• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH

A. Landasan terbentuknya madzhab fiqh

Munculnya pemikiran madzhab hukum dalam Islam dimulai sejak timbulnya persoalan tentang pemegang otoritas hukum. Weiss membedakan dua tipe otoritas pemikiran dalam islam, yaitu otoritas legislatif (legislative authority), di mana Allah (Tuhan) sendiri sebagai syari‟ (pembuat hukum), dan otoritas interpretatif atau deklaratif yang didalam hal ini dimiliki oleh para ulama, sebagai derivasi dari pemberian otoritas Tuhan. Melalui otoritas fuqahainilah kemudian muncul berbagai pemikiran hukum (fiqih).

Periode terbentuknya madzhab ini dimulai sejak awal abad kedua hijriyah, yakni periode akhir pemerintahan Umayyah. Ketika itu, pemikiran hukum Islam mulai berkembang dari praktik administratif dan popular yang dibentuk oleh ajaran etika dan keagamaan dalam al-Qur‟an dan Hadis Nabi. Peran Al-Qur‟an pada tahap awal ini dapat diterima begitu saja, tetapi peran hadis atau tradisi Nabi, telah menjadi bahan perselisihan pendapat dikalangan sarjana (ulama). Sebagian berpendapat bahwa hadis diterima baru setelah Muhammad ibn Idris al-Syafi‟i menyatakan demikian.

Khaled M. Aboe el-Fadl mensinyalir, bahwa pada abad ke-2 H/8 M muncul para pemegang otoritas yang sangat hebat dan luar biasa kuatnya sebagai “pesaing” hukum Tuhan, yakni Syari’ah yang dibentuk, disajikan, dan dihadirkan oleh sekelompok profesional tertentu yang dikenal dengan fuquha (para ahli hukum).

Dalam sejarah tercatat ada beberapa fuquha yang mengembangkan madzhab hukum berdasarkan basis sosialnya. Di antara fuquha tersebut adalah Al-Awza‟i (w. 744 M ) yang membangun madzhab fiqih Awza‟i di Syiria,, Abu Hanifah (w.767 M) yang membangun madzhab fiqih hanafi di Iraq, Malik ibn Anas (w. 795 M) yang membangaun madzhab fiqih Maliki di Madinah, Muhammad ibn Idris Al-Syafi‟i (w.820 M) yang membangun madzhab fiqih di Iraq dan kemudian di Mesir, Ahmad ibn Hanbal (w.855 M) yang membangun madzhab Hanbali di Iraq, Dawud ibn Khalaf (w. 883 M) yang membangun madzhab Dhahiri di Iraq, dan sebagainya.

Munculnya madzhab Hanafi di Kufah, Maliki di Madinah, dan Syafi‟i di Irak dan Mesir adalah bukti paling konkrit sebagai embrio dari madzhab fiqih Sunni, di samping madzhab-madzhab sunni yang lain, seperti Hanbali, al-Auza‟i, Tsauri, dan Ja‟fari (Syi‟i). Aliran pemikiran fiqih ynag disebut madzhab (bentuk jamaknya madzhib) hadir bukan sebagai sebuah organisasi formal atau kelompok, melainkan sebagai sebuah metode dan ajaran/doktrin bersama, sehingga [hanya] membicarakan sebuah aliran pemikiran.

Madzhab Hanafi yang berpusat di Kufah dan Baghdad, merefleksikan kompleksitas masyarakatnya, masyarakat Irak bercocok pluralis dan terbuka dengan pencampuran masyarakat agraris dan masyarakat ekonomis-indusrtialis dengan keragaman etnik dan budaya yang kosmopolitan.

