• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR KECAMATAN MEUREUDU PASCA PEMEKARAN KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 20072016

Ubaidillah1, Teuku Abdullah2, Zainal Abidin3

Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

Email:ubaidillah.sr@gmail.com

ABSTRACT

The title of this research is "Development of Infrastructure in Meureudu Sub- District After Pidie Jaya Eaxpansion, 2007 - 2016". The purpose of this research (1) to describe the development of infrastructure in Meureudu sub- district after Pidie Jaya district expansion 2007-2016 (2) to analyze factors that influence Meureudu sub-district development after Pidie Jaya expansion, 2007-2016. The research type was an descriptive with qualitative approach with historical method. The research data were collected using documentation, interview, observation and literature study. Based on the results of the research, it shows that (1) Establishment of Meureudu as a sub-district started in 2007. Since that the infrastructure in Meureudu sub-sub-district continues to develop such as education infrastructure in kindergarten, elementary, junior high school, SMK, MIN, MTsN and MAN and infrastructure of worship houses like the mosque, meunasah and mushalla. The development of Meureudu sub-district's infrastructure is also seen in health aspects buildings such as hospitals, Puskesmas, Pustu, Polindes, Posyandu, doctors clinique and drug stores. Meureudu sub-district infrastructure development is also seen in the field of companies and cooperatives, both formal and non-formal. Be sides all infrastructures, there are also better highway transport infrastructure, residential housing, hotels and tourism also sports facilities. (2) The development of the Meureudu sub-district infrastructure from 2007-2016 influenced by strong supports of Pidie Jaya government in develop funding allocation. It proves by the increasing short-term and medium-short-term development plans in the field of infrastructure. In addition to these factors, the geographical location of Pidie Jaya Regency as strategic lane point between Aceh Province to North Sumatera Province also influences this development, especially in traffic lane/ highway and shopping centres.

Keywords:Development, Infrastructure, Meureudu District.

(2)

ABSTRAK

Judul dalam penelitian ini ialah “Perkembangan Infrastruktur Kecamatan Meureudu Pasca Pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007 – 2016”, maka tujuan penelitian ini (1)ingin mendeskripsikan perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu pasca pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016 (2) ingin menganalisis faktor yang mempengaruhi perkembangan Kecamatan Meureudu pasca pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode sejarah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu dokumentasi, wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) Berdirinya Kecamatan Meureudu sebagai kecamatan dimulai sejak tahun 2007. Dalam perkembangannya sejak 2007-2016 infrastruktur Kecamatan Meureudu terus mengalami perkembangan seperti infrastruktur pendidikan berupa bangunan Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, MIN, MTsN dan MAN. Begitu juga infrastruktur rumah ibadah terus berkembang seperti Mesjid, Meunasah dan Mushalla. Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu juga terlihat pada aspek kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Polindes, Posyandu, Praktek Dokter dan Toko Obat. Infrastruktur Kecamatan Meureudu juga terlihat dalam bidang perusahaan dan koperasi baik formal maupun non formal. Selain infrastruktur di atas, juga terlihat perkembangan dalam infrastruktur transportasi jalan, perumahan penduduk, perhotelan dan pariwisata serta sarana olah raga (2) Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu sejak 2007-2016 dipengaruhi oleh faktor kuatnya dukungan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam alokasi dana pembangunan. Hal ini ditandai dengan semakin ditingkatkannya rencana pembangunan jangka pendek dan jangka menengah baik dalam bidang bidang infrastruktur. Selain faktor itu, letak geografis Kabupaten Pidie Jaya yang strategis sebagai jalur penghubung Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, juga mempengaruhi pembangunan berbagagai infrastruktur Kecamatan Meureudu terutama di bidang tranfortasi jalan dan pertokoan.

