• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi manusia, jika ide pokok di dalam wacana tersebut tidak dipahami.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penting bagi manusia, jika ide pokok di dalam wacana tersebut tidak dipahami."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang butuh akan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan diharapkan akan membawa manusia semakin baik. Hanya saja ilmu pengetahuan tidak akan diperoleh apabila komunikasi yang dibangun gagal. Kegagalan dalam komunikasi disebabkan ketidakpahaman dalam memahami wacana yang ada.

Di lihat dari jenisnya wacana terbagi menjadi empat, yakni berdasarkan sarana yang dipergunakan (lisan dan tertulis), bahasa yang digunakan (bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Perancis dan lain – lain), jumlah peserta (monolog, doalog dan polilog) dan tujuan (deskripsi, narasi, persuasi, argumentasi dan eksposisi). Keempat jenis ini tidak akan memberikan peranan penting bagi manusia, jika ide pokok di dalam wacana tersebut tidak dipahami.

Setiap wacana mempunyai ide pokok, gagasan pokok atau gagasan utama. Ide pokok merupakan inti atau simpulan dari keseluruhan wacana. Dari ide pokok wacana, pembaca dapat menerka keseluruhan isi bacaan tersebut. Dari ide pokok pula pembaca dapat mengambil sikap apakah bacaan itu perlu dibaca secara keseluruhan karena penting atau tidak perlu dilanjutkan karena isinya sudah diketahui.

Menemukan ide pokok merupakan hal yang sangat perlu bagi seorang pembaca ketika mencoba wawasan pengetahuannya melalui bacaan. Jika siswa mampu menemukan ide pokok dengan baik, pemahamannya mengenai bacaan tersebut akan baik pula.

Untuk menemukan informasi yang terkandung di dalam suatu bacaan, pembaca juga harus menemukan ide pokok yang terdapat di setiap paragraf. Ide pokok merupakan inti suatu

(2)

bacaan dan pikiran utama dari suatu topik yang dibahas. Selain menemukan ide pokok, siswa dituntut untuk menemukan permasahan yang terdapat dalam suatu wacana untuk lebih memahami isi suatu wacana yang kemudian ditulis kembali menjadi sebuah ringkasan dengan menggunakan kalimat yang runtut.

Salah satu kompetensi dasar dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah mengidentifikasi ide pokok nonsastra dari berbagai sumber. Sejalan dengan itu, peran memahami ide pokok sangat dibutuhkan dalam pelajaran bahasa Indonesia. Kompetensi tersebut bukan hanya ada di kelas X SMA, melainkan juga terdapat di kelas XI dan XII SMA.

Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum mampu menemukan ide pokok dan membuat ringkasan bacaan dengan kalimat yang runtut. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Budi (2011:3) yang menyatakan masih banyak siswa yang belum mampu menemukan ide pokok dalam paragraf, hal itu terlihat dari hasil rata–rata yang diperoleh siswa hanya 64,60 dalam menemukan ide pokok paragraf.

Berdasarkan pengalaman PPL yang peneliti alami dan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di MAN Dolok Masihul diperoleh informasi minimnya kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok wacana. Hal itu terlihat di kebelummampuan siswa membedakan gagasan utama dan gagasan penjelas, lebih lanjut siswa hanya menjawab 60% benar soal wacana yang diberikan. Padahal, di dalam KTSP siswa kelas X dituntut mampu menemukan ide pokok yang dibacanya.

Selain itu, Erita (2011:2) menyatakan bahwa beberapa masalah dan hambatan dalam menemukan ide pokok, di antaranya adalah rendahnya tingkat kecepatan membaca pemahaman yang diperoleh, kurangnya minat baca siswa, minimnya pengetahuan baca siswa, dan minimnya pengetahuan tentang membaca yang efektif.

(3)

Kegagalan yang sering terjadi ketika siswa mengikuti ujian nasional khusus mata pelajaran bahasa Indonesia seperti yang tertulis dalam Media Indonesia 06 Juni 2011 adalah budaya membaca di kalangan siswa menjadi penyebab buruknya nilai bahasa Indonesia dalam ujian nasional. Mata pelajaran bahasa Indonesia kembali menjadi momok dalam hasil ujian nasional (UN) tahun ini. Data Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memperlihatkan nilai akhir bahasa Indonesia hanya mencapai nilai minimum 0.8%. Penyebabnya tidak lain karena nilai bahasa Indonesia mereka kurang dari 4.00, tidak adanya budaya membaca siswa dan tidak terbiasanya menghadapi soal berbentuk cerita. Padahal, tipe soal ini membutuhkan pemahaman, analisis, dan daya serap ( siswa terhadap teks ).

