• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1.1Pengertian Belajar

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Reber, belajar adalah the proces of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya (Suprijono, 2009).

Menurut Winkel (2005), belajar merupakan suatu aktivitas mental / psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, serta mencakup hal-hal yang bersifat eksternal seperti keterampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing.

Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

(2)

lingkungannya. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dilepaskan berdasarkan atas tanggapan bawaan.

Menurut Sudjana (2000: 28), belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman.

Cronbach dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002:13) berpendapat bahwa learning

is shown by change in behaviour as a result of experience. Belajar sebagai suatu

aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L.Kingsley mengatakan bahwa learning is the process by wich

behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

praktek atau latihan. Sedangkan Geoch mengatakan bahwa learning is change

performance as a result of practice. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari sebuah latihan.

Menurut Skinner di dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 9), belajar adalah proses interaksi antara suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan–keadaan

(3)

sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan lingkungan.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application

(menerapkan), analysis (mengurangi, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2009 :6-7).

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar

(4)

yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular

(5)

(menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003:56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi.

Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan sebagainya.

(6)

Clark dalam Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2001:39) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Sedangkan menurut Sardiman (2007:39-47), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.

2.1.4 Pengertian Pembelajaran IPA

Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler.

(Khalimah, 2010), Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

(Samatowa, 2006), Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses.

(7)

Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan.

(Khalimah, 2010), Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengertian pembelajaran IPA, yaitu bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan yang mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif, dengan ciri: obyektif (keadaan yang sebenarnya), metodik (pengetahuan tentang metode yang dipakai dalam pendidikan), sistematis (teratur menurut sistem), universal (umum), dan tentatif (masih dapat berubah). 2.1.5 Metode Pembelajaran Jigsaw

Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menulis topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white boart, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini

(8)

dimaksud untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran baru.

Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Misalnya, topik yang disajikan adalah metode penelitian sejarah, karena topik ini terdiri dari konsep heuristic, kritik, interpretasi, dan histrografi, maka kelompok terbagi menjadi 4. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu adalah kelompok heuristik, kelompok kritik, kelompok onterpretasi, dan kelompok histrografi. Kelompok-kelompok ini disebut home teams (kelompok asal).

Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagi materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru. Kelompok heuristik akan menerima materi tekstual dari guru tentang heuristik. Tiap orang dalam kelompok heuristik memiliki tanggung jawab mengkaji secara mendalam konsep tersebut. Demikian pula kelompok kritik, tiap-tiap orang dalam kelompok ini mendalami konsep kritik demikian seterusnya.

Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Jumlah kelompok ahli tetap 4. Setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Karena jumlah anggota setiap kelompok asal adalah 10 orang, maka aturlah sedemikian rupa terpenting adalah di setiap kelompok ahli ada anggota dari kelompok asal yang berbeda-beda tersebut. Dalam satu kelompok ahli ada anggota dari kelompok heuristik, kritik, interprestasi, dan hisrtografi.

Setelah berbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan mereka memahami topik metode penelitian sebagai pengetahuan yang utuh yaitu merupakan pengetahuan struktur yang mengintegrasikan hubungan antar-konsep. Setelah diskusi di kelompok

(9)

ini selesai, selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal. Setelah mereka kembali ke kelompok asal berikan berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang mereka dapatkan dari hasil diskusi di kelompok ahli.

Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari (Suprijono, 2009 :89-91).

2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif, dimana akan dibentuk kelompok-kelompok menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Pembelajaran ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto, 2007:42).

Untuk mengklasifikasikan setiap metode yang dianggap baik digunakan dalam pengajaran sangatlah sulit. Apaliba untuk menggolongkan metode-metode itu di dalam nilai dan efektifitasnya, sebab metode yang kurang baik di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali di tangan guru yang lain, dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang lain yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.

Di dalam kenyataan banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu dapat dipergunakan metode yang dianggap paling sesuai dengan tujuan, situasi dan lain-lain. Guru sering kali terpaksa menggunakan metode pilihan kedua atau pilihan ketiga. Yang harus diperhatikan guru dalam keadaan demikian ialah batas-batas kelebihan dan kelemahan metode yang dipergunakannya, untuk dapat merumusakn kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahanya itu.

