• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGHETER PADA SISWA KELAS V SDN TURUS KEDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGHETER PADA SISWA KELAS V SDN TURUS KEDIRI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

51 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGHETER PADA

SISWA KELAS V SDN TURUS KEDIRI Luncana Faridhoh Sasmito

Dosen PGSD FKIP UTP uca.luncana@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to: (1) To improve learning outcomes Speaking Skills Improvement using cooperative learning model number head togheter learner class V SDN. This research is a classroom action research that shows the flow of research include four stages, starting from planning, implementation, observation, and reflection. The four stages of a cycle. The study took place in two cycles. Data collection techniques in this study is the observation, testing and documentation. Data analysis technique used is an interactive model, the relationship between the three components include: data reduction, data presentation, and conclusion or verification. Based on the results of this study concluded that the use of cooperative learning model number togheter head can improve learning outcomes Speaking Skills Improvement fifth grade students of SDN. Evidenced by the growing student learning outcomes before and after implementation of the action. At the time of the pre-action value by an average of 69.92 in the first cycle increased to 72.58, and the second cycle increased to 88.92. As for the percentage of students according to criteria completeness Complete Minimal (KKM) is 70, when the pre-action students who completed a total of 12 students or 38.71% of the total number of 31 students. In the first cycle the percentage of completeness showed an increase of 16.12% from students who completed a total of 12 students or 38.71% at the time of pre-action, increasing to 17 students or 54.83% during the first cycle of the total number of 31 students. In the second cycle the percentage of completeness again showed an increase of 41.94%, that of the students who completed a total of 17 students or 54.83% during the first cycle, increased to 30 students or 96.77% during the second cycle of the total number of 31 students ,

(2)

52 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk meningkatkan hasil pembelajaran Peningkatan Keterampilan Berbicara menggunakan model pembelajaran kooperatif number head togheter pada peserta didik kelas V SDN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berisi alur penelitian meliputi empat tahap, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Empat tahapan tersebut membentuk siklus. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe number head togheter dapat meningkatkan hasil belajar Peningkatan Keterampilan Berbicara siswa kelas V SDN. Terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Pada saat pra tindakan nilai rata-rata sebesar 69,92 pada siklus I meningkat menjadi 72,58, dan pada siklus II meningkat menjadi 88,92. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, pada saat pra tindakan siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 38,71% dari jumlah keseluruhan 31 siswa. Pada siklus I prosentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 16,12% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 38,71% pada saat pra tindakan, meningkat menjadi 17 siswa atau 54,83% pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 31 siswa. Pada siklus II prosentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 41,94%, yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa atau 54,83% pada saat siklus I, meningkat menjadi 30 siswa atau 96,77% pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 31 siswa.

(3)

53 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah.

Bahasa pemersatu di Negara Indonesia adalah bahsa Indonesia. Bahasa menjadi alat komunikasi yang sangat vital dan penting dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila menggunakan bahsa yang baik dan benar. Kesadaran dalam berbahasa harus di tumbuhkan sejak dini. Pengenalan bahasa sudah di terapkan sejak peserta didik dalam tahap balita sampai sekolah. Kesadaran peserta didik tidak lepas dari pengajar. Guru adalah seorang yang diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dalam berbahasa, para guru bahasa harus memahami benar-benar bahwa tujuan akhir pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. (Tarigan, 1986 : 2). Keterampilan berbicara merupakan hal yang sangat penting, karena seseorang yang mahir berbicara akan mudah menguasai seseorang atau massa dan secara tidak langsung akan mampu memaparkan gagasannya sehingga dapat mudah diterima oleh orang lain.

Berdasarkan teori yang dibaca, dalam model kooperatif tipe number head together ini pembelajaran diharapkan menghasilkan pengetahuan bermakna bagi seluruh peserta didik. Melalui teknik ini siswa wajib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya. Kegiatan ini ditujukan untuk melatih keberanian dan keaktifan peserta didik. Keterbatasan pemahaman siswa terhadap materi akan teratasi dengan teknik number head together ini dengan proses pengolahan informasi antara anggota kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini diberi judul penelitian: “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe number head togheter pada Siswa Kelas V SDN Turus kediri”.

(4)

54 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

KAJIAN TEORI Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2011: 3) “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Semua perubahan dari proses belajar merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. Keberhasilan dalam belajar menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 2004: 82) adalah “Keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni adalah prestasi belajar peserta didik di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka”.

