• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sebuah pinjaman dengan bunga yang ringan maupun menjual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memberikan sebuah pinjaman dengan bunga yang ringan maupun menjual"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang berkembang dengan pertumbuhan penduduk yang pesat namun kemampuan ekonomi penduduk yang tidak mendukung membuat roda perekonomian perlu distabilkan. Di era saat ini sudah banyak bermunculan sebuah badan usaha yang dinamakan koperasi untuk membantu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan salah satu cara memberikan sebuah pinjaman dengan bunga yang ringan maupun menjual bahan-bahan kebutuhan dengan harga yang murah. Koperasi merupakan badan usaha yang berbadan hukum maupun tidak dengan beranggotakan orang-perorangan yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Sebelum Undang-undang tersebut, Indonesia sempat mengeluarkan Undang-undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasianyang kemudian dicabut pada tahun 1992 karena dianggap sudah tidak relevan.

Sejarah terbentuknya gerakan koperasi di Indonesia sendiri, berawal dari abad ke-20 yang merupakan hasil dari usaha yang tidak dilakukan oleh

(2)

orang-orang yang sangat kaya, karena koperasi tumbuh dan berdiri atas gagasan kalangan rakyat ketika mengalami penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme yang semakin memuncak. Adanya dorongan dari penderitaan dan beban ekonomi yang sama, yang bersepakat mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan masyarakat yang mengalami penderitaan yang sama.

Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R. Aria Wiria Atmaja yang berasal dari Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri atau yang biasa disebut Priyayi, yang pada waktu itu semakin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang terlampau tinggi. Usahanya ini mendapat bantuan dari seorang Asisten Residen Belanda yang bertugas di Purwokerto bernama E. Sieburgh. Pada tahun 1898 ide dari R. Aria Wiria Atmadja kemudian dilanjutkan dan diperluas oleh De Walff Van Westerrode sebagai pengganti dari E. Sieburgh. Cita-cita dan ide dari R. Aria Wiria Atmadja ini tidak dapat berlanjut, karena mendapat rintangan atau hambatan sebagai kegiatan dari politik Pemerintah Penjajah waktu itu. Karya-karya yang telah dihasilkan oleh R. Aria Wiria Atmadja yaitu:

1. Mendirikan Bank Simpanan, yang dia anjurkan untuk kemudian diubah menjadi koperasi;

2. Dihidupkannya sistem Lumbung Desa untuk usaha penyimpanan padi rakyat pada musim panen, yang dikelola untuk menolong rakyat dengan

(3)

caramemberikan pinjaman pada musim paceklik. Lumbung Desa ini nantinya akan ditingkatkan menjadi Koperasi Kredit Padi;

Tindakan politik pemerintah penjajah yang menghambat usaha dari R. Aria Wiria Atmadja pada waktu itu, dapat dibuktikan dengan didirikannya Algemene Nallescrediet Bank, Rumah Gadai, Bank Desa (sekarang menjadi BRI), dan sebagainya.1

Koperasi Kredit model Raiffeisen seperti di Jerman yang didirikan oleh R. Aria Wiria Atmadja berhasil diperluas Asisten Residen De Walff Van Westerrode yang sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman, kemudian menganjurkan untuk mengubah “Bank Pertolongan Tabungan” yang sudah ada menjadi “Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian”.2

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan pemikiran yang memberikan pengaruh besar bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat.Budi Utomo yang dibantu Serikat Dagang Islam (Serikat Islam) membentuk koperasi-koperasi rumah tangga, Koperasi Toko, kemudian menjadi koperasi konsumsi yang didalam perkembangannya menjadi Koperasi Batik. Namun dikarenakan pengetahuan serta pengalaman dalam mengelola koperasi masih sangat minim , koperasi-koperasi tersebut tidak bertahan lama.

1

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, 2005, Hukum Koperasi Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.14-15.

2

Ninik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, 2003, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, PT. Rineka Cipta dan PT. Bina Adiaksara, Jakarta, hlm. 25-26.

(4)

Pada zaman Belanda Koperasi belum dapat terlaksana karena, belum adanya instansi pemerintah maupun non pemerintah yang memberikan penerangan serta penyuluhan terkait koperasi, tidak adanya Undang-undang yang mengatur tentang Koperasi, dan Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu akan adanya Koperasi. Namun seiring dengan perkembangan Koperasi ditengah-tengah masyarakat, pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan perundang-undangan tentang Perkoperasian yang pertama, pada tahun 1915 disebut sebagai Verordening ope de Cooperatieve Verenegingen (Koninklijk Besluit, 7 April 1915, Stb. 431), kemudian pada tahun 1927 Rancangan Undang-undang Koperasi yang telah disesuaikan dengan kondisi Indonesia berhasil diselesaikan dan diundangkan pada tahun itu juga yang disebut Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenegingen (Stb. 1927 91). Pada tahun 1933 Pemerintah Hindia-Belanda kembali mengeluarkan Peraturan Umum Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi Algemene Regeling Op De Cooperatieve Verenegingen (S. 1933 – 108).Peraturan tersebut hanya diberlakukan bagi golongan yang tunduk kepada tatanan hukum Barat, sedangkan Peraturan tahun 1927, berlaku bagi golongan Bumiputra.3

