PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
LESSORPADA
PERJANJIAN LEASING
(Studi
Kasus padaPT.ACC
Cabang Semarang)Laws
Protection
For
Lessor
In
Leasing
Agreement
OIeh :
Djoko
SetyoHartono
(StafPengajar
FakEkonomi
UNIMUS)
ABSTRACT
Currently
the business envirorunentis
very competitive. The businessman hasto looking.fbr an
e.ffective .fundingto
support operational and expansionpolictt.
The alternative./unding exception bank is other choice, because therate
commonly is very high and application credit process is not.flexible.Leasing
is
the
one o.f alternatirte/imding,
but
until
todalt
espectlegal
is
not suitable. These leasing contact between two pqrties are lessor and lessee.It
is possible happened to be that one of the partiesnot.ful/ill
these leasing contract.This research used to
yuridis
empiris method and research specification using analysis descriptive. The object of research is PT.ACC Finance Semarang branch.Conclusion
Jind
that
legal protection.for
lessor based onArticle 6
ayat
(l),
Article
7
ayat
(3),
Article
t
huruf
(cl),
(/),
dan
(h)
Keputusan
Menkeu RI
No.l169/KMK.01/1991.
Beside
lhat
lessor muking standard contracl which
is including lessee's responsibility and sanction. Lessor's way to solve the problems are :first
ofall
to give somatie to lessee and./inally way ask to the court, but lessor have to think consider about spending a largeof
time and money.Key word :leasing contt"oct, lessor, lessee, optie
right
Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang
http://Jurnal.
unimus.ac.id 22PENDAHULUAN
Dunia
usaha
yang
semakinkompleks saat-ini
dalam
perkembangaanya
tentu
membutuhkandukungan
dari
berbagai
Pihak,
diantaranyayaitu
rnembutuhkan rnodal atau dana yang cukup besar. Oleh karenaitu
pernerintah sebagai
regulator
berusaha rnencari j alan keluarnya dengan
menawarkan
alternatif
baru
untuk
memenuhi kekurangan rnodal bagi parapengusaha
dengan
memPerkenalkan lembaga keuangan baru selain lembaga keuanganperbankan Yang sudah
adasebelumnya. Lembaga keuangan bank yang ada selama
ini
ternyata tidak cukupmampu
untuk
mendukung
kePerluandana
dalam
masyarakat.
Bank
mempunyai berbagai ketebatasan yang mengakibatkanbank kurang
fleksibeldalam
mengerjakan
fungsinya
sepertiketerbatasan
jangkauan
penyebarankredit.
Kemudian
dicarilah
bentuk-bentuk
penyandang
baru,
sehinggaterciptalah lembaga
penyandang dana yang lebihfleksibel.Lembaga
inilah
Yang kemudiandikenal
sebagailembaga
pembiayaan, yang menawarkan bentuk baru terhadappemberian
dana,
yang
salah
satunYadalam bentuk sewa guna usaha/leasing. Sewa guna usaha /leasing sendiri tidak
mendapat
pengaturan
secara
khusus dalamKUH
Perdata danKUH
Dagang.Tetapi
sebagaisuatu perjanjian,
sewaguna
usaha/leasing
mempunyai
alas hukum yang pokok yaitu asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak artinya setiap orang bebas mengadakanperjanjian dalam bentuk
aPaPun.Pembatasan
dari
asas
ini
denganketentuan
dalam
membuat
perjanjiantersebut
tidak
dilarang
oleh
undang-undang,
tidak
bertentangan
dengan ketertiban umum dan kesusilaan.Dalam
KUH
Perdata disimPulkanpada pasal 1 338 yang menentukan bahwa
semua perjanjian yang dibuat secara sah,
berlaku
sebagai
undang-undang bagimereka yang membuatnya.
Di
Indonesia
umumnYa
perusahaann pembiayaan yang berbentuk perseroan terbatas(PT)
atau
koperasi.Adapun
mengenai saham
perusahaan pembiayaanyang
berbentukPT
dapatdimiliki
oleh
oerusahaan
swasta nasioanal maupun perusahaan patungan Indonesia dengan asing. Besarnya modalyang
wajib
disetor untuk
mendirikanlembaga pembiayaan
ini
tercantumdalam SK Menkeu RI
No.448/KMK.