1. Pengertian Keterampilan Berbicara

St. Y. Slamet (2008: 35) mengemukakan bahwa: “Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Artinya semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil orang berbicara”. Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.

1. Jenis- jenis Berbicara

St. Y. Slamet (2008: 37), menyebutkan jenis-jenis berbicara ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu bahwa: Berbicara adalah seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya antara lain: 1) berbicara di muka umum, 2) diskusi kelompok, 3) debat. Berbicara sebagai limu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan: 1) mekanisme berbicara dan mendengar, 2) latihan dasar tentang ujaran dan suara, 3) bunyi-bunyi bahasa, dan 4) patologi ujaran. Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran serta keberhasilan kemampuan berbicara.

(5)

55 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together a. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Pengertian Model Pembelajaran

kata pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar” yang artinya memahami sesuatu. Istilah model pembelajaran dikatakan oleh Hamruni (2009: 5) yaitu mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksisnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau prosedur.

Jenis-jenis Model Pembelajaran

Model pembelajaran digunakan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan proses yang sistematis untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi merencanakan dan melaksanakan aktifitas pembelajaran. Sugiyanto (2008: 7) jenis-jenis model pembelajaran diantaranya: (1) model pembelajaran kontekstual, (2) model pembelajaran kooperatif, (3) model pembelajaran kuantum, (4) model pembelajaran terpadu, dan (5) model pembelajaran berbasis masalah.

1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995) dalam Isjoni (2011: 22) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.

(6)

56 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

2) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono (2011: 65) mengemukakan terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan model kooperatif langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel 1 bawah ini.

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU PENDIDIK

Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik agar lebih siap menerima pelajaran.

Fase 2: Present information Menyajikan informasi.

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.

Fase 3: Organize students into learning tems

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu

kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar.

Membentuk tim-tim belajar selama peserta didik

mengerjakan tugas. Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai mengenai materi pelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: Provide Recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

b. Pengertian Kooperatif number head together

Number head together atau (NHT) adalah pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan untuk alterhatif terhadap struktur kelas tradisional (trianto: 2009; 83).

(7)

57 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

Permainan ini pertama kali di cetuskan oleh spencer kagan tahun 1993. Permainan ini bertujuan untuk menyatukan pola pikir dari bebrapa peserta didik agar menjadi satu pemikiran yang akan di presentasikan atau di ajukan di kelas.

c. Langkah-langkah Penerapan Kooperatif NHT

Langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah sebagai berikut: 1) Pertama pendidika membagi peserta didik menjadi beberapa

kelompok.

2) Peserta didik di berikan masalah yang harus mereka pecahkan bersama.

3) Peserta didik akan mengemukakan suara mereka dan menyatukan jawaban mereka.

4) Pendidik memanggil nomer pada kelompok tersebut dan mereka harus siap dengan jawaban mereka.

PEMBAHASAN

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Tinjauan Historis SDN Turus

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Turus. SDN Turus terletak di desa Gampengrejo, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. SDN Turus telah terakreditasi. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

b. Letak Geografis SDN Turus

Secara geografis SDN Turus berada di wilayah Kabupaten kediri, tepatnya terletak di desa turus Kecamatan gampengrejo. Letak SDN Turus sangat strategis karena dekat dengan pemukiman, selain itu SDN Turus terletak di pinggir jalan raya, yang merupakan jalur utama menuju kota kediri.

(8)

58 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

c. Keadaan Personil SDN Turus

SDN Turus Kecamatan gampengrejo Kabupaten kediri pada tahun 2011/2015 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 10 pendidik yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 3 orang tenaga pengajar masih Wiyata Bakti.

d. Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Turus

Bangunan gedung SDN Turus berdiri di atas tanah seluas 945,75 meter persegi, dengan luas bangunan 647,25 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 6 ruang kelas, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang pendidik, 1 ruang alat peraga, 1 gudang,1 ruang komputer, perpustakan, UKS, dan 3 kamar mandi. Selain mempunyai beberapa ruangan, SDN Turus juga mempunyai halaman yang biasanya digunakan untuk upacara, olahraga dan berbagai ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain para peserta didik waktu istirahat.

2. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan kegiatan survei awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik, peserta didik banyak menemui kesulitan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, keadaan seperti ini terjadi pada peserta didik kelas V SDN Turus yaitu pada kegiatan pembelajaran berbicara dalam bermain drama.