(10)

Penggunakan model pembelajaran Jigsaw, sebagai metode mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja diminta, atau siswa selaki pun dapat memperlihatkan pada pada seluruh kelas suatu proses. Metode ini cukup efektif karena membantu para murid untuk memperoleh jawaban dengan mengamati penjelasan dari masing-masing tim ahli.

Model jigsaw adalah suatu teknik belajar kelompok yang digambarkan sebagai berikut :

a. Satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil banyaknya anggota kelompok disesuaikan dengan banyaknya masalah/problem yang ditawarkan guru. Kelompok-kelompok ini disebut dengan home group.

b. Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi masing-masing home group diberi persoalan yang sama. Dengan batasan waktu tertentu masing-masing anggota menyelesaikan problem secara individu. c. Anggota home group akan berpencar dan membentuk kelompok baru yang

membawa persoalan sama. Kelompok ini disebut expert group ( kelompok ahli ). Di kelompok inilah mereka berdiskusi untuk menyamakan persepsi atas jawaban mereka, dan

d. Setelah selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota akan mensosialisasikan hasil / jawaban dari kelompok ahli.

Setiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.

Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.

(11)

Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.

Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan gambar analogi dari setiap bagian pengetahuan adalah penting untuk penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir.

Metode atau model pembelajaran jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari medel pembelajaran jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

(12)

Kelebihan dan kekurangan metode jigsaw yaitu: - Kelebihan metode pembelajaran jigsaw: 1. Siswa lebih aktif.

2. Siswa lebih memahami topik yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya.

3. Topik yang diberikan dapat merata. 4. Meningkatkan kerja sama tim.

- Kekurangan metode pembelajaran jigsaw: 1. Waktu yang dibutuhkan cukup panjang.

2. Jika tidak di dukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit di jalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.

Langkah-langkah dalam pembelajaran Jigsaw (tim ahli) adalah sebagai berikut (Trianto, 2007:56) :

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Guru mengatur tempat duduk siswa.

c) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-5 orang).

d) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi beberapa sub bab.

e) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

f) Anggota dari kelompok lalin yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

(13)

g) Setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

h) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu (tes formatif).

i) Guru memberi pengarahan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengamatannya.

j) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Dapat disimpulkan oleh peneliti, bahwa dengan menggunakan metode Jigsaw dengan menggunakan mata pelajaran IPA dapat diterapkan dengan batasan langkah-langkah pembelajar sebagai berikut :

1) Kegiatan Awal :

a) Membuka pelajaran dengan salam b) Mengecek kehadiran siswa

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran d) Melakukan apersepsi

e) Guru mengatur tempat duduk siswa

2) Kegiatan Inti :

a) Guru menjelaskan/mengemukakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui metode Jigsaw

b) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-5 orang) dan memberi pengarahan mengenai metode Jigsaw

c) Guru memberikan materi dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagikan menjadi beberapa sub bab

d) Guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab mempelajarinya

(14)

f) Guru menyuruh tiap anggota kelompok yang lain yang telah mempelajari sub bab yang sama agar bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya

g) Guru mengarahkan agar setiap kelompok ahli setelah kembalike kelompoknya bertugas mengajar temannya

h) Mengarahkan terjadinya interaksi antara siswa

i) Guru member pengarahan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengamatan

3) Kegiatan Penutup :

a) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

b) Guru melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar tes formatif untuk dikerjakan secara individu

c) Guru menutup pembelajaran d) Salam penutup

Kebaikan metode Jigsaw : (a) Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir satu tujuan; (b) Untuk mengurangi kesalahan karena didiskusikan bersama tim ahli; (c) Perhatian peserta didik terpusat pada hal-hal yang dianggap penting; (d) Permasalahan yang terpendam dapat mendapat penjelasan guru pada waktu itu pula; (e) Semua siswa terlibat secara aktif.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitain tindakan kelas terhadap pembelajaran IPA telah banyak dilakukan oleh pakar peneliti dan praktisi-praktisi pendidikan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar. Berikut ini, peneliti menyertakan beberapa hasil penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan perbaikan pembelajaran IPA dan penggunaan media atau model pembelajaran. Hal itu dilakukan sebagai rujukan kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

