• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BIOMEKANIKA

6623 – TAUFIQUR RACHMAN

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

TKT207

|

ERGONOMI DAN

PERANCANGAN

(2)

KEMAMPUAN AKHIR YANG

DIHARAPKAN

Mampu merancang sistem kerja yang ergonomis

berdasarkan biomekanika.

INDIKATOR PENILAIAN

Ketepatan dalam merancang sistem kerja yang

ergonomis berdasarkan biomekanika.

(3)

BIOMEKANIKA

…(1/2)

Merupakan aplikasi mekanika pada sistem biologi.

Merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi

hasil ergonomi, yaitu penelitian tentang kekuatan fisik

manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia

ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta

peralatan yang harus dirancang agar sesuai dengan

kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja

tersebut.

Menurut Hay (1985:2), biomekanika adalah ilmu yang

mempelajari mengenai gaya-gaya internal dan eksternal yang

bekerja pada tubuh manusia dan akibat dari gaya yang

dihasilkan.

(4)

BIOMEKANIKA

…(2/2)

Menurut biomekanika_teaching.htm (2008:1):

Mekanika merupakan salah satu cabang ilmu dari bidang

ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan

bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan

mekanik yang disebut gaya. Mekanika merupakan cabang

ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika.

Kemudian biomekanika merupakan bidang ilmu aplikasi

mekanika pada sistem biologi, kombinasi antara disiplin

ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan

fisiologi, dan prinsip mekanika dipakai dalam

penyusunan konsep, analisis, desain dan pengembangan

peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.

(5)

STUDI BIOMEKANIKA

Dapat diterapkan pada:

Perancangan kembali pekerjaan yang sudah

ada,

Evaluasi pekerjaan,

Penyaringan pegawai,

Tugas-tugas penanganan manual,

Pembebanan statis, dan

Penentuan sistem waktu.

(6)

PRINSIP BIOMEKANIKA

1)

Kurangi berat benda yang ditangani.

2)

Manfaatkan dua atau lebih orang untuk memindahkan barang yang berat.

3)

Ubahlah aktivitas jika mungkin, sehingga lebih mudah, ringan dan tidak

berbahaya.

4)

Minimasi jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir pada

pemindahan barang.

5)

Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.

6)

Kurangi frekuensi pemindahan.

7)

Berikan waktu istirahat.

8)

Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan

tenaga.

9)

Rancang container agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat

dengan tubuh.

(7)

DASAR PERANCANGAN BIOMEKANIKA

A. MEMILIH INDIVIDU

1)

Jangan memilih yang stereotif

2)

Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian

B. TEKNIK MENGAJAR

3)

Gunakan pemindahan dengan “gaya bebas (free style)”

4)

Jangan tergelincir

5)

Jangan bertindak bodoh

6)

Jangan melintir (twist) ketika bergerak

C. MERANCANG KERJA

7)

Letakan beban yang kompak container

8)

Jangan meletakkan beban di atas lantai

9)

Genggamlah dengan baik

10) Pertahankan beban dekat dengan beban

11) Jangan memindahkan barang di atas bahu

(8)

KETERANGAN A.1) & A.2)

A.1) Jangan memilih yang stereotipe.

Pemilihan

berdasarkan

keserupaan

merupakan

diskriminasi. Variabilitas individu yang besar meskipun

dalam suatu populasi. Pengaruh umur terhadap

kapabilitas tidak sebesar pengaruh suseptibilitas

terhadap sakit (injury). Rata-rata wanita memindahkan

60% dibandingkan rata-rata pria.

A.2) Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian.

Orang yang kuat memindahkan lebih banyak dan lebih

aman daripada orang yang lemah. Pemilihan

berdasarkan kelompok otot yang digunakan untuk

pekerjaan spesifik, bukan dengan berdasar sinar-X.

(9)

KETERANGAN B.3) S/D B.6)

B.3) Gunakan pemindahan dengan “gaya bebas” (free style).

Pemindahan squat membutuhkan energi lebih, otot kaki

yang lebih kuat dan jarang digunakan, squat baik untuk

beban yang berat dan kelompok.

B.4) Jangan tergelincir.

Jaga agar kaki terpisah, kaki yang berlawanan did depan

jika berputar, gunakan alas kaki anti-gelincir.

B.5) Jangan bertindak bodoh.

Kerjakan dengan tenang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu

lambat.

B.6) Jangan melintir (twist) ketika bergerak.

