• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sk 1 blok ortho (sistem stomagtonatik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Sk 1 blok ortho (sistem stomagtonatik)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. berkat taufik dan Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. berkat taufik dan hidayah-Nya

hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SistemSistem Stomatognatik 

Stomatognatik ””.. Selawat beriringkan salam tidak lupa kita haturkan atas Selawat beriringkan salam tidak lupa kita haturkan atas pahlawan besar kitapahlawan besar kita  Nabi

 Nabi Muhammad SAW. Muhammad SAW. yang telah yang telah membawa membawa umatnya dari umatnya dari alam alam kegelapan kegelapan dan kebodohandan kebodohan ke alam yang terang dan penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini. ke alam yang terang dan penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.

Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diembankan kepada kami selaku mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi sebagai hasil diembankan kepada kami selaku mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi sebagai hasil diskusi kelompok pada setiap pemicu.

diskusi kelompok pada setiap pemicu.

Ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada drg. Ridwan L. Sp. Pros. selaku Ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada drg. Ridwan L. Sp. Pros. selaku fasilitator kelompok

fasilitator kelompok yang yang telah memberikan telah memberikan banyak masukan-masukan banyak masukan-masukan yang yang membangunmembangun dan juga untuk teman-teman yang telah berpartisipasi aktif dalam membantu penyusunan dan juga untuk teman-teman yang telah berpartisipasi aktif dalam membantu penyusunan makalah ini hingga selesai.

makalah ini hingga selesai.

Walaupun makalah ini telah dapat kami selesaikan, namun masih banyak terdapat Walaupun makalah ini telah dapat kami selesaikan, namun masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi bahasa maupun dari segi penyusunan karena kami selaku manusia kekurangan, baik dari segi bahasa maupun dari segi penyusunan karena kami selaku manusia tidak luput dari salah dan lupa. Maka dengan senang hati, kami mengharapkan saran, tidak luput dari salah dan lupa. Maka dengan senang hati, kami mengharapkan saran, kritikan, dan bimbingan yang bersifat membangun ke arah yang positif demi kesempurnaan kritikan, dan bimbingan yang bersifat membangun ke arah yang positif demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi dalam penyusunan makalah selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca pada

kami dan pembaca pada umumnya.umumnya.

Darussalam, 15 September 2013 Darussalam, 15 September 2013

Tim Penulis Tim Penulis

(2)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 

KATA PENGANTAR ...1...1

DAFTAR

DAFTAR ISI...ISI...22 BAB

BAB 1 1 PENDAHULUPENDAHULUAN...AN...4...4 1.1

1.1 Latar Latar Belakang...Belakang...4...4 1.2

1.2 Perumusan Perumusan Masalah...Masalah...4...4 1.3

1.3 Tujuan...Tujuan...5.5 BAB

BAB II II PEMBAHASAN..PEMBAHASAN...6...6 2.1

2.1 Orthodonti Orthodonti dan dan Prostodonti...Prostodonti...6....6

2.1.1

2.1.1 Definisi Definisi Ortho Ortho dan dan ProstoProsto...6...6

2.1.2

2.1.2 Prinsip Prinsip Dasar Dasar Perawatan Perawatan Ortho Ortho dan dan ProstoProsto...6...6

2.2 2.2Oklusi...Oklusi...6...6 2.2.1 Definisi 2.2.1 Definisi...6...6 2.2.2 Klasifikasi... 2.2.2 Klasifikasi...6...6 2.2.3

2.2.3 Six Six Keys Keys of of Andrew...Andrew...7...7

2.3 2.3Maloklusi...Maloklusi...7...7 2.3.1 Definisi 2.3.1 Definisi...7...7 2.3.2 Etiologi... 2.3.2 Etiologi...7...7 2.3.3 Klasifikasi... 2.3.3 Klasifikasi...9...9 2.3.4

2.3.4 Penanganan Penanganan Terhadap Terhadap Maloklusi....Maloklusi...10...10

2.4

2.4 Sistem Sistem Stomatognatik....Stomatognatik...11...11

2.4.1 Definisi

2.4.1 Definisi...11...11

2.4.2

2.4.2 Komponen Komponen dan dan Fungsi...Fungsi...11...11

2.4.3

2.4.3 Cara Cara Pemeriksaan...Pemeriksaan...11...11

2.5

2.5 TrayektorisTrayektoris...1...166

2.5.1

2.5.1 DefinisiDefinisi...16...16

2.5.2

2.5.2 Trayektoris Trayektoris Maxilla...Maxilla...16...16

2.5.3

2.5.3 Trayektoris Trayektoris Mandibula...Mandibula...17..17

2.6

(3)