01712000,
tentang
perusahaan pembiayaandidalam
pasal 13. Bahwa khusus untuk koperasi wajibsetor
modal minimal
Rp
5
Miliar,
permodalan perusahaan swasta nasional wajib setor modal minimal Rp 10Miliar,
dan untuk
perusahaan
Patungan
Indonesia dengan asing
wajib
setor modal minimal Rp 25Miliar.
Bisnis sewa guna usaha
/
leasingini
termasuk bisnis yang berisiko cukuptinggi,
karena
para
perlindungan para pihaknya hanya sebatas pada itikad baikdari
masing-masingitikad
tersebutyangdituangkan dalam suatu
bentuk
perjanjian
sewaguna
usaha/
leasing.Dalam
hal
ini
terdapat
kemungkinan salah satupihak
dalam perjanjian tidakmelaksanakan
prestasinya
sesuai perjanjian.Dalam pelaksanannYa Perj anj ian
sewa guna usaha
/
leasing
terdaPat berbagai hambatanyang
biasa
terjadi disebabkanoleh
adanyakelalaian
daripihak
lessee, sebagai contoh dalam hal pembayaranyang
menjadi
kewajibanlessee
dalam perjanjian.
Pelanggaran perjanjian yang berupa kelalaian dalampihak
lesseetersebut
bisa
merugukanlessor, terutama
apabila
kelailaian
berpengaruh secara langsung terhadap obyek leasing. Oleh karena itu diperlukansuatu
upaya
perlindungan
hukum
terhadap kepentingan
lessor
agatterhindar
dari
resko
kerugian
ataukehilangan
obyek
leasing,
karenabagaimanapun
juga
dalam
suatu
perjanjian para
pihak tidak
boleh
adapihakyang dirugikan.
RUMUSANMASALAH
Sampai sejauh
mana
perlindungan
hukum terhadap
lessordalam praktek perjanjian sewa
gunausaha /leasing
di
PT.ACC
Finance Cabang Semarang ?METODEDANBAHAN
Pada penelitan
ini
metode yangdipergunakan adalah
metode
yuridis
empiris.
Maksudnyadalam
metodeini
penelitian dilakukan
dengan mengkajiperaturan
perundang-undangan
atauefektifitas hukum yang berlaku
dalammasyarakat.
Aspek
yuridis
dalampenelitian
ini
adalah
peraturan
perundang-undangan
yar,g
berkaitandalam
perjanjian
sewa
guna
usaha/leasing.Sedangkan
aspek
empiris
dari penelitianini
adalah praktek perjanjian sewaguna
usaha/leasingdi
PT.
ACC Cabang Semarang, terutama mengenai prosedur mekanisme leasing, tanggung jaw.ab.lessee dan lessor terhadap obyek perjanjian sewa guna usaha/leasing, sertahambatan-hambatan
yang
biasanyatimbul
pada sistem dan
pelaksanaanperjanjian sewa
guna
usaha/leasing tersebut serta cara mengatasinya. Kedua aspek tersebutoleh
penulis
kemudiandiamati,
diteliti,
dan
dianalisa
dalampraktek
pelaksanaannya
di
PT.ACC CabangSemarang.Dalam penelitian ini
menggunakan spesifikasi penelitian yang
bersikap
deskrptif
analitis,
yaiti
penelitian yang
bertujuan
untuk
melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu dan pada saat tertentu. Dalampenelitian
ini
akan
digambarkan
peraturan
perundang-undangan
mengenai
perjanjian
sewa
guna
usaha/leasing dalampraktek
pedanjian leasing diPIACC
Cabang Semarang.Populasi dan
Metode Sampling
Populasi dalam penelitian
ini
adalah seluruh karyawandi
kantor ACC Semarangdan
pengambilan
sanmpledilakukan
denganpurposive
samplingyang artinya telah
ditentukan
terlebihdahulu
berdasarkanobyek yang
akanditeliti.
Sampel dalam penelitian ini
harus memenuhi syarat sebagai berikut'.a.
Penentuan
karakteristik
populasi harus dilakukan denganteliti
dalam studi pendahuluanb.
