• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

8

SEJARAH PETERNAKAN AYAM BROILER DI KABUPATEN ACEH BESAR 1995-2016

Mirza Saputra 1, Teuku Abdullah 2, Zainal Abidin3

Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

ABSTRACT

The study, entitled "The History of Broiler Chicken Farming in Aceh Besar District 1995-2016", aims to (1) find out the background of broiler breeding in Aceh Besar, 1995-2016, (2) explain the development of broiler farm business in Aceh Besar , 1995-2016 and (3) explain the effect of broiler farming on community and government in Aceh Besar. This study uses a qualitative approach and historical method that consists of five steps: theme selection, heuristics, verification, interpretation and historiography. Data collection was done by observation, interview, documentation and literature study. Based on the results of the research, it can be seen that (1) Broiler chicken farming business in Aceh Besar district started since 1995 which started with the system independently and since 2007-2008 start entering company so that has made some entrepreneurs leave business independently and choose join company , (2) the development of Broiler chicken business in Aceh Besar District 1995-2016 can be seen from several aspects, namely: population, meat production, broiler chicken intake and broiler chicken income, (3) Broiler breeding business has brought influence to society the opening of employment and attracting the community into workers and supporting the regional income and bringing the district of Aceh Besar is known as one of the central broiler in Aceh Province.

Keywords:History, Animal Husbandry, Broiler Chickens and Aceh Besar.

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Sejarah Peternakan Ayam Broiler di Kabupaten Aceh Besar 1995-2016, ini bertujuan untuk (1) mengetahui latar belakang berdirinya peternakan ayam Broiler di Aceh Besar, 1995-2016, (2) menjelaskan perkembangan usaha peternakan ayam broiler di Aceh Besar, 1995-2016 dan (3) menjelaskan pengaruh peternakan ayam Broiler terhadap masyarakat dan pemerintah di Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode sejarah yang terdiri dari lima langkah yaitu pemilihan tema, heuristik, verifikasi, interpretasi dan

1 Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah 2 Dosen Pembimbing I

(2)

9

historiografi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) usaha peternakan ayam Broiler di Kabupaten Aceh Besar dimulai sejak tahun 1995 yang diawali dengan sistem secara mandiri dan sejak 2007-2008 mulailah masuk perusahaan sehingga telah menjadikan sebagian pengusaha meninggalkan usaha secara mandiri dan memilih bergabung dengan mitra perusahaan, (2) perkembangan usaha ayam Broiler di Kabupaten Aceh Besar 1995-2016 terlihat dari beberapa aspek, yaitu: jumlah populasi, produksi daging, jumlah pemotongan ayam Broiler dan pemasukan ayam Broiler, (3) usaha peternakan ayam Broiler telah membawa pengaruh bagi masyarakat yaitu terbukanya lapangan pekerjaan dan menarik masyarakat menjadi tenaga pekerja serta mendukung pendapatan daerah dan membawa Kabupaten Aceh Besar dikenal sebagai salah satu sentral ayam pedaging di Provinsi Aceh.

Kata Kunci: Sejarah, Peternakan, Ayam Broiler dan Aceh Besar.

=====================================================================

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan populasi ayam komersial di Indonesia tercatat dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an. Perkembangan itu mencapai puncaknya pada awal 1980-an. Faktor-faktor yang menentukan perkembangan populasi ayam broiler komersial di berbagai daerah di Indonesia antara lain sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan suatu wilayah atau daerah di Indonesia. Daerah perkembangan ayam broiler saat itu belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di wilayah Indonesia bagian Barat meliputi wilayah Pulau Jawa dan sebagian Sumatra .

Hal tersebut hanya terjadi di pulau Sumatra dan pulau Jawa disebabkan karena

hampir semua perusahaan pembibitan ayam broiler komersial dan pangsa pasar terbesarnya didominasi di kedua wilayah itu. Berkaitan dengan pangsa pasar terbesar berada di pulau Jawa lebih disebabkan penduduk di Pulau Jawa merupakan terbanyak jumlahnya di Indonesia.

