• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter daya juang (Pra eksperimen pada siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter daya juang (Pra eksperimen pada siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER DAYA JUANG

(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015)

Marcelinus Secunda Putra Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) efektivitas pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah implementasi dilakukan, 2) menganalisis signifikansi implementasi pendidikan karakter daya juang, 3) efektivitas hasil pendidikan karakter daya juang pada setiap sesi, 4) penilaian para siswa mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 42 orang. Instrumen penelitian ini berupa tes dan 2 kuesioner yaitu kuesioner validitas efektivitas model menurut siswa, dan self assessment scale. Tes yang dipakai adalah tes karakter daya juang dengan bentuk pilihan ganda bergradasi berjumlah 25 item yang diisi oleh siswa. Koefisien reliabilitas penelitian ini dianalisa menggunakan teknik analisa Alpha Cronbach hasilnya senilai 0,505 dan termasuk dalam kategori cukup. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian dan uji T (paired sample T-Test).

Hasil penelitian menunjukkan: 1) pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning efektif meningkatkan karakter daya juang siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015, 2) implementasi pendidikan karakter secara signifikan dapat meningkatkan karakter daya juang, 3) adanya peningkatan pada tiap sesi, 4) menurut penilaian siswa model ini efektif untuk meningkatkan karakter daya juang siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 204/2015.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF THE IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION BASED ON COLLABORATIVE CLASSICAL COUNSELING SERVICE USING EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH TO IMPROVE

COMPETITIVENESS CHARACTER

(Pre Experiment to the students of grade VIII at Santa Maria 2 Malang in the school year of 2014/2015)

Marcelinus Secunda Putra Sanata Dharma University

This research is aimed to describe: 1) the effectiveness of competitiveness character education through collaborative classical counseling service using experiential learning approach, before and after the implementation is done, 2) the significance of competitiveness character education, 3) the effectiveness of the result of competitiveness character education in each session, 4) students’ perception on the effectiveness of competitiveness character education through collaborative classical counseling service using experiential learning approach.

This is a pre experiment type of research. The subject of this research is the 42 students of grade VIII at SMPK Santa Maria 2 Malang in the school year of 2014/2015. The instruments of this research are test and 2 questionnaires namely the model effectivity validity by the students and self assessment scale. The test used in this research is competitiveness character test in the form of graded multiple choice containing 25 items done by the students. The reliability coefficient analyzed using Alpha Cronbach analysis technique was 0.505 and categorized as sufficient. The data analysis using categorization and paired sample T-Test.

The result of this research shows: 1) competitiveness character education through collaborative classical counseling service using experiential learning approach is effective to improve competitiveness character of the students of grade VIII at SMPK Santa Maria 2 Malang in the school year of 2014/2015, 2) the implementation of competitiveness character education significantly improve competitiveness character, 3) improvement can be found in each session, 4) based on students’ perception, this model is effective to improve competitiveness character of the students of grade VIII at SMPK Santa Maria 2 Malang in the school year of 2014/2015.

(3)

i

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER DAYA JUANG (Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang

Tahun Ajaran 2014/2015) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Marcelinus Secunda Putra 121114046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER DAYA JUANG (Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang

Tahun Ajaran 2014/2015) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Marcelinus Secunda Putra 121114046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO

“Hiasilah hidup dengan humor.

Bercandalah! Karena senda gurau itu melambangkan kehidupan yang harmoni”

(Anoymous)

“Kesuksesan itu ditentukan seberapa keras proses yang kalian

perjuangkan”

(Antoine de Saint)

(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya yang sederhana ini saya persembahkan bagi...

Tuhan Yesus Kristus yang telah membantu saya dalam proses perkuliahan saya sampai saat ini.

Kedua orangtua saya yang selalu mendukung saya dalam segala hal dan segala pencapaian dalam hidup saya sampai

pada saat ini.

Bulik yang selalu mencukupi semua hal dari awal proses pembelajaran saya sampai dengan saat ini.

Semua anggota keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan pada diri saya dengan begitu sabar.

Para dosen dan staf Bimbingan dan Konseling.

Teman-teman dekat yang selalu mendoakan dan mendukung saya.

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER DAYA JUANG (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang

Tahun Ajaran 2014/2015)

Marcelinus Secunda Putra Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) efektivitas pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah implementasi dilakukan, 2) menganalisis signifikansi implementasi pendidikan karakter daya juang, 3) efektivitas hasil pendidikan karakter daya juang pada setiap sesi, 4) penilaian para siswa mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 42 orang. Instrumen penelitian ini berupa tes dan 2 kuesioner yaitu kuesioner validitas efektivitas model menurut siswa, dan self assessment scale. Tes yang dipakai adalah tes karakter daya juang dengan bentuk pilihan ganda bergradasi berjumlah 25 item yang diisi oleh siswa. Koefisien reliabilitas penelitian ini dianalisa menggunakan teknik analisa Alpha Cronbach hasilnya senilai 0,505 dan termasuk dalam kategori cukup. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian dan uji T (paired sample T-Test).

