• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosialisasi. Sementara, menurut Tim Mitra Guru (2007) agen sosialisasi merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosialisasi. Sementara, menurut Tim Mitra Guru (2007) agen sosialisasi merupakan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pengertian Agen Sosialisasi

Menurut Narwoko dan Suyanto (2004) agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Agen sosialisasi biasa juga disebut dengan media sosialisasi. Sementara, menurut Tim Mitra Guru (2007) agen sosialisasi merupakan tempat di mana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai agen sosialisasi (agent of socialization) atau sarana sosialisasi, yang dimaksud dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Salah satu agen sosialisasi adalah keluarga.

2.1.1 Keluarga

Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Keluarga dapat digolongkan ke dalam kelompok primer, selain karena para anggotanya saling mengadakan kontak langsung, juga karena adanya keintiman dari pada anggotanya (Narwoko dan Suyanto, 2004).

Menurut Horton dan Hunt (1987) dalam Narwoko dan Suyanto (2004) istilah keluarga umumnya menunjuk beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama

2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan darah dan perkawinan 3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak

4. Pasangan nikah yang mempunyai anak

(2)

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi terhadap manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki oleh keluarga yaitu:

a. Keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara anggotanya.

b. Orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional dimana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi.

c. Adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peran yang penting terhadap proses anak (Narwoko dan Suyanto, 2004)

Menurut Khairudin dalam Su’adah (2003), ciri-ciri keluarga adalah:

a. Kebersamaan, keluarga merupakan bentuk yang paling universal di antara bentuk-bentuk organisasi sosial lainnya dan dapat ditemukan disemua masyarakat.

b. Dasar-dasar emosional, hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan sangat mendalam dari sifat organis kita seperti perkawinan, menjadi ayah, kesetiaan akan material dan perhatian orang tua.

c. Pengaruh perkembangan, hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk manusia dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kehidupan.

d. Ukuran yang terbatas, keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya yang dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa

(3)

kehilangan patrialkal, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk oleh satuan-satuan keluarga.

e. Tanggung jawab para anggota, keluarga memiliki tuntutan yang lebih besar dan kontiniu daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya.

f. Aturan kemasyarakatan, hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu di dalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi-kondisinya.

g. Sifat kekekalan dan kesetaraan, sebagai instruksi keluarga merupakan suatu yang demikian permanen dan universal, dan sebagai asosiasi merupakan organisasi menjadi terkelompok di sekitar keluarga yang menuntut perhatian khusus.

Secara umum, ada 2 (dua) tipe keluarga yang utama,yaitu: 1. Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum dewasa atau belum menikah. Dari segi falsafah hidup, akan ditemukan keluarga modern dan keluarga tradisional. Keluarga modern memiliki pandangan yang rasional dan menata masa depan dengan penuh perhitungan. Sedangkan keluarga tradisional masih mendahulukan tradisi lama untuk dipertahankan dan sulit untuk dirubah.

2. Extended family (keluarga besar)

Keluarga besar adalah gabungan dari beberapa keluarga inti yang masih memiliki hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu rumah. Misalnya terdiri dari paman, sepupu, kakek, nenek, dan biasanya terdiri dari tiga generasi dalam satu garis keturunan.

(4)

Menurut Horton dalam Su’adah (2003), keluarga memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

a. Fungsi pengaturan seksual, keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

b. Fungsi reproduksi, yaitu keluarga befungsi untuk memproduksi anak dan melanjutkan keturunan.

c. Fungsi afeksi, yaitu keluarga berfungsi sebagai penyedia kebutuhan manusia akan kasih sayang dan rasa cinta.

Segi penting dari proses sosialisasi dalam keluarga ialah bagaimana orang tua dapat memberikan motivasi kepeda anak-anak agar mau mempelajari pola perilaku yang diajarkan kepadanya.

