• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD SAP 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD SAP 4"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD

Revisi: Tgl berlaku Hal.... dari...

Semester: V Nama Mata Kuliah Jam 16x 150

menit

Satuan Acara Perkuliahan 05

Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kode Mata Kuliah : PSD 331

Jurusan/ Prodi : PPSD/PGSD Semester : V

Pertemuan Ke- :`1

Alokasi Waktu : 150 menit

Kompetensi : Menguasai Substansi Kurikulum Bahasa Indonesia Sekolah Dasar 2013 dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD.

Sub Kompetensi : Memahami (1) tematik integrative (pengertian, karakteristik, landasan, dan model pembelajaran terpadu terpadu (integratif), (2) integrasi interdisipliner, (3) integrasi multi disipliner, (4) integrasi trasndisipliner dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD

Indikator Pencapaian Kompetensi:

Tujuan Pembelajaran : Setelah melakukan diskusi tantang tentang pembelajaran tematik integratif, mahasiswa dapat menjelaskan aplikasinya tentang pembelajaran tematik integratif dalam pembelajaran bahasa dengan benar.

(2)

Materi :

1. Tematik integrative (pengertian, karakteristik, landasan, dan model pembelajaran terpadu terpadu (integratif),

2. Integrasi interdisipliner, 3. Integrasi multi disipliner, 4. Integrasi trasndisipliner

1. Pembelajaran Tematik integrative (pengertian, karakteristik, landasan, dan model pembelajaran terpadu terpadu (integratif)

1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik integrative

(1) Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.

(2) Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek belajar mengajar.

(3) Pembelajar tematik hanya dijajarkan pada siswa sekolah dasar kelas rendah (KTSP kelas 1 dan kelas 2), kurikulum 2013 di semua kelas.

(4) Alasannya, karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial. dan emosional.

Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa aspek/topik sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada peserta didik

1.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik 1. Berpusat pada anak.

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak. 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses. 5. Bersifat fleksibel.

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan anak. 7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Penjelasan:

1. Berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

(3)

langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi

kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan 1.3 Landasan Pembelajaran Tematik

dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (a) Aliran progresivisme,

Aliran progresivisme memandang bahwa proses pembelajaran perlu

ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.

(b) Aliran konstruktivisme

1. Aliran ini memandang bahwa pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.

2. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.

(4)

4. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang

berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.

(c) Aliran humanisme

Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya

2. Landasan psikologis

1. Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.

2. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.

3. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya

3. Landasan yuridis

Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah:

(1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9).

(2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

1. 4 Berbagai Model Pembelajaran Terpadu

Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut Robin Fogarty (1991), terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

(5)

Model penggalan ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.

2. Model Keterhubungan (Connected)

(6)

Model sarang merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.

4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)

Model urutan merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.

(7)

Model bagian merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya.

6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model yang paling populer adalah model jaring laba-laba. Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.

7. Model Galur (Threaded)

Model alur merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk alur ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum.

(8)

Model keterpaduan merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran

Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD.

9. Model Celupan (Immersed)

Model celupan dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

(9)

Model jaringan merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.

Berdasarkan sejumlah model tersebut, dikatakan Fogarty bahwa, untuk pembelajaran di SD hanya terdapat tiga model yang sesuai. Ketiga model tersebut adalah model: (1) connected, (2) integrated, dan (3) jaring laba-laba. Integrasi interdisiplinerkah? Integrasi multi disiplinerkah? Atau Integrasi trasndisiplinerkah?

1.5 Strategi Pembelajaran Tematik

Terdapat sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan dalam strategi pembelajaran tematik. Hal tersebut adalah tiga hal di bawah ini.

1. Bersahabat, menyenangkan, dan bermakna bagi anak.

2. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan anak tidak harus di-drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami.

3. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

Berdasarkan hal tersebut maka, penentuan antara pendekatan, metode, dan teknik merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Sumber Belajar/Referensi :

Fogarty, Robin. 1991. Ten ways to integrated curriculum. Educational Leadership, Oktober 1991, 61-65.

Penilaian : Tes, Tugas, Portofolio

(10)

digunakan tiga model?

(2) Carilah nilai afektif dari ketiga masing-masing model tersebut jika diterapkan dalam model pembelajaran tematik-integratif!

Dibuat oleh:

Dr. Enny Zubaidah, M.Pd

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari

FIP

Universitas Negeri Yogyakarta

Diperiksa oleh:

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanggul sederhana dengan tebal tak berhingga ditampilkan dalam 3 kasus yaitu, energi partikel sangat atau lebih kecil daripada energi potensial tanggul, energi

Informasi yang disajikan media massa menjadi pengetahuan dan bahan.. penyusun strategi

Sedangkan menurut Handayani (2011), kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan.. Seseorang dikatakan patuh menjalankan program rehabilitasi bila mengikuti program

mahasiswa cerdas dari negara berkembang untuk diberikan pendidikan, kesempatan penelitian dan.. bahkan bekerja atau menjadi ilmuwan di

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tercapainya Rasio Pembangunan, Pengadaan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Aparatur 100 % Tahun 2015. CAPAIAN PROGRAM 100 %

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Pada Biro Sumber Daya Manusia dan Biro.. Kemahasiswaan Universitas

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. ( DPPA