Pada tahun 1945 bersamaan dengan kemerdekan Indonesia, semangat koperasi bangkit kembali, hal ini dikarenakan koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat didalam Undang-undang Dasar 1945, yaitu Pasal 33 ayat (1) beserta penjelasannya. Pada tanggal 12 Juli 1947 Gerakan Koperasi seluruh

3

(5)

Indonesia mengadakan kongres yang pertama di Tasikmalaya, Jawa Barat yang menghasilkan keputusan penting yaitu menetapkan bahwa tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi.Pengaruh yang besar terhadap perkembangan koperasi juga ditunjukkan oleh Moh.Hatta sehingga menjadikannya sebagai Bapak Koperasi Indonesia dalam Kongres Besar Koperasi seluruh Indonesia II di Bandung tahun 1953 karena perannya tersebut.4

Dalam menjalankan roda perekonomian dari sebuah koperasi, diperlukan peranan penting dari pengurus koperasi. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota dan pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota serta badan eksekutif yang bertugas di bidang pengelolaan, sedangkan Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur bedasar atas asas kekeluargaan. Cita-cita Koperasi tersebut seperti yang terkandung dalam Pancasila dan Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”, dan itulah sebagai ciri-ciri dari demokrasi ekonomi.Demi terwujudnya koperasi yang dicita-citakan tersebut maka diperlukanlah seperangkat organisasi yang terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas.Pembentukan sebuah koperasi juga harus berdasarkan akta pendirian dimana didalamnya harus memuat Anggaran Dasar dan kedudukan wilayah dari koperasi tersebut di Republik Indonesia.

4

(6)

para anggota dalam rapat umum adalah pembuat kebijaksanaan dengan kekuasaan untuk memutuskan segala hal yang berkenaan dengan koperasi dan urusan-urusannya, selain itu pengurus mempunyai kewenangan untuk mewakili koperasi sebagai badan hukum, baik di pengadilan maupun di luar pengadilan. Pengurus dalam mengelola koperasi tidak hanya mempunyai tugas dan fungsi yang harus dijalankan, tetapi pengurus juga mempunyai tanggungjawab terhadap koperasi yang dikelolanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Luar Biasa.

Pada tanggal 31 Desember 2014 keberadaan koperasi di Indonesia berjumlah 209.488 dengan kondisi koperasi aktif sejumlah 147.249 dan yang tidak aktif berjumlah 62.239 koperasi. Keseluruhan koperasi di Provinsi D.I. Yogyakarta berjumlah 2.610 dengan koperasi aktif sebanyak 2.269 dan yang tidak aktif berjumlah 341 koperasi.5Di daerah Kabupaten Sleman koperasi berjumlah 629 koperasi dengan kondisi koperasi aktif sebanyak 581 koperasi dan yang tidak aktif berjumlah 48 koperasi.6Pada tahun 2009 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Sleman telah membubarkan koperasi pasif sebanyak 18 koperasi dan 18 koperasi pada tahun 2010.7

5

Koperasi-koperasi tersebut kebanyakan adalah koperasi fungsional yang berada dibawah naungan pihak negeri maupun swasta.Pembubaran dilakukan karena koperasi-koperasi

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=file&id=377:data-koperasi-31-desember-2014&Itemid=93, diakses tanggal 3 Juni 2015 pukul 13.00 WIB.

6

http://perindagkop.slemankab.go.id/data-koperasi-tahun-2014-3, diakses tanggal 3 Juni 2015 pukul 15.00 WIB.

7Hasil wawancara dengan Teguh (kepala bidang koperasi dan usaha kecil menengah Disperindagkop

(7)

tersebut sudah tidak dapat diharapkan lagi keberlangsungannya, karena institusi yang menaunginya sudah dibubarkan sehingga koperasi terbengkalai.

