• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers.

Sifat fisik tanah dilokasi penelitian di Desa Sidomukti Kecamatan Motilango dengan jenis tanah Vertisol menunjukan tekstur lempung liat berdebu. Fraksi tanah yang dominan adalah debu, kemudian liat dan pasir dalam jumlah yang rendah (Table 3). Permebilitas tanahnya lambat serta mengembang dan menkerutnya nyata. Sementara itu sifat kimianya menunjukkan bahwa C-organik (%) sangat rendah, N total sangat rendah (%), P2O5tersedia (ppm) sangat rendah

dan K2O dapat ditukar sangat rendah. Sementara pH tanah tergolong agak masam

dan kejenuhan basa sangat tinggi, dan KTK (me/100 g) tergolong sangat tinnggi. Sehinga menyababkan C-organik (%), N total (%), P2O5tersedia (ppm) dan K2O

dapat ditukar masing-masing sangat rendah.

Tabel 3. Sifat Fisik dan kimia Tanah Vertisol (Ustic Endoaquerts)

No Sifat-Sifat Tanah Sebelum Penelitian

Nilai Kriteria* 1 Fisik Tanah : - Tekstur: Pasir Liat Debu - Permebilitas Tanah - Nilai Cole

- Kadar Air Tersedia

27 35 38 1,59 0,98 8,47 Lempung Berliat Lambat Kembang-kerut nyata 2 Kimia Tanah - C-Organik (%) - N total (%) - P2O5tersedia (ppm)

- K2O dapat ditukar (me/100 g)

- pH: H2O - KTK (me/100 g) - Kejenuhan Basa (%) 0,69 0,06 3,80 0,24 6,48 29,95 70,08 Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Agak Masam Sangat Tinggi Tinggi Sumber : TOR Tipe survey kapabilitas tanah (puslitan,1983)

(2)

Berdasarkan sifat fisik dan kimia tanah tersebut maka harus ada suatu perbakan sifat fisik dan kimia tanah salah satunya dengan pemberian bahan amelioran tanah. Adapun bahan amelioran tanah yang dapat diberiakan yaitu meliputi: pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang. Hal ini senada dengan Ismagil dan Maas (2006) Amelioran adalah bahan organik dan bahan anorganik yang diberikan ke dalam tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang menguntungkan bagi akar tanaman.

4.2. Nitrogen Total Tanah (N-Total)

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang paling dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Wijaya (2008:24) dalam jurnalnya menyatakan bahwa salah satu unsur hara yang paling terpenting bagi tanaman adalah unsur hara N, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan bagi tanaman itu sendiri. Nitrogen merupakan komponen penyusun banyak senyawa organik penting di dalam tanaman (protein, enzim, vitamin B kompleks, hormon, klorofil). Hal ini juga senada dengan Asririni (2006:6) mengatakan bahwa persediaan N sebagian besar berasal dari: (1) N-NH4+dan N-NO3- yang terbentuk ketika digenangi; (2)

mineralisasi N-organik tanah dan residu tanaman dalam kondisi tergenang; (3) N yang ditambat oleh ganggang dan bakteri heterotropik; dan (4) N dari pupuk (De Datta, 1981; Asririni, 2006). Hasil analisis kadar N-Total dilokasi penelitian berdasarkan pemberian amelioran dapat dilihat pada Gambar 1.

Data pengamatan kadar N-Total pada Endoaquerts Ustic dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 3. Dari data hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian pasir pantai berbeda nyata terhadap jumlah N pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 4). Sedangkan untuk perlakuan sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah kadar N. Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan terhadap parameter jumlah kadar N dalam tanah tersebut (Lampiran 3).

(3)

Tabel 4. Rataan Kadar N pada tanah melalui pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquerts Ustic

Perlakuan Kadar N Tanah

Pasir Pantai (P0) 0% 2.1a (P1) 25% 1.3b (P2) 50% 1.2b Sabut Kelapa (C0) 0 ton ha-1 1.8tn (C1) 10 ton ha-1 1.4 (C2) 20 ton ha-1 1.3

Sabut Batang Pisang

(B0) 0 ton ha-1 1.3tn (B1) 10 ton ha-1 1.7 (B2) 20 ton ha-1 1.6 Interaksi tn DMRT0.05% 0.07 KK (%) 67.72

Superskrip yang berbeda pada kolom sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn=tidak nyata pada taraf uji f 5 %