Proses sosialisasi dalam lingkungan keluarga terdiri dari dua macam pola sosialisasi, yaitu:

a. Cara represif yang mengutamakan adanya pendekatan anak pada orang tua. Cara represif merupakan suatu bentuk sosialisasi yang mengarah kepada hukuman (punishment) dan pemberian suatu hadiah (reward). Pada sosialisasi ini, seseorang yang dapat menuruti kemauan dari orang lain akan mendapatkan hadiah (reward) yang akan didapatnya. Sebaliknya, jika seseorang tersebut tidak dapat menuruti kemauan dari orang lain maka ia akan mendapatkan suatu hukuman (punishment). Sebagai contoh, Ibu ingin seorang anak dapat hidup disiplin dan taat kepada aturan-aturan yang telah ditetapkannya. Jika seorang anak tersebut melanggar aturannya, Ibu akan memarahi atau bahkan memukul anaknya

(5)

setiap kali tidak taat dan disiplin. Jika dirinci, maka ciri-ciri sosialisasi refresif antara lain:

1. Menghukum perilaku yang keliru 2. Hukuman dan imbalan material 3. Kepatuhan anak

4. Komunikasi sebagai perintah 5. Komunikasi nonverbal

6. Sosialisasi berpusat pada orang tua

7. Anak memperhatikan keinginan orang tua 8. Keluarga merupakan dominasi oarang tua

b. Cara partisipatif merupakan bentuk sosialisasi yang mengutamakan pada partisipasi seorang anak dan orang tua tidak memaksakan kehendaknya kepada anak. Pada bentuk ini, sosialisasi yang terjadi adalah memberikan suatu imbalan yang baik kepada seorang anaknya. Jika dirinci, ciri-ciri sosialisasi partisipatif antara lain:

1. Memberi imbalan bagi perilaku yang baik 2. Hukuman dan imbalan simbolis

3. Otonomi anak

4. Komunikasi dengan interaksi 5. Komunikasi nonverbal

6. Sosialisasi berpusat pada anak

7. Orang tua memperhatikan keinginan anak

(6)

2.2 Komunikasi

2.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoprasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau gerak (non-verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan tindakan, atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai denagan maksud pihak yang memberikan stimulus. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan disebut komunikasi verbal sedangkan komunikasi yang mengunakan simbol-simbol disebut komunikasi nonverbal (Notoatmodjo, 2012).

2.2.2 Unsur Komunikasi

Menurut Tyastuti dkk (2009), secara garis besar unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Sumber komunikasi

Pihak yang mengawali komunikasi untuk mengirim pesan disebut sender dan ia menjadi sumber pesan (source). Pengiriman yang dimaksud di sini adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik interpersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang lain dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Sebelum terjadi proses komunikasi dengan orang lain, dalam pikiran si pengirim terjadi rangsangan yang berasal dari faktor luar atau dari hasil pengolahan isi pikiran yang menimbulkan kebutuhan, ini akan mendorong untuk menyampaikan

(7)

perasaan atau gagasan kepada orang lain. Pengirim pesan ini biasa juga disebut dengan komunikator.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengiriman kepada penerima. Agar dapat diterima dengan baik, pesan hendaknya dirumuskan dalam bentuk yang tepat, disesuaikan, dipertimbangkan berdasarkan keadaan penerima, hubungan pengirim dan penerima serta situasi komunikasi yang dilakukan.

3. Media

Media merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan kepada penerima pesan. Media dapat berupa media lisan, tertulis atau elektronik.

a. Media lisan

Dapat dilakukan dengan menyampaiakan sendiri pesan secara lisan, baik melalui telepon atau saluran yang lainnya kepada perorangan, kelompok kecil, kelompok besar atau massa. Keuntungan dari penyampaian pesan secara lisan adalah penerima pesan mendengar secara langsung tanggapan atau pertanyaan, memungkinkan disertai nada atau warna suara, gerak-gerik tubuh atau raut wajah dan dapat dilakukan dengan cepat.

b. Media tertulis

Pesan disampaikan secara tertulis melalui surat, memo, hand out, gambar dll. c. Media elektronik

Pesan disampaikan melalui faksimile, email, radio, televisi. Keuntungannya adalah proses cepat dan data bisa disimpan. Penyampaian pesan juga bisa mengalami gnangguan seperti suara terlalu keras, lemah dan sebagainya.

