• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMUNIKASI VERBAL DAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA : Survey pada Siswa Kelas X Program Keahlian Manajemen Perkantoran pada Mata Pelajaran Korespondensi di SMK Pasundan 1 Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMUNIKASI VERBAL DAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA : Survey pada Siswa Kelas X Program Keahlian Manajemen Perkantoran pada Mata Pelajaran Korespondensi di SMK Pasundan 1 Kota Bandung"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE DAN DESAIN PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini terdiri dari atas variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Objek penelitian ini yaitu variabel (X1) yaitu komunikasi Verbal guru,variabel (X2) yaitu Keterampilan Mengajar

Guru dan Variabel (Y) yaitu Motivasi Belajar siswa.

Berdasarkan objek penelitian di atas, maka akan di analisis mengenai pengaruh kemampuan komunikasi Verbal antara guru dengan siswa terhadap Keterampilan Mengajar dalam proses pembelajaran produktif kelas X program keahlian administrasi perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung.

3.2 Desain Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian

Dalam mengadakan suatu penelitian ini, peneliti terlebih dahulu harus menentukan metode yang akan di gunakan karena hal ini merupakan pedoman atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian yang akan membawa peneliti kepada suatu kesimpulan yang merupakan pemecahan dari masalah yang diteliti.

Langkah-langkah dalam suatu penelitian disebut prosedur penelitian atau metode penelitian. Berdasarkan jenis penelitian, yaitu deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey eksplanasi

(explanatory survey).

Objek telaahan penelitian survey eksplanasi (explanatory survey) adalah untuk menguji hubungan variabel yang dihipotesiskan. Dengan penggunaan Metode survey ini penulis gunakan dengan cara menyebarkan angket mengenai

(2)

variabel Komunikasi verbal guru (X1), variabel Keterampilan mengajar guru (X2)

di SMK Pasundan 1 Bandung kepada unit analisis yaitu siswa dimana yang diambil adalah persepsi siswa kelas X Program keahlian manajemen perkantoran mata pelajaran korespondensi terhadap Komunikasi verbal guru, Keterampilan mengajar guru dan variabel Motivasi Belajar Siswa (Y).

Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan pengamatan di lapangan untuk mendapatkan data penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui komunikasi verbal guru dan keterampilan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa di SMK Pasundan 1 Bandung.

3.2.2 Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel ke dalam indikator. Penelitian ini terdiri atas variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).

Menurut Tuckman dalam Setyosari (2010, hlm. 128) menyatakan bahwa “Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Sedangkan variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti itu.

Operasional variabel dilakukan untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu luas. Sugiyono (2004, hlm. 31) mengemukakan bahwa: “Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti utnuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dibentuk kesimpulan. Sedangkan,menurut pendapat Kerlinger (dalam Sugiyono, 2004, hlm. 32) mengatakan bahwa “variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari”.

(3)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu variabel komunikasi verbal (X1) dan Keterampilan Mengajar guru (X2) sebagai

variabel independen atau variabel bebas, dan variabel Motivasi Belajar (Y) sebagai variabel dependen atau variabel terikat. Dalam hal ini merujuk pada kerangka pemikiran yang telah disebutkan sebeumnya. Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang dipergunakan sehingga membahas masalah yang diteliti ini akan lebih terarah, maka penulis memberikan definisi istilah sebagai berikut.

3.2.2.1 Operasional Variabel Komunikasi Verbal

Mulyana (2012, hlm. 260) Mengemukakan bahwa Komunikasi Verbal adalah Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Operasional variabel Komunikasi Verbal (X1) secara lebih rinci dapat

dilihat penjabarannya pada tabel di bawah ini: Tabel 3. 1

Operasional Variabel Komunikasi Verbal

Variabel Indikator Ukuran Skala No.

item

Komunikasi Verbal (X1)

“Simbol atau pesan verbal adalah semua

1. Pengucapan (Pronouncatio n) 1. Tingkat kemampuan guru dalam menyampaikan materi secara jelas dan ringkas.

(4)

jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa

dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.” Menurut Mulyana (2013,hlm.260) . 2.Tingkat kemampuan guru dalam menyampaikan materi dengan berbicara secara lambat dan pengucapan yang jelas. Ordinal 2 3.Tingkat kemampuan guru dalam pengguaan kata-kata yang mudah dimengerti. Ordinal 3 2. Pengertian Kata (Definition) 1. Tingkat kemampuan guru dalam menterjemahkan kata dan ucapan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Ordinal 4 2. Tingkat kemampuan guru dalam menyampaikan materi yang dapat dipercaya oleh siswa. Ordinal 5 3. Kosa Kata (Vocabulary ) 1. Tingkat kemampuan guru dalam menyampaikan pikiran,perasaan dan Ordinal 6

(5)

ide terhadap suatu kata yang digunakan dalam pembelajaran. 2. Tingkat kemampuan guru dalam menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa yang benar dan dimengerti siswa. Ordinal 7 4. Keruntuta n (Plot) 1. Tingkat kemampuan guru dalam menyampaikan materi menggunakan intonasi suara dengan jelas. Ordinal 8 2. Tingkat kemampuan guru dalam menyampaikan materi dengan kecepatan dan tempo bicara yang tepat. Ordinal 9 3. Tingkat kemampuan guru dalam menyampaikan Ordinal 10

(6)

3.2.2.2 Operasional Variabel Keterampilan Mengajar

McIntyre,at al. dalam Rasto (2015,hlm.3) Mengemukakan bahwa keterampilan mengajar adalah seperangkat perilaku mengajar yang saling berkaitan yang digunakan dalam interaksi dikelas untuk memfasilitasi pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Operasional variabel Keterampilan Mengajar (X2) secara lebih

rinci dapat dilihat penjabarannya pada tabel dihalaman selanjutnya,

Tabel 3. 2

Operasional Variabel Keterampilan Mengajar Guru

Variabel Indikator Ukuran Skala No. Item

Keterampilan Mengajar Guru (X2) “Keterampilan mengajar adalah seperangkat perilaku mengajar yang saling berkaitan yang digunakan dalam interaksi dikelas untuk memfasilitasi pencapaian tujuan 1. Keterampilan Membuka Pembelajaran 1. Tingkat Kemampuan guru dalam menarik perhatian siswa Ordinal 1 2. Tingkat Kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi siswa Ordinal 2 3. Tingkat Kemampuan guru dalam menyampaikan struktur materi pelajaran. Ordinal 3 4. Tingkat Kemampuan

guru dalam Ordinal 4

materi dengan menggunakan humor dalam memberi dukungan emosi terhadap siswa.