Sampel
Lessor
meliputi
pimpinancaban atau staffyang berkompeten dalam
hal
prosedur dan mekanisme perjanjiansewa guna
usaha/leasingdi
PT.ACC Cabang Semarangc. Sampel Lessee sebanyak 3 (tiga ) orang
customer
yang
menggunakan
jasa
pembiayaan leasin dari PT. ACC Cabang Semarangmulai
bulan
Januari
tahun 2006.PengumpulanData
Yaitu penelitian
terhadap
data sekunder. Padapenelitian
kepustakaanini
diharapkan
dapat diperoleh
data sekunder dengan cara :1. Studi kepustakaan
Yaitu
data
yang
diperoleh
melalui bahan-bahan kepustakaan. Pengumpulandata
sekunder
diperoleh
dengan
carastudi
pustaka.Dalam
hal
ini
dilakukandengan
rnengumpulkan
dan
menelitiperaturan
perundang-undangan,buku-buku,
serta
sumber
bacaan
yang
berkaitan dengan masalah yangditeliti.
2. StudiDokumenter
Yaitu
mempelajari
data-data yangdiperoleh
melalui
arsi-arsip
yangberhubungan dengan terjadinya
wanprestasi dalam suatu perjanjian sewa
guna usaha di PT.ACC Cabang Semarang
Penelitian
Lapangan
Pengumpulan
data
yang
dilakukan
oleh
penilis
langsung
kesubyek penelitian
untuk
mendapatkandata primer. Data prim er adalah data yang
24 Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang
Diperoleh
secara langsung
darl
masyarakat.
Data
primer
dalam
penelitian
ini
diperoleh
melalui
wawancara dilakukan dengan pimpinanatau
staff PT.ACC
Cabang
Semarangyang
berkompeten dalamhal
prosedurdan
mekanismeperjanjian sewa
gunausaha /leasing. Selain itu wawancara juga
dilakukan
terhadap
3
(tiga)
orangcustomer
yaflg
menggunakan
jasa
pembiayaan
leasing
dari
PT.ACC
Cabang SemarangWawancara
yang
dilakukan
adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu
mempersiapkan
terlebih
dahulu
menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan
sebagai
pedoman
tetapi
masih
dimungkinkan
adanya
variasi-variasipertanyaan
yang
disesuaikan
dengan situasi ketika wawancara.Instrumen Penelitian
Metode
data yang
akan
dipergunakan adalah analisa kualitatif,
yaitu
analisa terhadap data
yangdiperoleh
yang
sulit
diukur
dengan angka.Metode
ini
dilakukan
terhadap data yang diperoleh, kemudian disusunsecara sisrematis
untuk
selanjutnya dianalisa secarakualitatf
dalam bentuk uraian untuk mencapai kej elasan masalah yang dibahas. Selanjutnyahasil
analisatersebut dituangkan secara
sistematis dalam bentuk karya ilmiah.HASILPENELITIAN
Bentuk dan
Isi
Perjanjian
padaPT.ACCFinance
PT ACC
Finance
melakukan kegiatan pembiayaanyang
mehputi carfinance/leasing,
equipment
lease,factoring,
corporate
finance
and
syndication,
serta
operating
lease.ftrbagai
kegiatan pembiayaan tersebut dilakukan olehPTACC
Finance melaluikantor-kantor cabangnya.
Kegiatan
pembiayaan tersebut tentunya dilandasi dengansuatu perjanjian
yang
disebutdengan perj anj ian sewa guna usaha.
Perjanjian sewa guna usaha pada
PT ACC
Finance cabang
Semarangseperti perjanjian sewa guna usaha pada umumnya tunduk pada ketentuan tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha
(leasing)yang diatur
dalam Surat
KeputusanMentefi
Keuangan
No.1169/KMK.01/1991.
Jenis perjanjian sewa guna usaha
pada
PTACC
Finance cabang Semarang adalahfinancial
leasing dan perjanjiantersebut
harus
dibuat
secara tertulis.Perj anj ian tersebut merupakan perj anj ian yang isinya telah disusun terlebih dahulu dan dibakukan
oleh
lessor serta dibuat dibawahtangan.Sedangkan
isi
dari
perjanjian financial leasing sebagai berikut :1. Leasing
unit-unit
2.
Jangkawaktuleasing3.
Tanggungjawab lessee4.
Jaminantunai5.
Pembayaranung sewa6.
Pembayaranterlambat7.
Peristiwakelailaian8.
Pajak-pajak9.
Resiko atasunit l0.asuransi11 . Pemilikan atas
unit
l2.Pemeriksaan
dan
pemberiyahuaan tentang hakmilik
lessor13. Jaminannilai sisa
1 4. Hak opsi pada akhir kontrak
15. Penyertaanlessee
16.