2.2.1 Definisi...18

2.2.2 Isi Kode Etik...18

2.2.3 Sanksi Pelanggaran...21

BAB III KESIMPULAN...22

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem stomatoknatik merupakan suatu pendekatan dalam bidang kedokteran gigi yang mana mempertimbangkan hubungan saling ketergantungan antara bentuk dan fungsi gigi, hubungan rahang, artikulasi TMJ, konformasi (kesesuaian) orokraniofacial, dan oklusi dental. Kerusakan atau gangguan pada salah satu komponen sistem stomatognatik mempunyai  pengaruh besar terhadap ketidaksesuaian dari yang mempengaruhi sistem stomatognatik.

Salah satu penyebab dari kerusakan atau gangguan dari sisitem stomatognatik dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam perawatan dental. Seperti pencabutan gigi tanpa adanya  perawatan atau implant dari gigi yang telah di ekstraksi. Hal ini menyebabkan maloklusi yang

dapat mempengaruhi sistem stomatognatik.

Ketidaktauan batasan wewenang operator dalam menentukan rencana perawatan juga  berpengaruh dalam terjadinya gangguan sistem stomatognatik. Hal ini dikarenakan apabila rencana perawatan yang dilakukan salah di buat maka perwatan yang dilakukan pun akan salah dan tidak tepat hasilnya.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah:

1. Orthodonti dan Prostodonti

 Definisi Ortho dan Prosto

 Prinsip Dasar Perawatan Ortho dan Prosto

2. Oklusi

 Definisi

 Klasifikasi

 Six Keys of Andrew

3. Maloklusi

 Definisi

 Etiologi

 Klasifikasi

 Penanganan Terhadap Maloklusi

4. Sistem Stomatognatik

 Definisi

 Komponen dan Fungsi

 Cara Pemeriksaan

5. Trayektoris

(5)

 Trayektoris Maxilla

 Trayektoris Mandibula

6. Kode Etik

 Definisi

 Isi Kode Etik

 Sanksi Pelanggaran

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai hasil laporan diskusi kelompok tutorial kami dalam pembahasan dari kasus dalam skenario. Makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang sistem stomatognati, oklusi, maloklusi dan kode etik profesi dalam kedokteran gigi.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Orthodonti dan Prostodonti

2.1.1 Definisi Ortho dan Prosto

Ortodonti adalah cabang kedokteran gigi yang mempelajari pencegahan, interseptif dan korektif dari maloklusi dan keabnormalan lainnya pada regio dentofasial. Kata ortodonti  berasal dari kata orthos yang berarti memperbaiki dan odontos yang berarti gigi.

Prostodonti adalah cabang ilmu pengetahuan dan seni kedokteran gigi yang berhubungan dengan penggantian gigi yang hilang dan jaringan mulut untuk me restorasi dan memelihara

 bentuk mulut, fungsi, penampilan dan kesehatan.1

2.1.2 Prinsip Dasar Perawatan Orthodonti dan Prostodonti

Ada tiga tujuan utama perawatan orthodonti dan prostodonti :

1. Efisiensi fungsional

Banyak maloklusi mempengaruhi fungsi normal sistem stomatognatik,

 perawatan ortodonti harus meningkatkan fungsi normal sistem stomatognatik 2. Harmoni estetis

Banyak maloklusi yang menyebabkan tampilan gigi tidak baik, perawat an orthodonti harus meningkatkan estetik

3. Keseimbangan struktural

Orofasial terdiri dari sistem dentoalveolar, jaringan skeletal, dan jaringan lunak termasuk otot. Perawatan ortodontik stabil yang terbaik dicapai dengan menjaga

keseimbangan antara ketiga komponen tersebut.1

2.2 Oklusi

2.2.1 Definisi

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi pada maksila dan mandibula yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang.

Oklusi dapat terus menerus berubah sebagai respon terhadap perubahan, baik itu  perubahan adaptasi yang sehat dan kelainan.