(7)

pendidikan tertentu.” Menurut McIntyre,at al. dalam Rasto (2015,hlm.3) menghubungkan materi pelajaran sebelumnya. 2. Keterampilan Menjelaskan 1. Tingkat Kemampuan guru dalam menyampaikan materi secara berurutan Ordinal 5 2. Tingkat kemampuan guru dalam kejelasan bahasa dalam menjelaskan materi Ordinal 6 3. Tingkat kemampuan guru dalam penyampaian materi secara ringkas Ordinal 7 4. Tingkat kemampuan guru dalam Penyampaian materi secara menarik Ordinal 8 3. Keterampilan Menutup Pembelajaran 1. Tingkat Kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran Ordinal 9 2. Tingkat Kemampuan guru dalam memberi motivasi kepada siswa untuk belajar selanjutnya

(8)

3. Tingkat Kemampuan guru dalam memberikan penghargaan terhadap partisipasi siswa Ordinal 11 4. Keterampilan Bertanya 1. Tingkat kemampuan guru dalam Kejelasan mengungkapkan pertanyaan

Ordinal 12

2. Tingkat Kemampuan guru dalam distribusi kesempatan siswa untuk menjawab

Ordinal 13

3. Tingkat Kemampuan guru dalam mengatur

waktu dalam

menjawab.

Ordinal 14

4. Tingkat Kemampuan guru dalam merespon jawaban siswa. Ordinal 15 5. Keterampilan Memberikan Penguatan 1. Tingkat Kemampuan guru dalam Intensitas penguatan verbal. Ordinal 16 2. Tingkat Kemampuan guru dalam Intensitas penguatan non verbal. Ordinal 17

(9)

3. Tingkat Kemampuan guru dalam intensitas penguatan sentuhan. Ordinal 18 4. Tingkat Kemampuan guru dalam intensitas penguatan kedekatan. Ordinal 19 5. Tingkat Kemampuan guru dalam intensitas penguatan aktivitas. Ordinal 20 6. Tingkat Kemampuan guru dalam intensitas penguatan dengan pemberian tanda. Ordinal 21 6. Keterampilan Melakukan Variasi 1. Tingkat Kemampuan guru dalam Intensitas perpindahan posisi guru. Ordinal 22 2. Tingkat Kemampuan guru dalam melakukan variasi suara. Ordinal 23 3. Tingkat

(10)

memfokuskan perhatian siswa. 4. Tingkat Kemampuan guru dalam melakukan perubahan pola interaksi. Ordinal 25 5. Tingkat Kemampuan guru dalam memberikan partisipasi siswa secara fisik. Ordinal 26 6. Tingkat Kemampuan guru dalam penggunaan variasi media. Ordinal 27 7. Keterampilan Melakukan Demonstrasi 1. Tingkat Kemampuan guru dalam melakukan demontrasi yang relavan dengan materi pelajaran. Ordinal 28 2. Tingkat kemampuan guru dalam melibatkan partisipasi siswa Ordinal 29 3. Kemampuan guru dalam menggunakan bahan demontrasi yang baik dan benar.

(11)

8. Keterampilan menggunakan papan tulis

1. Kemampuan guru dalam menggunakan papan tulis dalam prmbelajaran 2. Kemampuan guru dalam menarik perhatian siswa menggunakan papan tulis 3. Kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi siswa mengguakan papan tulis Ordinal 31 32 33

3.2.2.3 Operasional Variabel Motivasi Belajar

Sardiman (2011, hlm. 75) mengungkapkan Motivasi adalah kegiatan belajar motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Operasional variabel Motivasi Belajar (Y) secara lebih rinci dapat dilihat penjabarannya pada tabel pada halaman selanjutnya,

Tabel 3. 3

Operasional Variabel Motivasi

Variabel Indikator Ukuran Skala No. Item

Motivasi Belajar Siswa (X2) 1. Durasi kegiatan belajar (Tingkat lamanya belajar) 1. Tingkat kemampuan menyelesaikan Ordinal Ordinal 1 2

(12)

“Motivasi adalah kegiatan belajar motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.” Menurut Sardiman (2011, hlm. 75)

tugas dengan tepat waktu 2. Tingkat kemampuan mengikuti proses pembelajaran secara menyeluruh 3. Tingkat keikutsertaan dan partisipasi dalam kegiatan Ordinal 3 2. Frekuensi belajar (Tingkat seringnya waktu untuk belajar) 1. Tingkat keajegan atau konsistensi belajar di rumah 2. Tingkat ketekunan dalam mengerjakan tugas 3. Tingkat pemanfaatan waktu belajar di rumah Ordinal Ordinal Ordinal 4 5 6 3. Persistensi belajar (Tingkat perhatian, ketekunan dan mengatasi kesulitan belajar) 1. Tingkat pemusatan perhatian didalam kegiatan PBM 2. Tingkat pemanfaatan waktu kosong Ordinal Ordinal Ordinal 7 8 9

(13)

3. Tingkat dorongan atau upaya dalam menyelesaikan setiap kesulitan yang ada 4. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya (Tingkat kemampuan dalam menghadapi kesulitan belajar) 1. Tingkat pemusatan pikiran dan perhatian dalam belajar 2. Tingkat keuletan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan 3. Tingkat kemampuan dalam mengerjakan tugas dan berusaha mandiri Ordinal Ordinal Ordinal 10 11 12 5. Devosi (Tingkat pengorbanan uang, pikiran yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar) 1. Tingkat pengorbanan waktu dalam menyelesaikan kesulitan belajar 2. Tingkat pengorbanan financial yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan Ordinal Ordinal 13 14

(14)

3. Tingkat kemauan mencoba berbagai cara dalam menyelesaikan tugas Ordinal 15 6. Tingkat aspirasi (Tingkat maksud/rencana yang akan dicapai dengan belajar) 1. Tingkat keaktifan dalam kegiatan pembelajaran di kelas 2. Tingkat kesadaran untuk tidak menyontek 3. Tingkat keinginan untuk selalu terdepan dan unggul dalam belajar Ordinal Ordinal Ordinal 16 17 18 7. Tingkat kualifikasi (tingkat memuaskan atau tidaknya nilai yang didapatkan) 1. Tingkat antusiasme untuk mencapai nilai belajar yang baik

2. Tingkat kemampuan

bersaing secara sehat dalam belajar 3. Tingkat kepuasan dalam meraih niai tinggi Ordinal Ordinal Ordinal 19 20 21

(15)

8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan (tingkat suka atau tidaknya siswa terhadap mata pelajaran) 1. Tingkat keinginan untuk menyimak pelajaran di kelas 2. Tingkat kekuatan pendirian dalam mencapai sasaran atau target yang diharapkan

3. Keinginan untuk bertanya atas kesulitan pada saat belajar Ordinal Ordinal Ordinal 22 23 24

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.3.1 Populasi

Untuk mengumpulkan data yang akan diolah dan dianalisis, maka kita perlu menentukan populasi terlebih dahulu. Pengertian populasi menurut Arikunto (2002, hlm. 108) adalah “keseluruhan subjek penelitian, apabila seorang ingin mengadakan penelitian di wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”.