Domisilihukum
Pada
proses
pembuatan
perjanjian sewa guna
usaha
tersebutharus
mengikuti
prosedur
mekanisme leasingyang
adadi
PT ACC
Financecabang Semarang.
Dalam
prosedur tersebut terdapat tahapan-tahapan yangmengatur setiap tindakan
yang
harus diambil oleh para pihak, sehingga dapatdipastikan
bahwa proses
proses
pembuatan
perjanjian tersebut
dapatberjalan
denganteratur
dan
sistematissesuai kehendak para pihak sampai pada saat
perjanjian
tersebutyang
ditandaidengan penandatanganan.
Prosedur leasing yangadasaat
ini
merupakan proseduryang
berasal darikebikjaksanaan
masing-masing
Perusahaan
sewa guna
usaha/ leasing yaug tunduk pada ketentuan dalarn BukuIII
KUH
Perdata
tentang
perikatan,dernikian
pula
dengan
prosedur
mekanisme leasingyang
terdapat padaPT ACC cabang Semarang, yang selama
ini
merupakan hasil dari kebikjaksanaan PTACC
sendiri, namun pengaturannyatetap
disesuaikan
dengan
paraturan-peraturan
yang berlaku seperti
KUH
Perdata dan peraturan-peratllran tentang leasing.Ketentuan dalam
Buku
III
KUH
Perdata
selain
mengikat
bagi
pelaksanaan
prosedur
mekanisma
leasing,juga
mengikat
bagi
perjanjian sewaguna
usaha/ leasingtelah
diatursecara
khusus
oleh
ketentuan
yang terdapatdalam Pasal13
ayatI
bagian cSK Menkeu RI Nomor
1 25 1/KMK0 1 3/1 988 serta pasal 9 dan20SK Menkeu RI Nomor
ll69lKMK.01
11991. Menurut
ketentuan-ketentuan tersebut, perjanjian leasing yang dibuat dan disepakati oleh
para
pihak
harus
berbentuk perjanjiantertulus
serta
mekanismeharus
berisi atau memuat ketentuan-ketentuanrinci
mengenai:A.
Jenis transaksi leasing.B.
Nama
dan
alarnat
masing-masing pihak.C.
Nama.
jenis,
tipe
dan
lokasi
penggunaan modal.D.
Harga perolehan.nilai
pembiayaan, pembayaranleasing,
angsuran
pokok pembiayaan, imbalan jasa leasing,nilai
sisa,
simpananjaminan
dan
ketentuan mengenal asuransiatas barang
modal yang dilease.E. Masaleasing.
F.
Ketentuan mengenai
pengakhirantransaksi leasing
yang
dipercepat,penetapan
kerugian
yang
harus
ditanggung lessee
dalam
hal
barangmodal yang
dilease
denganhak
opsi (finance lease)hilang,
rusak, atau tidak berfungsi karena sebab apapun.G. Hak opsi bagi lessee dalam hal finance
lease.
H.
Tanggungjawab
para pihak
atasbarang modal y ang dil e a s ekan.
Konsekuensi
dari
diterbitkannyaSK
Menkeu tersebut diatas, maka bagi perusahaan leasingwajib
menyesuaikanbentuk perjanjian sewa guna
usaha/leasing
yang
dibuatnya
sesuai dengan ketentuan-ketentuandiatas.
Sedangkan untuk prosedur mekanisme leasing yangsudah ada masih
bisa
dipergunakan dengansyarat
selama pelaksanaannyatidak
bertentangandengan
ketentuandalam
Buku
III
KUH
Pedata
dankebiasaaan-kebiasaan
yang
berlaku
dalam praktek perj anj ian leasing.Perjanjian yang dilakukan antara PTACC Finance sebagai lessor dan pihak
lessee adalah merupakan
perjanjian baku. Maksud perjanjian baku dalam halini
adalah ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjia yang tela ditetapkan olehsalah satu
pihak
yaitu
pihak
lessor.Sedangkan pihak
lain
yaitu pihak lesseehanya
menandatangani perjanjian
tersebut. Demikian pula halnya didalamdi
PT ACC
yang
telah
mempunyai perjanjian standar yang telah disiapkan dalam bentukforrnulir,
kemudian pihak calon lesseediminta
untuk memberikan pendapat menerima atau tidak mengenai syarat-syarat tersebut, maka calon lesseeberhak untuk menolak perjanjian tersebut dengan tidak menandatangani perjanjian.