Madzhab maliki berbeda secara diametral (kontras) dengan madzhab Hanafi, yang dibentuk oleh masyarakat yang homogen, establish, taat beragama (shaleh) dan

(2)

2

berpola patriarkhis (dalam hukum kekerabatan) sebagai tradisi masyarakat Madinah yang dibangun oleh Nabi dan para khalifah masa awal. Malik ibn Anas (lahir di Madinah 713 M) dalam kitabnya Al-Muwaththa’, suatu koleksi tradisi (hadis) Nabi, sahabat, dan tabi‟in yang disusun berdasarkan subjek yurisprudensi- dia sering menegaskan suatu butir masalah hukum dengan mengatakan, “ini ketentuan kami” atau “ini ketentuan yang ditetapkan berdasarkan konsensus disini”. Sehingga tak pelak lagi Malik memiliki doktrin hukum yang terikat pada tradisi (Madinah).

Madzhab lain yang muncul kemudian dan berkembang dengan pesat adalah madzhab Syafi‟i yang dibangun oleh Muhammad ibn Idris Al-Syafi‟i yang membangun fiqihnya dengan atas namanya sendiri secara lebih moderat, yakni dengan perpaduan antara rasionalitas Hanafi dan tradisionalitas Maliki. Al- Syafi‟i adalah murid langsung Imam Malik dan juga mendalami madzhab fiqih hanafi dengan berguru kepada Abu Yusuf dan Muhammad Hasan (murid utama Imam Abu Hanifah). Dan terakhir adalah madzhab Hanbali yang dibangun oleh Ahmad ibn Hanbal.

Periode ini dalam sejarah tasyri‟ Islam disebut sebagai ijtihad dan pembentukan madzhab. Pada periode ini bermunculan banyak madzhab hukum (fiqih) yang dibangun oleh para imam mujtahid dan dikembangkan teori-teori hukum Islam. Pesatnya gerakam intelektual di masa pembentukan madzhab fiqih ini disebabkan oleh karena dinamika pemikiran hukum di kalangan ulam yamg sangat pesat. Kebebasan intelektual pun dihargai, sehingga pendapat-pendapat hukum pun bermunculan dengan berbagai coraknya. Madzhab fiqih yang dibangun oleh Imam Abu Hanifah (80-150 H), merupakan madzhab fiqih rasional yang pertama di antara madzhab-madzhab fiqih lain. Teorinya yang terkenal dalam madzhab ini adalah al-Istihsan. Istihsan dalam prakteknya diukur dengan pertimbangan akal (rasionalitas). Kemudian madzhab Maliki yang dibangun oleh Malik ibn Anas (93-179 H) dengan teorinya al-Maslahat al-Mursalah. Argumentasi teori Maslahah Mursalah juga mengesankan sisi rasionalitasnya, dengan kriteria dan ukuran yang didasarkan pada pertimbangan akal (al-ra‟yu). Selanjutnya madzhab fiqih Syafi‟i yang dibangun oleh Muhammad b. Idris al-Syafi‟i (150-204 H) memunculkan teori al-Qiyas. Fiqihnya bercorak moderat “kombinatif” antara rasional Hanafi dan tradisional al-Maliki. Terakhir adalah madzhab fiqih Hanbali (Hanabilah) yang dibangun oleh Ahmad ibn Hanbal ( 164-241 H).

Perkembangan pemikiran fiqih pada masa-masa berikutnya lebih didominasi oleh sikap ulama yang lebih mempertahankan madzhab hukum dari imam madzhab mereka dan berkurangnya minat untuk melakukan ijtihad. Mereka merasa cukup dengan hasil yang dirumuskan oleh imam madzhab dan mengikuti pendapatnya. B. Macam-macam madzhab fiqh

1. Madzhab ahli al-Sunnah wa al-Jama‟ah 1. Madzhab Hanafi

Madzhab ini didirikan oleh Imam Abu Hanifah(Nu‟man bin Tsabit).

Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir Kufah tahun 80 H dan wafat pada tahun 150 H. Beliau hidup pada dua masa, yaitu masa bani Umayyah dan bani

(3)

3

Abbasiyyah. Beliau termasuk dari Tabiut Tabi’in(yaitu mereka yang hidup setelah generasi Tabi’in. Ada yang mengatakan beliau adalah Tabi’in, karena ada riwayat beliau pernah bertemu dfengan Anas bin Malik. Beliau sering mendapat julukan sebagai Imam Ahlu Ra’yi(sebab dalam mengambil kesimpulan hukum, banyak memakai rasio). Beliau adalah ahli fiqh yang tinggal di Irak dan menjadi rujukan masyarakat Irak. Karakter penduduk Irak saat itu cenderung pemalas dan serta berdebat, serta susah dinasehati, sehingga jika beliau mengajak mereka untuk melaksanakan syariat Allah, beliau harus berusaha mencari-cari dalil atau alasan yang bisa masuk akal.

Atas dasar inilah beliau lebih banyak menggunakan akalnya (logika) daripada dalil Al-Qur‟an dan Hadis. Pun demikian, bukan berarti beliau meninggalkan keduanya. Apa yang beliau sampaikan dari pendapat fiqh sebenarnya bersumber juga dari Al-Qur‟an dan Hadis. Hanya saja, tidak beliau sebutkan secara tekstual.

 Dasar-dasar hukum fiqh madzhab abu hanifah  Al-Qur‟an  As Sunnah  Fatwa sahabat  Ijma‟  Qiyas  Istihsan  „Urf

Ulama yang mengikuti madzhab Abu Hanifah dikenal dengan ulama Hanafiyah. Madzhab Hanafiyah telah menyebar ke berbagai wilayah Islam, seperti Baghdad, Persia, India, Bukhara, yaman, Mesir, dan Syam. Madzhab Hanafiyah termasuk madzhab yang paling banyak dianut pada masa Dinasti Abbasiyah. 2. Madzhab Maliki

Madzhab ini didirikan oleh Imam Malik bin Anas. Beliau lahir pada tahuyn 93 H, pada masa khalifah al-Walid bin Abdul Malik dan meninggal pada tahun 179 H, pada masa khalifah Harun ar-Rasyid. Beliau dalah Imam dan ulama besar di Madinah. Beliau termasuk ahli fiqh dan ahli hadis setelah Tabi’in. Beliau terkenal sebagai orang yang betul-betul melaksanakan As-Sunnah.

 Dasar-dasar hukum fiqh madzhab Maliki  Al-Qur‟an  As-Sunnah  Ijma‟  Fatwa sahabat  Qiyas  Istihsan  Al-Mashalahah al-Mursalah  Istishhab

(4)

4

Ulama yang mengikuti madzhab Imam Malik dikenal dengan ulama Malikiyah. Madzhab Maliki timbul dan berkembang di Madinah, kemudian tersiar di sekitar Hedzjaz. Di Mesir, madzhab Maliki sudah mulai muncul dan berkembang selama Imam Malik masih hidup. Selain di Mesir, madzhab Maliki juga dianut oleh umat Islam yang berada di Maroko, Tunisia, Tripoli, Sudan, Bahrain, Kuwait, dan daerah Islam lain di sebelah barat termasuk Andalusia.

3. Madzhab Syafi‟i

Madzhab ini didirikan oleh Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi‟i. Beliau lahir di Palestina (Syam) pada tahun 150 H dan wafat di Mesir tahun 204 H. Beliau termasuk keturunan Rasulullah SAW yang bertemu di garis keturunan kakeknya, Abdul Manaf. Setelah ayahnya meninggal, ibunya membawanya kembali ke Makkah untuk berguru pada seorang mufti, Imam Muslim bin al-Khalid.

Beliau telah hafal Al-Qur‟an pada usianya yang baru genap 7 tahun. Beliau diberi izin untuk mengeluarkan fatwa ketika berusia 15 tahun. Kemudian beliau pindah ke Madinah berguru kepada Imam Malik bin Anas, dan berhasil menghafalkan kitab al-Muwattha’, karangan Imam Malik hanya dalam 9 malam.

