• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI PT PINDAD (PERSERO) DALAM PROGRAM PEMBINAAN MITRA UNGGULAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNIKASI PT PINDAD (PERSERO) DALAM PROGRAM PEMBINAAN MITRA UNGGULAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RADIANT Journal of Applied, Social and Education Studies Volume 1, No. 2, Desember 2020, hal. 74 - 100

74

KOMUNIKASI PT PINDAD (PERSERO) DALAM PROGRAM

PEMBINAAN MITRA UNGGULAN

IBNU

ASHARI

FUAD,

AGUS

RAHMAT,

YUSTIKASARI

1Prodi Humas Fikom Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Ir. Sukarno No.KM 21, Hegarmanah, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363

Ashariibnu16@gmail.com

2Prodi Humas Fikom Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Ir. Sukarno No.KM 21, Hegarmanah, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363

agus.rahmat@unpad.ac.id

3 Prodi Humas Fikom Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Ir. Sukarno No.KM 21, Hegarmanah, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363

yustikasari39@gmail.com Abstrak

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan merupakan konsep pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial yang dilaksanakan oleh seluruh BUMN. Program Kemitraan meliputi pemberian bantuan modal kepada UMKM yang memiliki potensi dan prospek untuk dikembangkan. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan manajerial serta peningkatan kemampuan produksi, pemasaran, dan lain-lain sehingga UMKM yang dibina dapat menjadi usaha yang mandiri dan berkembang. Sejalan dengan ini, PT Pindad (Persero) membentuk Program Pembinaan Mitra Unggulan guna mewadahi UMKM yang siap untuk dimandirikan. Dampak yang dialami oleh target sasaran pada program ini membawa Pindad meraih penghargaan dalam ajang ICSRA ke-3 tahun 2019. Dalam program ini terlihat bahwa komunikasi yang terjalin antara Pindad dengan UMKM berlangsung baik dan memperoleh penerimaan serta komunikasi yang dijalankan tidak bersifat menggurui. Penelitian ini berjenis penelitian studi kasus dengan jenis data kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pencarian informasi yang dilakukan, bagaimana pendekatan yang dilakukan, bagaimana komunikasi dalam implementasi program, dan komunikasi seperti apa yang digunakan dalam evaluasi program. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara, observasi, dan studi pustaka dengan teknik validitas data berjenis triangulasi sumber. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pencarian informasi yang dilakukan sesuai dengan model pencarian informasi yang dikemukakan oleh David Ellis dengan tahapan starting, chaining, differentiating, browsing, monitoring, dan extracting. Penedekatan bersifat Informatif dan Persuasif yang bersifat respon proaktif, reaktif, dan akomodatif. Pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan merupakan tahap lanjutan dari pembinaan UMKM, pembagian kerja dilakukan dengan pendekatan kualitas. Evaluasi yang dilakukan menggunakan kuesioner dan pemantauan. Evaluasi juga dilakukan kepada implementasi jadwal, target, tujuan, dan anggaran.

(2)

75

PT PINDAD (PERSERO) COMMUNICATION

METHODS IN THE TRAINING PROGRAM FOR

LEADING FLAGSHIP PARTNER

Abstract

The Partnership and Community Development Program is a concept for implementing Social Responsibility implemented by all BUMN. The Partnership Program includes providing capital assistance to MSMEs that have the potential and prospects to be developed. The target to be achieved is to improve entrepreneurial and managerial skills as well as an increase in production, marketing, and so on so that the fostered MSMEs can become independent and developing businesses. In line with this, PT Pindad (Persero) formed a Training Program for Leading Flagship Partner to accommodate MSMEs that are ready to be independent. The impact was made by the targets on the program that led Pindad to win an award at the 3rd ICSRA event in 2019. In this program, it can be seen that the communication that exists between Pindad and MSMEs is going well, accepting acceptance and communication that is not patronizing. This research is a case study research type with qualitative data to see how information search is carried out, how the approach is taken, how communication is used in implementation, and what kind of communication is used in evaluation. The data technique used was an interview, observation, and literature study with the data validity technique of triangulation type. The results revealed that information search was carried out by the information retrieval model proposed by David Ellis with the stages of starting, chaining, differentiating, browsing, monitoring, and extracting. The nature is informative and persuasive which is responsive, reactive, and accommodating. The implementation of the Training Program for Leading Flagship Partner is an advanced stage of MSMEs development. The evaluation was carried out using a questionnaire and monitoring. Evaluation is also carried out on the implementation of schedules, targets, goals, and budgets.

Keywords: PKBL; CSR; Communication; MSMEs; Superior PENDAHULUAN

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan menurut Hartman dalam (Widenta, 2011) adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Serta bagaimana memberikan pengaruh terhadap bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan juga digunakan oleh banyak perusahaan sebagai alat untuk memperoleh profit yang berbentuk dukungan publik untuk mendukung jalannya usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan.

(3)

76 Pada tahun 2015 Kementerian BUMN menerbitkan aturan mengenai landasan-landasan penerapan Corporate Social Responsibility kedalam konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Kegiatan Program Kemitraan yang telah dirumuskan dalam Peraturan Menteri BUMN meliputi pemberian bantuan modal kepada usaha kecil milik pribadi atau bukan merupakan anak dari perusahaan lain serta memiliki potensi dan prospek untuk dikembangkan. Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Kemitraan adalah meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan manajerial serta memberikan bantuan permodalan, peningkatan kemampuan produksi, pemasaran, dan lain-lain sehingga usaha kecil yang dibina dapat menjadi usaha yang tangguh, mandiri, dan diharapkan dapat berkembang menjadi usaha menengah bahkan besar.

Selain pemberian bantuan modal usaha, PKBL PT. Pindad (Persero) juga memiliki Program Pembinaan untuk para Mitra Binaan guna meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam hal pembukuan dasar akuntansi, pembuatan neraca keuangan, peningkatan kapasitas dan kualitas usaha, quality control terhadap produk, dan memperluas pemasaran dengan keikutsertaan Mitra Binaan dalam suatu pameran. Tidak hanya itu, PKBL PT Pindad (Persero) juga membentuk Mitra Unggulan yang mana mitra yang termasuk kedalamnya merupakan mitra yang dinilai sudah mampu dipromosikan untuk naik kelas atau dimandirikan. Mitra Unggulan juga tentunya akan mendapatkan tambahan pembinaan. Pembinaan yang dijalankan merupakan penambahan pelatihan yang difokuskan dan disesuaikan kepada kebutuhan Mitra tersebut guna mempersiapkan kegiatan usahanya untuk menjadi usaha yang mandiri.

Dengan adanya Program Pembinaan tersebut, para Mitra Binaan dapat secara langsung memperoleh keuntungan dari keikutsertaan dalam Program Kemitraan. Salah satunya, seperti usaha Home Industry bernama Indorifle yang terletak di Jl. Kolonel Achmad Syam Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Sejak bergabung dalam Program Kemitraan dari Fungsi PKBL PT. Pindad (Persero), Indorifle yang terklasifikasi sebagai Mitra Unggulan mengalami kenaikan pada omset dan juga profit pertahunnya. Berikut adalah data akitivitas ekonomi Indorifle dari tahun 2016 hingga tahun 2019.

(4)

77 Tabel 1 Aktivitas Ekonomi Indorifle tahun 2016-2019

Grafik 1 Aktivitas Ekonomi Indorifle tahun 2016-2019

Berdasarkan testimoni Bapak Syamsudin selaku pemilik usaha Indorifle, ia mengatakan bahwa fenomena kenaikan omset dan profit serta kemajuan usaha yang dialami olehnya adalah berkat dari Program Pembinaan Mitra yang diadakan oleh PKBL PT. Pindad (Persero).