Sehingga dengan tidak
ditandatanganinyaperjanjian
tersebut maka syarat perjanjian berdasarkan pasal1320
KUH
Perdata
yang
berisi
kesepakatan
dari
para
pihak
tidak
terpenuhi. Sebaliknyajika
pihak
lesseemenerima
isi
dalam perjanjian
leasingtersebut,
berarti
ia
secara
sukarelasepakat pada isi perjanjian tersebut.
Walaupun
dalam
perjanjian
leasingdi
PT.ACC
Finance yang dibuatstandar, tetapi hal
ini
rrrasih bisa diterimaoleh pihak
lessee. Ha^ini
pihak
lesseediberi kebebasan berkehendak dalam hal ini menentukan barang yang akan dilease
dan jangka waktunya. Dalam perjanjian leasing terdapat kebebasan berkehendak,
dalam hal menentukan barang yang akan
dilesae dan
jangka
waktunya.
Dalamperjanjian
leasing terdapat kebebasanberkehendak,
walaupun
kebebasantersebut
bukan
sungguh-sungguh
kebebasan berkontrak. Maksusnya asaskebebasan
berkontrak adalah
setiap orang bebas mengadakan perjanjian baikyang
sudah
diatur
dalam
perjanjianmaupun
yang belum diatur
dalam undang-undang.A.
TanggungJawab
Lessee TerhadaPLessor
dalam Praktek
Perjanjian
Leasing
Di PT ACC
Finance
Semarang.
Menurut
SK
MenkeuRI
nomor1169/KMK.0ll199l
Pasal
9
AYat
2 bagianh
disebutkan, bahwa perjanjiansewa
guna
usaha/leasingyang
dibuat secaratertulis oleh para pihak
harus memuat ketentuan dan keterangan rinci,yang
salah satunya adalah
ketentuan mengenai tanggungjawab pihak
lesseeterhadap lessor atas barang modal yang
dileasekan
Hal
ini
juga
ditegaskanbahwa
suatu
perjanjian
leasing
yang lengkap paingtidak
harus memuat hal-hal yang salah satunya adalah mengenai tanggungjawab pihak
lesse
terhadaplessor atas obyek perjanjian.
Praktek dalam perjanjian leasing
di
PTACC
Finance cabang Semarang,ketentuan mengenai tanggung
jawabpihak
lesse terhadap lessor atas obyek perjanjian sewa guna usaha/leasing telahdiatur
dengan ketentuan dalam
SKMenkeu seperti
yang
Yang
tersebut diatas. Pengaturan mengenai tanggungjawab
tersebut dapat
dilihat
dalamperjanjian leasing
yang dibuat
secarastandar, yaitu berupa
formulir
perjanjianleasing
yang telah
dipersiapkan
oleh pihak perusahaan leasing.Tanggung
jawab
Pihak
lesseeterhadap
lessor atas
obyek
pedanjian sewa guna usaha/leasing dalam praktekperjanjian
leasing
pada
umumnya
dipengaruhidan
ditentukan oleh
jenis pernbiayaandalam perjanjian
tersebut.Jenis
pembiayaan
yang
biasanYadiper.":rakan dalam praktek
perjanjian leasing adalah ienisfinancial
lease danoperating
lease.Dalam
ienis Jinanciallease,
pengaturanmengenai
tanggungjawab
terhadapobyek perjanjian
sewaguna usaha/leasing
seluruhnya
dibebankan pada lessee, termasuk segalaresiko yang
timbul dari
penggunaanobyek
tersebut,
sedangkan
dalamoperating lease,
pengaturan mengenaitanggung
jawab
terhadap
obyek
perjanjian sewa
guna
usaha/leasingseluruhnya dibebankan pada
lessor, termasuk segala resiko yangtimbul
dari penggunaan obyek tersebut. Pengaturan dalam operating leaseini
sama denganpengaturan
dalam perjanjian
sewa menyewabiasa.Adapun
tanggungjawab
Pihaklessee terhadap
lessor atas
obyek
perjanjian sewa guna usaha /leasing yang terdapat dalarn praktek perjanjian leasing adalahmengenai:
Penggunaan barangleasing,
Pemeliharaanbarang
leasing, Kehilangan dan/atau kerusakan barangleasing karena
sebab
apaPun,
Wanprestasi atau ingkar
janji
dari lessee,Pembiayaan
barang leasing
Yangmeliputi biaya
asuransi,pajak,
bunga,dan lain-lain. Resiko yang terjadi
atasbarang leasing
selama
masa
leasingberlangsung.