Adapun pendapat dari Sugiyono (2002, hlm. 57) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Sedangkan menurut Ridwan (2004, hlm. 55) “populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada satu wilayah dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. Senada dengan pendapat menurut Bungin M. B. (2010, hlm. 99), populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,

(16)

nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebaginya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Program Keahlian Manajemen Perkantoran SMK Pasundan 1 Bandung.

Tabel 3. 4

Populasi Siswa Kelas X Program Keahlian Manajemen Perkantoran SMK Pasundan 1 Bandung.

KELAS JUMLAH SISWA

X OTKP 1 40 orang

X OTKP 2 39 orang

X OTKP 3 38 orang

TOTAL 117 orang

Sumber: Guru Produktif Manajemen Perkantoran Mata Pelajaran Korespondensi

3.2.3.2 Sampel

Dalam suatu objek penelitian atau populasi biasanya terlampau luas. Oleh karena itu dalam mengadakan sebuah penelitian seorang peneliti harus mempertimbangkan khususnya yang berkaitan dengan kemampuan tenaga, biaya, dan waktu yang jelas tentang metode yang digunakan sebagai bahan untuk pertimbangan yang berkaitan dengan hasil tersebut. Berkaitan dengan populasi Surakhmad (2000,hlm.93) mengemukakan :

“Tidak mungkin suatu penyelidikan selalu menyelidiki segenap populasi, padahal tujuan penelitian adalah menemukan generalisasi yang berskala umum, maka seringkali penyelidikan terpaksa mempergunakan sebagian besar saja populasi yakni sampel yang dapat dipandang representatif terhadap populasi itu.”

Untuk menetukan menentukan besarnya sampel dari populasi yang ada, digunakan rumus Issac dan Michael dalamSomanti & Muhidin (2006, hlm. 101), ukuran sampel dapat dihitung sebagai berikut:

S = λ

2𝑁𝑃(1−𝑃) 𝑑2(𝑁−1)+𝜆2𝑃 (1−𝑃) S = ukuran sampel yang diperlukan

(17)

N = jumlah anggota populasi P = proporsi populasi = 0,05 d = tingkat akurasi = 0,05

𝜆2 = tabel nilai chi-square sesuai dengan dk= 1, tingkat kesalahan 5% = 3,841

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung besarnya sampel berikut:

S = (3,841)(117)(0,5)(1−0,5)

(0,05)2(117−1)+(3,841)(0.5)(1−0,5) = 89,86 = 90

Berdasarkan perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 89,86 yang mana dapat dibulatkan menjadi 90 orang. Dengan kata lain yang menjadi responden adalah 90 siswa di kelas X SMK Pasundan 1 Bandung.

Dari jumlah sampel tersebut kemudian ditentukan jumlah masing-masing sampel menurut tiap kelas secara proporsional dengan rumus :

n

1

=

𝑁𝐼

∑ 𝑁

× 𝑛

0

Al-Rasyid (2003, hlm.80) Keterangan:

n1 = banyaknya sampel masing-masing unit

n0 = banyaknya sampel yang diambil dari seluruh unit

NI = banyaknya populasi dari masing-masing unit ∑N = jumlah populasi dari seluruh unit

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel pada masing-masing kelas, sebagai berikut:

Tabel 3. 5

Sampel Siswa Masing-Masing Kelas X Manajemen Perkantoran SMK Pasundan 1 Bandung

No. Siswa Kelas X Manajemen perkantoran

Jumlah Siswa

Perhitungan Sampel

1 Siswa Kelas X OTKP 1 40 (40/117)90 31 2 Siswa Kelas X OTKP 2 38 (38/117)90 29

(18)

3 Siswa Kelas X OTKP 3 39 (39/117)90 30

JUMLAH 90

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang akan diambil di SMK Pasundan 1 Bandung sebanyak 90 peserta didik. sampel tersebut terdiri dari 31 orang peserta didik kelas X OTKP 1, 29 orang peserta didik kelas X OTKP 2, 30 orang peserta didik kelas X OTKP 3.

3.2.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Didapatkan melalui penyebaran angket yang diberikan kepada siswa program Keahlian Manajemen Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung.

3.2.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk penelitian yang didampingi dengan instrument pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Angket (Kuesioner)

Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner tersebut dikonstruksi dalam dua jenis yang meliputi: 1) Instrumen tentang Komunikasi verbal guru, 2) Instrumen tentang Keterampilan mengajar guru dan 3) Instrumen tentang Motivasi belajar siswa. Item-item alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam kuesioner tersebut adalah item-item yang mirip dengan model skala yang dikembangkan oleh Likert.

Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti dalam suatu penelitian. Untuk memperoleh data mengenai sarana prasarana belajar dan motivasi belajar siswa dibuat beberapa pertanyaan yang disusun dalam bentuk Skala Numerik (numerical scale).

(19)

Uep Tatang Sotani dan Sambas Ali Muhidin (2011, hal. 108) mengemukakan “Kuesioner atau yang juga dikenal sebagai angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden.”

Angket yang terdiri dari 3 bagian yaitu angket yang mengukur mengenai Komunikasi verbal guru,angket yang mengukur keterampilan mengajar dan angket yang mengukur mengenai motivasi belajar siswa. Penyusunan angket yang digunakam dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi angket.

b. Merumuskan item-item pernyataan dan terlampir jawaban. Angket yang digunakan merupakan angket terutup dengan lima alternative jawaban. c. Menetapkan skala penilaian angket

Skala penilaian jawaban angket yang digunakan adalah skala lima kategori model Likert (Sugiyono, 2004), tiap alternatif diberi jawaban skor yang terentang dari 1-5.

Dimana tafsiran tiap nilai sebagai berikut: 1) 5 dapat ditafsirkan Sangat tinggi 2) 4 dapat ditafsirkan Tinggi

3) 3 dapat ditafsirkan Sedang/Cukup 4) 2 dapat ditafsirkan Rendah

5) 1 dapat ditafsirkan Sangat rendah

3.2.6 Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen sebagai alat pengumpulan data sangatlah perlu diuji kelayakannya, karena akan menjamin bahwa data yang dikumpulkan tidak bias. Pengujian instrumen ini dilakukan melalui pengujian validitas dan reabilitas. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian ini.

(20)

3.2.6.1 Uji Validitas

Pengujian validitas instrument dilakukan untuk menjamin bahwa terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukuranya, atau memberikan hasil ukuran sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes tersebut.

