• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk aslinya, sebagai akibat dari masuk atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kemasukan benda asing itu, menimbulkan dampak buruk terhadap biotrop yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan lingkungan tersebut. Pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya (Palar, 1994).

Pencemaran lingkungan salah satunya adalah logam berat. Pengaruh logam berat pada lingkungan meningkat seiring dengan kepadatan penduduk dan taraf hidup masyarakat. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan padatnya jumlah kendaraan yang digunakan untuk membantu aktivitas manusia (Darmono, 1995).

Dilihat dari sumbernya, pencemaran udara terbesar memang berasal dari asap buangan kendaraan bermotor. Asap kendaraan bermotor dapat mengeluarkan partikel Pb yang kemudiaan masuk atau mencemari ke dalam makanan yang dijajakan di pinggir jalan atau dapat terserap manusia secara langsung melalui pernafasan (Cahyadi, 2004). Banyaknya kendaraan bermotor di Indonesia yang

(2)

masih tinggi merupakan salah faktor penyebab tingginya kontaminasi timbal pada lingkungan (Darmono, 1995).

Pencemaran udara dari asap kendaraan bermotor menunjukkan tingkat toksisitas timbal sehingga dapat menyebabkan sayuran yang di tanam dekat jalan padat lalu-lintas mengandung timbal. Timbal yang dihasilkan dari pembakaran bensin berpengaruh terhadap tingginya akumulasi timbal ditanah dan sayuran di pinggir jalan (Wardhana, 1995).

Timbal berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan karena logam tersebut mempunyai sifat merusak jaringan tubuh makhluk hidup. Timbal merupakan pencemar yang toksik dan merupakan golongan logam berat yang pada tingkat tertentu dapat mengganggu kesehatan manusia (Supriharyono, 2002).

Pemasukan timbal berlebihan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan resiko berkembangnya penyakit tertentu. Efek yang ditimbulkan antara lain: anemia, otot lemah, kerusakan ginjal dan efek dari reproduksi seperti menurunnya fertilitas pada wanita/pria serta kerusakan janin pada ibu hamil (Kirck-Othmer, 1998).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui cemaran logam timbal serta menentukan kadar timbal yang terkandung dalam sayuran. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sayur sawi caisin dikarenakan tanaman sawi banyak dikonsumsi oleh manusia. Daerah Jatinom (Klaten) merupakan salah satu tempat pengambilan sampel karena lokasinya yang ramai

(3)

lalu lintas. Pengambilan sampel untuk lokasi sepi dipilih daerah Selo (Boyolali) karena letaknya yang jauh dari keramaian lalu lintas dan dekat pegunungan.

Metode analisis yang digunakan adalah metode Spektrofotometri Serapan Atom. Metode ini digunakan untuk menentukan unsur-unsur logam berat dalam suatu bahan dengan kepekaan serta selektivitas yang tinggi (Gunandjar, 1985).

B. Perumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah logam timbal dalam sawi caisin yang ditanam di lokasi ramai dan sepi lalu lintas kendaraan bermotor?

2. Adakah perbedaan kadar polutan timbal dalam sawi caisin yang ditanam di lokasi ramai dan sepi lalu lintas kendaraan bermotor?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Membuktikan adanya polutan logam timbal dalam sawi caisin yang ditanam di lokasi ramai dan sepi lalu lintas kendaraan bermotor.

2. Membuktikan adanya perbedaan kadar polutan timbal dalam sawi caisin yang ditanam di lokasi ramai dan sepi lalu lintas kendaraan bermotor.

(4)

D. Tinjauan Pustaka 1. Logam timbal

Dalam keseharian dikenal dengan nama timah hitam (nama lainnya adalah plumbum). Logam timbal ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini mempunyai nomor atom 82 dengan bobot atau berat atom 207,2 g/mol. Logam ini sangat dikenal karena banyaknya timah hitam yang digunakan di pabrik dan paling banyak memberikan keracunan pada makhluk hidup (Palar, 1994).

Selain dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa anorganik dan organik. Semua bentuk timbal mempunyai toksisitas yang sama terhadap manusia. Bentuk organik seperti tetraetil-Pb dan tetrametil-Pb, menyebabkan pengaruh toksisitas yang sama, tetapi agak berbeda dengan bentuk senyawa anorganik-timbal (Darmono, 2001).