Sehubungan dengan fenomena yang terjadi pada Indorifle, PT. Pindad (Persero) memperoleh penghargaan pada bidang CSR dalam ajang ICSRA ke-3 pada kategori Strategic Industry Predikat Platinum dengan skor 89,40. PT Pindad (Persero) juga berhasil menjadi BUMN yang unggul dari perusahaan lainnya yang sama-sama bergerak pada bidang Industri Strategis. Perolehan penghargaan ini berdasarkan kepada indikator penilaian yang mencakup publikasi kegiatan, keterlibatan stakeholder, cakupan program CSR, dan dampak jangka panjang dari program CSR yang telah dijalankan oleh Perusahaan.

Pelaksanaan Program Kemitraan ini diawali dengan adanya isu kekurangan modal yang terjadi pada UKM yang berada disekitar lokasi usaha PT Pindad (Persero) khususnya UKM yang bergerak dibidang senapan angin. Kemudian

Tahun

Penjualan

Pengeluaran

Pendapatan

2016

960.000.000

840.000.000

120.000.000

2017

1.398.000.000 1.059.000.000

339.000.000

2018

1.575.000.000 1.150.000.000

425.000.000

2019

1.604.000.000 1.033.000.000

571.000.000

0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2016 2017 2018 2019 Penjualan Pengeluaran Pendapatan

(5)

78 kurangnya pengetahuan atau skill yang berkenaan dengan manajemen dan pengelolaan bisnis, maka PT Pindad (Persero) membentuk Program Pembinaan Mitra guna mewadahi dan menjawab kebuthan para mitra binaan. Selain itu, kebutuhan para mitra binaan yang sudah siap dimandirikan (Mitra Unggulan) untuk memperoleh pembinaan yang khusus sesuai dengan kekurangan yang dialami mitra binaan tersebut merupakan alasan pembentukan Program Pembinaan Mitra Unggulan.

Komunikasi yang terjalin diantara PT Pindad (Persero) dengan Mitra Binaannya termasuk baik, dengan adanya kelompok komunikasi didalam Whatsapp, PT Pindad (Persero) dapat berkomunikasi dengan para mitra binaannya dimanapun dan kapanpun. Adanya komunikasi melalui media sosial ini juga telah melibatkan seluruh stakeholder (mitra) didalam pelaksanaan program. Selain itu, komunikasi yang dijalankan oleh PT Pindad (Persero) terlihat membuahkan penerimaan oleh para mitra binaan. Hal ini terlihat dari antusiasme para mitra binaan yang terlihat dalam setiap agenda pertemuan. Selain itu, penerimaan juga muncul dari testimoni penerima manfaat Program.

“Saya senang sekali mendapatkan pembinaan dari Pindad yang emang udah ahli buat bikin senjata De, yang tadinya kita gabisa bikin senjata yang bagus, alhamdulillah sekarang mah bisa. Orang-orang pindad juga ramah De, suka kesini buat nanyain perkembangan usaha kita. Pelatihan-pelatihan yang diadain juga bikin kita teh jadi ngerti buat ngejalanin bisnis kita, terus cara mereka ngasih pelatihan juga bikin kita seneng De, terus ga kaya ngeguruin”1

Testimoni dari Bapak Syamsudin memperlihatkan bahwa komunikasi yang terjalin antara PT Pindad (Persero) dengan para mitra binaannya membuahkan sebuah penerimaan melalui bentuk komunikasi yang ramah dan tidak menggurui pada saat pelaksanaan program pelatihan dan pembinaan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk menjadikan Program Pembinaan Mitra Unggulan PT. Pindad (Persero) sebagai Objek Penelitian.

(6)

79 Penelitian ini menggunakan teori Corporate Social Performance sebagai teori pendukung. Teori CSP merupakan penilaian kinerja sebuah perusahaan dilihat dari peran sosial CSR yang dimainkan ditengah masyarakat.

Carrol dalam (Lubis, 2008) mengemukakan bahwa CSP adalah penggabungan tiga dimensi dari corporate social responsibility, corporate social responsiveness, dan social issue.

Strand dalam (Lubis, 2008) menyatakan bahwa ketiga dimensi CSP secara fundamental terhubung untuk membentuk suatu sistem corporate social involvement dimana Social Responsibility ditentukan oleh masyarakat, dan tugas perusahaan adalah mengidentifikasi dan menganalisa perubahan ekspektasi masyarakat berkaitan dengan corporate responsibilities, menentukan seluruh pendekatan yang diperlukan untuk menjadi responsif terhadap perubahan tuntutan masyarakat tersebut, dan mengimplementasikan respon yang tepat kepada isu sosial yang relevan.

Perspektif CSP atas Social Responsiveness

Model CSP menyatakan bahwa social responsibility dan social responsiveness adalah konsep yang valid. Dalam model Carroll, social responsiveness terdiri dari pendektan – pendektan reaktif, defensif, Akomodatif, dan proaktif, sebagaimana yang dinyatakan Carroll dalam (Lubis, 2008)

Perspektif CSP atas Social Issues Management

Proses issues management beragam dari organisasi satu dengan organisasi lainnya, tetapi secara umum terdiri dari tiga tahapan yakni; identifikasi isu, analisis isu, dan pembangunan respon menurut Johnson dalam (Lubis, 2008).

Penelitian ini juga dilengkapi dengan penggunaan konseptual yang membantu penulis dalam membedah masalah yang dijadikan objek penelitian. Berikut adalah konseptual yang digunakan.

Perilaku penemuan Informasi (Information Seeking Behaviour) menurut Wilson dalam (Puri, 2013) merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. David Ellis mengungkapkan bahwa terdapat 6 tahap dalam pencarian informasi yaitu; (a) Starting yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang memulai terjadinya kegiatan pencarian informasi, (b) Chaining yang terdiri dari kegiatan mengikuti

(7)

80 rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen yang satu dengan yang lainnya. (c) Browsing yang berarti merawak, mencari tetapi dengan agak terarah, diwilayah-wilayah yang dianggap punya potensi terhadap informasi yang dibutuhkan. (d) Differentiating yaitu pemilahan, menggunakan ciri-ciri di dalam sumber informasi sebagai acuan dasar untuk memeriksa kualitas atau isi informasi. (e) Monitoring yang berarti memantau perkembangan dengan memfokuskan diri pada beberapa sumber terpilih. (f) Extracting yaitu secara sistematis menggali di satu sumber untuk mengambil informasi yang dianggap penting.

Menurut Ledingham & Bruning dalam (Noviana, 2013) relasi dapat terjalin ketika adanya persepsi dan harapan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Berdasarkan fungsi PR, relasi dapat dibagi menjadi dua jenis menurut terdapat dua jenis relasi yaitu exchange relationship dan communal relationship. Menurut (Nasor, 2013), teknik komunikasi merupakan sebuah pendekatan atau penggambaran secara sederhana mengenai proses komunikasi yang digunakan untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain. Ia juga mengungkapkan jenis pendekatan komunikasi sebagai berikut; (a) Pendekatan Informatif adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara verbal, non-verbal, maupun secara paralinguistik kepada masyarakat. (b) Pendekatan persuasif adalah pendekatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain secara halus dan tanpa paksaan. Dengan ini, maka masyarakat akan memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh mengenai arti pentingnya perubahan sosial dalam kehidupan manusia. (c) Pendekatan pervasif adalah teknik komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain secara berulang-ulang. (d) Pendekatan koersif adalah teknik komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara memaksa. (e) Pendekatan instruktif adalah teknik komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga pesan tersebut dipahami sebagai suatu perintah. (f) Hubungan manusiawi adalah teknik komunikasi dimana pesan dikemas sedemikian rupa dan disampaikan kepada masyarakat dengan menekankan pada aspek psikologis dan dilakukan secara tatap muka.

