• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kearifan lokal juga menjadi ciri atau identitas dari suatu komunitas. Kearifan lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kearifan lokal juga menjadi ciri atau identitas dari suatu komunitas. Kearifan lokal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kearifan lokal adalah pengetahuan mengenai sebuah komunitas dimana kearifan lokal juga menjadi ciri atau identitas dari suatu komunitas. Kearifan lokal adalah kumpulan pengetahuan dan kebijakan yang tumbuh dan berkembang dalam suatu komunitas dan dimaknai sebagai identitas komunitas tersebut (Afiqoh et al., 2018). Melalui definisi tersebut kearifan lokal dapat dikatakan sebagai identitas dari suatu wilayah, serupa dengan haltersebut kearifan lokal (local genius) juga merupakan bagian atau sama dengancultur identity (identitas budaya) (Brata Ida Bagus, 2016). Dimana kearifan lokal merupakan warisan yang diturunkan sejak lama sehingga menjadi identitas yang melekat didaerah tersebut.

Kearifan lokal adalah pengetahuan yang di turunkan dari generasi ke generasi atau bisa berasal dari tetua adat. Selain dari itu kearifan lokal adalah sesuatu yang terbentuk dari hubungan dan sistem yang diciptakan melalui interaksi kehidupan manusia dan dunia (Pesurnay, 2018). Dari beberapa definisi yang dipaparkan dapat dikatakan bahwa kearifan lokal (Local Wisdom) adalah suatu kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi dimana hal ini terbentuk oleh hubungan antara interaksi manusia dengan lingkungannya. Hubungan inilah yang membentuk kebudayaan dari suatu daerah yang kemudian disebut sebagai kebudayaan daerah atau kearifan lokal.

Kearifan lokal merupakan bagian dari kebudayaan tradisional dimana keragaman budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia menjadi salah satu aset yang yang harus dipertahankan. Dari masing-masing budaya tersebut pasti memiliki cara dan pola dalam kehidupan, sehingga hal tersebut menjadi suatu

(2)

kearifan lokal (local wisdom) pada masyarakat tertentu. Setiap suku dan etnis memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Kearifan lokal disetiap daerah masing-masing memiliki ciri khas tersendiri (Mahardika, 2017). Hal ini juga yang menyebabkan di Indonesia memiliki ragam kebudayaan yang berbeda. Bentuk dari keragaman kebudayaan di Indonesia berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, dan aturan-aturan khusus (Mahardika, 2017). Salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia adalah permainan tradisional.

Permainan tradisional merupakan permainan yang sudah ada sejak dulu dan dimainkan secara berkelompok (Supriyono, 2018). Permainan tradisional tersebar keseluruh wilayah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, disetiap daerah memiliki permainan tradisional yang berbeda-beda, baik dari segi nama maupun cara bermainnya. Salah satu daerah yang memiliki permainan tradisional khas yaitu provinsi Jambi.

Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera. Provinsi Jambi juga terletak di pesisir timur di bagian tengah pulau Sumatera yang berpusat sepanjang sungai Batang Hari (Ramli et al., 2017). Provinsi Jambi memiliki 11 kabupaten yang terdiri dari kota Jambi, kabupaten Muaro Jambi, kabupaten Batang Hari, kabupaten Bungo, kabupaten Kerinci, kabupaten Merangin, kabupaten Tanjung Jabung Barat, kabupaten Tanjung Jabung Timur, kabupaten Sarolangun, kabupaten Sungai Penuh, dan kabupaten Tebo (Jambiprov.go.id, 2015).

Provinsi Jambi memiliki beberapa permainan tradisional yang cukup banyak seperti yang tertulis dalam buku yang diterbitkan oleh proyek pembinaan permuseuman yang menyebutkan beberapa permainan tradisional yang terdapat di

(3)

Jambi dimana permainan tradisionalnnya yaitu, permainan adang-adangan, cari-carian, gunung, selam-selaman, tejek-tejekan, taji, kak lele, damak, kerang, gasing, umban tali, bedil buluh, bedil bambu, catur raja, adu si jontu, jarak-jarak antum, rebut nyiur, serabut kelapo dorong dan lainnya (Direktorat Permuseuman, 1998). Walaupun ada beberapa permainan yang sama akan tetapi disetiap daerah memiliki nama yang berbeda serta beberapa peraturan dalam permainan yang juga berbeda. Begitu pula yang terjadi di provinsi jambi, setiap kabupaten memiliki langkah atau peraturan permainan tersendiri, salah satunya yaitu kabupaten Sarolangun.