Timbal banyak terdapat atau digunakan dalam industri logam, batu baterai, cat, kabel, karet, dan mainan anak-anak. Timbal tetraetil digunakan sebagai bahan tambahan dalam bensin, selain itu timbal juga terdapat sebagai debu atau uap. Batas paparan untuk timbal dan timbal arsenat di udara 0,15 mg/meter kubik, sedangkan batas paparan untuk timbal tetrametil dan timbal tetraetil 0,07 mg/meter kubik. Batas kandungan timbal dalam makanan 2,56 mg/kg (Sartono, 2002)

Menurut Palar (1994) logam timbal mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti:

1) Merupakan logam lunak sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk sebagai bahan pelapis

(5)

2) Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosif atau karat sehingga bahan logam timbal sering digunakan sebagai bahan pelapis

3) Mempunyai kerapatan lebih besar dibandingkan logam-logam biasa 4) Merupakan penghantar listrik yang tidak baik

5) Bila dicampur dengan logam bahan lain membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya

a. Absorpsi, Distribusi, dan Ekskresi timbal.

Menurut Connel dan Miller (1984), logam yang terdapat di lingkungan akan diserap ke dalam tanaman melalui stomata dan sistem perakaran. Unsur timbal masuk melalui stomata, dimana timbal yang dihasilkan dari proses alam maupun proses industri akan bergabung dengan partikel-partikel udara dan masuk ke dalam tanaman pada saat stomata daun tanaman membuka, sedangkan unsur timbal terabsorbsi oleh akar pada saat akan mengabsorbsi air dan unsur hara.

Absorbsi timbal melalui penyerapan timbal oleh akar kemudian diendapkan dipermukaan akar, timbal secara perlahan akan mengumpul dalam sel yaitu dalam diktiosoma (badan golgi), dari gelembung diktiosoma akan bermigrasi ke dinding sel dan akhirnya timbal terakumulasi di plasmodema dinding sel daun dan batang, lebih dari 90% timbal tersimpan dalam dinding sel daun pucuk dan hanya sejumlah kecil timbal yang dapat menembus buah dan biji. b. Keracunan Timbal

Keracunan timbal akut biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam atau inhalasi uap timbal. Hal ini akan menimbulkan efek astringen yaitu rasa haus dan rasa logam. Gejala lain yang sering timbul

(6)

adalah berupa mual, muntah dengan muntahan menyerupai susu karena PbCl2 dan sakit perut hebat, tinja berwarna hitam karena PbS, dengan disertai diare atau konstipasi (Darmono, 1995).

Gejala keracunan kronis (Plumbism) dapat dibedakan atas enam macam sindrom yaitu sindrom abdominal, aeuro muscular, SSP, hematologi, renal dan sindrom lain. Gejala ini biasanya timbul sebagian atau semua sekaligus. Gejala ini dimulai dengan mual, malaiser, sakit kepala, konstipasi, terutama pada orang dewasa kadang-kadang terjadi diare (Darmono, 1995).

Pemasukan timbal berlebihan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan resiko berkembangnya penyakit tertentu. Bagian tubuh yang diserang adalah darah, sistem nervous, sistem digesti, sistem reproduksi, ginjal. Efek yang ditimbulkan antara lain: anemia, otot lemah, kerusakan ginjal dan efek dari reproduksi seperti menurunya fertilitas pada wanita/pria serta kerusakan janin pada ibu hamil (Kirck-Othmer, 1998).

Timbal masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan proses pencernaan kemudian diabsorbsi dalam sistem sirkulasi pada paru-paru dan pencernaan, dikeluarkan lewat urin dan feses (Kirck-Othmer, 1998).

Pencemaran timah dalam lingkungan telah distandarisasi oleh United States karena mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perkembangan kognitif dan fisik pada anak-anak muda. United States menetapkan standar timbal dalam udara yaitu 1,5 μ/m3. Salah satu agen kesehatan Amerika yaitu Occupational Safety and Health Association (OSHA) memberikan standar timbal dalam darah bagi pekerja yaitu dibawah 40 μg/dL dan oleh agen kesehatan

(7)

Amerika yaitu American Conference of goverment Industrial Hygienists (ACGIH) menetapkan timbal dalam darah yaitu 50 μg/dL dan timbal dalam urin 150 μg/dL (Kirck-Othmer, 1998).

