• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM PENDEK BERJUDUL AFTER SUNSET DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROXY EDITING OFFLINE NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM PENDEK BERJUDUL AFTER SUNSET DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROXY EDITING OFFLINE NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM PENDEK BERJUDUL

“AFTER SUNSET” DENGAN MENGGUNAKAN

METODE PROXY EDITING OFFLINE

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh

Mohammad Adhan Lahandoe

10.11.3804

kepada

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2015

(2)
(3)

1

ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM PENDEK BERJUDUL “AFTER SUNSET”

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROXY EDITING OFFLINE

Mohammad Adhan Lahandoe

1)

, Dhani Ariatmanto

2)

,

1)

Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta

2) Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta

Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283 Email : mohammad.la@students.amikom.ac.id 1), dhaniari@amikom.ac.id2)

Abstract - Editing movies that during this requires hardware with a high specification which of course requires no small cost, rental rates are currently editing studio quite a burden for financing for the production of a short film with small and limited funds.

To get to and find solutions appropriate editing and in accordance with the minimum funding, the authors conducted several data collection methods, the methods used were interviews, observation and literature study.

With offline editing proxy method is expected to reduce the cost of post-production as well as facilitate the film editor to edit follow the workflow editor online and that the film editor to work quickly on the set.

Keyword : Proxy Editing Offline, Post-Production, Film.

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media-media yang lain, karena secara audio dan visual, film bekerja sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

Festival-festival film begitu banyak, festival film lokal, nasional maupun internasional membuat pembuat film pendek dapat termotivasi dalam membuat karya yang bagus tetapi dengan biaya rendah. Salah satu tahap produksi yang membutuhkan banyak biaya adalah paska produksi dalam hal ini adalah proses editing, selain mempertimbangkan. kebutuhan hardware dengan spesifikasi yang tinggi, juga membutuhkan brainware yang bisa diandalkan. Makin tinggi spesifikasi komputer maka biaya yang dibutuhkan untuk sebuah pengeditan film juga akan semakin besar. Editor film tidak sekedar memotong dan menyambung video tapi harus bisa menghasilkan suatu kesatuan cerita yang utuh dan membangun suasana yang dapat dinikmati penonton. Pemakaian studio editing dalam proses pasca-produksi dalam jangka waktu yang cukup lama, makin lama jangka waktu pasca-produksi maka akan semakin membengkak demikian juga anggaran, maka dari itu editor juga dituntut untuk bergerak cepat agar anggaran rendah dapat digunakan secara maksimal. Dengan menggunakan metode proxy editing offline diharapkan dapat menekan anggaran dengan proses paska produksi yang cepat, metode proxy editing offline adalah

penggabungan dari editing offline dengan menggunakan proxy files.

Editing offline (nonlinier) pada tahap ini proses capturing di lakukan dengan data rate yang rendah, yakni di bawah 4.000 Kbps. Dengan data rate yang rendah maka hard disk dapat menampung banyak gambar, walaupun dengan kualitas yang rendah (low quality picture). Editing offline (nonlinier) pada tahap ini proses capturing di lakukan dengan data rate yang rendah, yakni di bawah 4.000 Kbps. Dengan data rate yang rendah maka hard disk dapat menampung banyak gambar, walaupun dengan kualitas yang rendah (low quality picture). Dengan menggunakan metode proxy editing offline diharapkan dapat menekan anggaran dengan proses paska produksi yang cepat, metode proxy editing offline adalah penggabungan dari editing offline dengan menggunakan proxy files. Sedangkan proxy files merupakan salinan file media yang HDV asli tapi dengan resolusi atau kualitas rendah, yang digunakan sebagai file sementara untuk mengedit dengan CPU sepesifikasi rendah atau I/O. Rendering kemudian dilakukan dengan kualitas tinggi HDV asli.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka diangkatlah sebuah judul “Analisis dan Perancangan Film Pendek Berjudul “After Sunset” Dengan Menggunakan Metode Proxy Editing Offline”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu bagaimana mengedit sebuah film dengan menggunakan komputer spesifikasi rendah sehingga dapat menekan biaya produksi sebuah film.