(10)

KETERANGAN C.7) S/D C.11)

C.7) Letakan beban yang kompak container.

Pemegangan adalah hal yang utama. Kontainer yang sulit ditangani membuat

aspek biomekanika menjadi buruk dan menghalangi pandangan.

C.8) Jangan meletakkan beban di atas lantai.

Biomekanika menjasi buruk saat mengangkat maupun menaruh, ditambah

ekstra metabolisme untuk gerakan tubuh. Setinggi lutut yang terbaik.

C.9) Genggamlah dengan baik.

Pegang dengan tangan, jangan dengan ujung jari. Jangan memegang pada

bagian yang tajam.

C.10) Pertahankan beban dekat dengan beban.

Berguna untuk meniminasi torsi. Jangan menggunakan baju yang dapat

menyangkut pada beban.

C.11) Jangan memindahkan barang di atas bahu.

(11)

FATIGUE (KELELAHAN)

…(1/2)

Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada

syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak dapat

berfungsi sebagai mana mestinya.

Semakin berat beban yang dikerjakan dan gerakan

semakin tidak teratur, maka timbulnya fatigue lebih

cepat.

Timbulnya fatigue ini perlu dipelajari untuk

menentukan tingkat kekuatan otot manusia,

sehingga pekerjaan yang akan dilakukan atau

dibebankan dapat sesuai dengan kemampuan otot

tersebut.

(12)

FATIGUE (KELELAHAN)

…(2/2)

Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal, yaitu:

1) Perasaan lelah,

2) Perubahan fisiologis tubuh,

3) Menurunnya kemampuan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue adalah:

1) Tenaga yang dikeluarkan,

2) Frekuensi dan lamanya bekerja,

3) Cara dan sikap melakukan aktivitas,

4) Jenis olahraga,

5) Jenis kelamin, dan

6) Umur.

(13)

RWL (Recommended Weight Limit)

Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) mengidentifikasi adanya masalah back injuries yang

dipublikasikan dalam The Work Practices Guide for Manual Lifting

(Henry, et al, 1993).

Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi pada punggung

manusia.

Salah satu metode NIOSH adalah RWL yang ditetapkan pada tahun

1991 di Amerika Serikat.

Metode RWL adalah metode yang merekomendasikan batas beban

yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun

pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalam jangka waktu

yang lama.

Input metode RWL adalah jarak beban terhadap manusia, jarak

perpindahan, dan postur tubuh (sudut yang dibentuk).

(14)

PERSAMAAN RWL

Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk

diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah

sebagai berikut (Waters, et al, 1993):

𝑹𝑾𝑳 = 𝑳𝑪 × 𝑯𝑴 × 𝑽𝑴 × 𝑫𝑴 × 𝑨𝑴 × 𝑭𝑴 × 𝑪𝑴

Keterangan:

LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg

HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H

VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 − 0,003 𝑉 − 75

VM untuk orang Indonesia = 1 − 0,00326 𝑉 − 69

DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D

AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 – 0,0032(°)

FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi

(15)

CATATAN PERSAMAAN RWL

H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik

pusat tubuh.

V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai

D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai

tujuan

A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.

Persamaan RWL dari NIOSH berlaku pada keadaan (Waters, et al, 1994):

1) Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan

ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.

2) Beban diangkat dengan kedua tangan.

3) Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu

maksimal 8 jam.

4) Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk

atau berlutut.

(16)

Tabel CM (Coupling Multiplier)

Coupling

Type

V < 30 inchies

(75 cm)

V > 30 inchies

(75 cm)

Good

1,00

1,00

Fair

0,95

1,00

Poor

0,90

0,95

(17)

Tabel Frekuensi Multiplier

...(1/2)

Frekuensi

Lifts/min

≤ 1 jam

≤ 2 jam

≤ 8 jam

V < 75

V ≥ 75

V < 75

V ≥ 75

V < 75

V ≥ 75

0,2

1,00

1,00

0,95

0,95

0,85

0,85

0,5

0,97

0,97

0,92

0,92

0,81

0,81

1

0,94

0,94

0,88

0,88

0,75

0,75

2

0,91

0,91

0,84

0,84

0,65

0,65

3

0,88

0,88

0,79

0,79

0,55

0,55

4

0,84

0,84

0,72

0,72

0,45

0,45

5

0,80

0,80

0,60

0,60

0,35

0,35

6

0,75

0,75

0,50

0,50

0,27

0,27

7

0,70

0,70

0,42

0,42

0,22

0,22

(18)

