• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

viii

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA PEMINATAN K3

Skripsi, Desember 2016

Ni Putu Oka Artha Rafinta Dewi

GAMBARAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DALAM MENOLONG PERSALINAN PADA BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM)

DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

ABSTRAK

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Tenaga medis merupakan profesi yang berisiko terinfeksi virus dari pasien. Karena itu diperlukan kewaspadaan menyeluruh atau universal precaution bagi tenaga kesehatan. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang wajib menolong persalinan. Salah satu bentuk pelayanan utama yang diberikan bidan sebagai tenaga kesehatan adalah asuhan persalinan normal (APN). Berdasarkan hasil pengamatan awal dari 10 bidan, dilakukan observasi tentang penggunaan APD yang mengacu pada standar program IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Hasil menunjukan 7 dari 10 bidan belum menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap dalam melakukan asuhan persalinan normal (APN), umumnya hanya menggunakan celemek dan sarung tangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan APD dalam menolong persalinan pada BPM di kota Denpasar tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian descriptive crossectional. Sampel adalah Bidan Praktek Mandiri, jumlah responden yang diwawancarai dan di observasi sejumlah 54 orang.

Hasil menunjukkan bahwa karakteristik responden menurut umur, yang berumur 25-35 tahun (75.9%), sebagian besar berpendidikan DIII kebidanan (66.7%) dan lama bekerja ≥ 10 tahun (63%), memiliki tingkat pengetahuan yang baik (87.0%), menyediakan APD dengan lengkap (85.2%), penggunaan baik (61.1%), dimana lama bekerja dan ketersediaan APD mempunyai hubungan yang signifikan terhadap penggunaan APD.

(2)

ix SCHOOL OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY

MAINSTREAM OF HEALTH SAFETY ENVIRONMENT Mini Thesis, December 2016

Ni Putu Oka Artha Rafinta Dewi

The Description of Using Personal Protective Equipment (PPE) in helping the birth process on Midwife Practitioner in Denpasar

PPE (Personal Protective Equipment) is a tool, used for protection of human body towards many kind of accidents at workplace. Medical personnel is a high risk profession with kind of infection such as virus from the patient. Therefore, we need full awareness or universal precaution for medical personnel. Midwife is one of the medical personnel who must help birth process. One of the service provided as medical personnel is to help normal birth process. Based on early observations of 10 midwifes, carried out an observation regarding the using of PPE which refers to the standard of the IBI (Indonesian Midwives Association). The result shown 7 from 10 midwifes are not using complete Personal Protective Equipment (PPE), while helping normal birth process, they normally only used aprons and gloves.

These research have objectives to get the information about PPE utilization in helping birth process in Statistic Center Department of Denpasar in 2016. This is a descriptive crossectional research. Samples are private practitioner midwife and amount of interviewed are 54 person.

The results shown that the characteristics of the respondents based on ages, which is 25-35 years old (75.9%), mostly graduated from Diploma Midwifery (66.7%) and work services period ≥ 10 years (63%), have a good level of knowledge (87.0%), providing complete PPE (85.2%), good enough (61.1%), where the years of service and availability of the PPE tools, has a significant connection to the use of PPE.

Keywords: Personal Protective Equipment, Universal Precaution, Private Practitioner Midwife

(3)

x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv KATA PENGANTAR ... vi ABSTRAK ... viii DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 7 1.4 Tujuan ... 7 1.4.1 Tujuan umum ... 7 1.4.2 Tujuan khusus ... 7 1.5 Manfaat Penelitian ... 8 1.5.1 Manfaat praktis... 8 1.5.2 Manfaat teoritis ... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kesehatan Kerja ... 9

2.2 Tujuan dan Manfaat K3 ... 9

2.2.1 Perlindungan tenaga kerja ... 10

2.2.2 Aspek hukum K3 ... 10 2.2.3 Aspek ekonomi K3 ... 11 2.3 Pengendalian Risiko K3 ... 11 2.3.1 Eliminasi ... 11 2.3.2 Substitusi ... 11 2.3.3 Pengendalian teknis ... 11 2.3.4 Pengendalian administratif ... 12