1.3 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang jauh dari permasalahan yang ada maka perlu adanya batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya fokus mengenai teknik yang

dipakai dalam proses editing yaitu metode proxy editing offline.

2. Penelitian ini menganalisis perbandingan biaya pada proses pasca-produksi.

3. Pembuatan film pendek yang dibahas berjudul “After Sunset

(4)

4. Film pendek yang dibuat berdurasi sekitar ± 15 menit.

5. Film pendek ini diedit dengan menggunakan software utama Adobe Premiere Pro CC dengan software pendukung Adobe After Effect CC, Adobe Photoshop CS6 dengan sistem operasi Windows 7.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat membuat sebuah film pendek dengan menerapkan metode proxy editing offline.

2. Dapat menekan biaya produksi film pendek dengan penerapan metode proxy editing offline.

3. Menambah pengetahuan tentang penerapan metode proxy editing offline pada film pendek.

4. Dapat menjadi referensi bagi masyarakat yang ingin mengetahui langkah- langkah pembuatan film pendek yang efektif dan efisien serta bagaimana menerapkan metode proxy editing offline pada film pendek

5. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Strata I Teknik Informatika pada STMIK Amikom Yogyakarta.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam pembuatan karya ilmiah ini metode penelitian dibuat berdasarkan metode :

1. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik untuk mendapatkan informasi yang di butuhkan.

2. Studi Literatur

Studi literatur adalah metode pengumnpulan data dari artikel-artikel dan internet, atau buku-buku tentang game dan media pembelajaran. 3. Wawancara / Survey

Metode pengumpulan data dengan cara penulis melakukan tanya jawab serta penjelasan dan pengarahan secara langsung dari pihak yang berpengalaman khususnya dalam film editing.

1.6 Landasan Teori 1.6.1 Film

Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara, dan dapat di pertunjukkan.[1] Dilihat dari segi durasi, film dibagi menjadi dua kategori, yaitu film pendek dan film panjang.

Suatu tahapan produksi film yang melibatkan banyak orang dan peralatan maka perlu pengorganisasian yang rapi dan perlu suatu tahapan produksi yang jelas.

Tahapan proses produksi meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi.

Tahapan pasca produksi atau post-production, merupakan tahap penyelesaian atau penyempurnaan dari bahan baik yang berupa video maupun audio. Proses editing offline, online, scoring, mixing ada pada tahapan ini. Editor membuat rancangan editing yang akan diserahkan kepada produser dan sutradara, rancangan itulah yang disebut dengan EDL (Editing Decition List) yang bertujuan agar dalam proses pasca-produksi lebih mudah dan lebih matang dan tentunya lebih cepat.

1.6.2 Film Editing

Editing film adalah bagian dari proses kreatif pasca-produksi pada pembuatan film. Istilah ini berasal dari proses tradisional bekerja dengan film, tapi sekarang semakin melibatkan penggunaan teknologi digital. [2] Menurut Ray Thompson & Christopher J. Bowen (2009) editing adalah proses menyusun (mengorganisir), me-review, memilih kemudian mengumpulkan bahan audio video/ footage selama proses produksi. Hasil pengeditan tersebut diupayakan harus bercerita logis dan penuh arti dari visualisasi cerita yang ditayangkan, dari awal hingga akhir dengan tetap diupayakan sesuai dengan konsep asli/awal yang dikerjakan yaitu bertujuan menghibur, menginformasikan, menginspirasi dan lain sebagainya. Tiga tujuan editing adalah menciptakan kesinambungan gambar dan suara agar berjalan dengan wajar dan logis, merangkai penggugah emosi penonton, menciptakan dinamika gambar melalui susunan gambar dan suara sehingga tidak timbul suatu kebosanan.

1.6.3 Proses dan Tahapan Editing

Proses editing mempunyai garis besar tahapan-tahapan editing dengan bentuk data digital antara lain adalah logging, capture, offline editing, online editing, mixing, dan distribute. [3] Umumnya pada saat melakukan distribute semua file video yang telah selesai di-picture lock dan telah melalui tahapan render. Hal ini dilakukan agar file yang telah fine cut benar-benar sesuai naskah sedangkan render berfungsi agar seluruh file project tidak tersendat pada saat distribute.