Sarolangun adalah salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Jambi yang memilki 10 kecamatan. Dimana setiap kecamatan yang ada di sarolangun memiliki berbagai macam karakteristik sehingga permainan tradisional memiliki beberapa perbedaan setiap daerah, tetapi terkadang permainan yang sama terdapat juga di kabupaten yang lainnya. Terlebih sebelum terbentuknya keputusan DPRD Provinsi Jambi Nomor 2/DPRD/99 tanggal 9 juli 1999 tentang pemekaran kabupaten di Provinsi Jambi (Jambiprov.go.id, 2015), kabupaten Sarolangun masih bergabung dengan kabupaten Merangin dengan nama Sarolangun-Bangko, sehingga terdapat beberapa permainan tradisional diantara kedua kabupaten tersebut yang memiliki persamaan dari penyebutan atau cara memainkan permainan tradisional.

Permainan tradisional memiliki keuntungan atau manfaat yang baik bagi perkembangan anak. Manfaat dari permainan tradisional dapat meningkatkan kecerdasan anak seperti kecerdasan linguistik (berbahasa); kecerdasan logika matematika (menghitung); kecerdasan visual-spasial (ruang); kecerdasan musikal (musik/ irama); kecerdasan kinestetika (fisik baik motorik kasar dan halus);

(4)

kecerdasan natural (keindahan alam); kecerdasan intrapersonal (hubungan antar manusia); kecerdasan intrapersonal (memahami diri sendiri); kecerdasan spritual (mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan) (Saputra & Ekawati, 2017). Selain itu permainan tradisional dapat membangun kemampuan anak untuk mandiri, disiplin, belajar berdialog dengan teman, mulai belajar berhitung, serta mau mengemukakan pendapatnya sendiri.

Permainan tradisional juga dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter pada anak, seperti nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Permainan tradisional memiliki banyak manfaat, jika dimasukan dalam pembelajaran selama proses belajar mengajar maka akan dapat mengembangkan kemampuan peserta didik. Seperti hasil penelitian oleh Yudiwinata & Handoyo yang menunjukkan bahwa anak-anak yang memainkan permainan tradisional perkembang kemampuannya berkembang dengan baik, termasuk kemampuan kerja sama, sportifitas, kemampuan membangun strategi, serta ketangkasan (lari, loncat, keseimbangan) dan karakternya (Yudiwinata & Handoyo, 2014).

Melihat dari banyaknya manfaat serta kamampuan yang dapat di kembangkan melalui permainan tradisional, hal ini dapat dikembangkan dan diselipkan dalam proses pembelajaran sehingga selain kemampuan siswa dapat ditingkatkan dengan permainan tradisional juga dapat melestarikan permainan tradisional yang mulai berkurang pada perkembangan saat ini. Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan banyak manfaat yang didapat jika memasukan permainan tradisional dalam proses pembelajaran.

Sesuai dengan tujuan dari Undang-Undang Nomor 05 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan yang berbunyi “Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah

(5)

Daerah melakukan pengarusutamaan Kebudayaan melalui pendidikan untuk mencapai tujuan Pemajuan Kebudayaan” (RI, 2017). Seperti yang sudah dijabarkan bahwa permainan tradisional merupakan bagian dari kebudayaan sehingga permainan tradisional harus diikut sertakan dalam pembelajaran agar permainan tradisional tidak hilang.

Permainan tradisional dapat dijaga dengan mengintegrasikannya dalam pembelajaran, salah satu permainan tradisional yang dapat diintegrasikan yaitu permainan tradisional yang terdapat di kabupaten sarolangun. Kabupaten sarolangun memiliki beberapa permainan tradisional yaitu permainan bedil bambu, bedil buluh,daro, patok lele dan dam. Bedil bambu yaitu permainan yang terbuat dari bambu yang berukuran lumayan besar yang jika dimainkan akan mengeluarkan bunyi seperti letusan tidak jarang terkadang orang-orang menyebutnya permainan meriam-meriaman (Arsa, 2018).