Uji validitas dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan mencari korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan untuk hasil jawaban responden yang mempunyai skala pengukuran interval perhitungan korelasi antara pernyataan kesatu dengan skor total digunakan alat uji korelasi Pearson (product coefisient of correlation) dengan rumus:

𝑟

𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2} {(𝑁 ∑ 𝑌2)− (∑ 𝑌)2 }

Sumber: Arikunto, S. (2009, hlm. 146) Keterangan:

r𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

∑XY = Hasil skor X dan Y untuk setiap responden ∑X = Skor item tes

∑Y = Skor responden (∑X2) = Kuadrat skor item

(∑Y2) = Kuadrat responden

N = Jumlah responden X = Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total (seluruh item)

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas instrumen penelitian menurut Muhidin, S.A., (2010, hlm. 26-30) adalah sebagai berikut:

a. Menyebar instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

(21)

c. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

d. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

e. Memberikan/menempatkan (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu.

f. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir/item angket dari skor-skor yang diperoleh.

g. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-k-1, dimana n merupakan jumlah responden yang dilibatkan dalan uji validitas, yaitu 30 orang. Sehingga diperoleh db = 30 – 1-1 = 28, dan ∝ = 5%. h. Membuat kesimpulan, yaitu dengan cara membandingkan nilai hitung r

dan nilai tabel r. Dengan kriteria sebagai berikut:

1. N Jika rhitung>rtabel , maka instrumen dinyatakan valid. 2. Jika rhitung<rtabel , maka instrumen dinyatakan tidak valid.

Jika instrumen tersebut valid, maka item tersebut dapat dipergunakan pada kuesioner penelitian. Perhitungan uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 21 dan Microsoft Office Excel 2016. Maka akan diperoleh nilai rxy

hitung kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel dengan n = 30 dengan taraf nyata

(∝) = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Jika rhitung>rtabel maka item tersebut

dinyatakan valid, dan sebaliknya jika rhitung <rtabel maka item tersebut dinyatakan

tidak valid.

1. Hasil Uji Validitas Komunikasi Verbal (X1) Tabel 3. 6 Uji Validitas X1 Hasil Uji Validitas X1 No.item rhitung rtabel Ket

1 0,639 0,367 Valid 2 0,418 0,367 Valid

(22)

3 0,499 0,367 Valid 4 0,476 0,367 Valid 5 0,466 0,367 Valid 6 0,439 0,367 Valid 7 0,647 0,367 Valid 8 0,699 0,367 Valid 9 0,429 0,367 Valid 10 0,454 0,367 Valid Sumber : Hasil uji coba angket

Berdasarkan tabel 3.6, semua item dalam angket valid karena pernyataan kuesioner tersebut memiliki koefisien korelasi butir total (rhitung) yang lebih tinggi dari (r tabel). Pada Variabel Komunikasi Verbal (X1) semua pernyataan di nyatakan valid.

2. Hasil Uji Validitas Keterampilan Mengajar Guru (X2)

Tabel 3. 7 Uji Validitas X2 Hasil Uji Validitas X2 No. Item Rhitung rtabel Ket

1 0,703 0,367 Valid 2 0,594 0,367 Valid 3 0,513 0,367 Valid 4 0,528 0,367 Valid 5 0,703 0,367 Valid 6 0,454 0,367 Valid 7 0,490 0,367 Valid 8 0,298 0,367 Tidak Valid 9 0,513 0,367 Valid 10 0,439 0,367 Valid 11 0,513 0,367 Valid 12 0,394 0,367 Valid 13 0,490 0,367 Valid 14 0,772 0,367 Valid

(23)

15 0,408 0,367 Valid 16 0,471 0,367 Valid 17 0,389 0,367 Valid 18 0,212 0,367 Tidak Valid 19 0,408 0,367 Valid 20 0,772 0,367 Valid 21 0,670 0,367 Valid 22 0,712 0,367 Valid 23 0,716 0,367 Valid 24 0,789 0,367 Valid 25 0,430 0,367 Valid 26 0,774 0,367 Valid 27 0,772 0,367 Valid 28 0,231 0,367 Tidak Valid 29 0,432 0,367 Valid 30 0,724 0,367 Valid 31 0,722 0,367 Valid 32 0,315 0,367 Tidak Valid 33 0,612 0,367 Valid

Sumber :Hasil uji coba angket

Berdasarkan tabel di atas, terdapat empat item yang tidak valid karena pernyataan kuesioner tersebut memiliki koefisien korelasi butir total (rhitung) lebih rendah dari (rtabel). Pada variabel keterampilan mengajar terdapat 4 item yang tidak valid yaitu nomor 8,18,28,32 maka item tersebut dibuang atau tidak digunakan dalam penelitian ini.

3. Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswa (Y)

Tabel 3. 8 Uji Validitas Y Hasil Uji Validitas Y

(24)

1 0,549 0,367 Valid 2 0,716 0,367 Valid 3 0,725 0,367 Valid 4 0,808 0,367 Valid 5 0,503 0,367 Valid 6 0,754 0,367 Valid 7 0,643 0,367 Valid 8 0,580 0,367 Valid 9 0,332 0,367 Tidak Valid 10 0,494 0,367 Valid 11 0,748 0,367 Valid 12 0,708 0,367 Valid 13 0,494 0,367 Valid 14 0,680 0,367 Valid 15 0,255 0,367 Tidak Valid 16 0,748 0,367 Valid 17 0,507 0,367 Valid 18 0,649 0,367 Valid 19 0,529 0,367 Valid 20 0,814 0,367 Valid 21 0,829 0,367 Valid 22 0,262 0,367 Tidak Valid 23 0,720 0,367 Valid 24 0,528 0,367 Valid

Berdasarkan tabel 3.8 , terdapat tiga item yang tidak valid karena pernyataan kuesioner tersebut memiliki koefisien korelasi butir total (rhitung) lebih rendah dari (rtabel). Pada variabel keterampilan mengajar terdapat 3 item yang tidak valid yaitu nomor 9,15,22 maka item tersebut dibuang atau tidak digunakan dalam penelitian ini.

(25)

3.2.6.2 Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas instrumen, selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas instrumen. Muhidin, S.A., (2010, hlm. 31), menyatakan bahwa:

Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya, jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama

(homogen) diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.

Sugiyono (2011, hlm.137), juga menyatakan bahwa “Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Dalam uji reliabilitas ini, menurut Arikunto, S., (dalam Muhidin, S.A., 2010, hlm. 31) menyatakan bahwa: Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah koefisien alfa (𝛼) dari Cronbach (1951), yaitu:

𝑟11 = [ 𝑘

𝑘−1] . [1 − ∑ 𝜎𝑖2

𝜎𝑡2 ]

Dimana sebelum menentukan nilai reliabilitas, maka terlebih dahulu mencari nilai varians dengan rumus sebagai berikut:

𝜎 = ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑥)2 𝑁 𝑁 Keterangan: 𝑟11 =

Reliabilitas instrumen/koefisien korelasi/korelasi alpha

K = Banyaknya bulir soal ∑ 𝜎𝑖2 = Jumlah varians bulir

𝜎𝑡2 = Varians total

(26)

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas instrumen penelitian seperti yang dijabarkan oleh Muhidin, S.A., (2010, hlm. 31-35), adalah sebagai berikut:

a. Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

b. Mengumpulkan data hasil iju coba instrumen.

c. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

d. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

e. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi responden pada tabel pembantu.

f. Menghitung nilai varians masing-masing item dan varians total. g. Menghitung nilai koefisien alfa.

h. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n–2. i. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai

tabel r. Kriterianya:

1. Jika nilai rhitung >nilai rtabel, maka instrumen dinyatakan reliabel. 2. Jika nilai rhitung<nilai rtabel, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel.