c. Diagnosis dan pengobatan keracunan timbal

Diagnosis akan sulit dipastikan, tetapi didasarkan anamnesi dan sejarah timbulnya gejala dapat diarahkan dan kepastiannya berdasarkan pemeriksaan kadar timbal dalam tubuh (darah, urin, feses). Jika dari diagnosis telah dipastikan maka pengobatan harus segera dilaksanakan yaitu dengan menggunakan bahan yang dapat mengikat dan menarik timbal dari jaringan (biasanya dengan agen kelat). Dengan menggunakan agen kelat konsentrasi timbal dalam jaringan akan cepat sekali menurun sampai mendekati normal dan gejala keracunan akan menghilang. Pengobatan keracunan timbal awal fase akut intoksikasi timbal adalah secara suportif dan selanjutnya harus dicegah pejaran lebih jauh. Kadar timbal dalam darah harus ditentukan sebelum pengobatan dengan kelator (Ganiswara, 1995).

2. Tanaman Sawi Caisin

Logam-logam berat yang berasal dari pencemaran udara dapat terakumulasi pada hewan, manusia, tumbuhan (pada daun, akar, batang, buah). Sifat ini dapat menjadi indikator atau pendeteksi adanya cemaran logam dalam udara, tanah, air, dan cemaran lainnya yang berasal dari pupuk pestisida dan digunakan pada tanaman. Cemaran logam ini dapat terakumulasi dalam tanaman sawi caisin yang menjadi objek penelitian.

(8)

Berdasarkan tatanama (sistematika) botani tanaman sawi caisin diklasifikasikan kedalam divisi: Spermatophyta, subdivisi: Angiospermae, kelas: Dicotyledonae, bangsa: Brassicales, suku: Brassicaceae, marga: Brassica, jenis: Brassica juncea (L.) (Rubatzky, 1998).

Selain memiliki kandungan vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan, sawi caisin dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi caisin yang dikonsumsi berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi sawi karena dapat membantu memperbaiki fungsi ginjal. Sebagai sayuran berserat, sawi baik pula dikonsumsi untuk memperbaiki dan memperlancar pencernaan (Haryanto, 2003)

Jenis sawi ini sangat beragam kegetirannya. Sebagian besar bentuk sawi ini digunakan untuk lalapan rebus. Daun bagian dalam tidak begitu getir dan disukai untuk lalapan, sedangkan daun terluar yang lebih tua beraroma keras, dan biasanya dimasak. Daunnya bergizi, memiliki kandungan provitamin A dan asam askorbat (Rubatzky,1998).

3. Spektrofotometer Serapan Atom

Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan unsur-unsur di dalam suatu bahan dengan kepekaan, ketelitian serta selektivitas yang tinggi adalah metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dapat juga dilakukan atomisasi tanpa nyala (Flameless Atomization), yaitu dengan cara menggunakan energi listrik pada batang karbon (CRA = Carbon Rod Atomizer) atau bahkan hanya dengan penguapan, misalnya pada analisis Hg (Gunandjar, 1985).

(9)

a. Prinsip Spektrofotometri Serapan Atom

Prinsip metode Spektrofotometri Serapan Atom adalah absorbsi sumber radiasi (di luar nyala) oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas biasanya radiasi sinar tampak atau ultraviolet (Mulya dan Suharman, 1995).

Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar,1990)

Umumnya fraksi atom tereksitasi berada pada gas yang menyala kecil sekali. Pengendalian temperatur nyala penting sekali. Dibutuhkan kontrol tertutup dari temperatur yang digunakan untuk eksitasi. Kenaikan temperatur menaikkan efisiensi atomisasi (Khopkar, 1990)

Cara kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang dikandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang mengandung unsur yang ditentukan. Banyaknya radiasi yang diserap kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu ditunjukkan pada Tabel 1.

(10)

Tabel 1. Unsur Logam dan Panjang Gelombang (Khopkar,1990) No Unsur logam Panjang gelombang

.1 2 3 4 5 6 7 Ca Cd Cr Hg Mn Pb Zn 422.7 nm 228.8 nm 357.9 nm 253.7 nm 279.5 nm 283 nm 213.9 nm

Alat SSA model sistem nyala sangat sensitif untuk mendeteksi logam dalam konsentrasi sangat kecil dalam sampel (ppb), dengan cuplikan dalam bentuk logam. Proses atomisasi dengan temperatur tinggi tersebut dapat menyempurnakan proses dan proses ini pada suatu larutan sampel dapat dideteksi dengan SSA adalah Cd, Cu, Co, Zn, Pb, Mn dan sebagainya, dalam jumlah yang relatif sedikit dalam jaringan biologis (Darmono, 1995).