(3)

10 Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi juga bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu, dan keterjang-kauan. Dengan adanya hubungan kemitraan tersebut peternak mandiri di Kabupaten Aceh Besar ada yang beralih bergabung dengan kemitraan dengan alasan untuk menambah skala usaha mereka, dan ada juga yang memutuskan untuk menjalankan peternakan secara pribadi. Jika dilihat situasi di lapangan peternak yang dikelola dengan kemitraan lebih mendapatkan keuntungan yang lebih baik jika dibandingkan dengan peternak pribadi. Adapun survey awal lokasi yang telah dilakukan sebelumnya juga diketahui bahwa peternak yang memelihara ayam ras pedaging di Aceh Besar bekerja sama dengan perusahaan kemitraan, namun pada daerah tersebut juga terdapat peternak yang tidak bermitra dengan perusahaan sebagaimana peternak kebanyakan. Peternak yang dimaksud juga bukan peternak yang mandiri, melainkan peternak yang melakukan kerjasama dengan pedagang pengumpul atau kemitraan perseorangan.

Bentuk kerjasama peternak dengan kemitraan perseorangan ini merupakan pola yang telah dilakukan peternak lokal sebelum konsep kemitraan perusahaan diperkenalkan oleh perusahaan-perusahaan mitra. Akan tetapi pola kemitraannya para peternak hampir sama, yakni hanya mempersiapkan

tempat dan perlengkapan untuk peternakan seterusnya akan ditanggung oleh pedagang pengumpul pola kemitraan ini kira-kira dimulai pada tahun 2000. Sedangkan keberadaan perusahaan-perusahaan kemitraan menurut masyarakat setempat diperkirakan pasca Tsunami. Sejak masuknya kemitraan, berangsur-angsur peternak beralih untuk bermitra dengan perusahaan-perusahaan tersebut sehingga peternak yang menggunakan kerjasama dengan kemitraan perseorangan ini semakin berkurang (Nizam, 2013:3).

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan membuat sebuah kajian ilmiah yang berjudul “Sejarah peternakan ayam broiler di Kabupaten Aceh Besar 1995-2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana latar belakang berdirinya peternakan ayam broiler di Aceh Besar, 1995-2016?. Bagaimana perkembangan usaha peternakan ayam broiler di Aceh Besar, 1995-2016?. Bagaimana pengaruh peternakan ayam broiler terhadap masyarakat dan pemerintah di Aceh Besar?.

Kajian Pustaka

Dalam beberapa penelitian sebelumnya, telah banyak dibahas tentang perkembangan suatu kota. Misalnya, skripsi karya

(4)

11 peternak dengan kemitraan perseorangan wajib memberikan uang jaminan tanpa kontrak tertulis, sedangkan peternak yang bermitra dengan perusahaan sebaliknya tidak memberikan uang jaminan namun terdapat kesepakatan kontrak yang bersifat tertulis. Pendapatan peternak yang bermitra dengan perusahaan cenderung lebih tinggi dibandingkan pendapatan peternak yang bermitra dengan kemitraan perseorangan (Nizam, 2013:51).

Nur Mustiqoh dalam karyanya yang berjudul “Pola Keruangan Peternak Ayam

Pedaging (Broiler)”, dijelaskan bahwa pola keruangan peternak ayam pedaging (Broiler) di Kota Depok dipengaruhi oleh kondisi fisik (jarak lokasi peternak terhadap jalan, karakteristik wilayah dan luas tanah terbangun) dibandingkan dengan teknologi budidaya peternakan yang digunakan (jenis bibit, jenis pakan dan tipe kandang) pada produktivitas tinggi dicerminkan oleh jenis bibit dan pakan yang unggul serta tipe kandang jenis panggung dengan ciri fisik lokasi peternakan dekat (<180 m) dengan jalan lokal, terletak pada wilayah karakteristik pedesaan yang mempunyai luas tanah terbangun kategori rendah (<190 Ha). Pada produktivitas sedang dicerminkan oleh jenis bibit dan pakan yang unggul serta tipe kandang jenis panggung dengan ciri kondisi fisik jenis peternakan dekat dengan jalan lokal, terletak pada wilayah karakteristik pedesaan dan peralihan serta mempunyai luas tanah terbangun kategori sedang (19-38 Ha). Sedangkan pada produktivitas rendah dicerminkan oleh bibit dan pakan biasa seta