(9)

59 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan a. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 6 Februari dan 7 Februari 2015.

b. Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2015. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah Pengertian berbicara dalam drama, unsur-unsur drama, dan langkah-langkah berbicara dalam drama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

1) Observasi

Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan dalam pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan keterampilan berbicara dalam bermain drama dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2) Refleksi

Analisis data dari kolaborasi dengan pendidik kelas, bahwa beberapa peserta didik belum mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik secara optimal karena pendidik belum dapat menyampaikan informasi secara jelas.

Tabel 3. Tabel Data Nilai Keterampilan Berbicara dalam Bermain Drama Peserta didik Kelas V SDN Turus Pada Siklus I

No Interval Nilai

Frekuensi (fi)

Nilai

Tengah (xi) fi.xi

Prosentase (%) Keterangan 1 40-49 0 44,5 0 0 Belum tuntas 2 50-59 11 54,5 599,5 36,66 Belum tuntas 3 60-69 2 64,5 129 6,66 Belum tuntas 4 70-79 11 74,5 819,5 36,66 Tuntas 5 80-89 6 84,5 507 20 Tuntas

(10)

60 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

No Interval Nilai

Frekuensi (fi)

Nilai

Tengah (xi) fi.xi

Prosentase (%) Keterangan 6 90-99 0 94,5 0 0 Tuntas 30 2055 100 Nilai rata-rata = 2055 : 30 = 68,5 Ketuntasan klasikal = (17: 30) x 100 % = 56,66% Nilai Di bawah KKM = (13: 30) x 100% = 43,33% Nilai Tertinggi = 85 Nilai Terendah = 50

Tabel 4. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Peserta didik Kelas V SDN Turus

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 40 50

Nilai tertinggi 80 85

Rata-rata nilai 62,83 68,5

Ketuntasan Klasikal 43,33 % 56,66 %

c. Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan. Tiap- tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 13 Februari 2015 dan 14 Februari 2015.

1) Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini pendidik melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemantapan dari siklus I yaitu pada materi pokok berbicara dalam drama sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

(11)

61 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

a) Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2015. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah Pengertian berbicara dalam drama, unsur-unsur drama, langkah-langkah berdialog, dan penambahan materi untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I yaitu berbicara dengan menggunakan ekspresi yang tepat sesuai dengan dialog.

b) Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2015. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah pengertian berbicara dalam drama, unsur-unsur drama, dan langkah-langkah berbicara dalam drama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number head togetherdisertai dengan ekspresi dialog.

2) Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan kolaborasi dengan pendidik kelas untuk mengadakan pengamatan terhadap sikap, perilaku peserta didik selama pembelajaran berlangsung serta kemampuan pendidik dalam mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3) Refleksi

Pada siklus II juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap dialog drama seperti yang dilakukan pada siklus I. Pada lembar observasi aktivitas peserta didik terjadi perubahan cara berbicara yang cukup berarti. Pada siklus I peserta didik belum berani dan masih ragu-ragu dalam berbicara, namun pada siklus II peserta didik sudah mempunyai keberanian untuk berbicara dengan lafal yang jelas dan intonasi yang baik.

(12)

62 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

Tabel 5. Tabel Data Nilai Keterampilan Berbicara dalam Drama Peserta didik Kelas V SDN Turus Pada Siklus II

No Interval Nilai

Frekuensi (fi)

Nilai

Tengah (xi) fi.xi

Prosentase (%) Keterangan 1 40-49 0 44,5 0 0 Belum tuntas 2 50-59 6 54,5 327 20 Belum tuntas 3 60-69 3 64,5 193,5 10 Belum tuntas 4 70-79 9 74,5 670,5 30 Tuntas 5 80-89 12 84,5 1014 40 Tuntas 6 90-99 0 94,5 0 0 Tuntas 30 2205 100 Nilai rata-rata = 2205 : 30 = 73,5 Ketuntasan klasikal = (21: 30) x 100 % = 70% Nilai Di bawah KKM = (9: 30) x 100% = 30% Nilai Tertinggi = 87,5 Nilai Terendah = 50

Tabel 6. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Peserta didik Kelas V SD Negeri Gampengrejo 01

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 50 50

Nilai tertinggi 85 87,5

Rata-rata nilai 68,5 73,5

(13)

63 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

d. Tindakan Siklus III

Tindakan siklus III dilakukan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 20 Februari 2015 dan 21 Februari 2015