Implementasi menurut Wheelen dan Hunger dalam (Iriantara, 2013, hal. 123) pada dasarnya adalah, himpunan kegiatan dan pilihan yang diperlukan untuk menjalankan rencana implementasi tidak lain merupakan proses menjabarkan strategi dan kebijakan kedalam tindakan mengembangkan program, anggaran, dan

(8)

81 prosedur. tahap implementasi dibagi menjadi lima tahapan yakni; Pengorganisasian, Penyusunan, Pengarahan, Pengawasan, dan Penilaian.

Evaluasi menurut Steele dalam (Iriantara, 2013, hal. 147) adalah “proses penilaian secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas atau ketepatan sesuatu berdasarkan kriteria dan tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya”. Dari sisi pendekatan, evaluasi dibagi menjadi enam kategori yaitu; evaluasi untuk pengambilan keputusan, evaluasi bagian program, evaluasi jenis data dan efektivitas, evaluasi atas proses evaluasi, evaluasi pencapaian tujuan, dan evaluasi atas hasil dan dampak. Lindenmann dalam (Iriantara, 2013, hal. 152-154) mengemukakan tentang komponen-komponen yang digunakan dalam evaluasi dan pengukuran komunikasi. Keempat komponen tersebut adalah: menetapkan tujuan dan objek komunikasi terukur, mengukur keluaran (output) komunikasi, mengukur perkembangan (outgrowth) dan dampak, serta mengukur dampak kelembagaan.

Penelitian ini bertujuan untuk; (1) Mengetahui pencarian informasi yang dilakukan PT. Pindad (Persero) dalam mengidentifikasi target sasaran pada Program Pembinaan Mitra Unggulan. (2) Mengetahui pendekatan komunikasi yang digunakan PT. Pindad (Persero) dalam melakukan pendekatan kepada Mitra Unggulan. (3) Mengetahui Komunikasi yang dilakukan PT. Pindad (Persero) dalam melaksanakan Program Pembinaan Mitra Unggulan. (4) Mengetahui Komunikasi yang dilakukan PT. Pindad (Persero) saat melaksanakan evaluasi Program Pembinaan Mitra Unggulan.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus deskriptif guna memahami permasalahan yang diangkat. Menurut Yin dalam (Nur'aini, 2020, hal. 100) menyatakan bahwa pendekatan studi kasus deskriptif ialah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan memahami sebuah fenomena.

Menurut (Cresswell, 2014, hal. 4) penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial.

Proses pengambilan data yang dilakukan oleh penulis adalah:

(9)

82 Cresswell dalam (Sugiyono, 2016, hal. 224) menyatakan wawancara dalam penelitian survey dilakukan dengan cara merekam jawaban atas pertanyaan kepada responden dengan pedoman wawancara, mendengarkan jawaban, mengamati perilaku, dan merekam semua repon dari yang disurvei.

 Observasi

Cresswell dalam (Sugiyono, 2016, hal. 235) menyatakan bahwa observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan penelitian.

 Studi Literatur dan Dokumentasi

Selain melakukan observasi langsung dan wawancara, peneliti juga akan melakukan studi literatur dan studi dokumentasi. Pada studi literatur peneliti akan melakukan pengumpulan dokumen-dokumen yang sesuai dengan kasus yang dibahas baik dari berita, jurnal, maupun buku. Menurut Yin dalam (Humaira, 2018, hal. 63-64) dalam penggunaan pendekatan studi kasus, teknik analisis data yang dapat dilakukan dibagi menjadi tiga yakni:

 Deskripsi (Description)

Pada tahap ini, penulis akan memaparkan fakta mengenai Program Pembinaan Mitra Unggulan sebagaimana yang terekam dan tercatat oleh penulis dari berbagai sumber penelitian, kemudian, penulis akan memaparkan proses pencarian informasi, proses pendekatan, proses pelaksanaan, dan proses evaluasi yang dilakukan oleh PKBL PT. Pindad (Persero) pada Program Pembinaan Mitra Unggulan.

 Analisis Tema (Analysis of Theme)

Setelah melalui tahap deskripsi, selanjutnya Penulis akan menganalisis data yang menjurus kepada tema secara spesifik, kemudian Penulis akan mengumpulkan informasi dan mengelompokkannya kedalam beberapa cluster yang kemudian akan direduksi. Data akan diarahkan pada hal-hal yang sesuai dengan fokus penelitian.

 Penonjolan (Assertation)

Setelah menganalisis, data disesuaikan dengan tema yang difokuskan, Penulis akan melanjukan langkah akhir yang meliput

(10)

83 pemahaman penulis mengenai data dan penjelasannya. Peneliti dapat menginterpretasi data secara pribadi atau dengan bantuan teori.

Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling yang merupakan pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu. pertimbangan tertentu yang dimaksud adalah pertimbangan akan pemahaman orang yang dipilih sebagai informan tentang apa yang penulis inginkan, serta dapat menjelaskan informasi yang dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini merupakan individu yang memiliki kontribusi terhadap Program Pembinaan Mitra Unggulan. Pemilihan subjek dalam penelitian ini didasari oleh beberapa kriteria yaitu; (1) merupakan individu yang terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pada Program Pembinaan Mitra Unggulan, (2) merupakan individu yang tergolong atau termasuk kedalam struktural Fungsi PKBL PT Pindad (Persero) yang dimaksud adalah staf Fungsi PKBL minimal masa kerja dua tahun kebelakang, dan (3) penerima manfaat dari Program Pembinaan Mitra Unggulan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka terpilihlah beberapa Informan sebagai berikut; (1) Ami Marlinawati, Junior Manager PKBL PT Pindad (Persero), (2) Imam Santana, Staf PKBL PT Pindad (Persero) selaku penanggung jawab Program Kemitraan., (3) Aldi Riefnaldi, Staf PKBL PT Pindad (Persero) selaku penanggung jawab Program Bina Lingkungan, (4) Dwi Sumeitri, Staf PKBL PT Pindad (Persero) selaku penanggung jawab Urusan Keuangan., (5) Bapak Syamsudin, Pemilik UKM Indorifle, selaku penerima manfaat Program Pembinaan Mitra. Penelitian ini dilakukan di PT Pindad (Persero) dan observasi dilakukan pada lokasi usaha Indorifle sejak Januari hingga Maret tahun 2020.

Subjek dalam penelitian ini adalah Program Pembinaan Mitra Unggulan dimana program ini merupakan program pembinaan khusus untuk mitra yang terklasifikasi sebagai mitra unggulan. Mitra binaan akan dinyatakan sebagai Mitra Unggulan jika mitra binaan tersebut sudah siap untuk dimandirikan, kemudian dari sisi kemandirian yang terlihat dari kinerja keuangannya, kemudian dari sisi fasilitas yang dimiliki untuk menunjang usaha sudah cukup mumpuni atau setara dengan BUMN Pembina, dan layak untuk dipromosikan sebagai mitra naik kelas. Pembinaan yang dijalankan berupa pemberian pelatihan-pelatihan guna menunjang kompetensi dan keterampilan dalam menjalankan usaha yang ditekuni oleh mitra tersebut, proses monitoring dan keikutsertaan mitra dalam sebuah pameran yang diselenggarakan oleh PT Pindad (Persero) juga merupakan bagian dari Program Pembinaan Mitra Unggulan.