Jumlah kadar N paling banyak diperoleh melalui tanpa pemberian pasir pantai 0% (Po) sebanyak 0.21 N-total atau 0.09 kali lebih banyak dibanding pemberian pasir pantai 50% (P2) dan 0.08 kali lebih banyak dibanding pemberian pasir pantai sebesar 25% (P1), serta berbeda nyata diantara perlakuan tersebut. Hal ini diduga bahwa pemberian pasir pantai pada tanah vertisol tidak dapat memperbaiki permeabilitas tanah apabila melebihi takaran 20% sehingga dapat mempengaruhi proses ketersediaan N didalam tanah vertisol. Kusnarta (2012:9) melaporkan bahwa, penambahan pasir pada takaran 20% berat sudah dapat menamba tekstur vertisol dari clay menjadi clay loam sekaligus juga menurunkan sifat kembang-kerut (COLE) secara nyata. Keragaman jumlah N dengan pemberian pasir pantai ditunjukan pada (Gambar 1).

Selanjutnya, untuk perlakuan sabut kelapa jika dilihat dari hasil analisis sidik ragam tidak berbeda nyata, tetapi dari beberapa taraf amelioran sabut kelapa yang diuji cobakan, maka perlakuan 0 ton ha-1 (C0) memperlihatkan jumlah N yang lebih banyak 0.18 atau 0.05 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa 20 ton ha-1 (C2) dan 0.04 kali lebih banyak jika

(4)

dibandingkan dengan pemberian sabut batang kelapa 10 ton ha-1(C1). Keragaman jumlah N dengan pemberian sabut kelapa ditunjukan pada (Gambar 1).

Pengaruh pemberian sabut batang pisang jika dilihat dari analisis sidik ragam tidak berbeda nyata, tetapi dari beberapa taraf amelioran sabut batang pisang yang diuji cobakan, maka jumlah N terbaik diperoleh pada perlakuan 10 ton ha-1 (B1) dengan jumlah N 0.17 atau 0.04 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan 0 ton ha-1 (B0) dan 0.01 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa sabut batang pisang 20 ton ha-1 (B2). Keragaman jumlah N dengan pemberian sabut batang pisang ditunjukan pada (Gambar 1).

Gambar 1. Kadar N total pada Endoaquerts Ustic

4.3 Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah Anakan.

Data pengamatan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi pada Endoaquerts Ustic dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 4. Dari data hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian pasir pantai berbeda nyata terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 5). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan terhadap parameter persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi tersebut (Lampiran 4).

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 P0 0,21 Ju m lah N T ot al Pasir Pantai (P)

dibandingkan dengan pemberian sabut batang kelapa 10 ton ha-1(C1). Keragaman jumlah N dengan pemberian sabut kelapa ditunjukan pada (Gambar 1).

Pengaruh pemberian sabut batang pisang jika dilihat dari analisis sidik ragam tidak berbeda nyata, tetapi dari beberapa taraf amelioran sabut batang pisang yang diuji cobakan, maka jumlah N terbaik diperoleh pada perlakuan 10 ton ha-1 (B1) dengan jumlah N 0.17 atau 0.04 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan 0 ton ha-1 (B0) dan 0.01 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa sabut batang pisang 20 ton ha-1 (B2). Keragaman jumlah N dengan pemberian sabut batang pisang ditunjukan pada (Gambar 1).

Gambar 1. Kadar N total pada Endoaquerts Ustic

4.3 Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah Anakan.

Data pengamatan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi pada Endoaquerts Ustic dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 4. Dari data hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian pasir pantai berbeda nyata terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 5). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan terhadap parameter persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi tersebut (Lampiran 4).

P0 P1 P2 C0 C1 C2 B0 B1 B2 0,21 0,13 0,12 0,18 0,14 0,13 0,13 0,17

Pasir Pantai (P) Sabut Kelapa (C) Sabut Batang Pisang (B) dibandingkan dengan pemberian sabut batang kelapa 10 ton ha-1(C1). Keragaman jumlah N dengan pemberian sabut kelapa ditunjukan pada (Gambar 1).

Pengaruh pemberian sabut batang pisang jika dilihat dari analisis sidik ragam tidak berbeda nyata, tetapi dari beberapa taraf amelioran sabut batang pisang yang diuji cobakan, maka jumlah N terbaik diperoleh pada perlakuan 10 ton ha-1 (B1) dengan jumlah N 0.17 atau 0.04 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan 0 ton ha-1 (B0) dan 0.01 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa sabut batang pisang 20 ton ha-1 (B2). Keragaman jumlah N dengan pemberian sabut batang pisang ditunjukan pada (Gambar 1).