Tabel 3. 9

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1,X2, dan Variabel Y

No Variabel

Hasil

Keterangan rhitung rtabel

1 Komunikasi Verbal 0,678 0,367 Reliabel

2 Keterampilan Mengajar 0,942 0,367 Reliabel

3 Motivasi Belajar 0,965 0,367 Reliabel

Sumber: Hasil Uji Coba Angket

(27)

rtabel. Dari hasil ketiga pengujian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa instrumen dinyatakan valid dan reliabel sehingga penelitian dapat dilanjutkan. Artinya bahwa tidak ada hal yang menjadi kendala terjadinya kegagalan penelitian disebabkan instrumen yang belum teruji validitas dan reliabilitasnya.

3.2.7 Pengujian Persyaratan Analisis Data 3.2.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui karena berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan digunakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengujian normalitas dengan uji Liliefors dengan SPSS 21. Kelebihan Liliefors Test adalah penggunaan perhitungan yang sederhana, serta cukup kuat (power full) sekalipun dengan ukuran sampel kecil Harun Al Rasyid dalam Sambas Ali Muhidin dan Uep Tatang Sontani (2010, hlm. 93).

Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 93) adalah:

1. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data yang sama.

2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empiric (obervasi). 5. Hitunglah nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada tabel z. 6. Menghitung Theoretical Proportion.

7. Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar titik observasinya.

8. Buatlah kesimpulan, dengan kriteria uji, tolah Ho jika D>D(nα)

(28)

X F Fk Sn (Xi) Z Fo (Xi) Sn (Xi) - Fo (Xi) [Sn (Xi) - Fo (Xi)] (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Keterangan:

Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fki = fi + fkisebelumnya

Kolom 4 : Proporsi empiric (obervasi). Formula, Sn (Xi) = fki : n

Kolom 5 : Nilai Z. formula, Z = 𝑋𝐼−𝑋

𝑆

Kolom 6 : Theoretical Proportion (tabel z) : Proporsi Kumulatif Luas Kurva Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada label distribusi normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion

dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6).

Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai selisih mana yang paling besar lainnya. Nilai tersebut adalah D hitung.

Selanjutnya menghitung D tabel pada a = 0,05 dengan cara 0,886

√𝑛 .

Kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria:

Jika, D hitung < D tabel, maka Ho diterima, artinya data berdistribusi normal.

Jika, D hitung ≥ D tabel, maka Ho ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

3.2.7.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas digunakan untuk kepentingan akurasi data dan kepercayaan terhadap hasil penelitian. Pengujian homogenitas merupakan uji perbedaan antara dua kelompok, yaitu dengan melihat perbedaan varians kelompoknya.

(29)

Ide dasar uji asumsi homogenitas adalah untuk kepentingan akurasi data dan keterpercayaan terhadap hasil penelitian. Uji asumsi homogenitas merupakan uji perbedaan antara dua kelompok, yaitu dengan melihat perbedaan varians kelompoknya. Dengan demikian pengujian homogenitas varians ini untuk mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Uji statistika yang akan digunakan adalah uji Barlett dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2016. Kriteria yang digunakannya adalah apabila nilai hitung 𝜒2 > nilai tabel 𝜒2, maka H

0 menyatakan varians skornya homogen

ditolak, dalam hal lainnya diterima. Nilai hitung diperoleh dengan rumus :

𝜒2 = (ln10) [𝐵 − (∑ 𝑑𝑏. 𝑙𝑜𝑔𝑆𝑖2)] (Muhidin, S.A., 2010, hlm. 96)

Dimana :

Si2 = Varians tiap kelompok data

dbi= n-1 = Derajat kebebasan tiap kelompok

B = Nilai Barlett = (log 𝑆𝑔𝑎𝑏2 ) (∑ 𝑑𝑏𝑖)

S2gab = Varians gabungan = 𝑆𝑔𝑎𝑏2 = ∑ 𝑑𝑏 𝑆𝑖2

∑ 𝑑𝑏

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas varians ini adalah:

a) Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.

b) Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses penghitungan, dengan model table di halaman berikutnya:

(30)

Tabel 3. 10

Model Tabel Uji Barlett

Sampel db=n-1 S𝑖2 LogS𝑖2 db. Log S𝑖2 db.S𝑖2

1

2 3

Sumber: Muhidin, S.A., (2010, hlm. 97) c) Menghitung varians gabungan.

d) Menghitung log dari varians gabungan. e) Menghitung nilai Barlett.

f) Menghitung nilai 𝜒2.

g) Menentukan nilai dan titik kritis.

h) Membuat kesimpulan, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika nilai 𝜒2 hitung < dari nilai 𝜒2 tabel, maka H0 diterima atau variasi data dinyatakan homogen.

2. Jika nilai 𝜒2 hitung ≥ dari nilai 𝜒2 tabel, maka H0 diterima atau variasi data dinyatakan tidak homogen.

3.2.7.3 Uji Linieritas

Untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan dilakukanlah uji linearitas. Uji ini merupakan prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear.

Menurut Muhidin S.A. (2010, hlm. 99) yaitu “ide dasar dari asumsi linieritas adalah untuk kepentingan ketepatan estimasi”. Setiap estimasi biasanya diharapkan pada satu kepastian/kejelasan sehingga kesimpulan yang dihasilkan memiliki tingkat akurasi yang tinggi.

Maka jelas disini bahwa, asumsi linieritas dapat diterangkan sebagai asumsi yang menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus. Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel, akan

(31)

diikuti secara linier oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variable lainnya. Adapun langkah-langkah dalam pengujian lineritas regresi dalam Muhidin, S.A., (2010, hlm.99) adalah sebagai berikut:

1. Menyusun tabel kelompok data variabel x dan variabel y. 2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑎]) dengan rumus :

𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑎] = (∑𝑌)2

𝑛

3. Menghitung jumlah kuadrat regresi [𝑏|𝑎] (𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑏|𝑎]) dengan rumus :

𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑏|𝑎] = b {∑𝑋𝑌 − ∑𝑋∑𝑌

𝑛 }

4. Menghitung jumlah kuadrat residu (𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠) dengan rumus : 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 = ∑𝑌2 - 𝐽𝐾

𝑅𝑒𝑔 [𝑏|𝑎] -𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑎]

5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi (𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑎]) dengan rumus: 𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑎] = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑎]

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi [𝑏|𝑎] (𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑏|𝑎]) dengan

rumus:

𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑏|𝑎] = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 [𝑏|𝑎]