(15)

Berdasarkan hasil penelitian (Afif, 2009) melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan penggunaan metode Jigsaw melalui media alam sekitar di SD 1 Parikesit dikelas IV. Dapat meningkatkan Motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang sumber Energi Panas. Karena dapat menarik perhatian siswa. Sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Memperhatikan hasil penelitian pendahulu tentang penggunaan metode Jigsaw melalui media alam sekitar diyakini siswa memiliki pemahaman yang lebih baik. Sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh hasil evaluasi belajar yang semakin baik.

2.3 Kerangka Berpikir

Sebenarnya ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan hasil belajar siswanya, misalnya dengan memilih strategi, pendekatan dan model belajar serta penggunaan media dan sumber belajar, supaya tujuan pembelajaran yang diterapkan guru kepada siswanya dapat dicapai dengan baik. Salah satu model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Jigsaw. Karena metode ini, siswa dilatih untuk menjadi tutor (tim ahli) untuk temannya sendiri dalam memecahkan suatu masalah setelah berunding sesame tim ahli lainnya. Dengan menggunakan metode Jigsaw siswa dilatih untuk terus aktif dalam pembelajaran, sehingga diharapkan semua siswa paham terhadap materi yang di ajarkan.

Dari uraian tersebut dan beberapa kajian teori serta hasil penelitian yang relevan maka penulis memiliki pendapat atau gagasan. Gagasan penulis sampaikan dalam bentuk bagan alur pikir sebagai berikut :

(16)

Tabel 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Dilakukan tindakan perbaikan dengan menggunakan metode jigsaw Guru menerapkan metode

ceramah dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas 5.

Hasil belajar siswa sebagian belum mencapai KKM.

Proses pembelajaran menoton, siswa merasa bosan, sibuk sendiri dan malas untuk mengikuti proses pembelajaran.

Hasil belajar IPA siswa menjadi meningkat dengan mencapai KKM

90% Kelebihan metode jigsaw :

a. Siswa lebih aktif

b. Siswa lebih memahami topik yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya

c. Topik yang diberikan dapat merata d. Meningkatkan kerjasama tim

(17)

2.4 Hipotesis Penelitian

Dari latar belakang masalah, rumusan masalah dan landasan teori, maka hipotetis penelitian ini adalah “Hasil belajar IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan Metode Jigsaw pada siswa Kelas 5 Semester II SD Negeri Mangunsari 02 Kecamatan Sidomukti tahun pelajaran 2012/ 2013”.

Gambar

Gambar Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan; (1) tenaga pendidik mata pelajaran matematika kelas X SMA N 1 Patikraja tidak dapat menunjukkan dokumen instrumen penilaian afektif dan psikomotor,

15 Tahun 2012, Pendekatan Biaya Pengobatan (Cost Of Illness) digunakan untuk memberikan harga modal manusia yang terkena dampak akibat perubahan kualitas

Kapasitas serap ipteks tersebut dapat ditingkatkan melalui, antara lain: (i) penelitian dan pengembangan ipteks secara kolaboratif antara perguruan tinggi dan

Penelitian ini menunjukan bahwa pada periode bertelur ayam kampung yang diberi perlakuan ransum dengan tingkat protein yang berbeda tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata

Jenis – jenis pohon besar yang biasanya digunakan satwa sebagai tempat istirahat adalah kayu torem (Manilkara kanonsiensis), kayu Lenggua (Pterocarpus

Berdasarkan hasil analisis bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok penyuluhan dan kelompok leaflet setelah diberikan materi tentang kanker

peubah di ( a , b ) kita mempunyai rumus penting berikut. Fungsi Skalar Terdiferensialkan Kelompok 6.. Seperti pada fungsi real, setiap fungsi dua peubah yang

Setiap insiden yang mengakibatkan risiko di unit filing selalu dilaporkan oleh kordinator unit iling dengan mengisi lembar insiden internal dan menulis kronologisnya