(8)

Karakteristik media massa menurut Cangara (2006) yaitu:

a. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media massa terdiri dari banyak orang. Mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

d. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.

e. Bersifat terbuka, artinya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi ataupun organisasi. Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Kemampuan media massa dapat menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

(9)

4. Lingkungan

Lingkungan atau situasi (tempat, waktu , cuaca, iklim, keadaan alam, psikologis) merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses komunikasi. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.

5. Pihak yang menerima pesan

Penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan atau menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasanya disebut juga dengan khalayak, sasaran, komunikan atau audience/receiver.

6. Umpan balik

Umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa umpan balik terjadi sebagai akibat pengaruh yang berasal dari penerima. Umpan balik dapat berupa umpan balik positif atau umpan balik negatif. Umpan balik positif bila tanggapan penerima menunjukkan kesediaan menerima atau mengerti pesan yang disampaikan, serta memberi tanggapan sesuai yang diinginkan pengirim atau sebaliknya.

7. Pengaruh atau dampak

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa saja yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Menurut De Fleur (1982), pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (Cangara, 2006).

(10)

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Komunikasi

Faktor yang memengaruhi komunikasi antara lain: 1. Latar Belakang Kebudayaan

Dalam hal ini bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu pesan berdasarkan latar belakang kebudayaan. Di sini akan terbentuk pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, makin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi akan semakin efektif.

2. Ikatan dengan Kelompok atau Grup

Artinya kita cenderung mengidentifikasikan diri dengan kelompok tertentu dan cenderung mengembangkan kesetiaan dan menerima norma kelompok tersebut. Nilai-nilai yang dianut oleh kelompok akan sangat memengaruhi cara mengamati pesan.

3. Harapan

Jika harapan sesuai dengan yang diinginkan maka orang tersebut akan menerima pesan tersebut atau sebaliknya jika tidak sesuai dengan harapan maka penerima pesan akan bersifat apatis, cuek bahkan memutuskan komunikasi.

4. Pendidikan

Pendidikan formal atau nonformal akan memengaruhi penerimaan pesan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin kompleks sudut pandangnya dalam menyikapi materi komunikasi.

(11)

5. Situasi

Situasi adalah tempat atau saat terjadinya komunikasi akan berpengaruh pada usaha untuk menginterpretasikan pesan, ketakutan, kecemasan akan memengaruhi cara orang menyerap pesan (Tyastuti dkk, 2009).

2.2.4 Proses Komunikasi dalam Masyarakat

Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka struktur masyarakat itu semakin rumit pula. Kompleksitas masyarakat juga ditentukan oleh ragam budaya dan proses-proses sosial yang dihasilkannya (Bungin, 2008).

1. Komunikasi Langsung

Pada komunikasi langsung (tatap muka) baik antara individu, atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, kelompok dengan masyarakat, maka pengaruh individu (interpersonal) termasuk dalam pemahaman komunikasi ini. Persyarataan yang harus ada dalam komunikasi tatap muka adalah antara komunikator dengan komunikan harus langsung bertemu dan prosesnya dipengaruhi oleh emosi, perasaan di antara kedua pihak. Makin tinggi tingkat kepercayaannya, maka makin tinggi pengaruh komunikator dan/atau sebaliknya. 2. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Unsur-unsur komunikasi massa adalah:

(12)

a. Komunikator b. Media massa

c. Informasi (pesan) massa d. Khalayak (publik) e. Umpan balik

Fungsi komunikasi massa dalam masyarakat, yaitu: a. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

b. Fungsi Social Learning

Dalam hal ini fungsi yang utama adalah melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.

c. Fungsi Penyampaian Informasi

Fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.

d. Fungsi Transformasi Budaya

(13)

e. Fungsi Hiburan

Hiburan tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa (Bungin, 2008).