Kemudian beliau berpindah-pindah tempat untuk menuntut ilmu, dari Yaman, Bagdad, bahkan beliau sempat menuintut ilmu kepada Imam Ahmad bin Hanbal di Makkah. Beliau menamakan pendapat-pendapatnya ketika berada di Bagdad dengan Madzhab Qodim (madzhab yang lama).

Pada tahun 200 H, beliau pindah ke Mesir dan bertemu dengan murid-murid Imam Hanafi sehingga pola pikir mereka mempengaruhi pola pikir beliau. Di Mesir, beliau mengembangkan Madzab Jadid (madzab yang baru).

 Dasar-dasar hukum fiqh madzhab Syafi‟i  Al-Qur‟an

 As-Sunnah  Ijma‟  Qiyas

Ulama yang mengikuti madzhab Imam Syafi‟I dikenal dengan ulama Syafi‟iyah. Penyebaran madzhab Syafi‟I antara lain di Irak, lalu berkembang dan tersiar ke Khurasan, Pakistan, Syam, Yaman, Persia, Hijaz, India, daerah-daerah Afrika dan Andalusia. Kemudian madzhab Syafi‟i ini tersiar dan berkembang, bukan hanya di Afrika, tetapi ke seluruh pelosok Negara-negara Islam, baik di Barat, maupun di Timur, termasuk ke Indonesia.

4. Madzhab Hanbali

Didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal asy-Syaibani. Beliau lahir, hidup, dan meninggal di Bagdad. Namun beliau juga banyak melakukan perjalanan menuntut ilmu ke Kufah, Bashrah, Makkah, Madinah, Yaman, Syam, dan Al-Jazirah.

Ketika di Bagdad, beliau bertemu dengan Imam Syafi‟i, yang kemudian berguru kepada beliau. Beliau tidak mengarang satu kitab pun, tetapi para

(5)

5

sahabatnya banyak merujuk pada madzhab dan pendapat-pendapat beliau. Bahkan, sikap dan jawaban beliau dalam hukum0-hukum syariat banyak dijadikan rujukan. Dasar madzhab beliau hampir sama dengan madzhab Imam Syafi‟i, yaitu Al-Qur‟sn, As-Sunnah, fatwa sahabat, ijmak, qiyas, istishhab, masalihul mursalah, dan adz-Dzara‟i.

 Dasar-dasar hukum fiqh madzhab Hanbali  Al-Qur‟an

 As-Sunnah  Fatwa sahabat  Qiyas

Ulama yang mengikuti madzhab Imam Hanbal dikenal dengan ulama Hanabilah. Madzhab Hanbali mula-mula berkembang di Baghdad, kemudian ke perbatasan Irak dan berkembang di Mesir. Sekarang madzhab Hanbali adalah madzhab resmi pemerintah Saudi Arabia dan mempunyai pengikut yang tersebar di seluruh jazirah Arab, Palestina, Syiria dan Irak.

2. Madzhab Syi‟ah a) Syi‟ah Zaidiyah

Syi‟ah Zaidiyah adalah pengikut Zaid bin Ali Zain al-Abidin. Syi‟ah Zaidiyah berpendapat, bahwa Imam tidaklah ditentukan Nabi orangnya, tetapi hanya sifat-sifatnya.

b) Syi‟ah Imamiyah

Syi‟ah Imamiyah disebut juga dengan madzhab Syi‟ah Itsna Asyariyah (Syi‟ah dua belas), karena mereka mempunyai 12 orang imam nyata, yang urutannya adalah:

- Ali bin Abi Thalib - Al-Hasan

- Al-Husayn

- Ali Zain al-Abidin - Muhammad al-Baqir - Ja‟far al-Shadiq - Musa al-Kazhim - Ali al-Ridha - Muhammad al-Jawwad - Ali al-Hadi