Keberadaan suatu koperasi tidak selamanya berjalan mulus, banyak permasalahan yang harus dihadapi, baik masalah yang timbul akibat dari internal koperasi sendiri yang tidak dapat diselesaikan dengan cara musyawarah sehingga mengakibatkan terganggunya kestabilan koperasi maupun masalah eksternal koperasi. Adapun masalah Internal yang dihadapi yaitu:

1. Kebanyakan pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas;

2. Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga “rangkap jabatan”; 3. Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam

memulihkannya; 4. Keterbatasan dana;

5. Administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu sehingga menyediakan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap;

6. Kebanyakan anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi di lain pihak anggota banyak berhutang kepada koperasi;

7. Dengan modal usaha yang relatif kecil maka volume usaha terbatas; akan tetapi bila ingin memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki tidak mampu menanggulangi usaha besar-besaran; juga karena insentif rendah sehingga orang tidak tergerak hatinya menjalankan usaha besar yang kompleks.

(8)

Permasalahan eksternal dari koperasi yaitu:

1. Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas memasuki bidang usaha yang sedang ditangani oleh koperasi;

2. Dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi menjalankan usahanya dengan baik, misalnya usaha penyaluran pupuk yang pada waktu lalu disalurkan oleh koperasi melalui koperta sekarang tidak lagi sehingga terpaksa mencari sendiri;

3. Tanggapan masyarakat sendiri terhadap koperasi; karena kegagalan koperasi pada waktu yang lalu tanpa adanya pertanggungjawaban kepada masyarakat yang menimbulkan ketidakpercayaan pada masyarakat tentang pengelolaan koperasi;

4. Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan sekarangtidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, tapi justru menciutkan usaha.

Apabila permasalahan tersebut tidak dapat diatasi, hal ini akan mengakibatkan koperasi tersebut menjadi tidak berfungsi. Permasalahan seperti ini tentu saja menjadi perhatian dan tanggungjawab tidak hanya bagi pengurus atau semua yang terlibat dalam koperasi tersebut maupun pemerintah khususnya pemerintah daerah yang menaungi koperasi-koperasi yang ada didaerahnya dalam mengawasi, memberikan perlindungan dan fasilitas kepada Koperasi serta memampukannya untuk keluar dari permasalahan dan melaksanakan Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945. Selain itu Pemerintah dalam hal ini dapat

(9)

melakukan berbagai tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, jika koperasi sulit bahkan tidak mampu lagi untuk dijalankan maka pemerintah dapat menertibkannya dimana pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah. Tindakan-tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah dapat berupa pembinaan maupun pembubaran terhadap koperasi tersebut. Koperasi yang dibubarkan oleh pemerintah tidak serta merta akan melepaskan tanggungjawabnya terhadap segala perbuatan hukum yang timbul dengan para pihak sebelumnya.

Beberapa koperasi yang dibubarkan oleh pemerintah diakibatkan pengurus koperasi yang sudah lanjut usia, keterbatasan dana dalam mengelola koperasi, rangkap jabatan, serta tidak adanya kegiatan yang dapat dijalankan sehingga tidak terlaksananya Rapat Anggota Tahunan yang berakibat koperasi tersebut hanya jalan ditempat bahkan tidak berfungsi. Koperasi-koperasi yang tidak berfungsi ini, masih menyisakan tanggungjawab pengurus yang belum terselesaikan baik terhadap pihak ketiga maupun kepada anggota koperasi.Oleh karena itulah, penulis bermaksud untuk mengajukan penelitian dengan judul “PERTANGGUNGJAWABAN PRIBADI PENGURUS KOPERASI TERHADAP KOPERASI YANG DIBUBARKAN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:

(10)

1. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban pengurus koperasi terhadap koperasi yang dibubarkan?

2. Bagaimanakah akibat hukumnya jika pengurus lalai melaksanakan tanggungjawabnya?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, penulis memiliki tujuan untuk : 1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui dan mengkaji bentuk pertanggungjawaban pengurus koperasi kepada para anggotanya terhadap koperasi yang dibubarkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi Oleh Pemerintah.

b. Untuk mengetahui dan mengkaji akibat hukum yang akan diterima oleh pengurus koperasi jika pengurus tersebut lalai dalam melaksanakan tanggungjawabnya terhadap koperasi yang dibubarkan.

2. Tujuan Subjektif

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan hukum sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.Selain itu, penulis berharap penelitian ini dapat berguna serta bermanfaat bagi mahasiswa yang tertarik untuk menulis atau memiliki keterkaitan dengan penelitian ini sehingga

(11)

dapat dijadikan sebagai bahan untuk bacaan, dan bahan masukan bagi pengetahuan dalam bidang hukum.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian mengenai Pertanggungjawaban Pribadi Pengurus Koperasi Terhadap Koperasi Yang Dibubarkan, tidak dijumpai penelitian yang membahas mengenai Pertanggungjawaban Pengurus Koperasi, tetapi ada beberapa yang membahas mengenai Pertanggungajawaban salah satunya yaitu :