(11)

84 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pencarian Informasi

Pencarian informasi yang dilakukan PT Pindad (Persero) dalam Program Pembinaan Mitra ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang, prospek usaha, harta usaha, aktivitas keuangan pemilik usaha, serta kebutuhan-kebutuhan akan pengembangan terhadap usaha milik Mitra Binaan. Selain merupakan bentuk kewajiban BUMN untuk membina usaha kecil milik masyarakat, adanya pencarian informasi sebagai bentuk identifikasi digiring dengan permasalahan yang terjadi pada usaha-usaha milik masyarakat yaitu, kurangnya biaya sebagai modal untuk menjalankan usaha.

Dalam pelaksanaannya Pindad memberikan informasi terkait Program Kemitraan yang dijalankannya melalui website milik Pindad agar dapat diakses oleh semua orang bahkan para calon mitra binaan. Pencarian informasi dilakukan dengan melaksanakan pengumpulan administrasi sebagai syarat pendaftaran, seleksi berkas, observasi, dan Focus Group Disscussion

Pencarian informasi yang dilaksanakan pada Program Pembinaan Mitra Unggulan merupakan lanjutan dari proses pencarian informasi yang dilakukan sedari awal mitra masuk dan bergabung dalam Program Kemitraan, yang menjadi perbedaan ialah proses observasi dan focus group discussion yang dilakukan kembali pada saat pelaksanaan monitoring.

Dalam setiap proses pencarian informasi, PT Pindad (Persero) juga telah menerapkan enam tahapan pencarian informasi yang diungkapkan oleh David Ellis. Namun, terdapat perbedaan dimana tahap Differentiating dilakukan sebelum tahap Browsing. Berikut merupakan penjabaran proses pencarian informasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) kedalam model yang diungkapkan oleh David Ellis dalam (Puri, 2013)

a) Tahap Starting

Tahap ini merupakan sebuah awalan atau stimulus yang memancing PT Pindad (Persero) untuk mencari informasi guna melaksanakan Program Pembinaan Mitra yang berangkat dari isu kekurangan biaya untuk modal usaha yang terjadi pada usaha-usaha milik masyarakat. Pencanangan Program Pembinaan Mitra Unggulan juga hadir berdasarkan inisiasi PKBL agar memberikan dinamika baru terhadap pelaksanaan

(12)

85 Program Kemitraan agar terwujudnya peningkatan kapasitas mitra binaan.

b) Tahap Chaining

Tahap ini merupakan tahap dimana calon mitra menyerahkan persyaratan-persyaratan dan mengisi aplikasi pendaftaran untuk bergabung dalam Program Kemitraan. Tahapan ini juga termasuk kedalam proses seleksi dokumen dari para calon mitra Pada tahap ini juga secara langsung telah terjadi aktivitas sitasi, pengutipan atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen yang satu dengan yang lainnya. c) Tahapan Diffrentiating

Tahap ini merupakan tahap dimana PKBL PT Pindad (Persero) melakukan pemilahan. Pemilahan yang dimaksud adalah menyaring calon mitra yang berhasil atau lolos dari tahapan seleksi dokumen. Nantinya, calon mitra yang telah lolos seleksi dokumen ini akan masuk ke tahap observasi.

d) Tahap Browsing

Tahap ini merupakan tahapan dimana PKBL PT Pindad (Persero) datang ke lokasi usaha milik calon mitra binaan untuk melihat aktivitas usaha dan juga pencocokan data. Dalam tahap browsing ini PKBL PT Pindad (Persero) akan menggali informasi-informasi yang dapat melengkapi informasi yang didapatkan melalui berkas yang diserahkan. Tahapan ini juga dilakukan kembali pada saat mitra dinyatakan sebagai mitra unggulan

e) Tahap Monitoring

Tahapan ini merupakan aktivitas yang memantau perkembangan dengan memfokuskan diri pada beberapa sumber terpilih. Dalam tahapan ini PKBL PT Pindad (Persero) melakukan observasi kepada konsumen dari usaha milik calon mitra binaan, lingkungan sekitar lokasi usaha, dan kepada pihak yang bekerjasama dengan calon mitra binaan. Tahap ini juga dilakukan kembali saat mengidentifikasi mitra unggulan.

f) Tahap Extracting

Tahap ini dilakukan olek PKBL PT Pindad (Persero) dengan melakukan Focus Group Discussion dengan para mitra binaan ataupun dengan seluruh elemen yang terdapat didalam kegiatan usaha milik mitra unggulan guna mengidentifikasi lebih dalam lagi mengenai

(13)

kebutuhan-86 kebutuhan kompetensi dan keterampilan yang berguna untuk membantu jalannya usaha yang ditekuni oleh mitra binaan biasa maupun unggulan. Untuk memperjelas bagaimana tahapan-tahapan dalam model David Ellis ini dijalankan dalam proses pencarian informasi yang dilakukan oleh PKBL PT Pindad (Persero) peneliti akan menyajikannya melalui bagan berikut ini:

Bagan 1 Model Proses Pencarian Informasi PT Pindad (Persero)

Proses pencarian informasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) merupakan salah satu wujud dari Perspektif CSP atas Social Issues Management dalam mengidentifikasi dan menganalisa target sasaran dalam program CSR yaitu mitra binaan yang mana termasuk dalam sebuah komunitas masyarakat. Dengan dilakukannya pencarian informasi ini, PT Pindad (Persero) sudah memiliki gambaran mengenai para mitra binaan sedari mereka masih menjadi calon mitra binaan.

Namun pada pelaksanaannya, komunikasi yang dijalankan oleh Pindad relatif pasif, dikarenakan Pindad hanya menunggu para UMKM untuk mendaftarkan diri para Program Kemitraan. Untuk itu, PT Pindad (Persero) seharusnya juga melakukan usaha untuk mencari calon mitra binaan. Tidak hanya menunggu calon mitra binaan mendaftar, sehingga pola komunikasi dalam proses pencarian informasi yang dijalankan dalam Program Pembinaan Mitra menjadi aktif. Hal ini dapat dilakukan oleh PT Pindad (Persero) saat melakukan monitoring ke lokasi Mitra Binaan, dengan melakukan observasi terkait adanya UKM yang masih perlu dibina disekitar lokasi Mitra Binaan.

Tahap Starting Tahap Chaining Tahap Diffrentiating

Tahap Browsing Tahap Monitoring Tahap Extracting Program Pembinaan Mitra Unggulan

(14)

87 B. Pendekatan

Pendekatan dalam Program Pembinaan Mitra Unggulan dilakukan dengan memanfaatkan daring dengan Whatsapp dan Luring dengan komunikasi interpersonal. Pendekatan yang dilakukan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait program dan juga ajakkan agar para mitra unggulan ini menerima dan ikut serta dalam program yang akan membawa perubahan sosial yang baik untuk mereka.