Hasil penelitian menunjukkan: 1) pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning efektif meningkatkan karakter daya juang siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015, 2) implementasi pendidikan karakter secara signifikan dapat meningkatkan karakter daya juang, 3) adanya peningkatan pada tiap sesi, 4) menurut penilaian siswa model ini efektif untuk meningkatkan karakter daya juang siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 204/2015. Kata kunci: karakter daya juang, bimbingan klasikal kolaboratif,

(12)

ix ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF THE IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION BASED ON COLLABORATIVE CLASSICAL COUNSELING SERVICE USING EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH TO IMPROVE

COMPETITIVENESS CHARACTER

(Pre Experiment to the students of grade VIII at Santa Maria 2 Malang in the school year of 2014/2015)

Marcelinus Secunda Putra Sanata Dharma University

This research is aimed to describe: 1) the effectiveness of competitiveness character education through collaborative classical counseling service using experiential learning approach, before and after the implementation is done, 2) the significance of competitiveness character education, 3) the effectiveness of the result of competitiveness character education in each session, 4) students’ perception on the effectiveness of competitiveness character education through collaborative classical counseling service using experiential learning approach.

This is a pre experiment type of research. The subject of this research is the 42 students of grade VIII at SMPK Santa Maria 2 Malang in the school year of 2014/2015. The instruments of this research are test and 2 questionnaires namely the model effectivity validity by the students and self assessment scale. The test used in this research is competitiveness character test in the form of graded multiple choice containing 25 items done by the students. The reliability coefficient analyzed using Alpha Cronbach analysis technique was 0.505 and categorized as sufficient. The data analysis using categorization and paired sample T-Test.

The result of this research shows: 1) competitiveness character education through collaborative classical counseling service using experiential learning approach is effective to improve competitiveness character of the students of grade VIII at SMPK Santa Maria 2 Malang in the school year of 2014/2015, 2) the implementation of competitiveness character education significantly improve competitiveness character, 3) improvement can be found in each session, 4) based on students’ perception, this model is effective to improve competitiveness character of the students of grade VIII at SMPK Santa Maria 2 Malang in the school year of 2014/2015.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga, penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Daya Juang (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang 2014/2015) dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang penulis jalani. Oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang juga sekaligus menjadi dosen pembimbing.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

5. Mas Moko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan sabar selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling. 6. SMPK Santa Maria 2 Malang sebagai tempat penelitian.

7. Teman dekat dan sahabat terkasih atas doa, dukungan, semangat dan kebersamaan yang diberikan selama ini.

(14)
(15)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 13

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 13

2. Nilai-nilai Karakter untuk SMP ... 14

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 18

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 18

5. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 20

B. Hakikat Karakter Daya Juang ... 22

1. Pengertian Karakter Daya Juang ... 22

2. Aspek-aspek Karakter Daya Juang ... 22

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Daya Juang ... 24

4. Faktor-faktor Pembentuk Karakter Daya Juang ... 25

5. Hambatan-hambatan Pembentukan Karakter Daya Juang ... 26

6. Upaya-upaya Peningkatan Karakter Daya Juang ... 27

C. Layanan Bimbingan Klasikal ... 28

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 28

2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal ... 29

3. Prinsip Bimbingan Klasikal ... 29

4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif ... 30

D. Hakikat Experiential Learning ... 32

(16)

xii

2. Tahap Pelaksanaan Experiential Learning ... 32

3. Efektivitas Pendekatan Experiential Learning ... 33

4. Kelebihan dan Kelemahan pendekatan Experiential Learning dalam Layanan Pendidikan Karakter Daya Juang ... 34

5. Prosedur Pendekatan Experiential Learning ... 35

E. Kerangka Berpikir ... 35

F. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Subjek Penelitian ... 38

C. Metode dalam Pengumpulan Data ... 39

D. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Normalitas ... 44

1. Validitas ... 44

2. Reliabilitas ... 44

3. Uji Normalitas ... 46

E. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 61

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Keterbatasa Penelitian ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(17)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Tabel Desain Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Tabel Rekapitulasi Kisi-kisi ... 43

Tabel 3.3 Tabel Kriteria Guilford ... 45

Tabel 3.4 Tabel Reliabilitas Item ... 46

Tabel 3.5 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 47

Tabel 3.6 Tabel Norma Kategorisasi Karakter Daya Juang ... 49

Tabel 3.7 Tabel Perhitungan Norma Kategorisasi Karakter Daya Juang ... 50

Tabel 3.8 Tabel Norma Kategorisasi Self Assessment Scale... 51

Tabel 4.1 Tabel Selisih Rata-rata Pretest-Posttest ... 54

Tabel 4.2 Tabel Kategorisasi Tingkat Karakter Daya Juang ... 54

Tabel 4.3 Tabel Uji T-Sampel ... 57

Tabel 4.4 Tabel Kategorisasi Self Assessment Scale ... 58

(18)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(19)

xv

DAFTAR GRAFIK

(20)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Daya Juang ... 75

Lampiran 2: Tabulasi Data Pretest ... 80

Lampiran 3: Tabulasi Data Posttest ... 82

Lampiran 4: Kuesioner Validasi Siswa ... 85

Lampiran 5: Tabulasi Validasi Siswa ... 87

Lampiran 6: Kuesioner Self Assessment Scale ... 90

Lampiran 7: Tabulasi Self Assessment Scale Setiap Sesi ... 93

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah. Keenam subjudul tersebut merupakan bagian-bagian dari pendahuluan yang akan dijabarkan secara singkat.