Pelaksanaanatas
suatu prestasi dari tanggung jawab pihak lesseeterhadap lessoor atas
obyek
perjanjiansewa guna
usaha/leasing
dalam
prakteknya harus sesuai denganundang-undang, kebiasaan,
dan
kePatutan, seperti yang diatur dalam Pasal 1338 ayat3
KUHPerdata.
Pengaturan mengenai tanggung jawan tersebut diatas oleh parapihak
dalam perjanjian
leasing
harusdilakukan berdasarkan atas itikad
baik
dan keadilan,
sepertiyang
diatur dalam ketentuanbuku
III
KUHPerdata,semua ketenyuan mengenai pedanjian
&
perikatanyang berlaku
dalam
huku pedanjian juga harus dijadikandalam
pembagiantersebut.
Perjanjisewa guna
usaha/leasing
dala
pelaksanaannyaselain
mengikatparu
pihak
dalam
perjanjian
juga
mengikat
bagi
para
ahli
waris
Yang memperoleh hak dan pihak ketiga, seperti yang diatur dalam pasal 1315-1318 dan Pasal 1 340 KUHPerdat a. Apabila lessee27 Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang
meninggal
dunia,
maka
perjanjian
leasing akan tetapberlaku
dan seluruh kewajiban lessee harus ditanggung olehahli
warisnya.
Jika pihak
lessee tidakmelaksanakan
ketentuan
mengenai tanggung jawab terhadap lessor, maka ia dikatakan wanprestasi atau ingkarjanji.
Wanprestasi tersebut dapat berupa :A. Tidak melakukan apa y angdisanggupi
akan dilakukannya.
B.
Melakukan
apayang
dijanjikannya,tetapi
tidak
sebagian
seperti
yang dijanjikannya.C. Melakukan apa yang drjanjikan tetapi terlambat.
D.
Melakukan
sesuatuyang
menurut perjanj ian tidak boleh dilakukannya.B.
Kepastian
Hukum
Bagi
Lessor dalamPraktek
Perjanjian
Sewa Guna Usaha/LeasingBagi pihak lessor suatu kepastian
hukum menjadi
sangatpenting
untuk memberikan perlindungan hukum dalampraktek perjanjian sewa guna
usaha/leasing
ini.
Beberapa
perlindungan hukum yang dapat digunakan oleh lessor diantaranya dengan memakai alas hukumseperti termuat dalam
Keputusan
Menkeu
Republik
Indonesia
No. I 1 69/KMK.0 1/1 99 1 tentang kegiatan
sewa guna
usaha(leasing)
khususnyapada Pasal 6
ayat(l).
Pada pasal tersebutdiuraikan bahwa
lessee sebagai pihakyang
memanfaatkanjasa
pembiayaan dari perusahaan leasing (lessor) dilarang menyewa guna usahakan kembali barang modal yangdisewagunakan kepada pihak lain. Selainiti
pada PasalT ayat(3) lesseebertanggung
jawab untuk
memeliharaagar
plakat
atau
etiket
yang
mencantumkan nama dan alamat lessor tetap melekat pada barang modal yang disewagunakan.
Selanjutnya pada pasal
t
huruf
(d)
Keputusan
Menkeu
Republik
Indonesia
No.