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kecamatan Meureudu merupakan pusat perkotaan Kabupaten Pidie Jaya. Meureudu sudah terlihat eksistensinya sejak abad ke 17. Menurut Denys Lombard (1986:111), ketika kusultanan Aceh Darussalam diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1630-1637) salah satu kebijkannya ialah mengadakan serangan terhadap musuh-musuhnya di Semenanjung Malaka yang sudah lama dikuasai oleh Portugis. Peranan Negeri Meureudu yang sangat strategis dalam percaturan politik pemerintahan Kerajaan Aceh. Ketika Sultan Iskandar Muda hendak melakukan penyerangan (ekspansi) ke Semenanjung Melayu. Ia mengangkat Malem Dagang dari Negeri Meureudu sebagai Panglima Perang, serta Teungku Ja Pakeh juga putra Meureudu sebagai penasehat perang, mendampingi Panglima Malem Dagang (http://www. Pidie jaya kab.go.id/ profil daerah/sejarah, diakses: 19 September 2016).

Pemilihan Malem Dagang asal Meureudu sebagai penglima perang oleh Iskardar Muda untuk menyerang Johor tidak terlepas dari pesan Putroe Phang untuk memilih salah satu panglima perang. Iskandar Muda menunjuk Panglima Pidie namun, ia menolak dengan berbagai alasan, maka demi memenuhi amanah Putroe Phang, sultan meminta agar Panglima Pidie menunnjuk penggantinya. Panglima Pidie menunjuk Malem Dagang sebagai panglima perang (Abdullah, 2015: 109-110).

Negeri Meureudu negeri yang langsung berada di bawah Kesultanan Aceh dengan status nenggroe bibeueh (negeri

dibebaskan darisegala beban dan kewajiban terhadap kerajaan. Negeri Meureudu hanya punya satu kewajiban istimewa terhadap Kerajaan Aceh, yakni menyediakan bahan makanan pokok (beras), karena Negeri Meureudu merupakan lumbung beras utama kerajaan (http://www. Pidie jaya kab. go.id/profil daerah/sejarah, diakses: 19 September 2016).

(4)

Undang-Januari 2007. Kabupaten Pidie Jaya yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Ad interim, Widodo AS di gedung Anjong Monmata Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

pada hari Jum’at tanggal 15 Juni

2007.Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan aspirasi 140.000, jiwa masyarakat di 8 (delapan) kecamatan yaitu Kecamatan Bandar Baru, Panteraja, Trienggadeng, Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Jangka Buya dan Bandar Dua serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan (http://www. Pidie jaya kab. go.id/ profil daerah/sejarah, diakses: 19 September 2016).

Berdasarkan observasi awal penulis di lapangan Kecamatan Meureudu terus terlihat berusaha memajukan pembangunan baik di bidang infrastruktur, ekonomi dan lain-lain. Dikarenakan Kecamatan Meureudu berada pada pusat kota kabupaten, maka perkembangan yang terlihat jelas nampak pada bidang infrastrukturnya. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jumlah sarana dan prasarana seperti jalan yang semakin membaik, gedung-gedung pendidikan, rumah sakit, gedung perkantoran, rumah sakit, industri, objek wisata dan lain sebagainya (Observasi, 15 September 2015).

Rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: Bagaimana perkembangan

infrastruktur Kecamatan Meureudu pasca pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016? dan faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan Kecamatan Meureudu pasca pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016?

Anggapan Dasar

Hipotesa adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesa itu melalui penelitian (Burhan Bugin, 2011:85). Meureudu merupakan kecamatan yang terletak pada pusat kota Kabupaten Pidie Jaya pasca pemekaran dengan Kabupaten Pidie tahun 2007.

Hipotesis Penelitian

Moh. Nazir (2011:151) mengatakan,

“hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta

panduan dalam verifikasi”. Beranjak dari

pernyataan tersebut, hipotesis pada penelitian ini adalah:

(1) Parkembangan infrastruktur kota Meureudu pasca pemekaran 2007-2016 mengalami peningkatan terutama di bidang infrastruktur karena adanya didukung oleh ketersediaan lokasi pembangunan yang memadai.