A. Latar Belakang Masalah

Masalah character building masih merupakan suatu isu besar, bahkan amat besar. Semua kebobrokan yang kita rasakan kini lahir dari tidak adanya watak yang cukup kokoh pada diri kita bersama. Watak bangsa rapuh dan watak manusia Indonesia mudah goyah. Ungkapan character building kini sudah klise kosong, nyaris tidak bermakna. Diucapkan para politisi, birokrat pendidikan, pemimpin organisasi pendidikan, ungkapan ini tidak meninggalkan bekas apa-apa (Buchori, 2007; http://www.kompas.co.id/).

(22)

Pendidikan karakter di sekolah, khususnya di Sekolah Menengah Pertama terlaksana sebatas pada pengenalan nilai-nilai karakter saja, belum sampai pada penerapan kehidupan sehari-hari. Guru Bimbingan dan Konseling belum dilibatkan dalam pengembangan dan penerapan pendidikan karakter terintegrasi. Dalam penelitian awal tahun 2014, TIM Peneliti Strategis Nasional (STRANAS) Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma telah melakukan penelitian evaluasi (terbatas) tentang keterlaksanaan, hambatan-hambatan, dan efektivitas hasil pendidikan karakter terintegrasi dengan pembelajaran di SMP pada 5 kota di Indonesia (Tangerang, Kulon Progo, Yogyakarta, Surakarta, dan Malang). Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat keragaman cara/strategi dan perbedaan variasi saluran dalam implementasi pendidikan karakter pada SMP satu dengan SMP yang lainnya. Dalam kasus penelitian terbatas ini, variasi gagasan dan strategi aksi yang ditempuh sekolah-sekolah swasta nasional dalam implementasi pendidikan karakter lebih kaya dan beragam dibanding apa yang dikerjakan sekolah-sekolah negeri.

(23)

dalam penyampaian nilai karakter yang dicantumkan dalam RPP kecuali sekedar memberi nasihat-nasihat dan diceramahkan sambil memberi pesan-pesan moral (berhenti pada tataran pengenalan kognitif); (3) Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter; dan (4) Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh; dan belum tercipta kolaborasi yang baik antara para guru dan konselor/guru BK dalam implementasi pendidikan karakter.

Dilihat dari hasilnya, implementasi pendidikan karakter terintegrasi di SMP, efektivitasnya belum menggembirakan. Temuan evaluatif secara empirik menunjukkan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota yang diteliti capaian skor karakternya masih berada pada kategori kurang baik dan beberapa di antaranya buruk. Hanya 12,3% dari 653 siswa tersebut yang masuk pada kategori baik dengan capaian skor ≥ 7 pada skala stannine (Barus, 2015).

(24)

terbukti dari masih kurangnya kemandirian, kurangnya rasa ingin tahu, dan kurang adanya kepatuhan pada peraturan tertentu.

Terdapat kecenderungan bahwa capaian skor hasil pendidikan karakter lebih baik pada siswa kelas VII dibanding pada siswa kelas VIII, baik pada rata-rata capaian skor maupun pada banyaknya ragam nilai karakter. Siswa kelas VII hampir dua kali lebih banyak dari siswa kelas VIII yang mencapai skor karakter pada kategori baik, sebaliknya siswa kelas VIII dua kali lebih banyak jumlahnya dari siswa kelas VII yang capaian skornya terpuruk pada kategori kurang baik dan buruk. Maka dari itu peneliti mencoba untuk menerapkan implementasi pendidikan karakter pada kelas VIII supaya capaian hasilnya tidak lebih buruk dibandingkan dengan kelas VII.

Berdasarkan data di atas, peneliti memilih penanaman nilai karakter daya juang karena hasil penelitian TIM Peneliti Strategis Nasional (STRANAS) Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa nilai karakter daya juang berada pada kategori buruk. Jika dilihat dari hasilnya, implementasi pendidikan karakter terintegrasi di SMP, efektivitasnya belum menggembirakan, maka dari itu peneliti mencoba mengimplementasikan pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

(25)

dan tidak mau susah bila ingin mencapai suatu hasil yang diharapkan, begitu pula banyak siswa yang tidak mau repot bila ada tugas tertentu yang diberikan kepada mereka. Karakter daya juang yang seharusnya bisa menjadi acuan untuk mencapai hasil yang baik pada siswa semakin lama semakin memudar seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang begitu luar biasa hebatnya. Hal ini yang membuat para siswa enggan untuk bekerja keras, enggan untuk berusaha, bahkan lebih buruknya ada siswa yang tidak peduli akan tugas dan kewajibannya hanya karena mereka kurang memiliki karakter daya juang. Masalah lain yang bisa berkaitan dengan karakter daya juang ini adalah faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi karakter mereka, mungkin ada yang dimanja oleh keluarganya dan memang dari pihak siswanya sendiri yang ingin dimanja, sehingga mereka kurang memiliki karakter daya juang dalam dirinya.