Tabel 7. Tabel Data Nilai Keterampilan Berbicara dalam Bermain Drama Peserta didik Kelas V SDN Turus Pada Siklus III

No Interval Nilai

Frekuensi (fi)

Nilai

Tengah (xi) fi.xi

Prosentase (%) Keterangan 1 40-49 0 44,5 0 0 Belum tuntas 2 50-59 0 54,5 0 0 Belum tuntas 3 60-69 2 64,5 129 6,66 Belum tuntas 4 70-79 8 74,5 298 26,66 Tuntas 5 80-89 11 84,5 929,5 36,66 Tuntas 6 90-99 9 94,5 850,5 30 Tuntas 30 2207 100 Nilai rata-rata = 2207 : 30 = 73,56 Ketuntasan klasikal = (28: 30) x 100 % = 93,33% Nilai Di bawah KKM = (2: 30) x 100% = 6,66% Nilai Tertinggi = 95 Nilai Terendah = 62,5

Data hasil perkembangan nilai peserta didik pada tes siklus II dan siklus dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8. Perkembangan Hasil Tes Siklus II dan Tes Siklus III Peserta didik Kelas V SD Negeri Turus Gampengrejo 01

Keterangan Siklus II Siklus III

Nilai terendah 50 62,5

Nilai tertinggi 87,5 95

Rata-rata nilai 73,5 73,56

(14)

64 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

Dari hasil perkembangan tes siklus II dan evaluasi siklus III pada Tabel 8 di atas dapat digambarkan pada Grafik 7 sebagai berikut :

Grafik 7. Hasil Perkembangan Nilai Keterampilan Berbicara dalam Bermain Drama Pada Siklus II dan Siklus III Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT

Dari hasil penelitian siklus III, maka peneliti mengulas bahwa dilihat dari nilai rata-rata kelas pembelajaran Bahasa Indonesia materi berbicara dalam bermain drama dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sudah berhasil tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih ada peserta didik yang belum tuntas.

4. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas dan keterampilan berbicara dalam bermain drama peserta didik kelas V SDN Turus dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Peningkatan hasil dari proses pembelajaran Bahasa Indonesia adalah peserta didik dapat lebih berkembang dalam berekspresi berbicara dalam bermain drama karena telah

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus II Siklus III 50 62.5 87.5 95 73.5 73.56 70 93.33 fr e ku e n si n ila i nilai terendah nilai tertinggi nilai rata-rata ketuntasan (%))

(15)

65 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

mengikuti setiap langkah atau tahapan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Hal ini dapat ditunjukkan dalam deskripsi berikut ini:

Hasil penelitian dari beberapa tabel di atas, dapat diketahui adanya peningkatan proses pembelajaran terutama keterampilan berbicara dalam bermain drama peserta didik terhadap materi pada masing-masing siklus melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Peningkatan terlihat dari perhitungan rata-rata nilai belajar dan aktivitas peserta didik pada deskripsi di bawah ini.

Perhitungan rata-rata nilai belajar yang diperoleh peserta didik pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I, siklus II dan siklus III selama dua kali pertemuan pada setiap siklusnya Hal ini dapat dilihat pada tabel 9 seperti berikut:

Tabel 9. Tabel Perkembangan Nilai Keterampilan Berbicara dalam Bermain Drama Peserta didik Kelas V SDN Turus Pada Kondisi Awal, Siklus I,

Siklus II dan Siklus III

No Pembelajaran Bahasa Indonesia (berbicara dalam bermain drama) Sebelum Tindakan (Pra Siklus)

Sesudah dilaksanakan tindakan Siklus I Siklus II Siklus III

1 Nilai Terendah 40 50 50 62,5 2 Nilai Tertinggi 80 85 87,5 95 3 Nilai rata-rata 62,83 68,5 73,5 73,56 4 Prosentase ketuntasan klasikal 43,33 % 56,66 % 70 % 93,33 %

Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 73 (KKM) mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia materi berbicara dalam bermain drama yang dilaksanakan oleh pendidik dapat dinyatakan berhasil. Peningkatan rata-rata nilai keterampilan berbicara dalam bermain drama melalui penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat disajikan dalam grafik 8 sebagai berikut :

(16)

66 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

Grafik 8. Grafik Perkembangan Nilai Keterampilan Berbicara dalam Bermain Drama Pada Peserta didik Kelas V SDN Turus Sebelum Tindakan,

