• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai prosensual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai prosensual"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Pengertian Membaca

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai prosensual visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf ) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus Crawley dan Mountain, (dalam Farida 2008 : 2).

Dalam halaman yang sama Farida menyatakan, tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya dengan bunyi-bunyian sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasa berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas-kelas (I ,II, dan III) yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami makna

(2)

(meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD Syafi’ (dalam Rahim 2008 : 2).

Hodgson (dalam Cahyani, 2007: 98) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-kata. Suatu proses yang menuntut agar keloxinpo-C kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesanyang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Menurut pandangan tersebut, membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis kedalam bunyi. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis (critical reading), dan membaca kreatif (creative reading).

Dari ketiga pendapat di atas, penulis dapat menyimpulan bahwa membaca adalah proses menerjemahkan huruf ke dalam kata-kata menjadi sebuah kalimat. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi, ketelibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

(3)

2.1.2 Kemampuan Membaca

Rahim (2008: 2) mengartikan kemampuan membaca sebagai menerjemahkan simbol ke dalam kata-kata lisan. Namun anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar di bandingkan dengan anak anak yang tidak menemukan keuntuntungan dari kegiatan membaca.

Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa yang meliputi pemahaman kata, pemahaman konsep, pemahaman kalimat, dan pemahaman struktur paragraf salah satunya diperlukan guru yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa. Guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran siswa, pengarah pembelajaran dan pembimbing siswa. Menurut Wahyuni dan Ibrahim (2012: 11) bahwa guru sebagai tenaga pengajar harus memiliki kemampuan dan berkemauan sebagai perancang pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah bagian dari keterampilan berbahasa oleh karena itu kemampuan membaca harus diberikan kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan membaca.

2.1.3 Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru

(4)

seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.

Tujuan membaca mencakup : 1) kesenangan, 2) menyempurnakan membaca nyaring, 3) menggunakan strategi tertentu, 4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, 5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, 6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, 7) mengkonfirmasi atau menolak prediksi, 8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks (Rahim. 2008 : 11).

Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

Secara khusus, tujuan membaca adalah memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, memperoleh kenikmatan emosi, dan mengisi waktu luang Nurhadi, (dalam Syamrilaode 2010).

Lebih lanjut Nurhadi (2010) yang mengutip pendapat Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan membaca adalah: mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah, mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya,

(5)

memperkuat nilai pribadi atau keyakinan, mengganti pengalaman estetika yang sudah using, menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu. Hal menarik diungkapkan oleh Nurhadi (2010) bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan. Artinya, semakin kuat tujuan seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya.

Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan membaca adalah untuk memahami dan memperoleh suatu informasi dari suatu bacaan tersebut.

2.1.4 Manfaat Membaca

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Menurut Formiatno (2010: 65) bahwa manfaat membaca adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang belum pernah kita ketahui dan menambah wawasan.

Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Tanda-tanda jalan mengarahkan orang yang bepergian sampai pada tujuannya, menginformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan, dan mengingatkan aturan-aturan lalu lintas. Pengusaha katering tidak perlu harus pergi ke pasar untuk mengetahui harga bahan-bahan yang akan dibutuhkan. Dia cukup membaca

(6)

surat kabar untuk mendapatkan informasi tersebut. Kemudian dia bisa merencanakan apa saja yang harus dibelinya disesuaikan dengan informasi tentang bahan-bahan yang dibutuhkan.

Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan berjuta koran diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-siswanya. Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingkan kita tentu perlu dibaca.

Dengan membaca, orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya baca lebih terarah kepada budaya intelektual dari pada budaya hiburan yang dangkal.

2.1.5 Pembelajaran Membaca

Kemampuan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil.untuk memperoleh pemahaman bacaan seorang pembaca memerlukan pengetahuan baik kebiasaan maupun non kebiasaan. Sebab pembaca harus mengenal konsep dan kosa kata, serta latar yang tepat dari bacaan.