(7)

1. Oklusi sentrik adalah ketika posisi mandibula saat gigi mengalami intercuspid maksimal.

2. Oklusi eksentrik adalah kontak gigi yang terjadi selama per gerakan mandibula. Oklusi ini terbagi menjadi 2, yaitu :

 Oklusi fungsional (working side occlusion).

a) Oklusi fungsional lateral, yaitu kontak yang terjadi pada kaninus dan gigi posterior pada bagian mandibula yang berpindah. Terdapat 2 tipe, yaitu canine guided occlussion / canine protected dan grouped lateral occlusion. Canine guided occlussion terjadi ketika ujung cusp kaninus dan gigi posterior pada bagian mandibula yang berpindah, berkontak. Grouped lateral occlusion  terjadi ketika gigi posterior berkontak selama working side.

 b) Oklusi fungsional protrusive, yaitu gerakan mandibula ke depan.

Oklusi non fungsional merupakan kontak yang terjadi selama pergerakan mandibula, contohnya mandibula bergerak ke kiri tetapi terjadi kontak pada gigi-gigi bagian kanan.1

2.2.3 Six Keys of Andrew

Kunci oklusi menurut L.F Andrew.

1. Hubungan molar: cups mesiobukal dari gigi M1 rahang atas atas berada di groove antara cups M1 rahang bawah, cups distobukal dari M1 rahang atas berkontak dengan cups mesiobukal dari gigi-gigi M2 rahang bawah.

2. Angulasi mahkota gigi: semua mahkota gigi terangulasi ke arah mesial.

3. Inklinasi mahkota: inklinasi mengarah kepada kemiringan mahkota gigi dalam arah

labiolingual atau bukolingual. 4. Rotasi: tidak terdapat rotasi gigi

5. Diastema: tidak terdapat diastema/ celah antara gigi.

6. Bidang oklusal berbentuk datar atau sedikit melengkung.1

2.3 Maloklusi

2.3.1 Definisi

Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang menyimpang

dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal.2

2.3.2 Etiologi

Graber mengklasifikasikan etiologi maloklusi menjadi dua factor yaitu factor umum dan faktor local.

(8)

a. Herediter

Contohnya ukuran gigi-geligi, crowding/spacing , dimensi rahang, variasi antar rahang.

 b. KelainanKonginetal

Contohnya: Keadaan yang abnormal pada saat ibu mengandung, penyakit infeksi, celah langit-langit dan wajah.

c. Lingkungan

1.Prenatal, contohnya trauma, material diet.

2.Postnatal, contohnya cedera saat kelahiran, cedera TMJ

d. Penyakit-penyakit dan keadaan-keadaan metabolic

Contohnya: yang menyebabkan adanya predisposisi ke arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelelnjar endokrin, gangguan metabolis, dan pen yakit-penyakit infeksi.

e. Masalah Diet (defisiensi nutrisi)

f.Kebiasaanburuk

Contohnya: menghisapjari, bernafas dengan mulut, mendorong-dorong lidah ke gigi, mengigit kuku.

g. Sikap Badan

h. Trauma dan Kecelakaan.

2.Faktor Lokal

a. Anomali jumlah gigi

 b. Anomali ukuran gigi

c. Anomali bentuk gigi

d. Frenulum labii yang abnormal

e. Kehilang dini gigi

f. Presistensi gigi desidui

h. Erupsi gigi permanen yang tertunda

i. Waktu erupsi yang abnormal

 j. Ankylosis

k. Karies gigi

(9)

2.3.3 Klasifikasi

Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:

1. Klas I angle (Netroklusi)

Pada maloklusi ini patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas dengan molar  pertama rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar pertama bawah tidak ada maka

kadang-kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan rahang bawah.

Menurut Dewey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe :

a. Klas I tipe 1 : bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis bukal molar  pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal (crowding dan kaninus terletak

lebih ke labial.

 b. Klas I tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi anterior dalam keadaan protusif.

c. Klas I tipe 3 :hubungan pertama molar pertama atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan  bersilang anterior.

d. Klas I tipe 4 : hubungan pertama molar atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan  bersilang posterior.

e. Klas I tipe 5 : hubungan molar pertama normal, kemudian pada gigi posterior terjadi migrasi kearah mesial.