Tabel Frekuensi Multiplier

...(2/2)

Frekuensi

Lifts/min

≤ 1 jam

≤ 2 jam

≤ 8 jam

V < 75

V ≥ 75

V < 75

V ≥ 75

V < 75

V ≥ 75

8

0,60

0,60

0,35

0,35

0,18

0,18

9

0,52

0,52

0,30

0,30

0,00

0,15

10

0,45

0,45

0,26

0,26

0,00

0,13

11

0,41

0,41

0,00

0,23

0,00

0,00

12

0,37

0,37

0,00

0,21

0,00

0,00

13

0,00

0,34

0,00

0,00

0,00

0,00

14

0,00

0,31

0,00

0,00

0,00

0,00

15

0,00

0,28

0,00

0,00

0,00

0,00

>15

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

(19)

PERHITUNGAN RWL & LI

Dalam praktik pengangkatan material secara manual, terdapat 2 kondisi

kritis yang harus ditinjau RWL-nya, yaitu:

a)

Kondisi awal pengangkatan (origin)

b)

Kondisi akhir pengangkatan (destination)

Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWL

yang paling kecil.

Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index (LI),

untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko

cedera tulang belakang, dengan menggunakan persamaan:

𝑳𝑰 =

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏

𝑹𝑾𝑳

Jika LI > 1, aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.

Jika LI < 1, aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang

(20)

ANALISIS METODE REBA

Pada tahun 1995, McAtamney dan Hignett

memperkenalkan metode Rapid Entery Body

Assesment (REBA).

Metode tersebut dapat digunakan secara cepat

untuk menilai postur seorang pekerja.

Input yang digunakan dalam metode REBA

adalah pengambilan data postur pekerja

menggunakan handycam, penentuan sudut pada

batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan

bawah dan pergelangan tangan.

(21)

PROSES METODE REBA

Mulai

Merekam postur dengan

handycam

Menentukan sudut pada

postur pekerja

Menentukan berat badan,

coupling & aktivitas

Perhitungan skor REBA

berdasarkan tabel REBA

Mengelompokkan ke

action level metode REBA

(22)

PROSES #1

Merekam postur dengan handycam (Pengambilan data

postur kerja dengan menggunakan foto atau video).

Dengan melakukan perekaman atau pemotretan

postur tubuh pekerja, maka dapat diperoleh

gambaran sikap pekerja dan leher, punggung, lengan,

pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci.

Hal ini dikarenakan untuk penelitian diperlukan data

yang detail, sehingga peneliti dapat menghasilkan

data yang akurat untuk tahap perhitungan bobot dan

analisis.

(23)

PROSES #2

Menentukan sudut pada postur pekerja (Penentuan sudut-sudut dari bagian

tubuh pekerja).

Setelah hasil rekaman ataupun foto postur pekerja diperoleh, kemudian

dilakukan perhitungan terhadap besar sudut dari masing-masing segmen

tubuh yaitu punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah,

pergelangan tangan, dan kaki.

Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu grup A dan B.

Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher, dan kaki.

Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan

tangan.

Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui

skornya.

Kemudian dengan skor tersebut, digunakan untuk melihat tabel A untuk

grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor masing-masing tabel.

(24)

GAMBAR RANGE PERGERAKAN

PUNGGUNG

(25)

TABEL SKOR PERGERAKAN PUNGGUNG

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

Tegak/ Alamiah

1

+1 jika memutar

atau miring ke

samping

0° - 20° flexion

2

0° - 20° extention

20° - 60° flexion

3

>20° extention

>20° flexion

4

(26)
(27)

TABEL SKOR PERGERAKAN LEHER

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

0° - 20° flexion

1

+1 jika memutar

atau miring ke

samping

>20° extention atau

in-extention

2

(28)
(29)

TABEL SKOR PERGERAKAN KAKI

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

Kaki tertopang, bobot

tersebar merata, jalan

atau duduk

1

+1 jika lutut

antara 30° dan

60° flexion.

+2 jika lutut

lebih dari 60°

flexion

(tidak

ketika duduk).

Kaki tidak tertopang,

bobot tidak tersebar

merata/postur tidak

stabil

(30)

GAMBAR RANGE PERGERAKAN

LENGAN ATAS

(31)

TABEL SKOR PERGERAKAN LENGAN ATAS

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

20° extention sampai

20° flexion

1

+1

jika

posisi

lengan:

abducted

rotated.