(26)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang efektivitas penanaman nilai karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

A. Identifikasi Masalah

Pendidikan karakter daya juang dapat menjadikan terobosan baru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Namun dalam kenyataanya masalah yang teridentifikasi terkait dengan pelaksanaan dan hasil pendidikan karakter daya juang antara lain:

1. Sebagian peserta didik di SMPK Santa Maria 2 Malang kurang menyadari karakter daya juang dan hanya mengandalkan teknolgi saja.

2. Adanya siswa yang mudah putus asa jika dihadapkan dengan sebuah kesulitan yang dijumpai.

3. Adanya beberapa siswa yang kurang mampu mengoptimalisasikan karakter daya juang dengan maksimal.

4. Kurangnya kesadaran untuk bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin.

5. Adanya ketidakpedulian siswa terhadap tugas dan kewajibannya sebagai siswa, hanya karena mereka kurang memiliki karakter daya juang.

(27)

B. Pembatasan Masalah

Melihat latar belakang dan masalah-masalah yang teridentifikasi, fokus penelitian ini dibatasi untuk menjawab masalah-masalah poin 1, 3, dan 4 dalam judul penelitian Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Daya Juang.

C. Rumusan Masalah

Masalah utama yang diharapkan terpecahkan melalui penelitian ini, diformulasikan secara spesifik menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat peningkatan karakter daya juang sebagai hasil implementasi pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah implementasi?

2. Apakah terdapat peningkatan secara signifikan hasil implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah implementasi?

(28)

4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning berdasarkan penilaian siswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis peningkatan pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah implementasi dilakukan.

2. Menganalisis signifikansi implementasi pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah implementasi

dilakukan.

3. Mendeskripsikan seberapa tinggi hasil peningkatan karakter daya juang pada setiap sesi.

4. Mendeskripsikan penilaian para siswa mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

(29)

bagi peneliti selanjutnya pada kajian efektivitas pendidikan karakter ruang lingkup yang lebih luas.

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, hasil peneliti ini dapat menjadi sumber inspirasi dan bahan evaluasi untuk memperbaiki atau menata ulang kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter secara menyeluruh, terpadu dan tepat sasaran.

b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna mencerdaskan peserta didik.

c. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu menumbuhkan kerjasama kemitraan profesional kolaboratif semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan karakter yang mendalam dengan pembelajaran. d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil penelitian

(30)

e. Bagi penulis

1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai efektivitas penanaman nilai karakter daya juang melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pemahaman dan keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu mengembangkan secara ilmiah di kemudian hari.

3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan pengembangan secara ilmiah.

F. Definisi Istilah 1. Karakter

Karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, serta perbuatan yang berdasar pada norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

2. Pendidikan karakter

(31)

didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, serta perbuatan yang berdasar pada norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

3. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang telah dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

4. Pendidikan karakter kolaboratif adalah suatu sistem penanaman nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Penanaman nilai-nilai karakter kemudian dijalin kerjasama dengan berbagai stake holder di sekolah yang terkait.

(32)
(33)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi kajian teori, kajian penelitian yang relevan dan kerangka berpikir. Masing-masing sub bagian dijabarkan secara singkat.

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Sunaryo (Salim, 2013) pendidikan karakter menyangkut bakat (potensi dasar yang alami), harkat (derajat melalui penguasaan ilmu yang dan teknologi), dan martabat (harga diri melalui etika dan moral). Rahardjo (Salim, 2013) mendefinisikan pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan.

National Commision on Character Education (Yaumi, 2014)

(34)

Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah pelaksanaan, praktik, tindakan seorang pendidik dalam suatu proses pendidikan dengan tujuan untuk mendidik peserta didik agar mampu mengembangkan karakter yang luhur, dan diharapkan mampu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

1. Nilai-nilai Karakter untuk SMP

Dalam Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010) terdapat beberapa nilai utama. Berikut adalah daftar 21 nilai utama yang dimaksud dan deskripsi ringkasannya.

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius)

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasar pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

b. Nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri 1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab

(35)

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan aturan.

5) Kerja keras/daya juang

Perilaku yang menunjukkan upaya untuk sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas/pekerjaan yang ada dengan sebaik-baiknya

6) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. 7) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

(36)

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

10)Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluaskan dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

11)Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuannya.

c. Nilai karakter dalam hubungan dengan teman sebaya 12)Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri dan orang lain. 13)Patuh pada aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

14)Menghargai karya dan prestasi orang lain

(37)

15)Santun

Sifat halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun perilaku kepada semua orang.

16)Demokratis

Cara berpikir, bersikap, bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungan dengan lingkungannya

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 17)Nasionalisme

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

18)Menghargai keberagaman

(38)

2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP

Fathurrohman, dkk (2013) mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji sesuai dengan nilai-nilai secara umum dan tradisi karakter bangsa yang religius. b. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warga

negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi muda penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan luas.

e. Mengembangkan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta memiliki rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

(39)

Kinestetik (physical and kinesthetic development), Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development).

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Character Education Quality Standard (2006) merekomendasikan

sebelas prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, yaitu: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

b. Mengidentifikasi karakter secara menyeluruh supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang mempunyai kepedulian.

e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mewujudkan perilaku yang baik. f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang

menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

(40)

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral dengan berbagai tanggungjawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.

Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika, estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

4. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menuliskan keberhasilan pendidikan karakter dapat tercapai jika memenuhi poin-poin sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan siswa.

(41)

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi.

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

j. Mendeskripsikan gejala alam sosial.

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan NKRI.

m. Menghargai karya seni budaya nasional.

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya. o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan baik.

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

(42)

r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah sederhana.

s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.

t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.

u. Memiliki jiwa kewirausahaan. B. Hakikat Karakter Daya Juang

1. Pengertian Karakter Daya Juang

(43)

2. Aspek-aspek Karakter Daya Juang

a. Memiliki semangat kerja keras/pantang menyerah

Mustari (2014) mengatakan bahwa kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Indikasi upaya pantang menyerah adalah:

1) Menunjukkan kesungguhan dalam melaksanakan tugas.

2) Tetap bertahan pada tugas yang diterima walaupun menghadapi kesulitan. 3) Berusaha mencari pemecahan terhadap permasalahan.

Pantang menyerah adalah salah satu tanda dari kerja keras dan ketekunan yaitu usaha menyelesaikan kegiatan atau tugas secara optimal. Kerja keras/ketekunan ditandai dengan;

1) Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan. 2) Menggunakan segala kemampuan/daya untuk mencapai sasaran.

3) Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika menemui hambatan.

(44)

b. Berani mengambil resiko/tidak takut gagal

Mustari (2014) mengatakan bahwa keberanian adalah kemampuan untuk menghadapi ketakutan, derita, risiko, bahaya, ketidaktentuan, atau intimidasi. Keberanian terjadi ketika orang tidak terlalu pengecut dan tidak terlalu sembrono. Secara khusus keberanian yang dibahas adalah keberanian mengambil resiko. Berani mengambil risiko adalah kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata.

Dengan keberanian mengambil risiko seseorang dilatih untuk bersikap konsekuen dan siap menanggungnya. Ingin lulus ujian, dan mendapatkan nilai yang memuaskan seorang pelajar harus belajar secara sungguh-sungguh, dan menjalankan apa yang menjadi kewajibannya dengan penuh tanggung jawab. c. Kepercayaan diri

Menurut Ghufron dan Rini R.S (2011) percaya diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistik.

d. Motivasi

(45)

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Daya Juang Tangguh

Karakteristik individu yang yang memiliki karakter daya juang menurut Werner (2000) adalah sebagai berikut:

a. Selalu menunjukkan keuletan.

b. Individu yang mempunyai daya saing dalam dirinya. c. Individu yang berani untuk mengambil resiko.

d. Individu yang memiliki motivasi tinggi dalam dirinya. e. Individu yang selalu melakukan perbaikan ketika gagal. f. Individu yang memiliki produktivitas yang tinggi. g. Memiliki kretivitas yang tinggi.

h. Mau belajar dari sebuah kegagalan.

4. Faktor-faktor Pembentuk Karakter Daya Juang

Faktor pembentuk karakter daya juang menurut Werner (2000) adalah sebagai berikut:

a. Daya Saing

(46)

b. Kreativitas

Kreativitas bisa muncul dari keputusasaan. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang tidak pasti.

c. Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi juga bisa diartikan sebagai usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

d. Ketekunan

Ketekunan merupakan inti dari perjuangan. Ketekunan adalah kemampuan untuk terus-menerus berusaha, bahkan manakala dihadapkan pada kemunduran atau kegagalan.

5. Hambatan-hambatan Pembentukan Karakter Daya Juang

Hambatan-hambatan pembentuk karakter daya juang menurut Stoltz (2000) adalah sebagai berikut.

a. Climber berubah menjadi camper

(47)

ke atas dalam kehidupan mereka dan menganggap perjalananya kurang menantang.

b. Memilih teknologi sebagai Tuhan

Hal yang mengkhawatirkan adalah menggantikan keyakinan akan pemecahan-pemecahan yang manusiawi dengan pemecahan-pemecahan teknologis. Ketika seseorang mengalami kesulitan dalam suatu usaha, maka dengan mudah juga seseorang tersebut akan beralih pada tingginya teknologi yang ada.

c. Menjadi tak berdaya dan putus asa

Keputusasaan merupakan kanker bagi jiwa. Keputusasaan mengisap kehidupan dan energi kita. Persimpangan ini muncul di jalur yang tantangannya paling berat dan kemungkinan imbalan yang didapat paling besar. Dalam mengatasi hambatan-hambatan hidup, semakin banyak saja jumlah orang yang tidak memiliki motivasi dalam dirinya, sehingga mereka sangat mudah sekali untuk menyerah dan putus asa.

6. Upaya-upaya Peningkatan Karakter Daya Juang

Upaya untuk meningkatkan karakter daya juang menurut Stoltz (2000) adalah dengan cara mengembangkan keterampilan LEAD, yaitu sebagai berikut.

1. Listen

(48)

2. Explore

Bagaimana seseorang bisa menjajaki penyebab atas suatu akibat. Misalnya: apakah kemungkinan dari penyebab ini?, tindakan apa yang harus subjek akui?

3. Analyze

Bagaimana seseorang bisa menganalisis atas pencapaian yang sudah didapat, sehingga bisa menunjukkan bukti-buktinya.