7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠) dengan rumus : 𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 =

𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 𝑛−2 l

8. Menghitung jumlah kuadrat eror (𝐽𝐾𝐸) dengan rumus : 𝐽𝐾𝐸 = ∑ {∑𝑌2−

(∑𝑌)2 𝑛 } 𝑘

Untuk menghitung 𝐽𝐾𝐸, urutkan data X mulai dari data yang paling kecil sampai data yang paling besar, berikut disertai pasangannya

9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (𝐽𝐾𝑇𝐶) dengan rumus :

𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 - 𝐽𝐾𝐸

10. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus :𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑇𝐶

𝑘−2

11. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (𝑅𝐽𝐾𝐸) dengan rumus :

𝑅𝐽𝐾𝐸 = 𝐽𝐾𝐸 𝑛−𝐾

(32)

Fhitung = 𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 𝑅𝐽𝐾𝐸

13. Menentukan kriteria pengukuran : jika nilai uji F < nilai tabel F, maka distribusi berpola linier

14. Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau α=5% menggunakan

rumus:

Ftabel = F (1-α ) (db TC . db E) dimana db TC = k-2 db E= n-k

15. Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F kemudian membuat kesimpulan.

3.2.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara bagimana data diperlakukan untuk menjawab permasalahan penelitian.

Menurut Muhidin, S. A., (2011, hlm. 43) bahwa teknik analisis data, yaitu:

Cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maunpun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

Tujuan dilakukannya analisis data adalah untuk mendeskripsikan data dan membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial.

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif untuk menjawab rumusan masalah dengan menggunakan analisis regresi sederhana.

Selain itu, tujuan dilakukannya analisis data ialah mendeskripsikan data, dan membuat kesimpulan tentang karakteristik populasi. Agar mencapai tujuan analisis data tersebut maka, langkah-langkah atau prosedur yang dapat dilakukan

(33)

1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data.

2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen pengumpulan data.

3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti. diberikan pemberian skor dari setiap item berdasarkan ketentuan yang ada. Kemudian terdapat pola pembobotan untuk koding tersebut dengan tabel berikut.

Tabel 3. 11

Pola Pembobotan Kuesioner

No Alternatif Jawaban Bobot Positif Negatif 1 Setuju 5 1 2 Sangat Setuju 4 2 3 Kurang Setuju 3 3 4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5

Sumber: (Sugiyono, 2015, hal. 135)

4. Tahap tabulasi data, ialah mencatat data entri ke dalam tabel induk penelitian. Dalam hal ini hasil koding digunakan ke dalam tabel rekapitulasi secara lengkap u ntuk seluruh bulir setiap variabel. Selain itu, tabel rekapitulasi tersebut terpapar pada halaman berikut:

Tabel 3. 12

Rekapitulasi Hasil Skoring Angket

Responden Skor Item Total

1 2 3 4 5 6 …….. N

1 2 N

Sumber: (Somantri dan Muhidin, 2006, hlm. 38)

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan dua macam teknik yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial.

(34)

Data yang diolah pada analisis data deskriptif maupun analisis data inferensial telah menggunakan data yang sudah diolah menggunakan Methodes Succesive Interval (MSI). Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian, digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada skor kategori angket yang diperoleh dari responden, karena penelitian ini menggunakan data dalam bentuk skala ordinal seperti yang dijelaskan dalam operasional maka untuk menghitung rata-rata skor jawaban responden, data ordinal hasil pengukuran diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakan Metode Succesive Interval (MSI).

Metode Succesive Interval (MSI) dapat dioperasikan dengan salah satu program tambahan oada Microsoft Excel, yaitu Program Succetive Interval.

Adapun langkah-langkah untuk mengubah data dengan MSI, dilakukan sebagai berikut:

1) Input skor yang diperoleh pada lembar kerja (worksheet) Excel. 2) Klik “Analize” pada Menu Bar.

3) Klik “Succesive Interval” pada Menu Analixe, hingga muncul kotak

dialog “Methode of Succesive Interval

4) Klik “Drop Down” untuk mengisi Data Range pada kotak dialog Input, dengan cara memblok skor yang akan diubah skalanya.

5) Pada kotak dialog tersebut, kemudian check list (√) Input Label in First Now.

6) Pada Option Min Value isikan/pilih 1 dan Max Value isikan/pilih 5. 7) Masih pada Option, check list (√) Display Summary.

8) Selanjutnya pada Output, tentukan Cell Output, hasilnya akan ditempatkan di sel mana. Lalu klik “OK”.

Untuk mendeskripsikan variabel penelitian ini, maka digunakan data hasil

successive interval.

3.2.8.1 Teknik Analisis Deskriptif

(35)

teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 169), mengungkapkan bahwa statistik deskriptif adalah statistik digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dengan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

Teknik analisis ini digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 dan rumusan masalah nomor 2, rumusan masalah no 3, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yakni untuk mengetahui gambaran tingkat keefektifan komunikasi verbal guru dan gambaran tingkat tinggi rendahnya keterampilan mengajar serta motivasi belajar di SMK Pasundan 1 Bandung.

Penelitian ini menggunakan data dalam bentuk skala ordinal seperti yang dijelaskan dalam operasional variabel. Maka untuk menghitung rata-rata skor jawaban responden, data ordinal hasil pengukuran diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakan Method Succesive Interval (MSI).

Variabel penelitian dideskripsikan dengan menggunakan kriteria tertentu yang mengacu pada skor angket yang diperoleh dari kedudukan responden berdasarkan urutan angket yang masuk untuk masing-masing variabel dengan tujuan untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian. Kondisi variabel penelitian di lapangan dianalisis dengan menggunakan rentang skor yang mengacu pada rata-rata skor kategori angket yang diperoleh dari responden. Untuk itu penulis menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011, hlm. 81) yaitu:

1. Menentukan jumlah skor kriterium (SK) dengan menggunakan rumus: SK = ST x JB x JR

Keterangan:

SK = Skor Kriterium

(36)

JB = Jumlah Bulir Soal

JR = Jumlah Responden

2. Membandingkan jumlah skor hasil angket dengan jumlah skor item, untuk mencari jumlah skor dari hasil angket menggunakan rumus:

∑ 𝑋1 = 𝑋1𝑋2𝑋3….+𝑋𝑛 keterangan:

X1 = Jumlah skor hasil angket variabel X

X1-Xn = Jumlah skor angket masing-masing responden

3. Membuat daerah kontinum. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Menentukan kontinum tertinggi dan terendah

Sangat Tinggi : K = ST x JB x JR

Sangat Rendah : K = SR x JB x JR

b. Menentukan selisih skor kontinum dari setiap tingkat dengan rumus: 𝑅 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

5

c. Menentukan daerah kontinum sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah dengan cara menambahkan selisih (R) dan mulai kontinum sangat rendah ke kontinum sangat tinggi.

Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian, digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada skor angket yang diperoleh dari responden. Data yang diperoleh kemudian diolah, maka diperoleh rincian skor dan kedudukan responden berdasarkan urutan angket yang masuk untuk masing-masing variabel.

Tabel 3. 13

Skala Penafsiran Skor Rata-rata Variabel Komunikasi Verbal (X1)

(37)

1 1,00 – 1,79 Sangat Tidak Efektif 2 1,80 – 2,59 Tidak Efektif 3 2,60 – 3,39 Cukup Efektif 4 3,40 – 4,19 Efektif 5 4,20 – 5,00 Sangat Efektif Tabel 3. 14

Skala Penafsiran Skor Rata-rata Variabel Keterampilan Mengajar Guru (X2) No Rentang Penafsiran X2 1 1,00 – 1,79 Tidak Terampil 2 1,80 – 2,59 Kurang Terampil 3 2,60 – 3,39 Cukup Terampil 4 3,40 – 4,19 Terampil 5 4,20 – 5,00 Sangat Terampil Tabel 3. 15

Skala Penafsiran Skor Rata-rata Variabel Motivasi Belajar (Y)

No. Rentang Penafsiran

Y 1. 1,00 – 1,79 Sangat Rendah 2. 1,80 – 2,59 Rendah 3. 2,60 – 3,39 Sedang 4. 3,40 – 4,19 Tinggi 5. 4,20 – 5,00 Sangat Tinggi

3.2.8.2 Teknik Analisis Data Inferensial

Menurut Uep dan Sambas (2011, hlm. 185) menyatakan bahwa :

Analisis statistik inferensial, yaitu adalah data dengan statistik, yang digunakan dengan tujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam praktik penelitian, analisis statistika inferensial biasanya dilakukan dalam bentuk pengujian hipotesis. Statisika inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi.

Statistik inferensial meliputi statistik parametris yang digunakan untuk data interval dan ratio serta statistik nonparametris yang digunakan untuk data nominal dan ordinal. Dalam penelitian ini menggunakan analisis parametris karena data

(38)

yang digunakan adalah data interval. Ciri analisis data inferensial adalah digunakan rumus statistik tertentu (misalnya uji t, uji f, dan lain sebagainya).

Teknik analisis data yang kedua adalah teknik analisis data inferensial. Analisis inferensial dilakukan untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah nomor 4, 5 dan 6 yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, yaitu pengaruh komunikasi verbal terhadap motivasi belajar siswa kelas X program keahlian Manajemen Perkantoran pada mata pelajaran Korespondensi di SMK Pasundan 1 Bandung, pengaruh Keterampilan mengajar guru terhadap Motivasi belajar siswa kelas X program keahlian Manajemen Perkantoran pada mata pelajaran korespondensi di SMK Pasundan 1 Bandung, serta adakah pengaruh Komunikasi verbal dan Keterampilan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa kelas X program keahlian Manajemen Perkantoran pada mata pelajaran korespondensi di SMK Pasundan 1 Bandung.

Dalam penelitian ini analisis data inferensial yang digunakan adalah analisis regresi ganda. Somantri dan Muhidin (2006,hlm.250) mengatakan bahwa “analisis regresi ganda merupakan pengembangan dari analisis regresi sederhana, kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variable terkait (Y) apabila variabel bebasnya dua atau lebih”.

Dalam analisis regresi ganda ini, variabel terikat yaitu motivasi belajar siswa (Y) dan yang mempengaruhinya yaitu komunikasi verbal guru (X1) dan

keterampilan mengajar guru (X2). Persamaan regresi untuk dua variabel bebas

adalah sebagai berikut: Ŷ = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:

Ŷ = variabel dependen yaitu Motivasi Belajar Siswa a = konstanta

b1 = koefisien regresi untuk Komunikasi verbal guru

b2 = koefisien regresi untuk Keterampilan Guru dalam Pembelajaran

(39)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi ganda menurut Muhidin dan Abdurrahman (2007,hlm. 203) adalah sebagai berikut:

1. Data mentah (sumber data penelitian yang berisikan nilai X1, X2, dan Y dari

sejumlah responden) disusun terlebih dahulu ke dalam tabel penolong (tabel yang berisikan ∑Y, ∑X1, ∑X2, ∑X1Y, ∑X2Y, ∑X1X2, ∑X1, ∑X2)

2. Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung koefisien a, b1, dan b2 dapat menggunakan persamaan berikut:

b1 = (∑ 𝑥22)(∑ 𝑥1𝑦)− (∑ 𝑥1𝑥2)(∑ 𝑥2𝑦) (∑ 𝑥12)(∑ 𝑥22)− (∑ 𝑥1𝑥2)2 b2 = (∑ 𝑥12)(∑ 𝑥2𝑦)− (∑ 𝑥1𝑥2)(∑ 𝑥1𝑦) (∑ 𝑥12)(∑ 𝑥22)− (∑ 𝑥1𝑥2)2 a = ∑ 𝑌 𝑛 – b1( ∑ 𝑥1 𝑛 ) − 𝑏2 ( ∑ 𝑥2 𝑛 )

Sumber: Somantri dan Muhidin (2006, hlm. 250)

3. Melakukan perhitungan untuk memperoleh nilai ∑ 𝑋12, ∑ 𝑋22, ∑ 𝑋1𝑌, ∑ 𝑋2𝑌, ∑ 𝑋1𝑋2dengan rumus: ∑ 𝑋12, = ∑ 𝑋 12– (∑ 𝑋1)2 𝑛 ∑𝑥22 = ∑𝑥22- (∑ 𝑋2) 2 𝑛 ∑𝑥1𝑦 = ∑𝑥1𝑦 - (∑ 𝑥1)(∑ 𝑦) 𝑛 ∑𝑥2𝑦 = ∑𝑥2𝑦 - (∑ 𝑥2)(∑ 𝑦) 𝑛 ∑𝑥1𝑥2 = ∑𝑥1𝑥2 - (∑ 𝑥1)(∑ 𝑥2) 𝑛 3.2.9 Pengujian Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya dibawah dan “thesa” yang artinya kebenaran. Kemudian disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Menurut Arikunto (2010,hlm.110) “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

(40)

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Jawaban yang bersifat sementara tersebut perlu diuji kebenarannya, sedangkan pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini.

Tujuan dari hipotesis ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (Komunikasi Verbal) dan (Keterampilan Mengajar Guru) terhadap variabel terikat (Motivasi Belajar siswa).

Dalam penelitian ini, hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik parametris antara lain dengan menggunakan t-test dan F-test terhadap koefisien regresi.