Menurut (Nasor, 2013) terdapat enam jenis pendekatan dalam perubahan sosial yaitu; pendekatan Informatif, Persuasif, Pervasif, Koersif, Instruktif, dan Hubungan Manusiawi. Pendekatan yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) merupakan pendekatan dengan jenis Informatif dan Persuasif.

Pendekatan informatif bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui, mengerti dan paham akan pentingnya perubahan sosial yang dibawa oleh PT Pindad (Persero). Dalam pendekatan ini Pindad melakukan sosialisasi kepada para mitra unggulan tentang adanya kegiatan pembinaan khusus untuk para mitra unggulan melalui platform whatsapp dan juga komunikasi interpersonal. Dalam sosialisasi ini, PKBL juga memberikan pemahaman akan pentingnya untuk ikut serta dalam Program Pembinaan Mitra Unggulan yang mana pembinaan ini difokuskan khusus untuk mitra itu saja dan tujuan dari program ini adalah mempersiapkan mitra untuk dipromosikan naik kelas atau memperoleh izin usaha yang lebih tinggi lagi tingkatannya serta mitra akan dimandirikan atau dilepas dari pembinaan.

Pendekatan Persuasif digunakan untuk menyampaikan pesan secara halus dan tanpa paksaan. Dalam pendekatan ini juga target sasaran program CSR akan mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh mengenai arti pentingnya perubahan sosial untuk mereka. Dalam hal ini PT Pindad (Persero) telah melakukan pendekatan yang bersifat persuasif dengan tidak melakukan pemaksaan dan pesan yang disampaikan juga secara halus. Namun, dalam aspek pemberian gambaran yang menyeluruh dalam pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan ini tidak dilakukan, karena mitra unggulan yang menjadi target sasarannya hanya mendapatkan informasi mengenai tujuan program, manfaat program dan gambaran pelaksanaan satu agenda yang mana tidak mencakup keseluruhan agenda dalam Program Pembinaan Mitra Unggulan. Dalam hal ini, sebaiknya PT Pindad (Persero) memberikan gambaran

(15)

88 yang utuh dan selengkap-lengkapnya tentang pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan mulai dari tujuan pelaksanaan program, bentuk atau agenda-agenda pelaksanaan program, jangka waktu pelaksanaan program, hingga tahapan-tahapan yang ada dalam pelaksanaan program guna mencapai tujuan program. Dengan pemberian informasi yang utuh dan selengkap-lengkapnya ini, pendekatan kepada target sasaran program yang bertujuan untuk membujuk akan semakin maksimal.

Pendekatan yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) juga menggunakan Komunikasi interpersonal. Cara ini dijalankan dengan menyesuaikan latar belakang mitra unggulan agar maksud dan tujuan penyampaian pesan juga tercapai.

Pendekatan yang dilakukan oleh Pindad akan membuahkan hasil berupa relasi. Relasi yang terbangun antara PT Pindad (Persero) dengan para mitra binaannya termasuk kedalam jenis communal realtionship, dimana hubungan yang di jalin tidak terjadi timbal balik, namun PT Pindad (Persero) akan menerima keuntungan yang tidak dapat dirasakan secara langsung maupun secara materi atau timbal balik yang akan diperoleh berupa dukungan masyarakat yang tidak dapat digambarkan secara materi.

Pendekatan dan pembentukan relasi dengan para mitra unggulan ini juga termasuk sebagai wujud dari perspektif CSP atas Social Responsiveness dimana perusahaan harus menentukan seluruh pendekatan yang diperlukan untuk menjadi responsif terhadap kebutuhan para mitra unggulan. Pendekatan yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) merupakan bentuk respon akomodatif, reaktif, dan proaktif. Karena pendekatan yang telah dilakukan oleh PT Pindad (Persero) merupakan pendekatan yang disesuaikan dengan target sasaran, pendekatan yang cukup aktif dengan menggunakan platform whatsapp dan juga komunikasi interpersonal, serta tanggap terhadap isu yang menggejala pada target sasaran.

Pendekatan yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) terhadap target sasaran Program Pembinaan Mitra Unggulan, tidak diberlakukannya pendekatan yang bersifat defensif karena pelaksanaan program bukanlah respon yang dibangun untuk bertanggung jawab atas suatu kesalahan.

(16)

89 C. Implementasi

Pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan didasari oleh kebutuhan para mitra yang terklasifikasi sebagai Mitra Unggulan. Jenis pembinaan yang dilaksanakan adalah kegiatan pelatihan, kegiatan pameran, dan pemantauan atau monitoring kepada mitra binaan terkait hasil dari pembinaan.

Program Pembinaan Mitra Unggulan merupakan hasil tindak lanjut dari Program Pembinaan Mitra. Dalam Program Pembinaan Mitra Unggulan, pelatihan yang diberikan dikhususkan hanya untuk mitra tersebut yang telah terklasifikasi sebagai Mitra Unggulan sehingga mitra yang belum terklasifikasi sebagai Mitra Unggulan tidak akan menerima pelatihan yang sama bahkan sesama Mitra Unggulanpun akan berbeda jenis pelatihan yang diberikan. Yang menjadikan berbeda dengan pembinaan untuk mitra biasa selain pelatihannya ialah pada keikutsertaan mitra unggulan dalam kegiatan pameran pasti akan lebih diutamakan, dan teknik observasi serta monitoring yang lebih mendalam karena mitra yang terklasifikasi sebagai mitra unggulan akan dipromosikan untuk naik kelas dan juga akan dimandirikan atau dilepas dari pembinaan. Pada pelaksanaannya, kegiatan pelatihan baru saja dilaksanakan satu kali pada usaha senapan angin Indorifle. Pelatihan yang dilaksanakan mengusungkan tema Awareness Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Mitra Unggulan khususnya Indorifle pelatihan Awareness Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini didasari oleh kurangnya pemahaman dan kesadaran Indorifle untuk mengikuti aturan K3 padahal hal tersebut sangat penting diterapkan oleh seluruh pegawai yang bekerja di bengkel untuk membuat senapan angin. Dalam agenda ini, Indorifle diajarkan untuk menerapkan standar keselamatan dan kesehatan kerja, penempelan tanda-tanda atau rambu-rambu K3, serta pemberian alat pelindung diri untuk para pekerja yang ada di bengkel milik Indorifle.

Pelaksanaan monitoring dalam Program Pembinaan Mitra dilaksanakan setiap dua bulan sekali, hal ini dikarenakan banyaknya mitra yang dibina membuat monitoring kepada mitra unggulan dapat dilakukan setiap dua bulan

(17)

90 sekali agar semua mitra mendapatkan giliran monitoring. Tidak hanya itu di tahun yang sama juga Indorifle selaku mitra unggulan diikutsertakan pada kegiatan pameran yang dilaksanakan di Jakarta Convension Centre.

Gambar 1 Kegiatan Pameran Indorifle

Gambar 2 Hasil Pelatihan Awareness K3 Indorifle

Implementasi menurut Wheelen dan Hunger dalam (Iriantara, 2013, hal. 123) pada dasarnya adalah, himpunan kegiatan dan pilihan yang diperlukan untuk menjalankan rencana implementasi tidak lain merupakan proses menjabarkan strategi dan kebijakan kedalam tindakan mengembangkan program, anggaran, dan prosedur. Sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Wheelen dan Hunger maka, tahap implementasi dibagi menjadi lima tahapan yaitu Pengorganisasian, Penyusunan, Pengarahan, Pengawasan, dan Penilaian.

Pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan pada dasarnya merupakan wujud dari respon yang diterapkan oleh PT Pindad (Persero) terhadap kebutuhan para mitra unggulan. Pada prosesnya PKBL selaku pelaksana program akan menentukan rencana strategis guna memahami dengan sebaik-baiknya tentang tujuan , kebijakan, rencana, dan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan.

Dalam tahapan pengorganisasian, PKBL membagi pekerjaan secara skala besar dengan beberapa fungsi yang ada dalam struktural Sekretaris

(18)

91 Perusahaan yaitu dengan fungsi Humas untuk membantu publikasi kegiatan selain itu juga dalam pelatihan awareness K3 pada Indorifle PKBL bekerjasama dengan divisi K3 untuk memberikan materi pelatihan. Pembagian tugas ini juga sudah disertai dengan persyaratan-persyaratan untuk personil yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program.

Kemudian langkah berikutnya adalah tahap penyusunan sumber daya manusia yang diperlukan. Penyusunan sumber daya manusia dalam pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan ini tidak melalui pendekatan berdasarkan kuantitas, karena sumber daya yang ada dalam struktural PKBL ini sangat terbatas bahkan dapat dibilang kurang sehingga sistem kerja dalam setiap program CSR yang dilaksanakan selalu membentuk pantia kecil yang terdiri dari empat orang yang ada didalam PKBL. Hal ini dapat membuat tugas inti dari masing-masing elemen tidak terfokuskan. Selain itu kekurangan sumber daya manusia juga dapat berdampak kepada beban pekerjaan yang diterima masing-masing individu sangatlah berat. Dalam hal ini, Penambahan jumlah personil dalam struktural PKBL PT Pindad (Persero) merupakan jawaban dari kendala yang muncul dari pelaksanaan Program Pembinaan Mitra maupun Program Pembinaan Mitra Unggulan. Dengan adanya penambahan personil dalam struktural PKBL, pembagian kerja disetiap pelaksanaan program akan semakin terfokuskan. Selain itu, pembagian pekerjaan dalam setiap pelaksanaan program juga dapat menggunakan pendekatan secara kuantitas sehingga beban kerja yang diterima oleh setiap personil tidak sangat berat.

Pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan tidak luput dari tahap pengarahan dengan tujuan setiap elemen berfungsi dengan baik. Pada tahap pengarahan, PKBL melaksanakannya setiap satu minggu sekali pada hari senin setelah selesai briefing divisi Sekretaris Perusahaan. Sistem pengarahan yang digunakan oleh PKBL adalah sistem couching dimana pimpinan akan mengajak staf untuk berdiskusi dan memancing ide-ide kreatif staf untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Dengan dilakukannya sistem coaching ini maka ide terkait pemecahan masalah dapat muncul dari semua elemen dan tidak hanya terpaku pada pemimpin saja. Dengan adanya pengarahan disetiap minggunya, semua elemen yang ada didalam PKBL dapat mengetahui apa saja yang terjadi didalam kepanitiaan kecil. Pengarahan juga berfungsi agar elemen-elemen

(19)

92 dalam panitia kecil berjalan dengan sebagaimana mestinya, termasuk penyampaian kendala-kendala yang muncul pada saat pelaksanaan program.

Pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan tidak luput dari tahap pengawasan, tahap ini dijalankan oleh PKBL guna menyadarkan setiap elemen dalam panitia kecil agar tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Pengawasan yang dilakukan pada saat pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan termasuk kepada jenis pengawasan operasional dimana pengawasan ini berfungsi untuk mengawasi proses pelaksanaan agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditentukan. Realisasi tahap pengawasan yang dilakukan oleh PKBL ini terletak pada kegiatan Monitoring pada mitra binaan yang mana termasuk kepada bagian dari Program Pembinaan Mitra Unggulan.

Monitoring dilakukan dengan cara mendatangi lokasi usaha mitra unggulan dan melihat bagaimana penerapan kompetensi dan keterampilan yang telah diberikan itu diterapkan. Monitoring tidak hanya seputar melihat keluaran dari pelatihan, tetapi juga berdiskusi dengan pemilik usaha mengenai jalannya aktivitas usaha yang terjadi serta bagaimana hambatannya. Namun, dalam hal ini juga terdapat hambatan dimana para mitra unggulan ini tidak sepenuhnya terbuka kepada PKBL mengenai apa yang terjadi pada usahanya. Minimnya keterbukaan informasi antara mitra dengan PKBL selaku pembina membuat tindakan preventif ataupun korektif tidak dapat dipersiapkan dengan matang dan juga baik. Mitra yang merasa bahwa hubungan mereka dengan PKBL hanyalah sebatas tempat peminjaman bantuan modal usaha ini yang membuat keterbukaan informasi menjadi minim.

Hambatan yang terjadi antara mitra dengan PKBL ini telah ditanggapi oleh PKBL secara manajemen dengan cara menigkatkan usaha PKBL dalam melakukan monitoring kepada para mitra. Dengan tindakan preventif yang dicanangkan PKBL dalam pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan ini dapat meminimalisir dampak dari adanya hambatan yang terjadi antara mitra dengan PKBL.

Kemudian tahap penilaian, Proses penilaian yang dilakukan PKBL dalam Program Pembinaan Mitra Unggulan ini dilakukan dengan cara yang sama seperti dalam tahap pengarahan, proses penilaian ataupun evaluasi yang dilakukan pada akhir pelaksanaan program ini bertujuan untuk memberikan informasi dari setiap elemen kepanitian kecil tentang hal apa yang terjadi dalam pekerjaan masing-masing elemen, hambatan apa yang dialami oleh

(20)

93 masing-masing elemen, dan juga memberikan informasi yang digunakan sebagai pertimbangan untuk melanjutkan atau menghentikan program dan mempersempit atau memperluas program.

Hasil penilaian yang dilakukan mengarah kepada hasil yang positif dengan adanya rencana kelanjutan program. Hal ini didasari oleh kerjasama yang terjalin dalam PKBL dan juga antara PKBL dan mitra berlangsung cukup baik walau memiliki beberapa kendala yang menghambat. Kelanjutan program ini juga sesuai dengan rencana strategis (renstra) yang telah dibuat oleh PKBL yaitu pelaksanaan pelatihan mengenai pengelolaan limbah pada mitra unggulan yaitu Indorifle. Selain karena hal-hal tersebut, keberlanjutan program ini juga didasari oleh antusiasme mitra pada saat pelaksanaan program.

Implementasi Program Pembinaan Mitra Unggulan yang dijalankan oleh PKBL telah mengikuti sistem corporate social involvement dimana implementasi merupakan respon yang berasal dari proses identifikasi dan pendekatan. Dengan melakukan identifikasi dan pendekatan terhadap mitra khususnya mitra unggulan maka implementasi dari program pembinaan ini merupakan respon yang tepat untuk memenuhi kebutuhan para mitra guna menunjang kompetensi dan keterampilan serta kesiapan untuk dimandirikan.

D. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahapan pengukuran keberhasilan atau penilaian terhadap dampak maupun keluaran yang muncul setelah pelaksanaan program. Dengan evaluasi PKBL PT Pindad (Persero) dapat mengetahui seberapa berhasilnya program yang dijalankan khususnya Program Pembinaan Mitra Unggulan. Metode evaluasi yang digunakan oleh PKBL adalah monitoring dan juga penyebaran kuesioner kepada para penerima manfaat dari Program Pembinaan Mitra Unggulan. Evaluasi dalam bentuk kuesioner digunakan untuk mengukur seberapa keluaran yang muncul dari pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan, indikatornya disesuaikan dengan materi pelatihan yang diberikan. Sedangkan monitoring digunakan untuk memantau pengimplementasian dari keluaran yang didapatkan oleh mitra pada saat mengikut agenda pelatihan.