(4)

xi

2.4 Alat Pelindung Diri (APD) ... 12

2.4.1 Manfaat APD ... 14

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan APD ... 15

2.5 Asuhan Persalinan Normal (APN) ... 19

2.5.1 Aspek pencegahan dalam masing-masing kala persalinan pada APN ... 19

2.6 Bidan ... 21

2.7 Lokasi penelitian di Bidan Praktek Mandiri kota Denpasar ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 23

3.1 Kerangka Konsep ... 23

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN... 28

4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3.1 Populasi Target... 28

4.3.2 Populasi Terjangkau ... 28

4.3.3 Sampel ... 28

4.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 30

4.5 Pengumpulan Data ... 30

4.5.1 Instrumen pengumpulan data ... 30

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 30

4.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 31

4.6.2 Teknik pengolahan data ... 31

4.6.3 Teknik analisa data ... 31

BAB V HASIL PENELITIAN ... 33

5.1 Gambaran Penelitian ... 33

5.2 Karakteristik Responden ... 33

5.3 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menolong Persalinan pada Bidan Praktek Mandiri (BPM) di Kota Denpasar ... 34

5.4 Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menolong Persalinan pada BPM di Kota Denpasar... 35

(5)

xii

5.5 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menolong Persalinan

pada Bidan Praktek Mandiri (BPM) di Kota Denpasar ... 36

5.6 Penggunaan APD berdasarkan Karakteristik dalam Menolong Persalinan pada Bidan Praktek Mandiri di Kota Denpasar ... 37

5.7 Penggunaan APD berdasarkan Pengetahuan dalam Menolong Persalinan pada Bidan Praktek Mandiri di Kota Denpasar ... 38

5.8 Penggunaan APD berdasarkan Ketersediaan dalam Menolong Persalinan pada Bidan Praktek Mandiri di Kota Denpasar ... 38

BAB VI PEMBAHASAN ... 39

6.1. Pembahasan Hasil Penelitian ... 40

6.1.1 Karakteristik Bidan Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menolong Persalinan di Kota Denpasar ... 40

6.1.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menolong Persalinan pada BPM di Kota Denpasar ... 42

6.1.3 Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menolong Persalinan pada BPM di Kota Denpasar ... 43

6.1.4 Ketersediaan APD terhadap Penggunaan APD dalam Menolong Persalinan pada BPM di Kota Denpasar ... 44

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 46

7.1 Simpulan ... 46

7.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan di tempat kerja dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi sebanyak 337 juta kecelakaan kerja diberbagai negara yang mengakibatkan sekitar tiga juta orang kehilangan nyawa (Ramli, 2013).

Data jamsostek menunjukkan angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong cukup tinggi, angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2011 mencapai 99.491 kasus. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus, hal ini disebabkan masih lemahnya kedisiplinan dan kesadaran pekerja (Jamsostek, 2012). Penggunaan alat pelindung diri (APD) sudah seharusnya dilakukan, karena terdapat temuan bahaya di perusahaan yang ada di Indonesia bahwa 60% tenaga kerja cedera kepala karena tidak menggunakan helm pengaman, 90% tenaga kerja cedera wajah karena tidak menggunakan alat pelindung wajah, 77% tenaga kerja cedera kaki karena tidak menggunakan sepatu pengaman, dan 66% tenaga kerja cedera mata karena tidak menggunakan alat pelindung mata (Anindita & Rahman, 2012).

Sebesar ≥80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian manusia. Selain kelalaian saat bekerja, faktor manusia yang lain yaitu perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran

(7)

2

yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri. Oleh sebab itu pekerja harus diberi perlindungan terhadap kecelakaan kerja (Sumarna, 2013).

Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009). Dimana peran APD sangat penting dalam penerapannya, dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja sehingga tercapai kondisi kerja tanpa kecelakaan atau zero accident dan terbebas dari penyakit akibat kerja (Aditama, 2001).

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), Personal Protective Equipment (PPE) atau APD didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir dimana sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Sehingga angka kecelakaan kerja di tempat kerja berkurang. Penggunaan alat pelindung diri seringkali dianggap tidak penting ataupun remeh oleh para pekerja, terutama pada pekerja yang bekerja pada area yang berbahaya. Padahal penggunaan alat pelindung diri ini sangat penting dan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja. Kedisiplinan para pekerja dalam mengunakan alat pelindung diri

(8)

3

tergolong masih rendah sehingga risiko terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekerja cukup besar.