Steinberg (dalam Tampubolon, 2000: 43) menggariskan lima prinsip pokok pengajaran membaca di sekolah dasar yaitu: a) Materi bacaan harus terdiri atas kata-kata, frase-frase dan kalimat-kalimat yang bermakna terutama dari segi pengalaman anak. 2) Membaca terutama harus didasarkan pada kemampuan memahami bahasa lisan, bukan pada kemampuan berbicara. 3) Membaca bukan

(7)

mengajarkan bahasa (aspek-aspek bahasa) atau konsep-konsep. 4) Membaca tidak bisa bergantung pada pengajaran menulis. 5) Pengajaran membaca harus menyenangkan bagi anak. Sedangkan menurut Farida Rahim (2008: 2) membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psiko linguisutik, dan metakognitif. Untuk dapat membaca suatu bacaan, seseorang harus dapat menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

Berdasarkan teori tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran membaca adalah pembelajaran mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang lambang grafis dalam bentuk pemahaman membaca.

2.1.6 Usaha-Usaha Meningkatkan Kegemaran Membaca

Menurut Kurnia (2009) Kegemaran membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam meraih ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru perlu mengelola berbagai kegiatan yang mampu menumbuhkan kegemaran membaca siswa. Jika membaca merupakan sesuatu kebutuhan, sikap positif terhadap membaca umumnya berkembang.

Belajar membaca dan membaca untuk belajar merupakan suatu bagian yang penting dari setiap program membaca. Sedangkan membaca dengan senang hati merupakan hal yang menentukan apakah seseorang akan membaca dan melanjutkan membaca sepanjang hidupnya. Cara yang bisa dilakukan para pendidik ialah menyediakan waktu khusus (tertentu) untuk membaca dengan senang hati tanpa terpaksa. Dengan menyediakan waktu tertentu sepanjang

(8)

hari-hari sekolah untuk membaca dengan senang hati, berarti pendidik (guru) telah meningkatkan minat baca siswa.

2.1.7 Pengertian Pengumuman

Pengumuman berasal dari kata dasar ‘umum’ yang berarti: 1) mengenai seluruhnya atau semuanya, secara menyeluruh, tidak menyangkut yang khusus (tertentu) saja; 2) untuk orang banyak; 3) khalayak ramai; 4) tersiar (rata) kemana-mana; (sudah) diketahui orang banyak. Sedangkan pengumuman menurut Pateda dan Pulubuhu (2005: 229) adalah surat terbuka yang ditempelkan di papan pengumuman atau surat kabar yang ditujukan kepada khalayak untuk diketahui. Pengumuman biasanya dikeluarkan oleh dinas atau jawatan, termasuk kalangan perguruan dan persekolahan.

Menurut Sumirat (2010:56) menyatakan bahwa pengumuman adalah surat yang disampaikan kepada umum, sekelompok khalayak harus diketahui siapa dan berapa jumlah pembacanya, dan siapa pun berhak membaca, namun tidak semua pembaca itu berkepentingan. Senada dengan Pardjimin (2005:47) juga mengemukakan bahwa pengumuman merupakan pesan atau informasi yang disampaikan kepada orang banyak/khalayak masyarakat, biasanya pengumuman hanya menyampaikan pesan atau informasi yang menyangkut khalayak ramai.

Pengumuman termasuk golongan surat resmi/dinas/jabatan yaitu surat yang dikirimkan oleh kantor pemerintah atau swasta kepada kantor pemerintah atau dikirimkan oleh perseorangan kepada kantor pemerintah dan sebaliknya. Karena sifatnya resmi, dalam surat resmi terdapat hubungan yang lugas dan seperlunya saja. Yang tergolong surat resmi adalah pengumuman, surat edaran,

(9)

surat permohonan, surat laporan, surat pengantar, surat keputusan, surat instruksi, surat tugas, surat kuasa, lamaran kerja, surat undangan, surat perjanjian dan nota dinas.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengumuman sebagai surat yang yang berisi pengumuman mengenai sesuatu hal yang perlu diketahui oleh seluruh anggota atau warga suatu unit.