Pelaksanaan evaluasi ini tidak hanya terpaku terhadap dua hal yang telah disampaikan diatas saja, PKBL PT Pindad (Persero) juga melaksanakan evaluasi

(21)

94 terhadap Implementasi Jadwal, Implementasi Anggaran, Implementasi Target, dan Kesesuaian dengan Tujuan Pelaksanaan Program. Berikut merupakan data evaluasi yang dilakukan oleh PKBL PT Pindad (Persero).

Tabel 2 Hasil Evaluasi Implementasi Target

Tabel 3 Hasil Evaluasi Kesesuaian Tujuan Program

Tabel 4 Hasil Evaluasi Implementasi Jadwal Program/

Kegiatan Tujuan

Penerima

Manfaat Realisasi Keterangan Awareness UKM binaan senapan angin berbasis kesadaran lingkungan dan kesehatan kerja Meningkatkan kualitas UKM binaan UKM Senapan angin UKM Senapan Angin (Indorifle) Sesuai Program/ Kegiatan Tujuan Indikator

Terukur Realisasi Keterangan Awareness UKM binaan senapan angin berbasis kesadaran lingkungan dan kesehatan kerja Meningkatkan kualitas UKM binaan Adanya peningkatan kualitas UKM dalam penerapan K3 Sudah menerapkan K3 (penggunaan simbol-simbol dan APD) Sesuai Program/ Kegiatan Tujuan Penerima

Manfaat Waktu Realisasi Keterangan Awareness UKM binaan senapan angin berbasis kesadaran lingkungan dan kesehatan kerja Meningkatkan kualitas UKM binaan UKM Senapan angin Bulan ke-1 s.d 12 Februari - November Sesuai

(22)

95 Tabel 5 Hasil Evaluasi Implementasi Anggaran

Program/

Kegiatan Tujuan

Penerima

Manfaat Waktu Anggaran Realisasi

Keteran gan Awareness UKM binaan senapan angin berbasis kesadaran lingkungan dan kesehatan kerja Meningk atkan kualitas UKM binaan UKM Senapan angin Bulan ke-1 s.d 12 20.000.000 15.000.000 Sesuai

Hasil evaluasi terhadap dampak dan keluaran yang timbul pada saat pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan ini cukup sesuai dengan apa yang diharapkan dari pelaksanaan program yakni, target sasaran memahami dan mengeti tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja pada saat pekerja beraktivitas di bengkel operasional Indorifle, target sasaran juga mulai timbul kesadarannya dan sudah mencoba menerapkan hasil dari pelatihan awareness K3 yang diberikan.

Secara keseluruhan, pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan ini telah berhasil dilaksanakan dan juga membuahkan hasil yang sesuai juga dengan tujuan pelaksanaannya. Namun dari sisi tujuan utama pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan yaitu mewujudkan mitra naik kelas dan mandiri belum tercapai sepenuhnya.

Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan juga membuat PKBL PT Pindad (Persero) bersemangat untuk memperluas lagi cakupan Program Kemitraan dengan munculnya rencana untuk membuat Kampung Pindad di Desa Sayang Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Hal ini juga didasari oleh banyaknya usaha home industry yang bergerak dibidang senapan angin.

Pelaksanaan evaluasi merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan dalam setiap pelaksanaan program untuk mengukur keluaran dan dampak dari pelaksanaan program serta efektivitas program. Dalam konteks ini, PKBL melakukan evaluasi untuk Program Pembinaan Mitra Unggulan dengan cara melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program pembinaan dengan mengacu kepada implementasi jadwal, anggaran, target, dan tujuan

(23)

96 pelaksanaan program yang didasari oleh rencana strategis yang telah dibuat sebelum pelaksanaan program. Selain itu monitoring juga dilakukan untuk melihat realitas keluaran maupun dampak dari pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan. Kemudian evaluasi yang dijalankan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada para penerima manfaat dari program pembinaan guna mengetahui apakah keluaran yang ingin dituju dapat dicapai dalam pelaksanaan program. Dalam aspek mengukur dampak kelembagaan dari pelaksanaan program belum dilakukan secara maksimal. Karena pengukuran dampak kelembagaan hanya dilakukan berdasarkan pengamatan sekilas saja. Pengukuran dampak kelembagaan hanya diukur melalui pemberitaan media saja.

Evaluasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) merupakan jenis evaluasi bagian program yang mana evaluasi ini dilakukan oleh PKBL untuk mengevaluasi bagian implementasi program yang dibuat menjadi empat kategori yang telah dijelaskan diatas, kemudian evaluasi atas pencapaian tujuan yang dilaksanakan oleh PKBL dalam monitoring dan evaluasi terhadap implementasi tujuan, dan evaluasi atas hasil dan dampak program yang dilakukan oleh PKBL dengan menggunakan bantuan kuesioner dan monitoring secara langsung kepada targer sasaran atau mitra binaan yang mana konteksnya dalam hal ini adalah Indorifle sebagai mitra unggulan.

Pelaksanaan evaluasi yang dijalankan oleh PT Pindad (Persero) merupakan salah satu cara untuk mengukur sebuah kinerja sosial perusahaan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dr. Risna Resnawaty, S.Sos., M.P. selaku triangulator

“untuk mengukur sebuah kinerja sosial perusahaan sebetulnya kita tinggal lihat saja berapa besaran jumlah anggaran yang direncanakan dengan yang dikeluarkan, perencanaan programmnya sama pelaksanaannya, terus output dan dampak dari pelaksanaan programnya”

2

Pernyataan diatas mengungkapkan sebuah cara untuk mengukur kinerja sosial yang biasanya dilakukan oleh para ahli CSR. Dalam pernyataan triangulator, pengukuran sebuah kinerja sosial perusahaan ini dapat

2 Hasil wawancara dengan Triangulator, Ibu Dr. Risna Resnawati, M.P. selaku Ketua Program Studi Ilmu

(24)

97 dilakukan dengan cara mengevaluasi anggaran, sasaran, pelaksanaan, dan keluaran serta dampaknya. Berdasarkan pernyataan triangulator, PT Pindad (Persero) telah melakukan pengukuran sebuah kinerja sosial perusahaan dengan adanya evaluasi terhadap anggaran, jadwal, target, dan sasaran.

Jika kita bandingkan dengan evaluasi yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) MOR III dalam Program Ojek Makanan Balita (Humaira, 2018), terdapat sedikit perbedaan dimana PT Pertamina (Persero) MOR III ini menggunakan metode Focus Group Discussion untuk mengetahui dan memecahkan masalah, namun berbanding terbalik dengan PT Pindad (Persero) dimana FGD ini dilakukan dalam proses implementasi pada tahapan pengawasan dan penilaian, sehingga evaluasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) betul-betul terfokuskan untuk mengevaluasi, bukan lagi mencari jalan keluar atas kendala yang muncul. Selain itu, terdapat juga kesamaan dimana evaluasi yang digunakan oleh PT Pindad (Persero) dan PT Pertamina (Persero) MOR III menggunakan metode monitoring dan evaluasi serta menggunakan kuesioner untuk mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM), selain itu, persamaan juga terlihat dimana kedua program yang dimiliki oleh PT Pindad (Persero) dan PT Pertamina (Persero) MOR III ini merupakan program unggulan dan memiliki dapak yang baik untuk masyarakat serta merupakan program yang berhasil yang dilihat dari pencapaian program maupun penghargaan yang didapat.

