnya sama atau kategori pengambilan keputusan ‘pasti’ sebelum dan sesudahnya sama. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan (p.(=0,068) > α (=0,05)).
Artinya tidak ada pengaruh pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi pada kelompok kontrol.