1.6.4 Sistem Editing

Sistem editing terbagi menjadi 2 yaitu.

1. Sistem Linear Editing (Analog)

Linear Editing atau biasa disebut A/B Roll editing adalah editing secara analog. Linear editing dilakukan secara sederhana dengan pola kerja menata gambar satu demi satu, lalu shot secara urut dari awal hingga akhir sehingga tercipta kesinambungan. Kekurangan dari editing ini adalah jika editor melakukan sedikit kesalahan, editor harus mengulang kembali proses dari titik tempat melakukan kesalahan.

(5)

3 Penggunaan sistem linear tersebut membuat editor harus lebih berhati-hati dan teliti saat mengatur susunan shot.

2. Sistem Non Linear Editing (Digital)

Pengeditan Non Linear Editing tidak jauh berbeda dengan analog. Editing nonlinier (juga sering disebut random acces) mirip seperti bekerja dengan menggunakan word processor, dimana kita dapat dengan mudah memindahkan, menghapus serta menduplikasi data-data. Nonlinier adalah proses penyusunan gambar yang dilakukan secara tidak berurutan (random/acak).

1.6.5 Proxy Editing Offline

Penggunaan footage proxy, menduplikat footage dari footage aslinya, untuk mengedit video. File video asli tidak digunakan dalam proses editing, tapi menggunakan footage dengan resolusi yang lebih rendah, dengan ukuran file yang lebih kecil, dan dengan demikian data rate yang digunakan lebih rendah.[4] Dengan nama lain proxy editing offline adalah merupakan metode yang menggabungkan metode offline editing dengan menggunakan proxy file.

2. Pembahasan

2.1 Analisis dan Perancangan

2.1.1 Gambaran Umum Metode Proxy Editing Offline

Penggunaan metode proxy editing offline pada film pendek “After Sunset” diperlukan hardware sesuai dengan system requirement software agar proses pasca-produksi dapat berjalan optimal. Proses pasca-pasca-produksi membutuhkan perangkat lunak yang digunakan untuk membantu proses penyelesaian tahap-tahap produksi, yaitu Adobe Premiere CC, Adobe After Effect CC, Adobe Photoshop CS6.

2.1.2 Kebutuhan Fungsional

Analisis kebutuhan fungsional adalah jenis kebutuhan yang berisi proses-proses apa saja yang nantinya dilakukan oleh sistem. Dari analisis yang telah dilakukan, maka proses proxy editing offline membutuhkan fungsi-fungsi yang sebelumnya telah ada pada Adobe Premiere CS6 tetapi kemudian disempurnakan pada Adobe Premiere CC. Fungsi-fungsi tersebut adalah Make Offline, Link Media dan Replace Footage.

2.1.3 Kebutuhan Non Fungsional

Analisis kebutuhan non fungsional meliputi kebutuhan perangkat keras, kebutuhan perangkat lunak , dan kebutuhan sumber daya manusia. Pada proses produksi yang menghasilkan gambar-gambar mentah kemudian diolah pada sofware editing selain untuk menyatukan shot-shot terpisah kemudian menjadi sebuah

kesatuan cerita utuh, pada sofware editing juga dibutuhkan Plug-In tambahan untuk proses color grading dan color correction.

2.1.4 Kebutuhan Sumber Daya Manusia

Dalam proses produksi film pendek mengharuskan adanya manajemen tugas yang baik dan job desk yang tepat maka diperlukan sumber daya manusia sesuai dengan keahliannya masing - masing dalam produksi film pendek untuk dapat meminimalkan biaya. Diharapkan satu orang dapat memegang lebih dari satu job desk dengan tanggung jawab yang besar.