I169/KMK.0lll99l,
mewajibkan
bagi
lesse
untuk
memberikan simpanan
kepada
lessor masih ada Pasalt
huruf(f)
dan (h) yang menguraikan tentang penetapan kerugianyang
harus
ditanggung
pihak
lesseedalam
hal
barang modal
yang
disewaguna usaha dengan opsi menjadi hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapunjuga. Hal
tersebut masihdiperjelas pada
tanggumgjawab
para pihak terutama lessee atas barang modal yang disewaguan usaha.Adapun
ketentuan
mengenai sanki juga telah diatur dalam Pasal 1237ayat
2,
Pasal
1243-1252,Pasal
1266 KUHPerdata dan Pasal 181 ayatI
HIR.Selain para
pihak
dalam
perjanjian leasingjuga
bisa
menetapkansanksi-sanksi
lain
dalam
perjanjian
yangdibuatnya berdasarkan
kesepakatanbersama,
dengan syarat
tidak
boleh bertentangandengan
ketentuan dalam KUHPerdata.KESIMPULAN
1. Perlindungan
hukum
terhadap lessor dalam praktek perjanjian leasingdi
PTACC
Cabang
Semarang mendasarkanpada ketentuan yang ada pada Keputusan
Menkeu
RI
No.1169/KMK.0l/1991
tentang kegiatan sewa
guna
usaha (leasing) terutama pada Pasal 6 ayat(l),
Pasal T ayat(3),Pasal9 huruf (d),(0
dan (h).Selain itu
juga
didukung oleh perjanjianbaku
yang dibuat
sepihak
oleh
pihak lessor yang memuat tanggunjawab pihaklessee terhadap lessor atas obyek leasing tersebut. Dan menetapkan sanksi-sanksi
bagi
lesseedalam
perjanjian
tersebuttidak
boleh
bertentangan
denganketentuanyang ada dalam
KUH
Perdata.2.
Dalam praktek perjanjian sewa gunausaha/
leasing
di
PT
ACC
FinanceCabang
Semarang
terdapat
berbagai hambatan atau resiko. Hambatan tersebutumunnya
disebabkanoleh
wanprestasiatau
ingkarjanji
dari pihak lessee. Selain itu hambatan juga dapat disebabkan oleh faktor-faktorlain
seperti : faktor yuridisyang bersifat
final
berupa
peraturan-peraturan leasing, danfaktor lain
yang tak terduga yang berupa keadaan makroekonomi
yang bisa
menghambat
transaksi leasing.
Adapun cara
untukTentang Leasing
(Teori
danPraktek),
Ikatan
Notaris
Indonesia Komisariat
DaerahJawa Barat, Bandung 1 989.
,
Suplemen
Leasing(Teori dan
Praktek),
IkatanNotaris
Indonesia
Komisariat
Daerah
Jawa Barat,
Bandung1988.
Lexy
J.
Moloeng,
Metodologi
Penelitian
Kualitatif,
Remaja Rosdakarya, Bandung I 990.Muhamad
Djumhana,
Hukum
Perbankan
di
Indonesia,
Citra AdityaBakti, Bandung 1 993.Munir
Fuadi,
Hukum
Tentang
Pembiayaan
(Dalam Teori
danPraktek), Citra Aditya
Bakti, Bandung 2002.Purwahid Patrik, Hukum
Perdata
I
(Asas-asasHukum
Perikatan),
Pusat Study Hukum Perdata dan PembangunanFakultas
HukumUniversitas
Diponegoro,
Semarang 1990.
Hukum
Perdata
II
(Perikatan
Yang
Lahir
Dari
Perjanjian
Undang-undang),
PusatStudi Hukum
Perdata dan PembangunanFakultas
HukumUniversitas
Diponegoro,
Semarang 1992.
Hukum
Jaminan,
Pusat StudiHukum
Perdata dan PembangunanFakultas
Hukum Universitas Diponegor o,1993 .Dasar-DasarHukum
Perjanjian,
CV
Mandar
Maju, Bandung 1984.Rachmat Soemitro, Paj ak
Ditinjau Dari
Segi
Hukum,
PT
Eresco,
Bandung2001.Ronny
Hanitijo
Soemarto,Metedologi
Penelitian Hukum
dan
Juimetri,
Ghalia
Indonesia,
Jakarta1990.
Rusli
hardijan,
Badan
Hukum
danBentuk
Perusahaan
Di
Indonesia,
Hupevindo,
Jakarta1989.
R.
Ali
Ridho,Hukum
Dagang (TentangPrinsip
dan
Fungsi
Asuransi
Dalam
Lembaga
Keuangan,
Pasar
Modal,
Lembaga
Pembiayaan
Modal
Ventura
dan
Asuransi
Haji),
Alumni,
Bandung 1992.R.
Setiawan,
Pokok-pokok Hukum
Perjanjian, Bina
Cipta,
Jakarta1987.