Gambar 1. Kadar N total pada Endoaquerts Ustic

4.3 Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah Anakan.

Data pengamatan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi pada Endoaquerts Ustic dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 4. Dari data hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian pasir pantai berbeda nyata terhadap persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 5). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan terhadap parameter persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan padi tersebut (Lampiran 4).

B2 0,17 0,16 Sabut Batang Pisang (B)

(5)

Persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan yang terbanyak (120.006 %) ditunjukan oleh pemberian pasir pantai sebesar 25% (P1) yang meningkat 0.74 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan tanpa pemberian pasir pantai 0% (P0) dan 20.85 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir 50% (P2). Hal ini diduga bahwa pemberian pasir pantai pada tanah vertisol masih bisa memperbaiki permeabilitas tanah dan mempermudah masuknya air kedalam tanah yang akan mempengaruhi proses pertumbuhan serta hasil dari tanaman padi jika menggunakan pasir dengan berat 25% (P1).

Narka dan Wiyanti (1999) mencampurkan pasir kedalam tanah vertisol dengan taraf 0%+12.5%+25%+37.5%+50% dari tanah vertisol menyimpulkan bahwa pada taraf pencampuran pasir 50% ke dalam tanah dapat menurunkan nilai Cole, permeabilitas, indeks plastisitas, dan kadar air tersedia yang terbaik. Lebih lanjut Kusnarta (2012:24) melaporkan, bahwa bahan pembenah tanah yang memberi pengaruh baik dalam perbaikan struktur tanah yang dinyatakan dengan kemantapan agregat dan stabilitas struktur, serta nilai COLE Vertisol adalah pasir pada takaran 20% dan pupuk kandang pada takaran 15 ton ha-1.

Bahan pembenah pasir dapat menigkatkan nilai kemantapan agregat dan dan stabilitas struktur Vertisol (stability quotient, SQ) melalui mekanisme penurunan fungsi klei dalam proses kembang-kerut Vertisol. Kenyataan ini didukung oleh data bahwa kehadiran pasir pada Vertisol dapat menurunkan jumlah fraksi klei secara proporsional sehingga merubah tekstur tanah menjadi lebih kasar. Penambahan pasir pada takaran 20% berat sudah dapat merubah tekstur Vertisol dari clay menjadi clay loam sekaligus juga menurunkan sifat kembang kerut (COLE) secara nyata. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa pemberian pasir pada taraf 12.5% sampai dengan 25% sudah dapat memperbaiki sifat fisik dari tanah Vertisol dan juga mampu memperbaiki permeabiltas tanah serta mempermudah masuknya air ke dalam tanah yang akan mempengaruhi proses pertumbuhan dah hasil tanaman padi yang dibudidayakan. Keragaman persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan dengan pemberian pasir pantai ditunjukan pada (Gambar 2).

(6)

Pada perlakuan sabut kelapa 10 ton ha-1 (C1) diperoleh persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan terbanyak (117.161 %) atau 5.45 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian amelioran sabut kelapa 20 ton ha-1(C2) dan 7.622 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa 0 ton ha-1 (C0). Keragaman persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan melalui pemberian sabut kelapa ditunjukan pada (Gambar 2).

Tabel 5. Rataan persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan pada tanah melalui pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquerts Ustic

Perlakuan Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah Anakan Pasir Pantai (P0) 0% 119a (P1) 25% 120a (P2) 50% 99b Sabut Kelapa (C0) 0ton ha-1 109tn (C1) 10ton ha-1 117 (C2) 20ton ha-1 111

Sabut Batang Pisang

(B0) 0ton ha-1 115tn (B1) 10ton ha-1 110 (B2) 20ton ha-1 112 Interaksi tn DMRT0.05% 11.7 KK (%) 18.92

Superskrip yang berbeda pada kolom sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn=tidak nyata pada taraf uji f 5 %

Pada perlakuan sabut batang pisang 0 ton ha-1 (B0) diperoleh persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan terbanyak (115.399 %) atau 2.74 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut batang pisang 20 ton ha-1 (B2) dan 5.03 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut batang pisang 10 ton ha-1 (B1). Keragaman persentase jumlah malai terhadap jumlah anakan melalui pemberian sabut batang pisang ditunjukan pada (Gambar 2).

(7)

Gambar 2. Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah anakan pada Endoaquerts Ustic

4.4 Persentase Jumlah Butir terhadap Panjang Malai.

Data pengamatan persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil analisis sisik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berbeda nyata terhadap persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 6). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan terhadap persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi (Lampiran 5).