1. “Pelaksanaan pertanggungjawaban PT. Perbankan terbuka terhadap pemegang saham minoritas setelah di ambil alih (take over) oleh pemerintah”, penulisan hukum ini melakukan penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dan pemenuhan hak-haknya sebagai pemegang saham. Permasalahan tersebut menuntut pertanggungjawaban direksi terhadap pengambilalihan PT. Perbankan terbuka agar hak-hak dari pemegang saham tetap dapat terpenuhi.8

Selain itu penulis melakukan penelusuran di internet Universitas Sumatera Utara dan menjumpai penelitian yang membahas pertanggungjawaban pengurus koperasi, yaitu:

8

Sigit Dwi Haryanto, Pelaksanaan pertanggungjawaban PT. Perbankan terbuka terhadap pemegang

saham minoritas setelah di ambil alih (take over) oleh pemerintah, 2000, Penulisan Hukum, Fakultas

(12)

2. “Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pengurus Dalam Hal Terjadinya Pembubaran Koperasi”, penulisan hukum ini melakukan penelitian mengenai aspek yuridis pengurus dalam koperasi dan tanggungjawab pengurus jika koperasi dibubarkan. Pembahasan dalam penelitian ini menjelaskan mengenai tugas, wewenang dan tanggungjawab dari pengurus koperasi dalam menjalankan koperasi serta hubungan hukum pengurus dengan anggota koperasi. Penulisan ini juga membahas mengenai tanggungjawab pengurus koperasi jika koperasi dibubarkan berdasarkan Keputusan Rapat Anggota.9

Penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana dalam penelitian pertama mengenai pertanggungjawaban dari direksi dalam hal perlindungan hukum pemegang saham minoritas ketika PT. Perbankan Terbuka mengalami peralihan, sedangkan penelitian penulis mengenai pertanggungajawaban pengurus koperasi ketika koperasi dibubarkan. Penulisan Hukum yang kedua, juga berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan, dimana penulisan kedua bersifat normatif, yang membahas pembubaran koperasi atas dasar keinginan koperasi melalui rapat anggota tanpa adanya campur tangan pemerintah.Penelitian yang penulis lakukan bersifat empiris serta membahas pembubaran koperasi yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi Oleh

9

Muhammad Khairi, Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pengurus Dalam Hal Terjadinya

Pembubaran Koperasi, 2010, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

(13)

Pemerintah.Dengan ini penulis dapat mempertanggungjawabkan keaslian dari penelitian ini mengenai isi dan kebenaran penelitian penulis.

E. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

a. Untuk mendapatkan data sebagai bahan penyusunan penulisan hukum guna memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Hukum.

b. Untuk mengembangkan serta menambah pengetahuan teori maupun keilmuan hukum, juga berlatih dalam menganalisis dan memecahkan masalah.

2. Bagi Mahasiswa

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat, menambah wawasan serta pengetahuan dibidang ilmu hukum khususnya hukum perdata yang ada kaitannya dengan hukum tentang badan hukum koperasi, bagi mahasiswa yang tertarik melakukan penulisan atau karya ilmiah terkait koperasi.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat memahami hukum koperasi di Indonesia terkait pendirian sebuah koperasi dan tanggungjawab pengurus dalam menjalankan koperasi.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun berdasarkan hasil CSI menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pada asrama haji medan dikategorikan puas, namun berdasarkan penelitian dengan menggunakan metode

Melaksanakan dan mengawasi pengelolaan layanan loket surat dan paket domestik dan internasional, jasa keuangan (pospay, weselpos, dan jasa keuangan lainnya),

Dari hasil survey counting kendaraan kemudian dilakukan perhitungan rata-rata dari tiap jenis jalan selama 1 jam kemudian dinormalisasikan ke dalam satuan mobil penumpang dengan

Calfee (2010, hlm.133) juga mengungkapkan bahwa yang dimaksud pembelajaran model CORE adalah model pembelajaran yang mengharapkan siswa untuk dapat mengkonstruksi

Pemeliharaan induk ikan mas dilakukan di kolam yg terpisah antara induk jantan dan induk betina jumlah induk betina yang ditebar kedalam kolam pemeliharaan 818 ekor dan

Transaksi investasi lainnya dari sektor swasta tahun 2017 mencatat surplus sebesar 3,7 miliar dolar AS, berkebalikan dengan defisit pada tahun sebelumnya sebesar 4,9 miliar

Angin yang bergerak dalam arah Utara-Selatan oleh gaya Coriolis akan dibelokkan kekanan di Belahan Bumi Utara (BBU) dan kekiri di Belahan Bumi Selatan (BBS)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa media video dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa pada kelas IV SD Negeri 2 Kutawis