2. Klas II Angle

Sehubungan bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas lebih anterior dari garis bukal molar  pertama bawah. Juga apabila bonjol mesial cusp molar pertama atas bergeser sedikit ke

anteriordan tidak pada garis bukal pertama atas melewati bonjol mesiobukal molar pertama  bawah.

Pada maloklusi ini hubungan kaninusnya bervariasi yaitu kaninus bisa terletak diantara insisif lateral dan kaninus bawah.pada umumnya kelainan ini disbabkan karena kelainan pada tulang rahang atau maloklusi tipe skeletal.

Menurut dewey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi, yaitu:

a. Divisi I : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior adalah protusif. Kadang-kadang disebabkan karena kecilnya rahang bawah sehingga  profil pasien terlihat seperti paruh burung.

 b. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior seolah-olah normal tetapi terjadi deep bite dan profil pasien seolah-olah normal.

(10)

Disini bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati bonjol distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal molar pertama  bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara premolar pertama dan

kedua bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeleta l.

Menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu:

a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan anterior insisal dengan insisal (edge to edge).

 b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi anterior hubungannya normal.

c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga dagu  penderita menonjol kedepan.1

2.3.4 Penanganan Maloklusi

Ada beberapa cara penanganan untuk kasus maloklusi:

 Perawatan Preventif

Perawatan preventif adalah segala tindakan yang menghilangkan segala pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang yang abnormal. Misalnya dalam periode prenatal anak yang  berada dalam kandungan, asupan nutrisi ibu harus baik. Sedangkan pada saat periode  post natal harus dijaga kebersihan mulutnya (pemilihan dot yang tepat, anak diajari

cara menyikat gigi yang benar) serta dijaga dari kebiasaan buruk misalnya menghisap ibu jari.

 Perawatan Interseptif

Perawatan interseptif adalah perawatan orthodontik pada maloklusi yang telah mulai tampak, untuk mencegah agar maloklusi yang ada tidak berkembang menjadi parah. Macam-macam perawatan interseptif:

 Activator

 Head gear

 Rapid palatal ekspansion

 Face mask  Chin cup  Space maintainer  Space regainer  Serial ekstraksi  Perawatan Kuratif

Perawatan ini dilakukan untuk mengoreksi maloklusi atau malposisi yang ada dan mengembalikan kepada posisis, oklusi, dan lengkung yang ideal. Perawatan kuratif terbagi menjadi 2 macam yaitu perawatan ortho cekat (fixed orthodontic treatment)

(11)

2.4 Sistem Stomatognatik

2.4.1 Definisi

Sistem stomatognati adalah kesatuan sistem yang berbeda pada rongga mulut dan  berfungsi dalam oklusi penguyahan, bicara, pergerakan, dan sebagainya. Sistem stomatognati

terdiri dari gigi dan jaringan pendukung.4 2.4.2 Komponen dan Fungsi

 Gigi

Jaringan gigi terdiri dari email, dentin, sementum, dan pulpa. Fungsi:

a. insisivus didesain untuk memotong makanan.  b. caninus didesain untuk mengoyak makanan.

c. premolar membantu memotong dan meghaluskan makanan. d. molar didesain untuk mengunyah dan menghaluskan makanan.

 Jaringan periodontal

Terdiri dari gingiva, sementum, ligament periodontal, dan tulang alveolar. Fungsi:

a. gingiva merupakan bagian dari mukosa oral yang mengelilingi gigi dan menutup tulang alveolar pada rahang.

 b. sementum merupakan jaringan keras yang mengelilingi akar gigi.

 Lidah

Lidah berfungsi untuk mastikasi atau pengunyahan dan penelanan.

 Rahang

a. maksila berfungsi sebagai media penahanan dalam mastikasi agar dapat  bekerja secara maksimal.

 b. mandibula berfungsi sebagai media penerus gerakan temporo mandibular  joint (TMJ).

 Otot-otot pengunyahan

a. otot masseter  b. otot temporalis

c. otot pterigoid medial d. otot pterigoid lateral

 Temporo mandibular joint (TMJ)

TMJ berfungsi sebagai penghubung antara mandibula dengan tulang te mporal.

 Kelenjar saliva

 Pembuluh darah5

2.4.3 Cara Pemeriksaaan

Pemeriksaan Umum

(12)

Sebagai suatu kunci petumbuhan fisik dn kematangan pasien yang bias memiliki korelasi dento-facial.