Persentase jumlah butir terhadap panjang malai terbanyak diperoleh pada perlakuan pasir pantai dengan taraf 50% (P2) sebanyak (20.41 %) atau 0.29 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai dengan taraf 25% (P1) dan 0.78 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 0% (P0). Hal ini diduga dengan pemberian Amelioran pasir pada tanah Vertisol bisa mengubah keadaan fisik tanah Vertisol yang mengambang pada saat basah dan mengkerut pada saat kering kesimpulanya, pasir yang diberikan bisa menetralisi keadaan tanah tersebut dan unsur hara yang tersedia bisa dipertukarkan untuk tanaman. Lebih lanjut Narka dan Wiyanti (1999); Nurdin (2012) menunjukan bahwa pemberian pasir berpengaruh sangat nyata penurunan

0 20 40 60 80 100 120 P0 119,3 P er se n tas e (% ) Pasir Pantai (P)

Gambar 2. Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah anakan pada Endoaquerts Ustic

4.4 Persentase Jumlah Butir terhadap Panjang Malai.

Data pengamatan persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil analisis sisik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berbeda nyata terhadap persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 6). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan terhadap persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi (Lampiran 5).

Persentase jumlah butir terhadap panjang malai terbanyak diperoleh pada perlakuan pasir pantai dengan taraf 50% (P2) sebanyak (20.41 %) atau 0.29 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai dengan taraf 25% (P1) dan 0.78 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 0% (P0). Hal ini diduga dengan pemberian Amelioran pasir pada tanah Vertisol bisa mengubah keadaan fisik tanah Vertisol yang mengambang pada saat basah dan mengkerut pada saat kering kesimpulanya, pasir yang diberikan bisa menetralisi keadaan tanah tersebut dan unsur hara yang tersedia bisa dipertukarkan untuk tanaman. Lebih lanjut Narka dan Wiyanti (1999); Nurdin (2012) menunjukan bahwa pemberian pasir berpengaruh sangat nyata penurunan

P0 P1 P2 C0 C1 C2 B0 B1 B2

119,3 120

99,2 109,5117,5 111,7 115,50110,5

Pasir Pantai (P) Sabut Kelapa (C) Sabut Batang Pisang (B)

Gambar 2. Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah anakan pada Endoaquerts Ustic

4.4 Persentase Jumlah Butir terhadap Panjang Malai.

Data pengamatan persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil analisis sisik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berbeda nyata terhadap persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 6). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan terhadap persentase jumlah butir terhadap panjang malai tanaman padi (Lampiran 5).

Persentase jumlah butir terhadap panjang malai terbanyak diperoleh pada perlakuan pasir pantai dengan taraf 50% (P2) sebanyak (20.41 %) atau 0.29 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai dengan taraf 25% (P1) dan 0.78 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 0% (P0). Hal ini diduga dengan pemberian Amelioran pasir pada tanah Vertisol bisa mengubah keadaan fisik tanah Vertisol yang mengambang pada saat basah dan mengkerut pada saat kering kesimpulanya, pasir yang diberikan bisa menetralisi keadaan tanah tersebut dan unsur hara yang tersedia bisa dipertukarkan untuk tanaman. Lebih lanjut Narka dan Wiyanti (1999); Nurdin (2012) menunjukan bahwa pemberian pasir berpengaruh sangat nyata penurunan

B2 110,5 112,5 Sabut Batang Pisang (B)

(8)

nilai cole dan indeks plastisitas, permeabilitas tanah menjadi besar dan kadar air tersedia menjadi rendah.

Sementara perlakuan sabut kelapa 10 ton ha-1 (C1) diperoleh persentase jumlah butir terhadap panjang malai terbanyak (20.4387 %) atau 0.19 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa 0 ton ha-1(C0) dan 0.97 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa 20 ton ha-1 (C2). Hal ini diduga pemberian sabut kelapa pada tanah Vertisol bisa mengubah keaadaan fisik tanah menjadi lebih menguntungkan bagi tanaman, yaitu ketersediaan air tanah yang cukup. Lebih lanjut, Riyanti (2009:6) menyatakan serbuk sabut kelapa mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi yaitu delapan kali dari berat keringnya dan mengandung beberapa hara utama seperti N, P, K, Ca dan Mg.