4. Do

Bagaimana seseorang dapat melakukan sesuatu setelah bisa mendapatkan suatu nilai yang bisa membuatnya terus maju dan berkembang.

C. Layanan Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Menurut Depdiknas (2008) program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu diantaranya:

a. Menciptakan sekolah dengan iklim sosioemosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa.

(49)

c. Menandai siswa yang diduga bermasalah.

d. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching.

e. Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.

f. Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa.

g. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja).

h. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur sentral” bagi siswa.

i. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal

(50)

3. Prinsip Bimbingan Klasikal

Makhrifah & Nuryono (2014) menyatakan berdasarkan model ASCA (Asosiasinya konselor sekolah di Amerika), bimbingan klasikal merupakan bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan dasar (guidance curriculum). Komponen layanan dasar bersifat developmental, sistematik,

terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan kompetensi belajar, pribadi, sosial dan karier. Layanan dasar (guidance curriculum) merupakan layanan yang terstruktur untuk semua peserta didik (guidance for all), tanpa mengenal perbedaan gender, ras, atau agama mulai taman kanak-kanak sampai tingkat SLTA disajikan melalui kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dalam bidang belajar, pribadi, sosial, dan karier peserta didik.

Sehingga dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan kegiatan yang telah dikemas dan disajikan dalam suatu bentuk kegiatan tertentu, dari kegiatan tersebut peserta didik bisa mengenal berbagai hal dari yang bersifat kognitif dan afektif, serta peserta didik bisa lebih mengenal satu sama lain.

4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif

(51)

masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.

Berdasarkan definisi di atas dapat diartikan bahwa bimbingan klasikal kolaboratif merupakan bimbingan klasikal yang direncanakan, disusun dan dilaksanakan secara kerjasama antara konselor/guru BK dan guru mata pelajaran untuk membantu peserta didik sesuai dengan kebutuhannya demi perkembangan secara optimal baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan karier. Adapun aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan sekolah dengan iklim sosioemosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa.

b. Memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam. c. Menandai siswa yang diduga bermasalah.

d. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching.

e. Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.

f. Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa.

(52)

(tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja).

h. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur sentral” bagi siswa).

i. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.

D. Hakikat Experiential Learning

1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning

Menurut Kolb (2000) experiential learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran. Menurut Association for Experiential Education (Purnami dan Rohayati, 2013) experiential learning merupakan sebuah proses dimana para pembelajar membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung.

Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa experiential learning adalah proses pembelajaran di mana para siswa

menggabungkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai dari pengalaman langsung sebagai media belajar.

2. Tahap Pelaksanan Pendekatan Experiential Learning

(53)

Menurut Hamalik (Budiman, 2010) mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran experiential learning adalah sebagai berikut: a. Guru merumuskan secara saksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial atau memiliki hasil-hasil tertentu.

b. Guru harus bisa memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman.

c. Siswa dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman. d. Siswa di tempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa mampu

memecahkan masalah dan bukan dalam situasi pengganti.

e. Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, menerima konsekuensi berdasarkan keputusan tersebut.

f. Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dituangkan ke dalam tulisan sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.

3. Efektivitas Pendekatan Experiential Learning

(54)

a. “Ice breaking” di awal pembelajaran untuk membangkitkan semangat para peserta.

b. Mengembangkan atmosfer pembelajaran yang kondusif dan suportif. c. Memperkenalkan kegembiraan dalam pengerjaan tugas pembelajaran. d. Mendorong berpikir kreatif.

e. Membantu para peserta melihat dari perspektif yang berbeda. f. Meningkatkan kesadaran akan perlunya berubah.

g. Meningkatkan kesadaran diri.

4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Experiential Learning dalam Layanan Pendidikan Karakter Daya Juang

Metode experiential learning memiliki kelebihan yakni dapat meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Selain beberapa kelebihan yang telah disebutkan, terdapat pula kekurangan. Dari metode experiential learning yakni dibutuhkannya alokasi waktu yang relatif lama dalam proses

pembelajaran (Sinaga, 2013).

Dari kelebihan dan kekurangan yang ada pada metode experiential learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan experiential learning

(55)

alokasi waktu yang disediakan. Dengan begitu pembelajaran dengan pendekatan experiential learning dapat efektif diberikan kepada peserta didik sehingga

tercapailah tujuan dari pendekatan experiential learning yakni; mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa, memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada.

5. Prosedur Pendekatan Experiential Learning

Experiential learning adalah suatu proses siswa mengkonstruksi atau

menyusun pengetahuan keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung. Adapun prinsip dasar experiential learning adalah sebagai berikut:

a. Tahapan pengalaman nyata

Siswa dapat melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman yang baru. b. Tahapan observasi refleksi

Siswa bisa mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi.

c. Tahapan konseptualisasi

Siswa bisa menciptakan konsep yang mengintegrasikan observasinya agar menjadi teori yang sehat.

d. Tahap implementasi

(56)

E. Kerangka Berpikir

Karakter daya juang masih kurang melekat dalam diri peserta didik, sehingga penanaman karakter tersebut perlu ditingkatkan. Pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam kurikulum dan diimplementasikan pada sekolah formal secara khusus pada jenjang SMP, diaplikasikan dalam layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan guru Bimbingan dan Konseling dan guru mata pelajaran dengan Pendekatan experiential learning, merupakan sebuah tawaran untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, tindakan, secara afektif, dan pengamalan karakter daya juang sebagai peserta didik.