Bedil buluh adalah permainan tradisional yang terbuat dari buluh atau bambu yang ukurannya kecil dimana saat memainkannya bedil buluh ini bisa seperti permainan tembak-tembakan, meskipun demikian permainan ini terbilang aman karena peluru yang digunakan biasanya kertas yang dicelupkan dalam air kemudian dibentuk bulat sehingga saat terkena tubuh tidak meninggalkan bekas apapun (Arsa, 2018). Daro adalah permainan tradisional yang menggunakan sayak atau biasa disebut tempurung kelapa yang dimainkan dengan cara membidik tempurung yang dalam keadaan berputar yang diletakan di tumit (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984).

Patok lele adalah permainan yang dimainkan dengan menggunakan dua potong kayu atau bambu dengan ukuran yang berbeda, yang panjang disebut

(6)

“induk” dan yang pendek disebut dengan “anak”. Dam adalah permainan tradisional yang menyerupai permainan catur hanya saja permaian dam memiliki pola papan khusus yang berbeda dengan papan catur. Beberapa permainan tersebut merupakan permaian tradisional yang khas terdapat di daerah Sarolangun, meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa permainan tersebut ada di daerah lain dengan nama dan peraturan permaian yang berbeda.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan berupa wawancara, diperoleh bahwa permainan tradisional sudah ada dalam pembelajaran di Sekolah Dasar dimana biasanya terdapat dalam pembelajaran olehraga dan pembelajaran kesenian. Permainan tradisional yang terdapat dalam pembelajaran olehraga hanya dimainkan saat jam pembelajaran atau hanya sekedar memainkan permainannya saja tidak ada untuk diperlombakan secara resmi, begitu pula yang terdapat dalam pembelajaran kesenian yang lebih menekankan kepada kreatifitas pembentukan dalam permainan tradisional tersebut.

Hal ini jika dihubungkan dengan pembelajaran selain dari pembelajaran olahraga dan kesenian, memiliki dampak yang positif seperti perminan tradisional daerah sarolangun. Adapun cntoh permainannya yaitu permainan bedil bambu, bedil buluh, daro, patok lele dan dam yang mampu meningkatkan ketepatan dalam memperhitungkan momentum, meningkatkan daya fikir, serta dapat meningkatkan kecepatan serta kekuatan peserta didik.

Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SD Negeri 89/VIII Pulau Lintang, permainan tradisional sudah ada diterapkan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran Penjas/Olahraga selain itu juga diterapkan dalam pembelajaran PKN di tematik, tetapi hanya permainan tradisional yang terdapat dalam buku saja

(7)

yang diterapkan dalam pembelajaran tidak dengan permaian lainnya. Selain itu, kebanyakan guru masih terlalu sedikit mengetahui materi mengenai permainan tradisional sehingga guru tidak menerapkan.

Melalui wawancara salah seorang guru mengatakan bahwa permainan tradisional sebenarnya sangat bagus jika dimasukan dalam pembelajaran. Akan tetapi dikarenakan kurangnya bahan materi mengenai permainan tradisional sehingga permainan tradisional yang diterapkan adalah permaian yang sudah ada dalam buku seperti engklek sementara permaian yang lainnya tidak diterapkan.

Melalui masalah yang dipaparkan, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Analisis Permainan Tradisional Daerah Kabupaten Sarolangun

dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar”.

1.2. Indentifikasi Masalah

Masalah yang ditemukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan guru tentang perminan tradisional yang masih rendah 2. Penerapan pembelajaran yang berhubungan dengan kearifan lokal yang

belum memadai

3. Guru masih kurang mampu dalam mengimplementasikan kearifan lokal

4. Guru belum secara maksimal menimlementasikan permainan tradisional dalam proses pembelajaran.

5. Kendala pengimplementasian permainan tradisional dalam kurikulum pada saat ini.

(8)

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah, peneliti memberi batasan dalam mengambil permasalah yaitu :

1. Pengetahuan guru tentang permainan tradisional di sekolah dasar.

2. Implementasi permainan tardisional pada saat proses pembelajaran di sekolah dasar.

3. Implementasi permainan tradisional dalam kurikulum pembelajaran di sekolah dasar.

4. Kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian permainan tradisional dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.