Tenaga medis merupakan profesi yang berisiko terinfeksi virus dari pasien. Karena itu diperlukan kewaspadaan menyeluruh atau universal precaution bagi tenaga kesehatan. Salah satu Universal precaution pada tenaga kesehatan adalah kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya (Irianto, 2010). Kewaspadaan menyeluruh dimaksudkan untuk melindungi petugas layanan kesehatan dan pasien lain terhadap penularan berbagai infeksi dalam darah dan cairan tubuh lain. Penularan ini dapat terjadi melalui kulit yang terluka oleh jarum, pisau dan benda tajam lain atau paparan selaput lendir dengan cairan tubuh (Madyanti, 2012).

Sarana pelayanan kesehatan yang ada, baik milik pemerintah maupun swasta secara geografis mudah diakses atau dijangkau serta penyebarannya hampir merata di seluruh wilayah Kota Denpasar, sekitar 60% kelahiran di Indonesia ditolong bidan, (Kompas, 2010).

Salah satu kasus yang menjadi pusat perhatian saat ini adalah merebaknya HIV/AIDS di kalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita penyakit yang diidentikkan dengan penyakit seksual ini. Keadaan ini dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas kesehatan, terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) (Tempo, 2003).

Menurut Bhirawa (2011), bidan dan perawat adalah petugas kesehatan yang paling rentan tertular penyakit menular, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, TB dan

(9)

4

HIV. Bidan memiliki risiko tertular HIV melalui berbagai cara misalnya tertusuk jarum atau alat tajam lainnya yang telah terkontaminasi, luka terbuka yang terpapar, terpercik darah yang mengandung HIV ke membran selaput lendir di mata atau hidung khususnya selama persalinan dan penyuntikan.

Dalam dua dekade terakhir risiko pekerja kesehatan tertular HIV semakin besar. Observasi dan wawancara terhadap 58 bidan di Iran ditemukan bahwa 82,2% mengalami pajanan jarum suntik. Survei yang dilakukan pada bidan Amerika selama enam bulan menunjukkan bahwa 74% bidan pernah menyentuh darah pasien dengan tangan telanjang, 51% pernah mengalami percikan darah atau cairan tubuh di wajah, 24% mengalami pajanan jarum suntik dan hanya 55% bidan yang melakukan prosedur pencegahan universal (Mondiwa, M. & Ilauck, 2007).

Persatuan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI) Cabang Bukittinggi pernah menemukan kasus, seorang perempuan yang teridentifikasi suspect HIV oleh salah satu rumah sakit umum, melahirkan secara normal lewat bantuan seorang bidan di Sumbar. Kendati belum dipastikan apakah bidan yang membantu persalinan ikut tertular penyakit HIV, tapi menurut Ketua PDPAI Bukitinggi Muhammad Yunus, fenomena ini perlu jadi perhatian serius para bidan (Ekspres, 2013).

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang wajib menolong persalinan. Salah satu bentuk pelayanan utama yang diberikan bidan sebagai tenaga kesehatan adalah asuhan persalinan normal (APN). Untuk mencegah risiko infeksi pada saat pertolongan persalinan, semua tenaga kesehatan khususnya bidan wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat kontak dengan darah atau cairan tubuh dengan menggunakan APD sesuai standar. Dari hasil survey di lapangan penelitian sebelumnya, menunjukkan bidan-bidan belum menerapkan alat pelindung diri

(10)

5

terhadap penyakit menular secara maksimal, alasan mereka tidak melakukan perlindungan diri terhadap penyakit infeksi maupun menular, dimana menurut Resminarti, 2002, disebabkan karena faktor pengetahuan, umur, lama bekerja, keterbatasan dari fasilitas dan alat-alat yang belum lengkap, serta kenyamanan.

Berdasarkan mekanisme pelaksanaan, asuhan persalinan normal juga tidak terlepas dari penggunaan alat kesehatan, bahkan berpotensi terhadap gangguan kesehatan bidan, baik yang ditimbulkan oleh kondisi udara dalam ruangan, adanya paparan bahan kimia, maupun kesalahan tehnis secara tidak sengaja yang dilakukan oleh bidan. Sebagaimana diketahui bahwa para pekerja seperti bidan sering dihadapkan pada pajanan atau beban kerja yang berbahaya terhadap kesehatannya sehingga para pekerja dan pasien mempunyai potensi untuk mengalami gangguan pekerjaan yang penanganannya memerlukan upaya-upaya khusus (Mulyanti, 2008).