 Gaya Berjalan ( Galt)

Abnormalitas pada gaya berjalan pasien biasanya dihubungkan dengan neuromuscular yang bias memiliki korelasi dental.

 Posture

Menunjukkan pada cara pasien berdiri. Posture abnormal dapat mempengaruhi maloklusi yang diakibatkan pada perubahan dalam hubungan maksila mandibula.

 Fisik

3 tipe bentuk badan :

1. Aesthetic

Orang yang kurus dan biasanya memiliki lengkung dental yang sempit.

2. Pletonic

Orang yang kelebihan berat badan, umumnya memiliki lengkung dental yang lebar dan  petak.

3. Atthetic

 Normal, tidak kurus dan tidak gemuk. Lengkung dental dengan ukuran normal.

Seldom, klasifikasi :

1. Ectomorphic : secara fisik tinggi dan kurus

2. Mesomorphic : ukuran fisik rata-rata

3. Endomorphic : secara fisik pendek dan obesitas

Pemeriksaan Extra Oral

 Bentuk Kepala

1. Mesocephalic : bentuk kepala rata-rata normal dental arch.

2. Dalicocephalic : bentuk kepala panjang dan sempit, memiliki lengkung gigi yang sempit.

3. Brachycephalic : bentuk kepala lebar dan pendek, lengkung dental lebar.

 Bentuk Wajah

1. Mesoprosopic : bentuk wajah normal atau rata-rata. 2. Euttryprosopic : tipe wajah lebar dan pendek.

(13)

 Assessment of Facial Symmetry

Pemeriksaan kesemetrisan wajah pasien adalah untuk menentukan disproporsi wajah pada  plane vertical dan transversal. Ketidaksemetrisan wajah dapat terjadi karena :

ü Defek kongenital.

ü Atropi / hipertropi hemifacial.

ü Ankilosis kondilar unilateral atau hyperplasia.

 Profil wajah

Pemeriksaan dengan cara melihat wajah pasien dari samping. Profil wajah dapat membantu dalam mendiagnosis penyimpangan hubungan maksila mandibula.

 Facial Divergence

Didefinisikan sebagai suatu inklinasi anterior atau posterior dan wajah bagian bawah terhadap dahi. Divergensi facial dapat dibagi ke dalam 3 tipe :

1. Anterior divergence

Suatu garis ditarik di antara dahi dan dagu, inklinasi kea rah anterior terhadap dagu.

2. Posterior divergence

Suatu garis ditarik antara dahi dan dagu, miring kea rah posterior terhadap dagu.

3. Straight atau orthognathic

Garis antara dahi dan dagu adalah lurus atau tegak lurus terhadap lantai.

Divergensi facial umumnya dipengaruhi oleh etnik pasien dan latar belakang ras.

 Assessment Hubungan Rahang Anterior dan Posterior

Idealnya dasar skeletal maksila adala 2 –  3 mm maju ke depan dari skeletal mandibula ketika gigi dalam keadaan oklusi. Perhitungan dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk dan  jari tengah masing- masing pada titik A dan B jaringan lunak.

Pada pasien skeletal kelas II, jari telunjuk adalah pada posisi anterior terhadap jari tengah. Pada pasien skeletal kelas III, jari tengah di depan telunjk. Pada pasien dengan skeletal kelas I pada level yang lurus dan rata.

 Assessment Hubungan Rahang Vertikal

Hubungan vertical skeletal dapat juga diperkirakan dengan mempelajari sudut yang terbentuk antara bonder bawah mandibula dan bidang frankort horizontal ( FHP).

(14)

Dapat dibagi ke dalam 3, 1/3 vertikal yang sama 4 bidang horizontal pada level garis rambut, ridge supra orbital, dasar hidung dan border inferior dagu. Wajah bagian bawah, bibir atas menempati 1/3 jarak sementara dagu menempati rest of the space.

 Pemeriksaan Bibir

Secara normal bibir atas menutupi seluruh labial anterior atas kecuali insisal 2-3 mm.  bibir bawah menutupi seluruh permukaan labial anterior bawah dan 2-3 mmedge insisal

anterior atas. Bibir dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe berikut :

1. Competent lips

Bibir pada kontak ringan sementara otot-otot dalam keadaan istirahat

2. Incompetens lips

Secara marfologi bibir pendek, tidak dapat membentuk suatu pola penutupan bibir dalam keadaan istirahat. Penutupan bibir hanya dilakukan dengan kontraksi aktif dari otot-otot  perioral dan mentalis.