Tabel 6. Rataan persentase jumlah butir terhadap panjang malai pada tana melalui pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquerts Ustic

Perlakuan Persentase Jumlah Butir terhadap Panjang Malai Pasir Pantai (P0) 0% 19.6 (P1) 25% 20.1 (P2) 50% 20.4 Sabut Kelapa (C0) 0Ton Ha-1 20.2 (C1) 10Ton Ha-1 20.4 (C2) 20Ton Ha-1 19.5

Sabut Batang Pisang

(B0) 0Ton Ha-1 19.8

(B1) 10Ton Ha-1 20.1

(B2) 20Ton Ha-1 20.3

Interaksi tn

KK (%) 12.15

Superskrip yang berbeda pada kolom sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn=tidak nyata pada taraf uji f 5 %

Pada perlakuan sabut batang pisang 20 ton ha-1 (B2) diperoleh persentase jumlah butir terhadap panjang malai terbanyak (20.2838 %) atau 0.22 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan sabut batang pisang 10 ton ha-1 (B1) dan 0.48 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut batang pisang 0 ton

(9)

ha-1 (B0). Hal ini diduga sabut batang pisang mampu menjaga kelembaban tanah yang akan berpengaruh untuk ketersediaan hara bagintanaman. Sugiarti, (2011); Halada (2013:18), menyatakan batang pisang mengandung unsur – unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Keragaman persentase jumlah butir terhadap panjang malai melalui pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang ditunjukan pada (Gambar 3).

Gambar 3. Persentase Jumlah Butir terhadap Panjang Malai pada Endoaquerts Ustic

4.5 Persentase Berat Seribu Butir Permalai terhadap Berat Total.

Data pengamatan persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukan bahwa pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 7). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan pada parameter persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi tersebut (Lampiran 6).

Persentase berat seribu butir terhadap berat total (4.4479 % ) ditunjukan oleh pemberian pasir pantai sebesar 0% (P0) yang meningkat 0.08 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 50% (P2) dan 0.13 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 25% (P1). Keragaman persentase berat seribu butir terhadap berat total ditunjukan pada (Gambar 4).

19 19,5 20 20,5 P0 19,6 P rs en tas e (% ) Pasir Pantai (P)

ha-1 (B0). Hal ini diduga sabut batang pisang mampu menjaga kelembaban tanah yang akan berpengaruh untuk ketersediaan hara bagintanaman. Sugiarti, (2011); Halada (2013:18), menyatakan batang pisang mengandung unsur – unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Keragaman persentase jumlah butir terhadap panjang malai melalui pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang ditunjukan pada (Gambar 3).

Gambar 3. Persentase Jumlah Butir terhadap Panjang Malai pada Endoaquerts Ustic

4.5 Persentase Berat Seribu Butir Permalai terhadap Berat Total.

Data pengamatan persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukan bahwa pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 7). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan pada parameter persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi tersebut (Lampiran 6).

Persentase berat seribu butir terhadap berat total (4.4479 % ) ditunjukan oleh pemberian pasir pantai sebesar 0% (P0) yang meningkat 0.08 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 50% (P2) dan 0.13 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 25% (P1). Keragaman persentase berat seribu butir terhadap berat total ditunjukan pada (Gambar 4).

P0 P1 P2 C0 C1 C2 B0 B1 B2 19,6 20,1 20,4 20,2 20,4 19,5 19,80 20,1

Pasir Pantai (P) Sabut Kelapa (C) Sabut Batang Pisang (B) ha-1 (B0). Hal ini diduga sabut batang pisang mampu menjaga kelembaban tanah yang akan berpengaruh untuk ketersediaan hara bagintanaman. Sugiarti, (2011); Halada (2013:18), menyatakan batang pisang mengandung unsur – unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Keragaman persentase jumlah butir terhadap panjang malai melalui pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang ditunjukan pada (Gambar 3).

Gambar 3. Persentase Jumlah Butir terhadap Panjang Malai pada Endoaquerts Ustic

4.5 Persentase Berat Seribu Butir Permalai terhadap Berat Total.

Data pengamatan persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukan bahwa pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi pada Endoaquerts Ustic dengan taraf uji DMRT 0.05% (Tabel 7). Selain itu, tidak terdapat interaksi antara masing-masing perlakuan pada parameter persentase berat seribu butir terhadap berat total tanaman padi tersebut (Lampiran 6).