Cara analisis SSA baik atomisasi dengan nyala yang menggunakan berbagai bahan bakar, maupun dengan tanpa nyala mampu menentukan secara kualitatif dan kuantitatif hampir semua unsur logam. Kepekaan mulai dari beberapa ppm sampai ppb, dan juga mengukur sampel pada konsentrasi yang relatif tinggi di atas 100 ppm (Gunandjar, 1985).

(11)

Kegunaan SSA untuk analisis kuntitatif logam-logam alkali. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Larutan sampel diusahakan seencer mungkin tidak lebih dari 5 % dalam pelarut yang sesuai. Larutan yang dianalisis terlebih dahulu diasamkan atau dilebur dengan alkali tanah kemudian diasamkan lagi.

2) Hindari pemakaian pelarut aromatik atau halogenida. Pelarut organik yang umum dipakai adalah keton, ester, dan etil asetat. Hendaklah dipakai pelarut-pelarut untuk analisis (pro analysis)

3) Dilakukan perhitungan atau kalibrasi dengan zat standar, sama seperti pelaksanaan spektrofotometri UV-Vis (Mulya dan Suharman, 1995).

b. Instrumentasi

1) Sebagai sumber radiasi dipakai lampu wolfram yang menghasilkan radiasi sinambung. Lampu wolfram memberikan intensitas yang sangat kecil. Sumber radiasi yang dipakai tidak perlu harus sinambung dan mempunyai garis spektrum yang sama dengan garis resonansi. Sumber radiasi yang terbaik adalah sinambung dengan monokromator resolusi yang baik serta intensitas radiasi yang cukup kuat. Lampu katoda yang berongga tersendiri atau kombinasi umum dipakai sebagai sumber radiasi ditunjukkan pada Gambar 1.

(12)

Susunan alat Spektrofotometri Serapan Atom dapat dilihat pada Gambar 2. Bagian-bagian penting dari Spektrofotometri Serapan Atom adalah sumber radiasi resonansi, atomizer, monokromator dan detektor

Keterangan: 1) Lampu katoda, 2) Chopper, 3) Nyala, 4) Atomizer, 5) Lensa

penyearah 6) Celah/slit, 7) Lensa kolimating, 8) Kisi defraksi, 9) Sinar defraksi, 10) Celah keluar sinar, 11) Foto tube, 12) Selang penghisap cairan, 13) Cairan sampel/standar, 14) Asetilen (C2H2), 15) Udara, 16) Flow meter, 17) Amplifier, 18) Recording digital, 19) Pembuangan cairan.

Gambar 2. Bagan dan sistem kerja alat SSA untuk menganalisa logam/mineral (Darmono, 1995)

2) Monokromator yang dipakai mampu memberikan resolusi yang terbaik. Ada dua bentuk monokromator yang dipakai pada spektrofotometri serapan atom yaitu monokromator celah dan kisi difraksi.

3) Alat pembakar untuk mendapatkan nyala api yang dikehendaki juga perlu diperhatikan. Nyala api diharapkan untuk memperoleh uap-uap atom netral suatu unsur dalam sampel.

4) Gas pembakar untuk SSA banyak sekali macamnya yang biasanya dikombinasikan dengan gas pengoksida untuk tujuan penaikan temperatur.

(13)

5) Detektor pada spektrofotometer serapan atom berfungsi mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik (Mulya dan Suharman, 1995).

c. Optimasi parameter pengukuran dengan SSA

Suatu Spektrofotometri Serapan Atom memiliki beberapa parameter perlu dioptimasi untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik. Dalam SSA nyala, parameter-parameter itu antara lain sebagai berikut:

1) Pemilihan panjang gelombang serapan maksimum

Panjang gelombang menunjukkan bilangan tertentu yang spesifik untuk suatu unsur. Beberapa unsur mempunyai berbagai panjang gelombang resonansi yang dapat digunakan untuk pengukuran pada kisaran kerja tertentu. Perlu diperhatikan bahwa analisis dengan SSA pada panjang gelombang yang paling peka tidak selalu memberikan hasil pengukuran yang baik. Panjang gelombang yang kurang peka sering digunakan untuk menaikkan dinamic range analysis. Dengan demikian pemilihan panjang gelombang untuk analisis SSA adalah penting dan bergantung pada tingkat kandungan unsur yang akan dianalisis (Gunandjar, 1985).