Data tersebut membuktikkan bahwa kemampuan siswa mengidentifikasi ide pokok teks nonsastra masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kurangnya kesiapan siswa menerima pelajaran, kurangnya fasilitas belajar di sekolah, dan strategi pembelajaran yang selama ini diterapkan guru tidak tepat sehingga perlu dicari solusinya. Selama ini, guru lebih aktif memberikan pelajaran dan siswa hanya cenderung menerima pembelajaran dari guru. Strategi ini tentu kurang relevan dengan pendekatan pembelajaran sekarang ini, sehingga ketika siswa disodorkan dengan wacana yang lain dan diperintahkan guru untuk menentukan ide pokoknya, siswa pun tidak bisa menjawab.

Pengajaran ide pokok di sekolah hanya sebatas membaca buku teks lalu melihat contoh ide pokok dalam buku teks kemudian berganti dengan pokok bahasan yang baru. Hal inilah yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal – soal ujian terkait dengan ide pokok dalam wacana, padahal soal – soal menentukan ide pokok dalam wacana kerap kali muncul pada ujian nasional.

(4)

Dalam penelitian ini ditawarkan sebuah model pembelajaran, yaitu model pembelajaran Spontans Discussion Group yang mungkin dapat menjadi cara baru untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami ide pokok dalam wacana sebagai media pembelajaran dan mengatasi persoalan–persoalan yang dihadapi oleh pengajar ketika mengajarkan ide pokok. Model ini merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif mempunyai bagian–bagian. Bagian–bagian tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu metode supported cooperative learning dan metode – metode informal. Model spontans discussion group ini termasuk ke dalam bagian metode – metode informal. Sejalan dengan itu, model ini sangat tepat untuk digunakan dalam memahami konsep ide pokok. Karena model ini menawarkan kerja sama dalam kelompok diskusi, yaitu mereka dapat bekerjasama dengan temannya dalam menemukan ide pokok, dapat dengan mudah menginstruksikan mereka untuk melakukan aktivitas–aktivitas tertentu, seperti mencari makna sesuatu, mencari alasan tentang peristiwa tertentu atau memecahkan suatu masalah, dapat mengutarakan pendapat–pendapat mereka dalam diskusi dan dapat berpikir secara kritis mengenai suatu hal yang dibahas. Hal ini lebih memudahkan siswa dalam belajar dibandingkan siswa belajar sendiri untuk menemukan ide pokok dalam wacana sebagai media pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini dapat dilakukan dengan judul “ Kemampuan Menemukan Ide Pokok Wacana Dengan Menggunakan Model Spontans Discussion Group Siswa Kelas X MAN Dolok Masihul “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, ada sejumlah masalah yang dapat diidentifikasi, sebagai berikut :

(5)

1. Siswa kurang mampu menemukan ide pokok dalam wacana

2. Pembelajaran wacana selama ini tidak menggunakan model yang sesuai atau cocok 3. Siswa kurang kritis dalam proses pembelajaran

4. Kurangnya kesiapan siswa dalam belajar

5. Strategi pembelajaran yang digunakan tidak tepat atau kurang relevan

6. Kemampuan Siswa Menemukan Ide Pokok Wacana Sebelum dan Sesudah Menggunakan Model Spontans Discussion Group Siswa Kelas X MAN Dolok Masihul

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada “Kemampuan Siswa Menemukan Ide Pokok Dalam Wacana Sebelum dan Sesudah Menggunakan Model Spontans Discussion Group Siswa Kelas X MAN Dolok Masihul”.

D. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu dirumuskan maslah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan menemukan ide pokok wacana sebelum menggunakan model spontans discussion group siswa kelas X MAN Dolok Masihul Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah kemampuan menemukan ide pokok wacana siswa sesudah menggunakan model spontan discussion group siswa kelas X MAN Dolok Masihul Tahun Ajaran 2012/2013?

(6)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Kemampuan Siswa Menemukan Ide Pokok Wacana sebelum Menggunakan Model Spontans Discussion Group Siswa Kelas X MAN Dolok Masihul.

2. Mengetahui Kemampuan Siswa Menemukan Ide Pokok Wacana sesudah Menggunakan Model Spontans Discussion Group Siswa Kelas X MAN Dolok Masihul.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretis

Sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dalam meningkatkan kemampuan siswa menemukan ide pokok dalam wacana.

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian paclobutrazol tidak dapat merangsang pembungaan tanaman tetapi pada satu tanaman kultivar Snow Queen dengan aplikasi 75 mg/l GA3 dan 400 mg/l paclobutrazol

[r]

Lingkungan pergaulan yang tidak sehat pun terus mendorong para remaja untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, butuh kerja sama yang baik antara orang tua, masyarakat,

Tabel 3.61 Desain Test Case Laporan Total Gaji Karyawan Per Kebun

tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

Mahasiswa dapat berkomunikasi/chatting dengan Bot Telegram yang dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan informasi dan layanan kampus, serta dokumen lainnya

Penerapan metode Gross Up yang tidak memberikan dampak terhadap penghematan beban pajak ini bertentangan dengan pendapat Waluyo (2011, hal. 187) yaitu bahwa

Pengaruh Lama Penyimpanan Baku Daging Lumat Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) Terhadap Mutu Fisiko Kimia Surimi Skripsi.. Bogor: Program Studi Teknologi