3. Potentially incompetens lips

Bibir normal yang gagal untuk membentuk suatu pola penutupan akibat proklinasi pada insisiv-insisiv atas.

4. Everted lips

Bibir hipertropi dengan lemahnya tonusitasotot-otot.

 Pemeriksaan hidung

1. Ukuran hidung

Secara normal, hidung pada bagian 1/3 tinggi total wajah.

2. Kontur hidung

Bentuk hidung bias lurus, cembung atau cekung sebagai suatu akibat dari nasal injuries.

3.  Nostrils ( lubang hidung )

Berbentuk oval, harus simetris secara bilateral, stenosis nostril bias menindikasikan terhalangnya pernapasan hidung.

 Pemeriksaan Dagu

(15)

Sulkus mentolabial adalah suatu cekungan yang terlihat di bawah bibir bawah. Sulus mentolabial yang dalam dapat dilihat pada maloklusi kelas II divisi I sedangkan sulkus dangkal pada bimaksillary protrusion.

2. Mentalis activity

Secara normal, otot-otot mentalis tidak dapat ditunjukkan kontraksi apapun saat posisi normal. Aktivitas hiperaktif mentalis terlihat pada beberapa keadaan maloklusi seperti kasus kelas II divisi I. Hal ini menyebabkan pengerutan atau lipatan dagu.

3. Chin position and prominence

Menonjolnya dagu biasanya diasosiasikan dengan maloklusi kelas III smentara recessive chin biasanya maloklusi kelas II.

4.  Nasolabial Angle

Susut ini terlihat antara border bawah hidung dan suatu garis yang menghubungkan interseksi ( penyilangan) hidung dan bibir atas dengan ujung bibir ( labrale superior ). Sudut ini normalnya 110o. Sudut ini berkurang jika pasien memiliki gigi-geligi anterior yang  proklinasi atau prognatis maksilla. Sudut ini juga bisa meningkat / bertambah pada pasien

dengan retrognatik maksilla atau retroclined maxillary anterior.

Pemeriksaan Intraoral

 Pemeriksaan Lidah

Berlebihnya ukuran lidah diindikasikan karena adanya gigi pada margin lateral. Memberikan gambaran scallop pada lidah.

 Pemeriksaan Palatum

Palatum harus diperiksaan untuk menemukan hal-hal berikut :

 Variasi kedalaman paltum terjadi pada hubungan dengan variasi bentuk facial.

Kebanyakan pasien dolicofacial memiliki palatum yang dalam.

 Adanya swelling ( lekukan ) pada palatum dapat mengindikasi suatu keadaan gigi

impaksi, adanya kista atau patologis tulang lainnya.

 Ulcerasi mukosa dan indentation adalah suatu gambaran dari deep bite traumatic.

 Adanya celah palatum diasosiasikan dengan diskontinuitas palatum.

 “the third rugae” biasanya pada garis dengan caninus. Hal ini ber guna dalam

 perkiraan proklinasi anterior maksilla.

 Pemeriksaan Gingiva

Gingival diperiksa untuk inflamasi, resesi dan lesi mucogingival lainnya. Biasanya temuan gingivitis marginal pada region anterior disebabkan oleh postur open lip. Adanya oklusi traumatic diindikasikan dengan resesi gingival terlokalisir.

(16)

 Pemeriksaan Perlekatan Frenum

Perlekatan frenul abnormal didiagnosis dengan suatu tes pemutihan dimana bibir atas upward dan outward beberapa lama. Adanya pemutihan pada region papilla unter- dental mendiagnosis suatu frenum abnormal.

 Pemeriksaan Tonsil atau Adenoid

Tonsil secara abnormal terinflamasi karena perubahan postur lidah dan rahang, dengan demikian keseimbangan oro-facial menunjukkan maloklusi.