SIMPULAN

1. Pencarian Informasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) merupakan proses pencarian informasi lanjutan dari Program Pembinaan Mitra dengan mengulangi tahap browsing, monitoring, dan extracting pada model pencarian informasi yang dikemukakan oleh David Ellis. Pencarian Informasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) sejalan dengan sistem Corporate Social Involvement dari teori CSP dimana pencarian informasi dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisa target sasaran dan perubahan ekspektasi dari target sasaran program CSR. Didalam identifikasi ini juga terdapat proses identifikasi isu, analisis isu, dan pembangunan respon. Namun didalam proses pencarian informasi, komunikasi yang berjalan relatif pasif.

2. Pendekatan yang digunakan PT Pindad (Persero) dalam Program Pembinaan Mitra Unggulan merupakan jenis Pendekatan Informatif dan Pendekatan

(25)

98 Persuasif. Pendekatan yang dilakukanpun membuahkan sebuah relasi yang terjalin diantara PT Pindad (Persero) dengan Mitra Unggulannya termasuk relasi jenis Communal Relationship karena relasi yang dibangun bersifat satu arah atau tidak ada timbal balik secara langsung. Pendekatan yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) juga telah sesuai dengan sistem Corporate Social Involvement dari teori CSP dimana sebuah perusahaan harus menentukan pendekatan yang diperlukan dalam program CSR untuk menjadi responsif terhadap kebutuhan target sasaran. Respon yang dilakukan serta dibentuk oleh PT Pindad (Persero)-pun berbentuk respon akomodatif, reaktif, dan proaktif. Namun, didalam proses pendekatan yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) informasi yang disampaikan kepada target sasaran program belum sepenuhnya tersampaikan, karena target sasaran program tidak menerima informasi seputar pelaksanaan program dari awal hingga tercapainya tujuan program, tahapan-tahapan pelaksanaan program, dan jangka waktu pelaksanaan program sehingga gambaran mengenai pelaksanaan program menjadi informasi yang tidak utuh.

3. Pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan terdiri dari tahap pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, pengawasan, dan penilaian. Dalam pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan, PT Pindad (Persero) melakukan pembagian kerja dengan pendekatan kualitas dan tidak menggunakan pendekatan kuantitas, hal ini terjadi karena kurangnya sumber daya manusia yang ada didalam struktural PKBL PT Pindad (Persero). Pengarahan dilakukan dengan menganut sistem coaching dimana pimpinan akan berdiskusi dengan para stafnya sambil memancing ide kreatif untuk pemecahan masalah ataupun kendala yang muncul didalam pelaksanaan program. Pengawasan yang dilakukan berjenis pengawasan operasional karena pengawasan dilakukan untuk mengawasi proses pelaksanaan agar tidak menyimpang dari rencana yang telah dibuat. Adanya kerjasama yang baik diantara PT Pindad (Persero) dengan Mitra Unggulan dan antusiasme dari target sasaran program merupakan alasan untuk melanjutkan Program Pembinaan Mitra Unggulan. Pelaksanaan Program Pembinaan Mitra Unggulan juga telah sesuai dengan sistem Corporate Social Involvement dari teori CSP dimana pelaksanaan program CSR merupakan respon yang dijalankan berdasarkan hasil identifikasi dan pendekatan sehingga pelaksanaan program CSR dapat dikatakan tepat caranya, tepat sasarannya, dan tepat tujuannya.

(26)

99 4. Evaluasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) dalam Program Pembinaan Mitra Unggulan menggunakan dua metode yaitu monitoring dan juga penyebaran kuesioner. Monitoring dilakukan untuk mengetahui pengimplementasian dari ilmu atau pengetahuan yang didapat dari kegiatan pembinaan dan penyebaran keusioner untuk mengukur pencapaian keluaran dari kegiatan pelatihan. Evaluasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) merupakan jenis Evaluasi Bagian Program, Evaluasi Atas Pencapaian, dan Evaluasi Terhadap Tujuan. Evaluasi yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero) dalam Program Pembinaan Mitra Unggulan juga dapat dikatakan sebagai evaluasi yang tepat karena evaluasi yang dilakukan sudah meliputi evaluasi terhadap anggaran, sasaran, pelaksanaan, dan keluaran serta dampak yang muncul dari pelaksanaan program. Namun didalam pelaksanaan evaluasi, PT Pindad (Persero) tidak melakukan evaluasi terhadap dampak kelembagaan atas pelaksanaan program CSR, sehingga perusahaan tidak mengetahui apa dampak bagi perusahaan setelah program CSR dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Cresswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Humaira, A. (2018). Strategi Komunikasi Corporate Social Responsibility Di PT Pertamina (Persero) Region III. Jatinangor: Universitas Padjadjaran. Iriantara, Y. (2013). Community Relations Konsep dan Aplikasinya. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media.

Lubis, S. S. (2008). UI-Skripsi (Open). Diambil kembali dari Universitas Indonesia Library:

http://lib.ui.ac.id/detail?id=123121&lokasi=lokal#parentHorizontalTab2 Nasor, M. (2013). Teknik Komunikasi Dalam Perubahan Sosial. Jurnal

Pengembangan Masyarakat.

Noviana, L. (2013). Analisis Kualitas Relasi Antara Penerbit Percetakan Kanisius Dengan Anggota Kanisius Reading Community Berdasarkan Uji Beda Masa Keanggotaan dan Jumlah Transaksi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Diambil kembali dari http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/4260 Nur'aini, R. D. (2020). Penerapan Metode Studi Kasus Yin Dalam Penelitian

(27)

100 Puri, C. T. (2013). Pola Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking

Behaviour) pada Mahasiswa Bahasa Asing Di Universitas Airlangga. Jurnal Ilmiah.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta CV.

Widenta, Y. P. (2011). Implementasi Corporate Social Responsibility PT Indosat Tbk. Tahun 2007-2011 Berdasarkan Global Reporting Initiative. Jurnal Analisa.

Gambar

Gambar 1 Kegiatan Pameran Indorifle
Tabel 2 Hasil Evaluasi Implementasi Target

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga diharapkan tenaga kesehatan dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan nonfarmakologis yaitu teknik relaksasi nafas dalam sebagai tindakan alternative untuk

Saenger et al., (1983) dalam Parawansa (2007) menyatakan bahwa pengelolaan hutan mangrove harus mencakup wilayah yang lebih luas dari ekosistem tersebut, sehingga secara ideal

Penelitian terhadap belalang dilakukan pada lahan Perkebunan Karet Desa Purwodadi Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau. Pengambilan sampel menggunakan inseknet

Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu: (1) angket respon peserta didik terhadap pembelajaran biologi dalam menggunakan metode praktikum berbasis

Oleh itu, semua pelajar semester satu (1) akan ditawarkan kolej kediaman. PANDUAN UNTUK KE POLITEKNIK SANDAKAN SABAH.. Sila rujuk pelan lokasi Politeknik Sandakan Sabah yang

Improvement strategy include enhancing one-on-one sessions, incorporating learning into work, socialization of all learning facilities and the improvement of supporting

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 982/Menkes/Per/IX/1995 tentang Penyusunan AMDAL bidang Kesehatan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Berdasarkan penjelasan tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah proses dari awal hingga hasil terbitnya sebuah laporan audit yang dilakukan oleh seseorang