2.1.5 Perancangan

Pada proses produksi film sebuah perancangan termasuk dalam proses praproduksi meliputi pematangan konsep dan ide cerita sampai terwujudnya sebuah naskah yang dapat diproduksi. Penulis skenario akan mengkaji ulang naskah tersebut bersama sutradara dan produser. Selain hal-hal tersebut yang akan dibahas dalam praproduksi adalah analisis kebutuhan biaya. Bedah skenario adalah proses dimana seorang manajer produksi akan mengurai semua elemen yang ada dalam skenario. Hal ini sangat penting agar sistem kerja, pembiayaan dan breakdown naskah dapat disesuaikan dengan biaya tersedia agar tidak terjadi pemborosan biaya.

2.1.5 Analisis Kebutuhan Biaya

Analisis kebutuhan biaya sangat diperlukan agar kebutuhan produksi dapat terancang dengan baik. Prakiraan anggaran akan menjadi “kitab sakti” untuk segi keuangan. Perkiraan anggaran yang baik akan memuat segala hal yang berkaitan dengan produksi, baik dalam tahap persiapan, shooting dan pasca-produksi.

Tabel 1. Tabel Analisis Kebutuhan biaya Post

Production

2.2 Perancangan Konsep Film “After Sunset” 2.2.1 Ide Cerita

Seseorang yang mau melakukan apapun ketika orang yang dikasihinya mengalami krisis kepercayaan terhadap hidup.

(6)

2.2.2 Tema

Tema merupakan ide pokok atau gagasan yang ingin diwujudkan dalam sebuah karya. Film pendek ini bertemakan “Persahabatan dan ketidakpercayaan terhadap hidup”.

2.2.3 Sinopsis

Ketika Laras berada dalam titik puncak kemuakan terhadap hidup yang ia jalani dan memutuskan untuk menghabiskan hari-harinya dengan sahabatnya sejak kecil, Dito. Sebuah rencana ia siapkan untuk mengakhiri semua ketidakpuasannya. Atas nama persahabatan, Dito berkomitmen untuk membantu melancarkan rencana tersebut. Namun, apakah yang sebenarnya Laras lewatkan dari hari-harinya? Apa yang mereka sebenarnya rasakan? Dalam sebuah kejadian dan kondisi yang tidak biasa, semua akhirnya terbuka.

2.2.4 Skenario

Skenario atau naskah yang diciptakan berguna untuk pegangan bagi sutradara dan setiap kru agar proses produksi berjalan sesuai apa yang telah dituliskan dalam naskah. Skenario film pendek “After Sunset” ditulis menggunakan aplikasi Celtx, agar dalam penulisan skenario lebih mudah dan lebih sistematik.

2.2.5 Storyboard

A sequence of visualized shots is called storyboard (rangkaian gambar dari beberapa shot disebut storyboard) yang juga berisi keterangan visual dan informasi audio, fungsinya sebagai rancangan untuk memvisualisasikan variasi take dan scene melalui gambar sketsa pershot setelah lock-in. Pada dasarnya storyboard film pendek “After Sunset” merupakan bentuk visual dari skenario yang telah dibuat sebelumnya, adegan-adegan akan dibedah ke dalam gambar-gambar yang menampilkan shot-shot apa saja yang akan diambil.

Tabel 2. Tabel Storyboard film “After Sunset”

2.2.6 Script Breakdown dan Schedule

Setelah skenario dan storyboard selesai maka diperlukan script breakdown. Script breakdown merupakan langkah memecah skenario menjadi daftar dan jadwal yang berisi analisis sutradara, tindakan dramatis, perkiraan waktu maupun detail artistik, wardrobe dan make-up.

Tabel 3. Tabel Script Breakdown dan Schedule

2.3 Implementasi dan Pembahasan 2.3.1 Produksi

Pelaksanaan produksi yang melibatkan segala rangkaian persiapan-persiapan seperti naskah, storyboard, floorplan, shotlist akan diterapkan sesuai pakem yang telah disepakati oleh seluruh tim produksi.

Dalam proses produksi ini kehadiran editor diperlukan sebagai penasehat pasca-produksi di lokasi syuting ketika ada hal-hal teknis di lapangan yang berhubungan dengan proses pasca-produksi. Proses produksi film “After Sunset” dilakukan dengan asumsi selama 3 hari dengan 4 lokasi yang berbeda. Namun ketika di lapangan terjadi penambahan jadwal untuk pengambilan gambar selama satu hari, hal ini karena pada hari yang telah ditentukan pengambilan sunset dirasa kurang maksimal sehingga sutradara dan pimpinan produksi memutuskan untuk menambah satu hari tambahan.