- Al Hasan bin Muhammad al-Askari - Muhammad al-Mahdi al-Muntazhar 3. Madzhab-madzhab yang telah musnah

a) Madzhab Al Auza‟i

Pembangun madzhab ini adalah Al Imam Abu Amer Abdur Rahman bin Muhammad al-Auza‟i. beliau dilahirkan Ba‟la Bakka, pada tahun 88 H. Pada akhir umurnya berdiam di Beirut dan wafat di sana dalam tahun 157 H. Penduduk Syria pada mula-mulanya bermadzhab Al Auza‟i. Kemudian

(6)

6

madzhab ini pindah ke Spanyol, tetapi sesudah abad ke 2 Hijriyah madzhabnya lenyap ditantang oleh madzhab As-Syafi‟i dan madzhab Maliki. b) Madzhab Ats Tsauri

Pembangun madzhab ini adalah Abu Abdillah Sufyan bin Sa‟ad ats Tsauri al Kufi, wafat pada tahun 161 H. Beliau diakui oleh para ulama sebagai orang mujtahid mutlaq. Beliau tidak mendapat pengikut yang banyak dan madzhabnya pun lekas lenyap.

c) Madzhab Al laitsi

Pembangun madzhab ini adalah Abdul Harits al-Laits bin Sa‟ad al-Fahmi, wafat tahun 175 H. Beliau terkenal sebagai ahli fiqh di Mesir. As-Syafi‟i mengakui bahwa al-Laitsi lebih pandai dalam soal fiqh daripada Malik. Akan tetapi pengikut-pengikutnya tidak bersungguh-sungguh mengembangkan madzhabnya sehingga lenyap pada abad pertengahan ke-3 H.

d) Madzhab Dhahiri

Pembangun madzhab ini adalah Abu Sulaiman Daud bin Ali Al Asfahani yang kemudian dikenal dengan nama Daud ad Dhahiri. Beliau dilahirkan di Kufah pada tahun 202 H, dibesarkan di Baghdad dan wafat di sana tahun 270 H. Madzhab ini berkembang di Andalus hingga abad ke-5 H, kemudian berangsur-angsur mundur, hingga lenyap sama sekali di abad ke-8.

e) Madzab Ath Thabari

Pembangun madzhab ini adalah Abu Ja‟far bin Jarir al-Thabary, dilahirkan tahun 224 H dan wafat di Baghdad tahun 320 H. Beliau terkenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah dan ahli tafsir. Mula-mulanya beliau mempelajari fiqh As-Syafi‟i dan Malik serta fiqh ulama Kufah, kemudian membentuk madzhab sendiri yang berkembang di Baghdad. Diantara pengikutnya ialah Abu al-Farj al-Nahrawi. Madzhabnya lenyap pada pertengahan abad ke-5 H.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut akan saya jabarkan dalam beberapa bagian, bertujuan untuk pembaca lebih mengerti secara dalam terutama mengenai Struktur dan Skala Upah, dan akhirnya memiliki

Dengan demikian, Hipotesis yag menyatakan bahwa LDR, IPR, NPL, APB,IRR, BOPO, FBIR secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Pembangunan

Model perilaku ekologi Fietkau & Kessel (Kollmus, 2002) memiliki lima komponen yaitu : 1) Pengetahuan lingkungan, pengetahuan tidak mempengaruhi perilaku

Perbedaan hanya terletak pada hasil akhir setelah membagi penjumlahan tersebut dengan jumlah kuesioner yang dibagikan, yaitu jika hasilnya positif atau lebih besar dari nol

Sedangkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam perspektif keadilan yaitu hendaknya semua daerah diberlakukan bagi hasil dengan persentase yang sama

merely translate the translation units from target language into mother tongue and... During applying translation, the teacher could not always translate word

Tujuan utama dari kegiatan media relations adalah pemeliharaan hubungan baik dengan pers, agar Humas Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika tidak

7 Sehingga memungkinkan cemaran logam berat juga terjadi di kawasan pesisir Kota Makassar dimana pertimbangan berikut ini bahwa di kawasan pesisir Kota Makassar, penggunaan lahan