3.2.9.1 Uji F (secara simultan)

Uji F digunakan untuk menguji tingkat signifikan dari pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat. Uji F dilakukan dengan langkah membandingkan nilai dari Fhitung dengan Ftabel. Nilai Fhitung dapat dilihat dari hasil pengolahan data bagian ANOVA. Berikut ini adalah langkah-langkah dengan menggunakan uji F:

1) Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1

H0 : R = 0 : Tidak ada pengaruh signifikankomunikasi verbal dan

keterampilan mengajar terhadap motivasi belajar siswa. H1 : R ≠ 0 : Ada pengaruh signifikan komunikasi verbal dan

keterampilan mengajar terhadap motivasi belajar siswa.

Menentukan uji statistika yang sesuai, yaitu : 𝐹 = 𝑠12 𝑆22

Menurut Sudjana (1996, hlm. 91) untuk menentukan nilai uji F di atas, adalah dengan:

a) Menentukan jumlah kuadrat regresi dengan rumus: JK(reg) = 𝑏1 ∑ 𝑥1𝑦 + 𝑏2 ∑ 𝑥2𝑦 +⋯+ 𝑏𝑘 ∑ 𝑥𝑘𝑦

b) Menentukan jumlah kuadrat residu dengan rumus:

JK(res) = (∑ 2 −

(∑ 𝑌 )2 𝑁

𝑌 ) - JK(reg)

(41)

Fhitung = JK(reg)

𝑘 JK(res)

𝑛−𝑘 1

Dimana: k = banyaknya variabel bebas

2) Menentukan nilai kritis (α) atau nilai tabel F dengan derajat kebebasan untuk db1 = k dan db2 = n-k-1.

3) Membandingkan nilai uji F terhadap nilai tabel F dengan kriteria pengujian: Jika nilai uji F ≥ nilai tabel F, maka tolak H0.

4) Membuat kesimpulan

3.2.9.2 Analisis Regresi Ganda

Dalam penelitian ini analisis data inferensial yang digunakan adalah analisis regresi ganda.

Muhidin dan Somantri (2006, hlm. 250) mengatakan bahwa “Analisis regresi ganda merupakan pengembangan dari analisis regresi sederhana, kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebasnya dua atau lebih”. Sementara Riduwan & Sunarto (2007, hlm. 108) mengatakan bahwa:

Analisis regresi ganda adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat.

Dalam analisis regresi ganda ini, variabel terikat yaitu Motivasi Belajar (Y) dan yang mempengaruhinya yaitu Komunikasi verbal guru (X1) dan

Keterampilan Mengajar Guru (X2). Persamaan regresi untuk dua variabel bebas

adalah sebagai berikut: Ŷ = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:

Ŷ = variabel dependen yaitu Motivasi belajar a = konstanta

b1 = koefisien regresi untuk Komunikasi verbal

b2 = koefisien regresi untuk Keterampilan Mengajar Guru

X1 = variabel independen yaitu Komunikasi verbal

(42)

Pengujian menggunakan Software SPSS (Statistic Product and Service Solutions) version 21 dengan langkah-langkah menurut Ridwan (2011, hlm. 108 – 113) sebagai berikut:

1. Aktifkan program SPSS 21 sehingga tampak spreadsheet.

2. Aktifkan Variabel View, kemudian isi data sesuai dengan keperluan. 3. Setelah mengisi Variabel View, klik Data View, isikan data sesuai

dengan skor total variabel X1, X2, dan Y yang diperoleh dari responden.

4. Klik menu Analyze, pilih Correlations untuk mendapatkan sig. (2-tailed) lalu Regression dan pilih Linear.

5. Pindahkan item variabel Y ke kotak Dependent List dan item variabel X1 dan X2 pada Independent List.

6. Klik Statistics : pilih Estimates, Model fit, dan Descriptive lalu klik

Continue.

7. Klik Plots lalu masukkan SDRESID ke kotak Y dan ZPRED ke kotak X, lalu klik Next.

8. Masukkan ZPRED kotak Y dan DEPENDENT kotak X. 9. Pilih Histogram dan Normal probability plot.

10. Jika sudah, klik Continue sehingga muncul Linear Regression:Plots. 11. Klik Save, pada Predicted Value pilih Unstandardized dan Prediction

Intervals klik Mean dan Individu kemudian klik Continue.

12. Klik Options, (pastikan bahwa kondisi taksiran Probability dalam kondisi default sebesar 0,05), lalu klik Continue.

13. Klik OK, sehingga muncul hasilnya.

3.2.9.3 Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara variabel X dan variabel Y. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1. Tanda positif menunjukkan adanya korelasi positif atau korelasi antara kedua variabel yang berarti. Setiap kenaikan nilai variabel X maka akan diikuti dengan penurunan nilai Y, dan berlaku sebaliknya.

(43)

2. Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan negatif.

3. Jika nilai r = 0, maka korelasi variabel yang diteliti tidak ada sama sekali atau sangat lemah.

Sedangkan untuk mengetahui kadar pengaruh variabel X terhadap Y maka dibuatlah klasifikasinya sebagai berikut :

. Tabel 3. 16

Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi

Besarnya Nilai r Interpretasi 0,000 – 0,199 Sangat Lemah 0,200 – 0,399 Lemah 0,400 – 0,599 Sedang/Cukup Kuat 0,600 – 0,799 Kuat 0,800 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2012, hlm. 183) 3.2.9.4 Koefisien Determinasi

Menurut Muhidin (2010, hlm. 109-110) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2) dijadikan dasar dalam menentukan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumus yang digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat adalah koefisien korelasi dikuadratkan lalu dikali seratus persen, maka digunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut:

𝐾𝐷 = 𝑟2 𝑥 100%

Sumber : Muhidin (2010, hlm. 109-110)

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi R = Koefisien Korelasi

Gambar

Tabel 3. 7  Uji Validitas X2  Hasil Uji Validitas X2  No. Item  Rhitung  rtabel  Ket
Tabel 3. 8  Uji Validitas Y  Hasil Uji Validitas Y

Referensi

Dokumen terkait

Sesar normal merupakan salah satu penciri khusus adanya air terjun, pada daerah penelitian ini ditemukan penciri sesar turun tersebut dimana pada batuan tiba tiba saja terp otong

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Kemudian dari hasil kategorisasi didapatkan bahwa konformitas subjek penelitian berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 69 orang (69%),dan perilaku konsumtif subjek

Pada Hari ini, Kamis Tanggal Sebelas Bulan September Tahun Dua ribu empat belas (11-9-2014), Pokja II Pengadaan Barang/Jasa pada Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi

Berapa banyak pasien dengan kasus luksasi lateral (yaitu perubahan letak 29. gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah Labial, palatal, maupun lateral yang

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap Clemmons yang disebarkan pada 100 responden, Maka hasil dari analisis ini yang dilihat dari segi

Padahal semestinya, siswa SMA diharapkan mampu memegang tanggung jawab dalam perencanaan karir serta konsekuensi-konsekuensinya, memiliki kesiapan untuk memenuhi syarat

Analisis break even point adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui situasi atau keadaan dimana pendapatan total perusahaan sama dengan biaya totalnya. Dengan mengetahui