Gambar 2.1

(57)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ho: Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara signifikan tidak efektif meningkatkan karakter daya juang siswa kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015.

(58)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, validitas, reliabilitas, dan uji normalitas, serta teknik analisis data. Keenam subjudul tersebut merupakan bagian-bagian dari metode penelitian. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing subbagian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pre-experimental one-group pretest-posttest design. Menurut Sugiyono (2009) hasil penelitian pre-experiment merupakan variabel dependen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Desain ini merupakan teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan. Maka dalam penelitian ini sebelum perlakuan, subjek penelitian terlebih dahulu diberikan pretest (tes awal), dan diakhir perlakuan diberi posttest (tes akhir).

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter untuk meningkatkan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMPK Santa Maria 2 Malang pada siswa kelas VIII.

(59)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Keterangan:

O1 : Tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan O2 : Tes akhir (posttest) sesudah perlakuan diberikan X : Treatment/perlakuan

(Treatment yang diberikan dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dengan 3 topik yaitu. 1) Percaya Diri,

2) Kerja Keras, dan 3) Kerjasama) B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang yang diambil secara acak mewakili kelas VIII A sampai VIII F, sehingga keseluruhan peserta ada 42 orang.

C. Metode dalam Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 instrumen yaitu dengan 2 kuesioner dan 1 tes dengan berbagai model seperti penjelasan di bawah ini. a. Kuesioner validasi efektivitas model (responden siswa)

Validasi efektivitas model dengan responden siswa berbentuk pernyataan checklist with guttman scale. Sugiyono (2013) menerangkan bahwa skala pengukuran tipe ini, akan menghasilkan jawaban tegas, yaitu

(60)

diperoleh dapat berupa data interval atau rasio. Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” hingga

“sangat tidak setuju”, maka dalam guttman scale hanya ada dua interval,

yakni setuju dan tidak setuju. Dalam penelitian ini, “ya dan tidak”.

Biasanya, guttman scale digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan atau ingin diketahui oleh peneliti. Validasi efektivitas model dengan responden siswa digunakan untuk melihat efektivitas dari program yang dilaksanakan berdasarkan penilaian siswa.

b. Kuesioner tilik diri (self assessment)

Kuesioner tilik diri dalam penelitian ini berbentuk pernyataan checklist dengan menggunakan skala likert. Sugiyono (2013) menjelaskan

(61)

c. Tes karakter daya juang

Menurut Arikunto (2006) teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang disebarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1–4 dan dari keempat alternatif jawaban tersebut mengandung nilai kebenaran. Skor 4 diberikan untuk alternatif jawaban yang sungguh mewakili penerapan nilai karakter daya juang. Sedangkan skor 1 untuk mewakili alternatif jawaban yang sangat kurang mewakili nilai karakter daya juang. Instrumen yang berupa kuesioner disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan dosen pembimbimg dalam Tim Penelitian Stranas (Strategis Nasional).

Menurut Umar (1998), teknik kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini kuesioner memuat pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan nilai-nilai karakter daya juang sebagai peserta didik. Kuesioner yang telah disusun oleh peneliti ini bersifat tertutup karena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan, sehingga peserta didik tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai.

(62)

perlakuan/pretest dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal tingkat karakter daya juang siswa. Kuesioner berbentuk soal tes dengan ragam pilihan ganda yang diberikan pada akhir setelah perlakuan/posttest, bertujuan untuk mencari data yang diperlukan untuk mengetahui keefektivitasan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter daya juang siswa kelas

(63)

Tabel 3.2

Rekapitulasi Kisi-Kisi dan Nomor Item Tes Tingkat Karakter Daya Juang

No Aspek Indikator Item

1 Memiliki

semangat kerja keras/pantang menyerah

a. Menunjukkan kesungguhan dalam melaksanakan tugas.

b. Tetap bertahan pada tugas yang diterima walaupun menghadapi kesulitan.

c. Berusaha mencari pemecahan terhadap permasalahan.

a. Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan.

b. Menggunakan segala

kemampuan/daya untuk mencapai sasaran.

c. Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika menemui hambatan.

3 Percaya diri a. Yakin akan kemampuannya sendiri b. Berani tampil dan tidak takut gagal

(64)

D. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Normalitas 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat yang bersangkutan menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 2009).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian terhadap isi alat ukur dengan kesepakatan penilaian dari penilai yang kompeten/expert judgement (Azwar, 2009). Pada penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada beberapa ahli dalam bidangnya. Ahli-ahli tersebut antara lain: Tim Dosen Penelitian Strategi Nasional dan Dosen Pembimbing.

2. Reliabilitas

(65)

menggunakan instrumen peneliti dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan penekanan koefisien Alpha Cronbach (). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach () adalah sebagai berikut:

α =

2[1-

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 Sx2 : varians skor skala

Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo,1995). Kriteria Guilford dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91-1,00 Sangat tinggi

2 0,71-0,90 Tinggi

3 0,41-0,70 Cukup

4 0,21-0,40 Rendah

5 Negatif-0,20 Sangat Rendah

Melalui kriteria tersebut, hasil reliabilitas Kuesioner Karakter Daya Juang tersaji dalam tabel 3.4 berikut.