2.1.8 Manfaat Pengumuman Bagi Siswa

Adapun manfaat membaca pengumuman menurut Sumirat (2010:57) adalah sebagai berikut: 1) mendapatkan informasi yang dinginkan dalam pengumuman, 2) memberikan pengetahuan tentang informasi yang disampaikan, 3) Memudahkan siswa dalam mendapatkaninformasi. Selain itu manfaat membaca pengumuman adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan, sesuatu hal pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan sesuatu proses, menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal, memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa

Berdasarkan manfaat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa manfaat pengumuman bagi siswa adalah memberikan kemudahan dalam mengetahui informasi yang akan disampaikan.

2.1.9 Pembelajaran Membaca Pengumuman di SD

Steinberg (dalam Tampubolon, 2000: 43) menggariskan lima prinsip pokok pengajaran membaca pengumuman di sekolah dasar yaitu:

(10)

1. Materi bacaan pengumuman harus terdiri atas kata-kata, frase-frase dan kalimat-kalimat yang bermakna terutama dari segi pengalaman anak.

2. Membaca pengumuman terutama harus didasarkan pada kemampuan memahami bahasa lisan, bukan pada kemampuan berbicara.

3. Membaca pengumuman bukan mengajarkan bahasa (aspek-aspek bahasa) atau konsep-konsep.

4. Membaca tidak bisa bergantung pada pengajaran menulis.

5. Pengajaran membaca pengumuman harus menyenangkan bagi anak.

Abidin (2012: 5) menyatakan bahwa ada 3 tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran membaca pengumuman yaitu: 1) menungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca, 2) mampu membaca dalam hati dengan kecepatan baca yang fleksibel, 3) memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan.

Membaca dapat dipandang sebagai proses pemecahan sandi bawah-atas terhadap simbol-simbol tertulis, karena diawali dengan memahami segmen-segmen terkecil (huruf, suku kata, kata) dalam teks dan kemudian dibangun agar mencakup unit-unit yang lebih besar (anak kalimat, kalimat, paragraf). Di dalam melakukan pemahaman terhadap bacaan, pembelajaran menggunakan beberapa strategi untuk membangun pemahaman terhadap unit-unit yang makin lama makin besar sampai akhirnya pembelajar bisa mendapatkan makna dari teks.

(11)

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan pembelajaran membaca pengumuman di SD adalah proses pemecahan sandi yang digunakan pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang meliputi pembelajaran menyusun kata, kalimat, dan parafraf.

2.1.10 Pengertian Model

Isjoni (2007: 51) mengartikan model sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Sedangkan Menurut Muda (2006: 376) dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia mengartikan model sebagai pola dari sesuatu yang akan dibuat, contoh dari sesuatu yang akan dibuat.

Dalam pembelajaran istilah model banyak dipergunakan. Mills (dalam Suprijono, 2013: 45) berpendapat bahwa model adalah bentuk repsentasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Selanjutnya Abimanyu dkk. (2008: 3,11) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan. Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan pembelajaran.

(12)

Berdasarkan beberapa pengertian itu dapat disimpulkan model adalah suatu pola atau acuan yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan.

2.1.11 Ciri Model Pembelajaran Yang Baik

Model pembelajaran yang baik menurut Rusman (2012: 136) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertntu, misalnya model berpikir berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir proses induktif.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas. 4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan, 1) urutan langkah-langkah

pembelajaran, 2) adanya prinsip-prinsip reaksi, 3) sistem sosial, sistem pendukung.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: 1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, 2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6. Membuat persiapan mengajar (tujuan intruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang baik adalah memiliki langkah-langkah (sintaks) yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(13)

2.1.12 Pengertian Model Integrated Reading and Composition (CIRC)

Model ini dikembangkan untuk meningkatkan kesempatan siswa untuk membaca dengan keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca mereka, dengan membuat para siswa membaca untuk teman satu timnya dengan melatih mereka mengenai saling merespons kegiatan membaca mereka. Menurut Wena (dalam Puspitasari dan Hardini, 2012: 144) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesame siswa.

Dalam model pembelajaran CIRC, peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 peserta didik. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin atau tingkat kecerdasan peserta didik. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada peserta didik yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing peserta didik merasa cocok satu sama lain. Diharapkan para peserta didik dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Model CIRC mengutamakan kerja sama dalam kelompok atau tim dan saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.