 Taksiran Pertumbuhan Gigi

Harus dicatat ekstra:

a. Gigi geligi yang terdapat / yang ada di dalam rongga mulut.

 b. Gigi-gigi yang belum erupsi.

c. Gigi-gigi hilang.

d. Status gigi ( gigi yang erupsi dan tidak erupsi).

e. Adanya karies, restorasi, malformasi, hipoplasia, atrisi dan diskolorasi.

f. Menentukan relasi molar

g. Overjet dan overbite, variasi seperti peningkatan overjet, deep bite, open bite dan cross bite

h. Malrelasi transfersal seperti crossbite dan pergeseran pada midline atas dan bawah.

i .Ketidakteraturan gigi individual seperti rotasi, displacement, intruksi dan ekstruksi

 j. Lengkung atas dan bawah harus diperiksa secara individual untuk mempelajari  bentuk lengkungnya dan kesemetrisannya. Bentuk lengkung bisa normal, sempit ( V

shaped ) atau square.1

2.5 Trayektoris

2.5.1 Definisi

Trayektoris merupakan jalan/lintasan tulang frabekula yang menerangkan lintasan dari tekanan dan tegangan maksila.1

2.5.2 Trayektoris Maxilla

Trayektoris maxilla dapat diklasifikasikan sebagai trayektoris vertikal dan horizontal.

(17)

a. Dinding penompang frontonasal

Trayektoris ini berasal dari I, C, dan P1 maxilla yang berjalan secara cranial sepanjang sisi darri lubang periform, puncak tulang hidung dan berakhir di yulang frontal.

 b. Dinding penompang molar zygomatik

Trayektoris ini mengirimkan tekanan dari gigi bagian bukal dalam 3 lintasan:

- Melewati lengkung zygomatik ke basis cranii.

-  Naik ke tulang frontal melalui dinding lateral dari mata.

- Terus ke bawah tepi orbital untuk bergabung bagian atas dari fronto nasal.

c. Dinding penompang pterygoid

Mengirimkan tekanan dari M2dan M3 ke basis cranii.

 Trayektoris Horizontal a. Palatum durum  b. Orbital ridges c. Lengkung zygomatik d. Tulang palatum1 Trayektoris maxilla 2.5.3 Trayektoris Mandibula

Mandibula memiliki trayektori mayor dan minor untuk menahan stres oklusal.

a. Trayektori mayor

Garis trabekular yang berasal dari bawah gigi dalam prosesus alveolar dan ergaung ke sebuah pilar stres yang datang atau sistem trayektori.

 b. Trayektori minor

Trayektori aksesoris ini diproduksi oleh efek dari perlekatan otot yang terlihat pada simpisis dan sudut gonial. Garis trabekula ini juga berjalan kebawah dari prose sus

(18)

2.6 Kode Etik

2.6.1 Definisi

Seorang dokter, perawat, para medik dan sarjana dibidang medik perlu menpelajari kode etik di profesinya masing-masing. Kode etik adalah prinsip tertentu yang wajib

ditegakkan anggota dari komunitas profesi itu dengan melibatkan orang yang memahami seluk beluk profesi itu dan ahli etika, serta didukung organisasi profesi yang solid. Sanksi atas pelanggaran kode etik umumnya identik dengan sanksi terhadap pelanggaran norma agama, kesusilaan atau sopan santun.6

2.6.2 Isi Kode Etik

BAB 1 KEWAJIBAN UMUM Pasal 1

Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan mengamalkan Sumpah / Janji Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia.

(19)

Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur dalam menjalankan profesinya.

Pasal 3

Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh  pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi.

Pasal 4

Dokter gigi di Indonesia harus memberikan kesan dan keterangan atau pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 5

Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi , melalui pasien atau agen.

Pasal 6

Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan martabat profesi dokter gigi

Pasal 7

Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang yang membahayakan pasien, staf dan masyarakat.

Pasal 8

Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya.

Pasal 9

Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).

BAB II KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN Pasal 10

Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan  perawatan dan rahasianya.

Pasal 11

Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian. Pasal 12

Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien. Pasal 13

(20)

Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil. Pasal 14

Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan,menjaga dan merahasiakan Rekam Medik Pasien.

BAB III KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHA DAP TEMAN SEJAWAT Pasal 15

Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 16

Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi lain tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi lain tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain.

Pasal 17

Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan kepada Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan lain.

Pasal 18

Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus membuat  pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pasal 19

Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila dianggap  perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi

BAB IV KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI Pasal 20

Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya. Pasal 21

Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu  pengetahuan dan teknologikhususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara mandiri

maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi. Pasal 22

(21)

Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan  pelatihan kedokteran gigi tanpa izin dari Organisasi Profesi.