Perilaku dalam mencegah resiko terjadinya penyakit sangat penting untuk meningkatkan status kesehatan, salah satu perilaku dalam mencegah penyakit bisa terjadi pada pasien ataupun pada petugas kesehatan, khususnya bidan penolong persalinan. Bidan adalah sebagai seorang pemberi pelayanan kesehatan yang berisiko terhadap penularan penyakit dari pasien yang ditolongnya (Sembiring, 2006).

Selama tiga tahun terakhir, penolong kelahiran pertama di Bali dominan adalah tenaga medis, dimana persentase terbesar adalah dokter dan bidan. Pada tahun 2010-2012, lebih dari 95% kelahiran di Bali ditolong oleh dokter atau bidan, (Diskes, 2013).

Data dari Komisi Penanggulan AIDS (KPA) kota Denpasar terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS pada ibu hamil yang terjadi pada tahun 2010 sebanyak 81 kasus, sedangkan kasus yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak 66 kasus.

(11)

6

Berdasarkan hasil pengamatan awal dari 10 bidan, dilakukan observasi tentang penggunaan APD yang mengacu pada standar program IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Hasil menunjukan 7 dari 10 bidan belum menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap dalam melakukan asuhan persalinan normal (APN), umumnya hanya menggunakan celemek dan sarung tangan. Keadaan tersebut dinilai sangat berpotensi terhadap timbulnya berbagai penyakit akibat paparan terhadap darah pasien, tusukan jarum suntik atau peralatan medis lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang lingkup kerjanya dekat dengan sumber infeksi. APD merupakan salah satu universal precaution dimana dengan menggunakan APD dapat meminimalisir risiko paparan infeksi saat bekerja seperti dari darah dan cairan tubuh lainnya, namun dari hasil pengamatan peneliti 7 dari 10 bidan belum menggunakan APD pada saat bekerja. Sehingga penting dilakukan penelitian peda bidan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran penggunaan APD dalam menolong persalinan pada BPM di kota Denpasar?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran penggunaan APD dalam menolong persalinan pada BPM di kota Denpasar.

(12)

7

1.4.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, lama praktek, pendidikan) bidan di kota Denpasar

2. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang APD dalam menolong persalinan pada BPM di kota Denpasar

3. Untuk mengetahui ketersediaan APD dalam menolong persalinan pada BPM di kota Denpasar

4. Untuk mengetahui penggunaan APD dalam menolong persalinan pada BPM di kota Denpasar

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat praktis

Dapat menjadi masukan bagi Bidan Praktek Mandiri & Dinas Kesehatan Kota Denpasar untuk pengambilan kebijakan dalam keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya dalam penggunaan APD pada saat menolong persalinan oleh bidan. 1.5.2 Manfaat teoritis

Untuk menambah literatur pengetahuan untuk profesi bidan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya dalam penggunaan APD pada saat menolong persalinan oleh bidan.

(13)

8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah berkaitan dengan bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terkait dengan aplikasi APD dalam kecelakaan kerja pada bidan dalam menolong persalinan pada BPM di kota Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten membutuhkan pengelolaan sistem informasi kesehatan yang baik agar dalam pengambilan kebijakan pemerintah bisa sesuai kebutuhan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu & Penanaman Modal Kota Denpasar

Manfaat Kepada Dinas Kesehatan agar Dinas Kesehatan TK II Propinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan TK II Kota Madya Medan agar dapat memberikan masukan kepada Tenaga

Manfaat Kepada Dinas Kesehatan agar Dinas Kesehatan TK II Propinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan TK II Kota Madya Medan agar dapat memberikan masukan kepada Tenaga

Segala hal yang terkait misalnya fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas, kemudian pelayan kesehatan itu sendiri seperti dokter, perawat,

Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan untuk turut serta membantu dalam memonitoring kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan strata

Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) terdiri dari Apotek, Industri Farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Gudang Dinas Kesehatan Provinsi maupun

Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten membutuhkan pengelolaan sistem informasi kesehatan yang baik agar dalam pengambilan kebijakan pemerintah bisa sesuai kebutuhan