Media massa merupakan media sosialisasi yang kuat untuk membentuk keyakinan-keyakinan baru atau mempertahankan keyakinan yang ada. Bahkan proses sosialisasi melalui media massa ruang lingkupnya lebih luas dari media sosialisasi yang lainnya. Iklan-iklan yang ditayangkan media massa, misalnya disinyalir telah menyebabkan perubahan pola konsumsi, bahkan gaya hidup masyarakat (Narwoko dan Suyanto, 2004).

2.3 Komunikasi Kesehatan

2.3.1 Definisi Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk memengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat dan selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat yang sehat tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

(14)

2.3.2 Bentuk Komunikasi Kesehatan

Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan masyarakat adalah komunikasi antarpribadi (internal communication) dan komunikasi massa (mass communication).

a. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal)

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan yang lain baik perorangan maupun kelompok. Di dalam pelayanan kesehatan, komunikasi antarpribadi ini terjadi antarapetugas kesehatan dengan klien atau kelompok masyarakat dengan para anggota masyarakat. Komunikasi antarpribadi akan efektif apabila memenuhi tiga hal berikut:

1. Empati, yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain (orang yang diajak berkomunikasi.

2. Respek terhadap perasaan dan sikap orang lain.

3. Jujur dalam menanggapi pertanyaan orang lain yang diajak berkomunikasi. Metode komunikasi antarpribadi yang paling baik adalah konseling karena di dalam cara ini antara komunikator dan komunikan atau klien terjadi dialog, klien dapat lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir.

Proses konseling diingat dengan mudah dengan istilah GATHER yaitu: 1. Greet clients warmly (menyambut klien dengan hangat)

2. Ask clients about their problem (menanyakan tentang keadaan mereka)

3. Tell clients about their problem (menanyakan masalah-masalah yang mereka hadapi)

(15)

4. Help clients solve their problem (membantu pemecahan masalah yang mereka hadapi)

5. Explain how to prevent to hove the same problem (menjelaskan bagaimana mencegah terjadinya masalah yang sama)

6. Return to follow-up (melakukan tindak lanjut terhadap konseling) (Notoatmodjo, 2012).

b. Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada masyarakat. Komunikasi dalam kesehatan berarti menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai media massa (TV, radio, media cetak dan sebagainya).

2.4 Pencarian Penyembuhan

2.4.1 Definisi Pencarian Penyembuhan

Pencarian penyembuhan/pengobatan adalah perilaku orang atau masyarakat yang sedang mengalami sakit atau masalah kesehatan lain, untuk memeroleh pengobatan sehingga sembuh atau teratasi masalah kesehatannya. Bagi keluarga, masalah kesehatan atau penyakit bukan hanya terjadi pada diri sendiri, tetapi juga bagi anggota keluarga yang lain, terutama anak-anak. Anak-anak dalam keluarga maupun anak balita, dengan sendirinya perilaku pencarian penyembuhan ini masih ditentukan atau tanggung jawab dari orangtuanya. Apabila seorang dewasa atau anak balita dalam kelurga sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang lain, biasanya keputusan yang diambil adalah:

(16)

a. Tidak melakukan tindakan apa-apa (no action).

b. Melakukan pengobatan sendiri (self mediabation atau self treatment), baik menggunakan cara tradisional atau modern.

c. Mencari pengobatan keluar, baik tradisional maupun modern. (Notoatmodjo, 2010).