(7)

5

Gambar 2. Alur Kerja Pasca Produksi

(Sumber : http://www.filmakers.org)

2.3.2 Pasca Produksi

Setelah proses produksi film pendek “After Sunset” selesai, proses selanjutnya adalah pasca-produksi. Pada proses ini, editor membutuhkan waktu dua minggu untuk menyelesaikan proses offline dan seminggu untuk proses online. Berikut adalah detail proses pada pasca produksi :

2.3.2.1 Shot Selection

Shot selection dilakukan bersama-sama oleh editor, sutradara dan produser dimana dalam proses ini hasil shot yang mana saja yang akan masuk kedalam program editing dan akan menjadi hasil final editing, tetapi hasil file yang tidak terpilih bukan berarti tidak akan dipakai, semua file video harus tetap disimpan selama proses editing berlangsung file yang tidak terpilih maupun yang tidak terpilih, yang menjadi pembeda adalah file yang terpilih akan masuk ke dalam program editing, sedangkan file yang tidak terpilih tetap berada di media penyimpanan hingga nanti di perlukan hal-hal tidak terduga seperti perubahan atau penambahan shot pada susunan editing.

Gambar 3. File-file Video yang Telah Melalui Proses

Shot Selection

Untuk memudahkan pemilihan file-file video maka diperlukan script continuity report. Proses pencatatan script continuity report dilakukan oleh script continuity/script supervisor pada saat produksi berlangsung.

2.3.2.2 Proxy File

Penggunaan proxy file untuk proses pengeditan membantu editor dalam mempercepat proses editing pada komputer berspesifikasi rendah, dengan cara mengkonversikan file video resolusi tinggi menjadi file video resolusi rendah. Konversi video menggunakan Freemake Video Converter, konversi dilakukan jangan sampai mengubah satupun nama file karena akan mengakibatkan missing file pada saat proses pengembalian file ke video resolusi tinggi.

Gambar 4. Bagan Proses Proxy Offline 2.3.2.2.1 Konversi

Proses konversi dari file resolusi tinggi ke resolusi rendah dengan tetap menggunakan aspect rasio yang sama yaitu 16:9.

Gambar 5. Proses konversi menggunakan Freemake

Video Converter, konversi dari resolusi tinggi ke resolusi rendah.

Hasil konversi berupa footage yang telah diubah resolusinya kemudian di masukkan ke dalam project Adobe Premiere Pro untuk melanjutkan ke proses berikutnya, proses sinkronisasi atau merge files.

2.3.2.2.2 Foldering

File hasil konversi dari file original, kemudian dipisahkan ke dalam folder yang lain, yang diberi nama “Proxy Files” dari folder proxy files proses editing akan dimulai.

(8)

Gambar 6. Hasil Konveri Dalam Folder Berbeda. 2.3.2.2.3 Trimming Offline

Proses trimming offline menggunakan cara seperti layaknya pengeditan file video pada umumnya yaitu memotong dan menyusun sesuai skenario menggunakan Adobe Premiere Pro, file yang akan di edit adalah file hasil penyelarasan yang dilakukan pada proses sebelumnya, pemotongan file menggunakan tool yang sudah tersedia pada premiere pro.

Gambar 7. Proses pemotongan file offline dalam

sequence.

Salah satu perbedaan proses pengeditan biasa dengan proses pengeditan proxy offline adalah proses sequence setting setelah memilih sequence baru yang akan digunakan. Pengaturan sequence berguna untuk membuat preset baru yang tidak terdapat pada preset-preset sequence standar yang terdapat pada Adobe Premiere Pro, sequence yang telah dimodifikasi menjadi lebih ringan dengan ukuran screen preview yang lebih kecil.

Gambar 8. Proses pengaturan sequence baru pada

Adobe Premiere Pro.