(66)

Tabel 3.4 Reliabilitas Item

Cronbach's Alpha N of Items

.505 25

Dari hasil empirik yang diberikan kepada siswa-siswi kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah subjek (N) 42 siswa diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach senilai 0.505. Berdasarkan peninjauan terhadap hasil

perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria cukup.

3. Uji Normalitas

Menurut Nurgiyantoro dkk (2009) uji normalitas adalah salah satu bagian dari uji prasyarat analisis data, artinya sebelum melakukan analisis data yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus diuji kenormalan distribusinya. Adapun tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal.

(67)

Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 42

Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 5.98319651 Most Extreme Differences Absolute .130

Positive .091

Negative -.130

Kolmogorov-Smirnov Z .650

Asymp. Sig. (2-tailed) .792

a. Test distribution is Normal.

Pada tabel di atas adalah merupakan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikansi 0,792>0,05 dengan demikian sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

E. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu diantaranya tersaji di dalam penjelasan di bawah ini.

(68)

pendekatan experiential learning Tahun Ajaran 2014/2015, menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal.

1. Guna melihat efektivitas hasil implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning, maka dilakukan perbandingan dengan menghitung

skor rata-rata pretest dan posttest. Perbandingan ini dilakukan untuk melihat selisih antara keduanya. Kekuatan hasil perlakuan dengan menghitung selisih dari hasil rata-rata pretest-posttest, hasil tersebut dapat dilihat dengan formula sebagai berikut.

(O2-O1) Keterangan:

O2 : Rata-rata nilai dari posttest O1 : Rata-rata nilai dari pretest

(69)

Tabel 3.6

Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Daya Juang

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala.

Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek peneliti menurut perhitungan skala.

Standar deviasi (σ/sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran

μ (mean teoritik) : Rata-rata teoritik skor maksimum dan minimum

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat karakter daya juang dengan jumlah item 25 diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut.

Tingkat Karakter Daya Juang

Skor maksimum teoritik : 25 x 4 = 100 Skor minimum teoritik : 25 x 1 = 25 Standar deviasi : (100 - 25) : 6 = 12 Mean teoritik : (100 + 25) : 2 = 62

Norma/Kriteria Skor Kategori

+1,5

σ

< μ Sangat Tinggi

+0,6σ < μ +1,5σ Tinggi

-0,6σ < μ 0,6σ Sedang

-1,5σ < μ -0,6σ Rendah

(70)

Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat karakter daya juang siswa-siswi kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015 dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut.

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Daya Juang Siswa-Siswi Kelas VIII SMPK Santa Maria 2 Malang Tahun Ajaran 2014/2015

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

+1,5

σ

< μ > 84 Sangat Tinggi

+0,6σ < μ +1,5σ 70 – 84 Tinggi

-0,6σ < μ 0,6σ 59 – 69 Sedang

-1,5σ < μ -0,6σ 40 - 55 Rendah

μ -1,5σ < 40 Sangat Rendah

2. Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, peneliti menggunakan uji t berpasangan, tes ini dilakukan untuk mengetes dua kelompok yang dependen atau satu kelompok yang dites dua kali (Sugoyono, 2013) yaitu pada pretest-posttest dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

: Rata-rata sampel 1 (pretest) : Varians sampel 1 (pretest) : Rata-rata sampel 2 (posttest) : Varians sampel 2 (posttest) : Simpangan baku sampel 1 (pretest)

Gambar

Gambar 2.1 Gambar Kerangka Berpikir .........................................................
Grafik 4.1 Tingkat Karakter Daya Juang ........................................................
Gambar 2.1  Kerangka Berpikir Pengimplementasian Nilai Karakter Daya Juang SMPK Santa Maria 2
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

hak yang sama untuk dapat ikut serta dalam organisasi serikat pekerja/buruh guna melindungi hak dan kepentingan mereka. Namun dengan pelaksanaan outsourcing hak berserikat tidak

bidang yang terdapat dalam perusahaan sesuai dengan keahliannya. Manusia yang bekerja dalam suatu perusahaan merupakan suatu unsur dalam MSDM. Focus dalam MSDM adalah

Dalam penelitian ini dibahas antara lain : Kapankah suatu tindakan deportasi dapat dilakukan menurut hokum nasional dan internasional, apakah maksud dan tujuan kehadiran WNA

yang terdiri dari terminal udara, konduktor pentanahan, dan sistem terminasi bumi,. sistem

Langkah yang dilakukan dalampenelitian ini adalah dengan menunjukkan video hasil identifikasi yang sudah dibuat kepada guru SD kelas IV kemudian rancangan pelaksanaan

3.3 Langkah-langkah Percobaan.. Dalam praktikum ini terdapat prosedur untuk memperoleh hasil yang akurat, berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan praktikum: 1.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Konsentrasi NaOH dan lama pemanasan yang terbaik adalah 0,2 % dengan lama pemanasan 90 menit yang memeberikan daya cerna

[r]