1.4. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka peneliti merusmuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana pengetahuan guru sekolah dasar mengenai permainan tradisional daerah kabupaten Sarolangun di kecamatan Bathin VIII ? 2. Bagaimana penginplementasian permainan tradisional daerah kabupaten

Sarolangun dalam proses pembelajaran di sekolah dasar?

3. Bagaimana pengimplementasian permainan tradisional daerah kabupaten Sarolangun dalam kurikulum pembelajaran di Sekolah Dasar?

4. Bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasian permainan tradisional daerah kabupaten sarolangun dalam proses pembelajaran di sekolah dasar?

1.5. Tujuan Penelitian

(9)

1. Untuk mengetahui pengetahuan guru mengenai permainan tradisional daerah kabupaten Sarolangun

2. Untuk mengetahui penginplementasian permainan tradisional daerah kabupaten Sarolangun dalam proses pembelajaran di sekolah dasar 3. Untuk mengetahui pengimplementasian permainan tradisional daerah

Sarolangun dalam kurikulum pembelajaran di Sekolah Dasar

4. Untuk mengetahui kendala guru dalam mengimplementasian permainan tradisional daerah kabupaten sarolangun dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.

1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan memperoleh pengetahuan bagi pembaca bahkan dunia pendidikan khususnya pengetahuan guru tentang pengimplementasian permainan tradisional di Sekolah Dasar. 2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Kepala Sekolah

Memberikan masukan mengenai pelaksanaan pendidikan berbasis permainan tradisional.

b. Manfaat bagi Guru

Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru memiliki pengetahuan tentang permainan tradisional di Sekolah Dasar. Memberikan motivasi guru untuk mengintegrasikan pembelajaran berbasis permainan tradisional diSekolah Dasar.

(10)

Melalui penelitian ini, peserta didik diharapkan dapat lebih mudah menerima, memahami, dan mengingat materi pelajaran, karena pembelajaran dikaitkan dengan kearifan lokal setempat terlebih permainan tradisional. Pembelajaran yang bervariasi dapat menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran hal ini akan menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pelajaran sehingga proses pembelajaran dan hasil belajarpeserta didik menjadi lebih baik.

d. Manfaat bagi peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan serta memiliki gambaran dan mendapat pengalaman nyata serta dapat memberikan pembelajaran yang lebih menarik kepada peserta didik Sekolah Dasar.

Referensi

Dokumen terkait

Kuaro Kampus Gunung Kelua Raktorat Unmul3. Wawancara Ruang Rapat I

( ) ”Isu aktual” yang sedang terjadi dalam masyarakat tidak dapat digunakan sebagai salah satu kriteria perumusan isu strategis

Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Campaka Dan Kecamatan Cibatu Kabupaten

 Variabel signifikan yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga lahan di Kecamatan Samarinda Ilir dan Kecamatan Palaran yaitu luas lahan, guna lahan,

Tahun 2021 tercatat sebanyak 1.363 mahasiswa aktif dengan dosen tetap berjumlah 45 orang, artinya rasio dosen dan mahasiswa 1 : 30, rasio yang sangat ideal bagi bidang ilmu

VCD pembelajaran sebagai media pendidikan dan sumber pembelajaran IPS mengondisikan siswa untuk belajar secara mandiri melalui pembelajaran mandiri, siswa dapat

Menurut data yang diperoleh dari 30 pasien BPH dengan gejala LUTS dengan menggunakan International prostate symptoms score (IPSS) didapatkan 53,3% mengalami gejala LUTS dengan

ICBP  berencana  menaikkan  harga  jual  produk  sekitar  10%  ‐  15%.  Kenaikan  harga  jual  tersebut  seiring  dengan  meningkatnya  biaya  produksi