+1

jika

bahu

ditinggikan.

+1 jika bersandar,

bobot

lengan

ditopang

atau

sesuai gravitasi

>20° extention

20° - 45° flexion

2

45° - 90° flexion

3

>90° flexion

4

(32)

GAMBAR RANGE PERGERAKAN

LENGAN BAWAH

(33)

TABEL SKOR PERGERAKAN

LENGAN BAWAH

Pergerakan

Skor

60° - 100° flexion

1

(34)

GAMBAR RANGE PERGERAKAN

PERGELANGAN TANGAN

(35)

TABEL SKOR PERGERAKAN

PERGELANGAN TANGAN

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

0° - 15° flexion atau

extention

1

+1 jika

pergelangan

tangan

menyimpang atau

berputar

>15° flexion atau

extention

2

(36)

PROSES #3

Menentukan berat badan, coupling dan aktivitas

(Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan

aktifitas pekerja).

Berikut adalah skor untuk faktor berat benda yang

diangkat, coupling dan aktivitas pekerja:

Tabel Skor Berat Beban Yang Diangkat

0

1

2

+1

<5 kg 5 – 10 kg >10 kg

Penambahan beban

yangtiba-tiba atau secara

(37)

TABEL SKOR COUPLING

0 (Good)

Pegangan pas dan tepat di tengah,

genggaman kuat

1 (Fair)

Pegangan tangan bisa diterima tapi tidak

ideal atau coupling lebih sesuai digunakan

oleh bagian lain dari tubuh

2 (Poor)

Pegangan tangan tidak bisa diterima

walaupun memungkinkan

+1(Un-acceptable)

Dipaksakan, genggaman yang tidak aman

tanpa pegangan, coupling tidak sesuai

digunakan oleh bagian lain dari tubuh

(38)

TABEL ACTIVITY SCORE

+1 Jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan

lebih dari 1 menit

+1

Jika pengulangan gerakan dalam waktu

singkat, diulang lebih dari 4 kali per menit

(tidak termasuk berjalan)

+1

Jika gerakan menyebabkan perubahan atau

pergeseran postur yang cepat dari postur

awal

(39)

PROSES #4

Perhitungan skor REBA berdasarkan tabel

REBA (Perhitungan nilai REBA untuk postur

yang bersangkutan).

Terdapat 3 tabel untuk menentukan skor

REBA:

Tabel A

Tabel B

Tabel C

(40)

PERHITUNGAN SKOR A

Skor

Punggung

Skor Leher

Skor Kaki

Skor

Tabel

A

Skor

Tabel

A

Skor

Berat

Beban

Skor

Grup

A

(41)
(42)

PERHITUNGAN SKOR B

Skor Lengan

Atas

Skor Lengan

Bawah

Skor

Pergelangan

Tangan

Skor

Tabel

B

Skor

Tabel

B

Skor

Coupling

Skor

Grup

B

(43)
(44)

PERHITUNGAN SKOR REBA

Skor

Grup

A

Skor

Grup

B

Skor

Tabel

C

Skor

Tabel

C

Activity

(45)

TABEL

(46)

AL

UR METODE RE

(47)

TABEL LEVEL RISIKO & TINDAKAN

Action

Level

REBA

Skor

Risiko

Level

Perbaikan

Tindakan

0

1

Bisa diabaikan

Tidak perlu

1

2 – 3

Rendah

Mungkin perlu

2

4 – 7

Sedang

Perlu

3

8 – 10

Tinggi

Perlu segera

4

11 – 15

Sangat tinggi

Perlu saat ini juga

(48)

ANALISIS METODE RULA

Tahun 1993, Dr. Lynn McAtamney memunculkan metode RULA (Rapid

Upper Limb Assessment) yang merupakan metode cepat penilaian postur

tubuh bagian atas.

Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan

bawah, punggung, dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang

dipakai (statis/dinamis), dan jumlah pekerjaan.

Metode ini menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan

seperti resiko pada pekerjaan yang berhubungan dengan upper limb

disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang

berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan

dan kerja statis yang berulang).

Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup, yaitu:

1)

Grup A : lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.

2)

Grup B : leher, tulang belakang dan kaki.