RM. Soedikno Mertokusumo, Mengenal
Hukum
(Suatu
Pengantar),
Liberty, Yo gyakarta 1 98 8.Sewa
Beli
dan
Leasing,
Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta 1 986.R. Subekti,
Aneka
Perjanjian,
Alumni,
Bandung 1984.,
Hukum
Perjanjian,
PT Intermasa, Jakarta 1 990.Aspek-aspek
Hukum
Perikatan
Nasional,
Alumni,
Bandung 1992.,
Pokok-pokok
Hukum
Perdata,
PT
Intermasa, Jakartat987.
&
R.
Tjitrosudibio, Kitab
Undang-undang
Hukum
Perdata,
Pradya
Paramita,
Jakartal999.
Sadipto Rahardjo,
IImu
Hukum,
PTCitra Aditya Bakti,
Bandung 1994.Soerjono Soekamto
&
Sri
Mamudji,Penelitian
Hukum
Normatif,
Rajawali Pers, Jakarta 1985.Penelitian
Hukum
Normatif
Suatu
Tinjauan
Singkat,
Rajawali
Pers, Jakarta 1986.
Sri Soedewi Masjchoen Sofivan,
Kuliah
Hukum
Perdata,
Yayasan
Penerbit
Gajah
Mada,
Yogyakarta.
Pengantar
Hukum
Perdata
Irrternasional
Indonesia, Bina Cipta,
Jakarta 1987.Sri Suyatmi
&
J. Sadiarto,Problematika
Leasing
di
Indonesia,
Arikha
Media Cipt a, J akarta 19 83 .
Siti
Ismijati
Jenie,
Tinjauan
Umum
Mengenai
Leasing
dan
Perananya
Dalam
Usaha
Memenuhi Kebutuhan
Akan
Alat-alat
Produksi,
Fakultas Hukum UGM, Yogyak arta 1993 .Peraturan Perundang-Undangan : ]
* Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
*
Kepres
RI
Nomor
61
Tahun
1998tentang Lembaga Pembiayaan.
'l' Kep.Men.Keu.RI
Nomor
I 25 1/KMK.01 3/ 1 988 tentang Ketentuandan
Tatacara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan.*
Kep.MenHub.RI NomorKM
82 Tahun1988 tentang
Persyaratan Pendaftarandan
Operasional
Kapal
Laut
YangDiperoleh Dengan Cara Sewa
Guna Usaha(Leasing).*
SE.Dirjen.
MoneterDagri.
No.
SE-28l5lMDl1983
tentang
Ketentuan
Perpanjanganlzin
Usaha
Perusahaan Leasing dan Perpanjangan PenggunaanTenaga Warga Negara
Asing
PadaPerusahaan Leasing.
*
SE.Dirjen.
Moneter Dagri.
No.
SE-48351MD11983
tentang
Syarat-syarat dan Tata Cara Pendirian Kantor Cabangdan
Kantor
Perwakilan
Perusahaan Leasing.*
SE.Dirjen.
Moneter Dagri.
No.
SE-499lMDll984
tentang Ketentuan
danTata
Cara
Penyampaian Laporan
Perusahaan Leasing.
'r'.
Kep.Men.Keu.RI
Nomor
l256lKMK.00/1
989
tentang PerubahanKetentuan Mengenai
Perusahaan
PerdaganganSurat Berharga
Dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomorl25l1KMK.013/1988 tanggal
20 Desember 1988 tentang Ketentuan danTata
Cara
Pelaksanaan
Lembaga
Pembiayaan.{'.
Kep.Menkeu.RI
Nomor
634/KMK.0 13 I 1990 tentang Pengadaan
Modal
Berfasilitas
Melalui
PerusahaanSewa Guna Usaha (Perusahaan Leasing).
* Kep.Men.Keu.RI
Nomor
1169/KMK.0lll99l
tentang
KegiatanSewa Guna Usaha (Leasing)
{'
Kep.Men.Keu.RI
Nomor
468/KMK.0L7 I 1995 tentang Perubahan Keputusan
Menteri
Keuangan Nomor1251/KMK.0l3/1988 tanggal
20 Desember 1988 tentang Ketentuan danTta
Cara
Pelaksanaan
Lembaga
Pembiayaan Sebagaimana Telah Diubah denganKeputusan
Menteri
KeuanganNomor
1256IKMK00/1989 tanggal
18Nopember 1989.
x
Kep.Men.Keu.RI
Nomor
448/KMK. 017 12000 tentang perusahaan Pembiayaan.