Pasal 23

Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja dengan optimal.6

2.6.3 Sanksi Pelanggaran

Sanksi Hukum

 Pasal 79 UU

Praktik kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan 1 tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000. Selain tanggung jawab pidana, dokter atau dokter gigi yang tidak mebuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter atau dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan dalam hubungan dokter dengan pasien.

Sanksi Disiplin dan Etik

Selain mendapat sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU praktik kedokteran.

Alternatif sanksi disiplin

 Pemberian peringatan tertulis

 Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik

 Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran

(22)

BAB III

KESIMPULAN

 Orthodontik adalah cabang kedokteran gigi yang mempelajari pencegahan, interseptif,

dan koresi dari maloklusi dan keabnormalan yang lain pada regio dentofasial.

 Ruang lingkup Orthodontik meliputi preventif orthodontik, interseptif orthodontik, korektif orthodontik dan surgical orthodontik.

 Prostodontik merupakan cabang ilmu pengetahuan dan seni kedokteran gigi yang

 berhubungan dengan penggantian gigi yang hilang dan jaringan mulut untuk merestorasi dan memelihara bentuk mulut, fungsi, penampilan dan kesehatan.

 Cabang- cabang prostodontik adalah prostodontik cekat ( Fixed Prosthodontics ),

 prostodontik lepasan ( Removable Prosthodontics ), maxilafasial Prostodontik.

 Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi pada maksila dan mandibula yang

terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang.

 Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang menyimpang

dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal.

 Penanganan maloklusi dapat dilakukan dengan perawatan preventif, perawatan

interseptif, dan perawatan kuratif.

 Sistem stomatognatik merupakan suatu kesatuan yang meliputi komponen gigi, dan

 jaringan pendukungnya, maksila dan mandibula, otot-otot kepala, sendi rahang, lidah, syaraf dan komponen terkait lainnya dalam melakukan aktifitas rongga mulut.

 Pengetahuan tentang sistem stomatognatik ini sangat dibutuhkan dan dipahami

sebagai dasar untuk penerapan ilmu ortodonti dan prostodonti klinik.

 Trayektoris merupakan jalan/lintasan tulang frabekula yang menerangkan lintasan

dari tekanan dan tegangan maksila.

 Kode etik adalah prinsip tertentu yang wajib ditegakkan anggota dari komunitas  profesi itu dengan melibatkan orang yang memahami seluk beluk profesi itu dan ahli

etika, serta didukung organisasi profesi yang solid.

 Sanksi atas pelanggaran kode etik umumnya identik dengan sanksi terhadap

 pelanggaran norma agama, kesusilaan atau sopan santun.

 Selain mendapat sanksi hukum, pelanggaran kode etik juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU praktik kedokteran.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bhalaji.S.I. Orthodontics: Art and Science. 3rd ed. New Delhi:Arya Publishing Home. 2006. p.1, p.2-3, p.57-59, p.82, p.115-127

2. Sulandjari H., Buku Ajar Ortodonsia I KGO I ,  Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, 2008. p.43

3. Bakar, Abu. Kedokteran Gigi Klinis. 2011. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media. p.162

4. Geriatric Dentistry Aging and Oral Health. Athena S. Papas, Nelsen C. Linda. Mosby St. Louis. 1991. p.51

5. Salzman J.A.  Practice of Orthodontic. Vol. 2. J.B. Lippicont Company. Philadelpia and Mort. 1906.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif komparasi dengan jumlah partisipan 102 orang yang terdiri atas 34 orang anak sulung, 34 orang anak tengah, dan

Harga signifikan ini lebih besar dari 0,05 ( p >0,05) berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan informasi dengan pemenuhan imunisasi dasar anak. Hal

KESI MPULAN DAN

[r]

mencegah hamil, atau yang dengan terang-terangan dan dengan tiada diminta menawarkan ikhtiar atau pertolongan untuk mencegah hamil atau yang dengan terang-terangan atau

Indonesia merupakan negara hukum, serta pernyataan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka, mengandung spirit untuk tidak menjadikan hukum sebagai alat

Karena toko tersebut mempunyai konsumen yang tidak sedikit toko tersebut memerlukan sistem informasi penjualan yang menyediakan informasi yang dioakai oleh fungsi penjualan

The advantages include students are more prepared for the concept, students comprehend better the concept of the text, students have the opportunity to share the ideas, students feel