(49)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP A

…(1/7)

1. Lengan Atas

(50)

TABEL SKOR LENGAN ATAS

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

Untuk 20° extention

hingga 20° flexion

+1

+1 jika

pundak/bahu

ditinggikan

+1 jika lengan

atas abducted

–1 jika operator

bersandar atau

bobot lengan

ditopang

extention lebih dari

20° atau 20° - 45°

flexion

+2

45° - 90° flexion

+3

(51)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP A

…(2/7)

2. Lengan Bawah

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari

penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut yaitu:

(52)

TABEL SKOR LENGAN BAWAH

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

60° - 100° flexion

+1

+1 jika lengan

bekerja melintasi

garis tengah badan

atau keluar dari

sisi

Kurang dari 60° atau

(53)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP A

…(3/7)

3. Pergelangan Tangan

Panduan untuk

pergelangan tangan

dikembangkan dari

penelitian Health and

Safety Executive,

digunakan untuk

menghasilkan skor

postur sebagai

berikut:

(54)

TABEL SKOR

PERGELANGAN TANGAN

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

Berada pada posisi

netral

+1

+1 jika

pergelangan

tangan

menyimpang atau

berputar

0° - 15° flexion

maupun extention

+2

15° atau lebih flexion

(55)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP A

…(4/7)

4. Putaran Pergerakan Tangan (PPT)

Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang

dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur

netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:

Tabel Skor Putaran Pergerakan Tangan

Pergerakan

Skor

Pergelangan tangan berada pada rentang

menengah putaran

+1

Jika pergelangan tangan pada atau hampir

(56)

TABEL GRUP A

…(1/2)

Lengan

Atas

Lengan

Bawah

Pergelangan Tangan

1

2

3

4

PPT

PPT

PPT

PPT

1

2

1

2

1

2

1

2

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

2

3

3

3

3

3

4

4

2

1

2

3

3

3

3

4

4

4

2

3

3

3

3

3

4

4

4

3

2

4

4

4

4

4

5

5

3

1

3

3

4

4

4

4

5

5

2

3

4

4

4

4

4

5

5

(57)

TABEL GRUP A

…(1/2)

Lengan

Atas

Lengan

Bawah

Pergelangan Tangan

1

2

3

4

PPT

PPT

PPT

PPT

1

2

1

2

1

2

1

2

4

1

4

4

4

4

4

5

5

5

2

4

4

4

4

4

5

5

5

3

4

4

4

5

5

5

6

6

5

1

5

5

5

5

5

6

6

7

2

5

6

6

6

6

7

7

7

3

6

6

6

7

7

7

7

8

6

1

7

7

7

7

7

8

8

9

2

8

8

8

8

8

9

9

9

3

9

9

9

9

9

9

9

9

(58)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP A

…(5/7)

5. Otot

Tabel Otot

Pergerakan

Skor

Postur statis, berlangsung selama 10

menit atau lebih

+1

Gerakan berulang 4 kali atau lebih

(59)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP A

…(6/7)

5. Beban

Tabel Beban

Pergerakan

Skor

Beban < 2 kg, intermiten

0

Beban 2-10 kg, intermiten

+1

Beban 2-10 kg, statis atau repetitif

+2

Beban >10 kg, refetitif atau dengan kejutan

+3

(60)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP A

…(7/7)

Skor A (Hasil dari Tabel A)

Skor penggunaan otot grup A

Skor tenaga (beban) grup A

Skor

C

(61)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP B

…(1/6)

1. Leher

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan

pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et

al. Skor dan kisaran tersebut adalah:

(62)

TABEL SKOR LEHER

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

0° - 10° flexion

+1

+1 jika leher

diputar atau posisi

miring,

dibengkokkan ke

kanan atau kiri.

10° - 20° flexion

+2

20° atau lebih flexion

+3

(63)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP B

…(2/6)

2. Punggung

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy,

Grandjean dan Grandjean et al:

(64)

TABEL SKOR PUNGGUNG

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

Duduk dan ditopang

dengan baik dengan

sudut paha tubuh 90°

atau lebih

+1

+1 jika tubuh

diputar

+1 jika tubuh

miring

kesamping

0° - 20° flexion

+2

20° - 60° flexion

+3

(65)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP B

…(3/6)

3. Kaki

Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan

sebagai berikut:

Tabel Skor Kaki

Pergerakan

Skor

Kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata

+1

Berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki

dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.