2.3.2.2.4 Make Offline

Setelah melalui tahapan picture locked yang dilakukan produser dan sutradara maka proses persiapan menuju online segera dilakukan salah satu persiapan dari proses menuju online ini adalah make offline.

Proses make offline adalah proses menghapus data file dari jendela project tapi dengan tetap menyisakan informasi-informasi file seperti nama file, proses ini menggunakan fitur make offline, proses make offline ini bertujuan untuk mengganti file resolusi rendah yang berada pada project premiere pro.

Gambar 9. Proses Make Offline 2.3.2.2.5 Link Media

Link Media merupakan proses lanjutan dari proses Make Offline proses ini juga biasa disebut proses Offline to Online, link media berfungsi mengembalikan file original pada timeline dan media project. File proxy tidak dibutuhkan lagi pada proses ini. Proses link media merupakan proses sebelum final encoding (Rendering) yang siap untuk diuji dan didistribusikan.

(9)

7

Gambar 10. Proses Link Media 2.3.2.2.6 Rendering

Setelah proses trimming dan grading warna dilakukan, tahap selanjutnya adalah rendering. Rendering merupakan proses terakhir untuk menjadikan semua file menjadi sebuah video yang mempunyai jalan cerita dan warna yang sudah ditentukan. Sebelum final rendering dilakukan semua bentuk referensi visual dan audio dihapus.

Gambar 11. Proses Rendering 3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penjelasan dari bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Proxy Editing Offline pada film “After Sunset” yang telah melalui tiga tahapan produksi yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi ini memberikan solusi bagaimana cara membuat film pendek yang baik dengan menggunakan komputer spesifikasi rendah sehingga dapat menekan besarnya biaya produksi.

Daftar Pustaka

[1] UU Republik Indonesia Nomor 33 Pasal 1 ayat (1) Tahun 2009 Tentang Perfilman.

[2] Wikipedia. 2013. “Film Editing”.

http://id.wikipedia.org/wiki/Film_pendek. diakses 19 mei 2014 pukul 6:01

[3]Hebert Zettl. 2010. Television Production Handbook 9. Canada : Cengage Learning. Hal. 431-440

[4] Videomaker. 2014. “Getting to Know Offline Editing”.

http://www.videomaker.com/article/17050-getting-to-know-offline-editing pukul 6:01

Biodata Penulis

Mohammad Adhan Lahandoe, mahasiswa yang sedang

memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta.

Dhani Ariatmanto, memperoleh gelar Sarjana Komputer

(S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta pada tahun 2006. memperoleh gelar Magister Komputer (M.Kom) Jurusan Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta pada tahun 2012. Saat ini sebagai Dosen tetap di STMIK AMIKOM Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1.  Tabel Analisis Kebutuhan biaya Post  Production
Tabel 2.  Tabel Storyboard film “After Sunset”
Gambar 3. File-file Video yang Telah Melalui Proses  Shot Selection
Gambar 6. Hasil Konveri Dalam Folder Berbeda.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kedua amplikon menunjukkan bahwa isolasi gen pembungaan penyandi sepal dan petal dari tanaman apomiksis yang diwakili oleh tanaman manggis telah dapat dilakukan dengan

Proses produksi Antracol dianalisis menggunakan metode pengendalian kualitas statistik dengan membuat peta kendali M dan peta kendali T 2 Hotteling individu untuk

(4) Pengkuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang

❖ Membuat resume ( CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Konsep tentang bilangan berpangkat

Dalam kaitan dengan kecepatan, jaringan nirkabel tidaklah tepat diterapkan dalam distributor atau sebagai inti dalam jaringan.Tentu saja, dalam jaringan kecil, mungkin tidak

Berdasarkan permasalahan tersebut, strategi yang diperlukan dalam pembangunan KPH Rinjani Barat adalah (1) Pemanfaatan kekuatan masyarakat dan pemanfaatan lahan dalam

Pada perkembangbiakan tersebut terdapat syarat tertentu, misalnya menempel dilakukan pada batang yang kuat dan mata syarat tertentu, misalnya menempel dilakukan pada

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dengan metode game