2.4.2 Perilaku Penyembuhan

Perilaku penyembuhan adalah tindakan (action) yang diambil oleh seseorang yang sedang sakit, atau anaknya yang sedang sakit untuk memeroleh penyembuhan. Perilaku atau tindakan ini dikelompokkan menjadi dua, yakni mengobati sendiri dan mencari pengobatan atau penyembuhan keluar. Hal ini sebenarnya tidak masalah asalkan masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit serta cara-cara mengatasi penyakit tersebut secara adekuat (Notoatmodjo, 2010)

2.4.3 Perilaku Penyembuhan/Pengobatan Sendiri

Pola perilaku pengobatan sendiri, apabila orang dewasa sakit atau anak balitanya sakit memiliki 3 (tiga) pola pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat, yakni:

a. Obat-obat modern, baik dibeli di warung maupun di apotek, seperti obat-obat untuk sakit kepala, sakit perut, sakit mata, luka dan sebagainya.

b. Obat-obat tradisional, baik yang diramu atau dibuat sendiri dari daun-daunan maupun yang dibeli di warung, seperti jamu, jamu gendong keliling.

c. Obat-obat lainnya, yakni obat-obat lain yang tidak termasuk jenis di atas. Obat ini biasanya diberikan oleh para normal atau dukun, yang berupa air, atau benda-benda yang diberi mantera-mantera (Notoatmodjo, 2010).

(17)

2.4.4 Perilaku Pencarian Pengobatan Keluar

Perilaku pencarian pengobatan keluar (tidak diobati sendiri) pada orang dewasa atau anak balita sakit dibawa oleh keluarganya, terwujud dalam fasilitas atau pelayanan kesehatan yang digunakan oleh anggota masyarakat, dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu:

a. Rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta b. Praktek dokter

c. Puskesmas, Pustu dan Balai Kesehatan Masyarakat d. Petugas Kesehatan dan

e. Dukun dan atau pengobatan tradisional (Batra) dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

Pola pencarian pengobatan ini kemungkinan bisa dilakukan secara kombinasi. Artinya seseorang bisa saja dalam waktu sakit mencari penyembuhan atau berobat ke dua fasilitas atau pelayanan kesehatan yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Pola pencarian pengobatan masyarakat perkotaan sedikit berbeda dengan pola pencarian masyarakat pedesaan. Pada masyarakat pedesaan, puskesmas dan pustu merupakan pilihan tertinggi tempat pencarian pengobatan. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, dokter praktek merupakan pilihan yang tertinggi. Peranan dukun pada masyarakat pedesaan dan perkotaan masih ada walaupun dalam persentase yang rendah (Notoatmodjo, 2010)

(18)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian untuk mendapatkan pencarian pengobatan diambil dari teori Su’adah (2003), sehingga didapatkan kerangka konsep sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal berpengaruh secara signifikan terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

Pencarian Pengobatan Agen Sosialisasi Keluarga

- Keluarga Inti Ayah Ibu Mertua Anak Kakak Abang - Keluarga Besar Kakek Nenek Paman Bibi Sepupu Tetangga - Komunikasi Interpersonal

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan dilakukan berdasarkan pertimbangan dan diskusi dengan pihak terkait. Bila nakes merasa keberatan terhadap keputusan maka yang bersangkutan dapat mengajukan

Kantung bawah adalah kantung yang dihasilkan pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki dua sayap yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga

Tidak semua pasien bisa mencapai kondisi bebas NAPZA dengan mudah, ada yang setelah berkali-kali diterapi dan ada juga yang sudah memperoleh kondisi bebas NAPZA

Terdapat pengaruh positif yang signifikan variabel Kualitas Pelayanan Produk Bank Syariah Mandiri terhadap Kepuasan Nasabah Bank Syariah Mandiri ( BSM) Jakarta,

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme, maka pelayanan keperawatan dituntut untuk memberikan pelayanan seara professional. Pelayanan keperawatan yang profesi di!arapkan

koridor/solid (bertujuan agar debu yang berasal dari solid tidak pindah ke ruang pengolahan liquid yang relatif tidak berdebu) 3. Tekanan diruang produksi non-betalaktam >

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik penilaian skala 4 (sangat baik, baik, cukup dan kurang) terhadap penilaian hasil belajar jurus tunggal tangan