+1

Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar

(66)

TABEL GRUP B

…(1/2)

Leher

Punggung

1

2

3

4

5

6

Kaki

Kaki

Kaki

Kaki

Kaki

Kaki

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2

2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3

3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4

5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5

7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6

8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

(67)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP B

…(4/6)

4. Otot

Tabel Skor Otot

Pergerakan

Skor

Postur statis, berlangsung selama 10

menit atau lebih

+1

Gerakan berulang 4 kali atau lebih

(68)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP B

…(5/6)

5. Beban

Tabel Skor Beban

Pergerakan

Skor

Beban < 2 kg, intermiten

0

Beban 2-10 kg, intermiten

+1

Beban 2-10 kg, statis atau repetitif

+2

Beban >10 kg, refetitif atau dengan

(69)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

GRUP B

…(6/6)

Skor B (Hasil dari Tabel B)

Skor penggunaan otot grup B

Skor tenaga (beban) grup B

Skor

D

(70)

LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA

Skor

C

Skor

D

Grand Skor

(Grand

Score)

(71)

TABEL GRAND SCORE

Skor D

1

2

3

4

5

6

7+

Skor

C

1

1

2

3

3

4

5

5

2

2

2

3

4

4

5

5

3

3

3

3

4

4

5

6

4

3

3

3

4

5

6

6

5

4

4

4

5

6

7

7

6

4

4

5

6

6

7

7

7

5

5

6

6

7

7

7

8

5

5

6

7

7

7

7

(72)

AL

UR METODE

(73)

TABEL ACTIVITY SCORE

Action

Level

Skor

RULA

Tindakan

1

1 atau 2 Bisa diterima jika tidak dipertahankan atau

tidak berulang dalam periode yang lama

2

3 atau 4 Diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga

diperlukan perubahan-perubahan

3

5 atau 6

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera

dilakukan

4

7

dan perubahan diperlukan dengan segera

Kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan

(saat itu juga)

(74)

CATATAN METODE RULA

Metode RULA memiliki keterbatasan dalam pengukurannya,

diantaranya (Corlett,1998):

a) Tangan: metode ini tidak bisa mengukur gerakan tangan

menggenggam, meluruskan, memutar, memerlukan tekanan

pada telapak tangan.

b) Tempat kerja: metode ini tidak mengukur antropometri

tempat kerja yang dapat menyebabkan terjadinya postur

janggal.

c)

Ketidaknyamanan: metode ini tidak mengukur derajat

ketidaknyamanan akibat dimensi fisik tempat kerja.

Meskipun begitu, metode ini juga memiliki banyak keuntungan

yaitu mudah digunakan, cepat, praktis, dapat dikombinasikan

dengan metode lainnya dan dapat dijadikan sebagai pedoman

dalam melakukan investigasi lebih lanjut tindakan perbaikan.

(75)

Gambar

Tabel CM (Coupling Multiplier)  Coupling  Type  V &lt; 30 inchies (75 cm)  V &gt; 30 inchies (75 cm)  Good  1,00  1,00  Fair  0,95  1,00  Poor  0,90  0,95
GAMBAR RANGE PERGERAKAN  PUNGGUNG
TABEL SKOR PERGERAKAN PUNGGUNG
GAMBAR RANGE PERGERAKAN LEHER
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur | 3.. hortikultura; 6) Sertifikasi bibit unggul pertanian; 7) Pembinaan irigasi pertanian dan adaptasi perubahan iklim; 8) Pembinaan

Adapun yang menjadi tujuan dala m penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan ragam hias Batak Toba dengan penggunaan

Berdasarkan hasil uji t ( parsial ) menunjukkan hasil bahwa variabel kualitas pelayanan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (5,674&gt;0,000) dan tingkat signifikan

Dalam hal ini, kru yang lengkap tidak diperlukan, dan mungkin lebih mudah untuk merubah hanya shift awal dan shift sore, dan mengoperasikan shift malam yang lebih

Elemen penyusun lanskap yang ada pada setting yang berlandaskan teori lanskap yang membagi elemen lanskap menjadi 3 (Burton, 1995) yaitu bentang alam, vegetasi

Model LP adalah sebuah model matematis yang bersifat umum yang digunakan untuk mengalokasikan faktor produksi atau sumber daya yang jumlahnya terbatas secara optimal, sehingga.

• Mencakup pengaturan unsur fisik dari fasilitas industri baik yang sudah diterapkan ataupun yang baru direncanakan, meliputi ruangan yang diperlukan untuk

tidak semua nelayan mengetahui adanya IFM yang mampu menghasilkan produk berupa ice flake ini di Kota Padang ditambah lagi minimnya pengetahuan nelayan tentang