(2) Kuatnya dukungan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam alokasi pembangunan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan Kecamatan Meureudu, 2007-2016.

Kajian Sebelumnya

(5)

termasuk penelitian yang penulis lakukan. Penulisan perkembangan fisik kota dalam penelitian ini akan berpatokan terhadap kajian sejarah kota Yogyakarta. Sebagaimana diungkapkan oleh Joko Suryo dalam Colombijn, dkk (2005: 41-42), terdapat dua faktor penyebab perubahan penggunaan lahan tersebut di atas, menurut penelitian Agus Suryanto adalah faktor konsentrasi penduduk dan faktor kebutuhan ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Faktor konsentrasi penduduk adalah kepadatan penduduk dalam satu jiwa per Km2 pada masing-masing kecamatan. Sebagai contoh pada tahun 1987 jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Gondokusuman (59.739 jiwa) dan paling sedikit di Kecamatan Pakualam (15.439 jiwa). Pada tahun 1996 jumlah tertinggi di Kecamatan Gondokusuman (71.058 jiwa) dan paling sedikit di Kecamatan Pakualam (14.282 jiwa). Sementara itu kepadatan penduduk tertinggi antara lain terdapat di Kecamatan Gedong Tengen (26.781 jiwa per Km2) dan Kecamatan Danurejan (26.689 jiwa per Km2), adapun kepadatan terendah adalah terdapat di Kecamatan Umbulharjo (7.327 jiwa per Km2) dan Kecamatan Kotagede (8.328 jiwa per Km2).

Selanjutnya Deni Ardian Ginting

dalam karyanya yang berjudul “Sejarah Pergantian Nama Jalan di Kota Medan (1900-1970)”. Dari karya ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan perkebunan membuat semakin ramainya kota

Medan, sehingga membutuhkan

pembangunan sarana dan prasarana kota yang memadai. Oleh karena itu dibangunlah berbagai infrastruktur yang mendukung seperti rumah sakit, hotel, gedung-gedung

pembangunan jaringan jalan (Deni Ardian Ginting, 2009: 79).

Selain karya di atas, penulis juga menemukan kajian lain tentang kota yang ditulis oleh Caesar Bodro Kusumo dengan

karyanya “Kota Purworejo Pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda Tahun 1900

1942”. Karya ini disimpulkanbahwa kota

dibangun tidak dalam satu generasi, tapi terus tumbuh dari satu generasi ke generasi lainya. Jadi pada dasarnya bentuk kota yang sekarang merupakan proses interaksi antar generasi. Kota Purworejo merupakan kota yang dibangun oleh lebih dari satu generasi sejak kota itu berdiri hingga sampai sekarang ini. Kehebatan pemerintah Belanda dalam membangun kota yang ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang maju dan bahan bangunan yang modern telah mampu menciptakan kota yang hingga sampai sekarang ini masih dapat diamati disekitar kawasan kota. Keadaan sosial dan politik di Belanda pada peralihan abad ke-19 ke awal abad ke-20, berpengaruh besar terhadap perkembangan arsitekturnya. Gaya arsitektur di Indonesia mulai menampakkan wujud sempurnanya setelah para arsitek profesional seperti Henri Maclaine Pont, Thomas Karsten, Ghijsels dan sebagainya datang di Indonesia.

(6)

menunjang segala aktivitas kegiatan di kota. (Kusumo, 2015:77-79).

Sejarah kota dilihat dalam aspek pertumbuhan ekonomi pernah pula dikaji oleh Herry Kurniadi Atmaja dalam karyanya

Pengaruh Peningkatan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Sibolga”. Berdasarkan hasil karyanya dikatakan bahwa hasil akhirnya adalah dari ke empat variabel bebas (jalan, air, listrik, dan telepon) memiliki satu variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu air. Sementara dua variabel lainnya, yaitu jalan dan telepon tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga, sedangkan satu variabel lagi yaitu listrik tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga (Atmaja, 2015: i).