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Peningkatan aktivitas peserta didik dan kinerja pendidik pada siklus I, siklus II dan siklus III dapat dilihat pada tabel 10 seperti berikut:

Tabel 10. Tabel Rata-rata Aktivitas Peserta didik dan Kinerja Pendidik Kelas V SDN Turus Materi Berbicara dalam Bermain Drama

No Aspek Skor Kategori

Siklus I Siklus II Siklus III

Siklus I Siklus II Siklus III

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 Aktivit as peserta didik

16 20 24 26 28 28 Rendah Cukup Baik Baik Sekali Baik Sekali Sangat Baik 2 Kinerja pendidi k

28 30 34 36 36 36 Cukup Baik Baik Baik sekali Baik Sekali Sangat Baik 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

pra siklus siklus I siklus II siklus III 40 50 50 62.5 80 85 87.5 95 62.83 68.5 73.5 73.56 43.33 56.66 70 93.33 fr e ku e n si n ila i nilai terandah nilai tertinggi nilai rata-rata ketuntasan klasikal (%)

(17)

67 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keterampilan berbicara dalam bermain drama melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHTyang dilaksanakan dalam tiga siklus. Hal ini dapat dilihat pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata peserta didik 62,83 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 43,33%, siklus I nilai rata-rata kelas 68,5 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 56,66%, siklus II nilai rata-rata peserta didik 73,5 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 70%, dan siklus III nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 73,56 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 93,33%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHTdapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam bermain drama pada peserta didik kelas V SDN Turus tahun ajaran 2015/2015 karena model pembelajaran kooperatif tipe NHTmerupakan model pembelajaran yang menyenangkan, bekerja secara kelompok tetapi lebih menekankan pada keterampilan setiap individu.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul AzisWahab. 2002. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: Maulana

Agussuprijono. 2011. Cooperative Learning (Teori dan aplikasi PAIKEM). Yogyakarta :PustakaPelajar.

Anita Lie. 2005. Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo

Baharudin, Nurwahyuni.2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.Jogja: Ar-Ruzz Media

Darmono, I.S., Sudarsih. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KurikulumStandar Isi: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD/MI. Jakarta: Diknas

(18)

68 Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1 (Januari 2016)

Etin Solihatin, Raharja.2009. kooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: BumiAksara

Gagne, Briggs, & Wager. 1992. Principles of instructional design. USA: Holt, Rinehart, and Winston.

Isjoni. 2011. PembelajaranKooperatif. Jakarta: Gramedia

Milles, Matthew B, A. Michael Huberman (terjemahanTjejepRohendiRohidi. 1992.Analisi Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah Model  Pembelajaran Kooperatif
Tabel 3. Tabel Data Nilai Keterampilan Berbicara dalam Bermain Drama  Peserta didik Kelas V SDN Turus Pada Siklus I
Tabel 4. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Peserta didik Kelas V  SDN Turus
Tabel 5. Tabel Data Nilai Keterampilan Berbicara dalam Drama Peserta didik Kelas V SDN  Turus Pada Siklus II
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hamacher : komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program

Konversi dari BBM ke BBG sangat banyak manfaatnya, baik dari segi penghematan bahan bakar maupun penghematan subsidi. Untuk itu, perlu komitmen yang kuat dari

● Pujilah Tuhan untuk kemitraan yang sukses dalam YWAM melalui gereja-gereja partner lokal di seluruh dunia dan dalam membangun gereja-gereja lainnya.. ● Pujilah Tuhan

Abstrak : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan Blocking dalam permainan bola voli melalui metode bola gantung siswa kelas V SD Negeri 5

Menyediakan kemudahan dan prasarana yang kondusif untuk murid menjalankan aktiviti kelab Keadaan padang yang kondusif Padan g awam Cangk at Minden Belaka ng padan g bola

Berdasarkan hasil penelitian di atas, kemauan membayar pajak dan tingkat pemahaman wajib pajak mempunyai nilai yang signifikan 0,079 dan 0,000, yang artinya nilai ini lebih kecil

Sedangkan data yang didapatkan pada tahun 2017 terakhir sebesar 3.2 % dari 65 balita dan untuk gizi kurang 3,8 % dari 85 balita.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

paragraph 6.5.8–6.5.14 (dan, jika dapat diterapkan, PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 89– 94 untuk akuntansi lindung nilai atas nilai wajar untuk