Persentase berat seribu butir terhadap berat total (4.4479 % ) ditunjukan oleh pemberian pasir pantai sebesar 0% (P0) yang meningkat 0.08 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 50% (P2) dan 0.13 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian pasir pantai 25% (P1). Keragaman persentase berat seribu butir terhadap berat total ditunjukan pada (Gambar 4).

B2

20,1 20,3

(10)

Sedangkan pada perlakuan sabut kelapa terbaik diperoleh pada perlakkuan sabut kelapa 20 ton ha-1 (C2) dengan persentase berat seribu butir terhadap berat total (4.4486 %) atau 0.18 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan tanpa pemberian sabut kelapa 0 ton ha-1(C0) atau 0.03 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa 10 ton ha-1(C1).

Tabel 7. Rataan persentase berat seribu butir permalai terhadap berat total pada tanah melalui pemberian pasir pantai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquerts Ustic

Perlakuan Persentase Berat Seribu Butir terhadap Berat Total Pasir Pantai (P0) 0% 4.45 (P1) 25% 4.34 (P2) 50% 4.37 Sabut Kelapa (C0) 0Ton Ha-1 4.26 (C1) 10Ton Ha-1 4.42 (C2) 20Ton Ha-1 4.45

Sabut Batang Pisang

(B0) 0Ton Ha-1 4.44

(B1) 10Ton Ha-1 4.38

(B2) 20Ton Ha-1 4.35

Interaksi tn

KK (%) 22.82

Superskrip yang berbeda pada kolom sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn=tidak nyata pada taraf uji f 5 %

Selanjutnya untuk perlakuan sabut batang pisang yang diuji cobakan pada perlakuan 0 ton ha-1(B0) memperoleh persentase berat seribu butir terhadap berat total (4.4415 %) atau 0.06 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut batang pisang 10 ton ha-1(B1) dan 0.12 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pemberian sabut batang pisang 20 ton ha-1 (B0). Keragaman persentase berat seribu butir terhadap berat total ditunjukan pada (Gambar 4).

(11)

Gambar 4. Persentase berat seribu butir perrmalai terhadap berat total pada Endoaquerts Ustic 4,15 4,2 4,25 4,3 4,35 4,4 4,45 P0 4,45 P rs en tas e (% ) Pasir Pantai (P)

Gambar 4. Persentase berat seribu butir perrmalai terhadap berat total pada Endoaquerts Ustic P0 P1 P2 C0 C1 C2 B0 B1 B2 4,45 4,31 4,37 4,26 4,42 4,45 4,44 4,37

Pasir Pantai (P) Sabut Kelapa (C) Sabut Batang Pisang (B)

Gambar 4. Persentase berat seribu butir perrmalai terhadap berat total pada Endoaquerts Ustic

B2 4,37

4,31 Sabut Batang Pisang (B)

Gambar

Gambar 1. Kadar N total pada Endoaquerts Ustic
Gambar 2. Persentase Jumlah Malai terhadap Jumlah anakan pada Endoaquerts Ustic
Gambar 3. Persentase Jumlah Butir terhadap Panjang Malai pada Endoaquerts Ustic
Gambar 4. Persentase berat seribu butir perrmalai terhadap berat total pada Endoaquerts Ustic4,154,24,254,34,354,44,45P04,45Prsentase (%)Pasir Pantai (P)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian abon ikan belimbing wuluh adalah abon ikan belimbing wuluh memiliki kualitas rasa, warna, aroma dan tekstur yang sudah mendekati standar

Majas metafora, metonimi, dan sinedoke banyak dipakai dalam menjelaskan fenomena yang terjadi dalam bahasa, baik menyangkut perluasan makna, hubungan antar makna,

Jadwal Pelaksanaan, disebutkan bahwa Rekanan harus menyelesaikan pekerjaan pencetakan selama 7 hari kalender setelah dummy disetujui untuk dicetak.. Pada daftar kuantitas

[r]

Four grammar topics were selected, namely Regular Plural form, Sub- ject Pronoun, Auxiliary Verbs Do/Does, and Irregular Past Tense Verbs as they were deemed to be

Usulan program Kreativitas Mahasiswa yang kami susun berjudul Bayam sebagai Bahan Pembuat “Vegetable’s Spaghetti Maknyus Tenan” untuk Pengganti Tepung Terigu. Bahan utama

Investasi di sektor perikanan pada Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku masih sangat rendah dibandingkan dengan sektor utama lainnya (pertambangan, pertanian tanaman

Kemudian untuk menyalakan electric solenoid valve penyiram taman tersebut, pengguna dapat menekan tombol “ Power On” yang ditandai dengan lampu indikator berwarna