Fikri Ema Kurniawati melihat pula sejarah kota dalam segi struktur ruang dengan

mengangkat tema “Perkembangan Struktur Ruang Kota Semarang Periode 1960-2007 (Studi Pengembangan Struktur Ruang Dari Masa Pasca Kolonial Sampai 2007)”. Dari

tulisannya ini aspek terpenting yang penulis kutip bahwa perkembangan Kota Semarang dapat kita lihat pada kawasan pusat kota, dimana terjadinya peningkatan perkembangan fisik spasial kota, pemanfaatan ruang kota maupun aktivitas-aktivitas kota seperti pada sektor perdagangan dan industri (Kurniawati, 2010:3-4).

METODE

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang

bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2007:06).

Jenis penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dan menganalisa secara kritis (Hugiono dan P.K. Poerwantana, 1992: 25).

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis pilih dalam penelitian ini adalah Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Sedangkan waktu penelitian sudah dimulai sejak penulis membuat perencanaan proposal pada 20 September 2016 sampai selesai Juli 2017.

Teknik Pengumpulan Data 1) Dokumentasi

Adapun dokumem-dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah berupa data BPS Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016, BPS Kecamatan Meureudu, 2007-2016, laporan-laporan pembangunan tahunan, yang tersimpan pada dinas pembangunan Kabupaten Pidie Jaya, Kantor Kecamatan Meureudu dan lain-lain.

2) Wawancara

Adapun informan yang akan diwawancarai terdiri dari para staf Dinas Pembanguan, Camat Kecamatan Meureudu dan jajarannya, kontraktor/pemborong dan tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang objek yang diteliti.

3) Observasi

(7)

sarana dan prasarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana dan prasarana ibadah, jumlah sarana-prasarana trasfortasi (jalan), pertokoan dan sarana industri.

Teknik Analisa Data

Adapun analisa data dalam penelitian ini berupa analisa kualitatif dimana data dianalisis dengan (1) setelah data semuanya dikumpulkan, maka akan dilakukan kritikan terhadap data tersebut baik secara internal dan eksternal guna mendapatkan data yang otentik (2) setelah data yang asli dan dapat dipercaya diperoleh, maka penulis akan mengadakan penafsiran terhadap data tersebut, hal ini dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta terkait perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu, 2007-2017 kemudian (3) setelah fakta diperoleh langkah selanjutkan penulis menuangkan fakta-fakta tersebut ke dalam cerita sejarah dengan analsis kualitatif dan kronologis.

PEMBAHASAN

Perkembangan Infrastruktur Kecamatan Meureudu, 2007-2016

Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu sejak pemekaran 2007-2016 terus di usahakan oleh pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. Dilihat dalam perkembangannya selama ini infrastruktur yang sudah ada terdiri dari infrastruktur pendidikan, rumah ibadah, kesehatan, perusahaan perdagangan dan koperasi, transfortasi jalan, perumahan penduduk, hotel dan pariwisata dan sarana olah raga. Dari infrastruktur pendidikan terdapat jenis bangunan berupa TK, SD, SMP, SMA, SMK, MIN, MTsN dan MAN. Jumlah

(8)

Wisma Kuala dan Kana Wisma. Infrastruktur lain berupa sarana olahraga yang terdiri dari lapangan sepak bola, bola voli dan bulu tangkis. Hingga tahun 2016 jumlah keseluruhan sarana olahraga di Kecamatan Meureudu mencapai 24 unit yang terdiri dari 16 unit lapangan bola voli, 4 unit lapangan sepak bola dan 4 unit lapangan bulu tangkis.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Infrastruktur Kecamatan Meureudu Tahun 2007-2016

Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu sejak 2007-2016 sangat dipengaruhi oleh faktor kuatnya dukungan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam alokasi dana pembangunan. Hal ini ditandai dengan semakin ditingkatkannya rencana pembangunan jangka pendek dan jangka menengah baik dalam bidang ekonomi maupun bidang infrastruktur. Selain faktor itu, letak geografis Kabupaten Pidie Jaya yang strategis sebagai jalur penghubung Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, juga mempengaruhi pembangunan berbagai infrastruktur Kota Meureudu terutama di bidang tranfortasi jalan dan pertokoan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdirinya Kecamatan Meureudu sebagai kecamatan dimulai sejak tahun 2007. Dalam perkembangannya sejak 2007-2016 infrastruktur Kecamatan Meureudu terus mengalami perkembangan seperti infrastruktur pendidikan berupa bangunan Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, MIN, MTsN dan MAN. Begitu juga infrastruktur rumah ibadah terus berkembang seperti

Mesjid, Meunasah dan Mushalla. Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu juga terlihat pada aspek kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Polindes, Posyandu, Praktek Dokter dan Toko Obat. Infrastruktur Kecamatan Meureudu juga terlihat dalam bidang perusahaan dan koperasi baik formal maupun non formal. Selain infrastruktur di atas, juga terlihat perkembangan dalam infrastruktur transportasi jalan, perumahan penduduk, perhotelan dan pariwisata serta sarana olah raga.

Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu sejak 2007-2016 dipengaruhi oleh faktor kuatnya dukungan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam alokasi dana pembangunan. Hal ini ditandai dengan semakin ditingkatkannya rencana pembangunan jangka pendek dan jangka menengah baik dalam bidang bidang infrastruktur. Selain faktor itu, letak geografis Kabupaten Pidie Jaya yang strategis sebagai jalur penghubung Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, juga mempengaruhi pembangunan berbagagai infrastruktur Kecamatan Meureudu terutama di bidang tranfortasi jalan dan pertokoan.

Saran

(9)

mulai menghadapi masalah serius dan semakin menjadi ancaman besar di masa datang bila tidak dilakukan terobosan penting.

DAFTAR PUSTAKA

Bugin, Burhan 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Hugiono dan P.K. Poerwantana. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Moleong, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian (cet. Ketujuh). Bogor: Ghalia Indonesia

Abdullah, Teuku (2015). Armada Cakra Donya Menuju Johor. Tesis. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry.

Atmaja, Herry Kurniadi (2015). Pengaruh Peningkatan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Sibolga.Skripsi. Medan: USU.

Colombijn, Freek (2005). Kota Lama Kota Baru Sejarah Kota-Kota di Indonesia.Yogyakarta: Ombak.

Ginting, Deni Ardian (2009). Sejarah Pergantian Nama Jalan di Kota Medan (1900-1970). Skripsi. Medan: USU.

Hugiono dan P.K. Poerwantana (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Kusumo, Caesar Bodro (2015). Kota Purworejo Pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda Tahun 1900-1942. Skripsi. Semarang: UNS.

Kurniawati, Fikri Ema (2010). Perkembangan Struktur Ruang Kota Semarang Periode 1960-2007 (Studi Pengembangan Struktur Ruang Dari Masa Pasca Kolonial Sampai 2007). Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basal yang lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat

Penelitian ini bertujuan pada pengaruh pengurangan berat jenis beton terhadap kuat tekannya dengan menggunakan bambu sebagai agregat pengganti serta menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi karagenan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, total asam, kadar vitamin C, total

adalah sifat air yang dapat mencegah pembentukan busa dalam pemakaian sabun dan dapat menimbulkan kerak dalam peralatan-peralatan yang berhubungan dengan pemakaian air

wuluh Dalam Formulasi Sediaan Lipstik, yang memenuhi kriteria sebagai panelis. uji iritasi sebagai berikut (Ditjen

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan

Air alam dan air limbah rumah tangga umumnya mempunyai buffer dalam bentuk sistem CO 2 #HCO 3 , asam karbonat, H 2 CO 3 tidak bisa dinetralkan secara sempurna

Hasil penelitian formulasi ekstrak bunga belimbing wuluh dalam sediaan lipstik, menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen, titik lebur 56-59 o C, memiliki