Adapun tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran CIRC, yaitu : 1. Tahap I : Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi ke dalam

kelompok kerja.

1. Tahap II : Merencanakan kegiatan kelompok. 2. Tahap III : Melaksanakan pembelajaran

(14)

3. Tahap IV : Mempersiapkan laporan akhir. 4. Tahap V : Menyajikan laporan akhir. 5. Tahap VI : Evaluasi.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC menurut Suprijono (2013: 130-131) adalah sebagai berikut.

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen 2. Guru memberikan wacana/ kliping sesuai dengan topic

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kertas 4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

5. Guru membuat kesimpulan bersama 6. Penutup

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis, yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar.

Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok-kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan

(15)

pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi

Adapun kelebihan dan kekurangan model CIRC menurut Suprijono (2013: 132) antara lain:

1. Kelebihan

1) Peserta didik dapat memberikan tanggapannya secara bebas.

2) Dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. 3) Menumbuhkan rasa senang yang merangsang peserta didik untuk aktif

dalam kelompok.

4) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan temannya.

5) Membentuk kemurnian ungkapan dalam interaksi dan pemecahan masalah.

6) Meningkatkan kualitas gagasan 1. Kekuranggan

1) Pada saat presentasi hanya peserta didik yang aktif yang tanya. 2) Banyak memboroskan waktu.

3) Persiapan yang perlu dilakukan guru yang akan menggunakan model pembelajaran kooperatif cukup rumit.

4) Pengelolaan kelas dan pengoganisasian peserta didik lebih sulit. 2.1.13 Langkah-Langkah Model CIRC

Adapun langkah-langkah model CIRC adalah sebagai berikut: a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen

(16)

b. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topic pembelajaran

c. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide poko dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas d. Mempersentasikan/membacakan hasil kelompok

e. Guru membuat kesimpulan bersama f. Penutup

2.1.14 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang ada kaitannya dengan pengunaan model CIRC sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang mirip dengan ini adalah:

Zainudin Makkasau. 2005. Dengan judul skripsinya adalah Meningkatkan Kemampuan Membaca pengumuman Melalui metode jigsaw Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Pinrang. Dengan hasil penelitian yaitu Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran membaca pengumuman melalui metode jigsaw pada siswa kelas IV SDN 1 Pinrang pada observasi awal ketuntasan yang diperoleh hanya berjumlah 7 orang atau sebesar 30.43%, pada siklus I meningkat menjadi 14 orang atau sebesar 60.87% dan pada siklus II ketuntasan meningkat lagi menjadi 21 orang atau ketuntasan sebesar 91.30%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pengumuman pada siswa kelas IV SDN 1 Pinrang dapat ditingkatkan melalui metode jigsaw.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah terletak pada metode yang digunakan oleh peneliti dan peneliti sebelumnya sedangkan persamaan dalam penelitian ini adalah pada aspek membaca pengumuman.

(17)

2.2 Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika guru menggunakan model CIRC, maka kemampuan siswa membaca pengumuman di kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. 2.3 Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa membaca pengumuman di kelas IV SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango mencapai nilai KKM 70 dan memperoleh ketuntasan minimal 80% dari seluruh jumlah subyek penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan terbentuknya

Jadwal Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun 2015 / 2016 Fakultas Seni Rupa dan Desain. Program Studi Desain Interior dan Desain Komunikasi Visual

antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif, metode ceramah dan pemberian tugas.. Artinya, pada taraf signifikansi 5% tidak terdapat

CPL yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CPL-PRODI) yang digunakan untuk pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah

Melihat kepada pengeluaran hasil yang semakin meningkat dan bagi memastikan projek berdaya maju serta dapat diusahakan secara berterusan, PPK menjalin usahasama dengan

Perencanaan yang dilakukan Humas Pusat Survei Geologi Melalui Kegiatan Geoseminar Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Seminar adalah melakukan diskusi

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang diungkapkan di atas, maka dalam penelitian ini akan diajukan hipotesis tindakan yaitu penerapan model