2) Tingkat Pembakaran

Pembakaran diatur sedemikian rupa karena cuplikan akan dibakar pada tempat ini dan sekaligus memberikan radiasinya. Pengaturan posisi ini adalah arah horizontal yang terdiri atas kiri-kanan muka-belakang dari pembakar sehingga radiasi lampu katoda cekung tepat lurus dengan pembakar. Apabila posisi pembakar terlalu rendah, maka radiasi lampu katoda cekung akan mengenai bagian atas nyala. Bagian ini mempunyai daerah reaksi sehingga atom-atom

(14)

masuk ke arah reaksi maka dapat terjadi oksidasi yang menyebabkan proses pengatoman menjadi berkurang karena atom-atom bebas akan bereaksi dengan oksigen membentuk suatu senyawa oksidasi. Apabila posisi pembakar terlalu ke atas maka radiasi lampu katoda cekung akan tertutup (Willard, 1988). 3) Interferensi dalam Spektrofotometri serapan atom

Hal-hal khusus yang dapat mengakibatkan gangguan-gangguan interferensi dalam SSA ada 3 macam (Gunandjar,1991):

a) Interferensi kimia

Interferensi kimia disebabkan oleh proses kimia yang terjadi di dalam cuplikan, yaitu pembentuk senyawa yang sukar menguap.

b) Interferensi ionisasi

Interferensi ionisasi dapat terjadi jika suhu atomisasi terlalu tinggi, sehingga atom-atom yang dianalisa tidak teratomisasi pada tingkat tenaga dasar. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambah unsur (logam) yang mudah terionisasi secara berlebihan.

c) Interferensi spektra

Interferensi spektra terjadi akibat adanya gas emisi spektrum yang tumpang tindih (overlap) hal ini terjadi jika pemisahan antara dua garis spektrum kurang dari 0,001 nm.

E. Keterangan Empiris

Dalam sawi caisin yang ditanam di lokasi ramai dan sepi lalu lintas mengandung cemaran logam timbal dalam kadar berbeda.

Gambar

Tabel 1. Unsur Logam dan Panjang Gelombang (Khopkar,199 0) No  Unsur logam  Panjang gelombang
Gambar 1. Skema Lampu Katoda Rongga (Khopkar, 1990)
Gambar 2. Bagan dan sistem kerja alat SSA untuk menganalisa        logam/mineral (Darmono, 1995)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil inspeksi dari perbaikan yang telah dilakukan pada motor induksi 2380 kW di PT.PINDAD (Persero), maka didapatkan beberapa permasalahan yang terjadi akibat

Kebijakan yang dikaji terkait kurikulum dan rencana kegiatan anggaran sekolah yang mendukung upaya pengelolaan sumber daya perikanan berkelanjutan; pelaksanaan kurikulum

Hasil perhitungan dari penelitian ini menujukkan bahwa total biaya untuk satu kali proses produksi minuman sari buah apel mencapai Rp 5.341 per produksinya,

 Item Bank Administrator adalah tim atau staf pengajar yang ditunjuk/ditugaskkan oleh institusi untuk mengelola soal, baik di tingkat institusi, regional dan nasional..  Username

Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menampung sampah yang berasal dari DKI Jakarta (lima zona pembuangan) seluas 85 Ha, dan sampah yang berasal dari Kota

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Rata-rata Current Ratio (CR) adalah 16,72, rata-rata Debt to Asset Ratio (DAR) adalah 0,41, rata-rata Return On Asset

Berdasarkan perhitungan dengan Importance - Performance Analysis sebagai Instrumen Penilaian Kualitas pelayanan diperoleh hasil kualitas pelayanan dalam pembuatan kartu

Tujuan akhir model indeks tunggal adalah sama halnya dengan analisis Markowitz, melacak batas efisien (efficient frontier) dari set portofolio yang dimana investor akanmemilik