tipe kandang jenis alas tanah yang mempunyai ciri kondisi fisik lokasi peternakan dekat dengan jalan lokal, terletak pada karakteristik wilayah peralihan dan mempunyai luas tanah terbangun kategori rendah (Nur Mustiqoh, 2009:73).

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang memberikan gambaran tentang fenomena saat ini. Sugiyono (2014:1) mengemukakan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiaH.

Metode yang digunakan ialah Metode Sejarah. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian metode sejarah oleh Kuntowijoyo (1995:89) melalui 5 tahapan yaitu (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber), (4) interprestasi: analisis data, (5) penulisan.

Teknik Pengumpulan Data Wawancara

(5)

12 Dokumentas

Teknik Dokumentasi yaitu suatu pengumpulan data yang diperoleh dari catatan-catatan atau sumber tertulis dari objek penelitian yang dapat dipercaya kebenarannya. Data dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Aceh Besar, data yang diperoleh pustaka yang ada di Banda Aceh dan Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh. Data-data tersebut merupakan sumber primer yang dapat digunakan dalam penelitian ini, sedangkan artikel-artikel yang terdapat di internet yang digunakan dalam skripsi ini merupakan sumber sekunder yang mempunyai relevansi dengan judul ini.

Observasi

Penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu disebut metode observasi (Koentjaraningrat, 1997:129). Adapun yang diobservasi dalam penelitian ini ialah kegiatan keseharian para peternak ayam Broiler di Kabupaten Aceh Besar serta berbagai peralatan yang digunakan. mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, dengan mudah ditafsirkan maka dilakukan dengan hasil wawancara dan observasi

Latar Belakang Berdirinya Usaha Peternakan Ayam di Aceh Besar

(6)

13 broiler unggulan tersebut telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Beberapa potensi genetik pada ayam broiler (Khaeruddin, 2009:6).

Aceh Besar mempunyai dataran yang masih luas, masih banyaknya hutan atau tanah-tanah kosong yang jauh dari pemukiman penduduk, karena beternak ayam broiler ini tidak boleh dekat dengan pemukiman penduduk karena dapat menyebabkan wabah penyakit, banyakknya lalat akan menganggu penduduk setempat.

Aceh Besar ini juga dekat dengan pusat kota yaitu Banda Aceh itu juga mempengaruhi ternak, seperti pengiriman pakan dan bibit bisa lebih dekat dapat memangkas ongkos pengiriman dan satu lagi yang paling penting yaitu pemasaran ayam broiler ini jauh bisa lebih mudah karena konsumsi ayam broiler di Banda Aceh sendiri sangat tinggi.

Kebangkitan peternakan ayam di Kabupaten Aceh Besar pasca tsunami terhambat oleh isu flu burung. Gejalan ini membuat jumlah peternak ayam BF sekitar 30 peternak dan setiap peternak memelihara ayam rata-rata 100 ekor, sedangkan peternakan SPUK sekitar 5 unit dengan jumlah ayam peliharaan antara 1.000 ekor sampai 5.000 ekor. Berkembangnya wabah flu burung ini meyebabkan sekitar 900 ekor ayam mati mendadak. Informasi tersebut mendorong Dinas Peternakan Provinsi NAD melakukan stamping out ayam yang terindikasi terjangkit virus flu burung. Jumlah

ayam yang di stamping out sekitar 230 ekor. Namun sebelum stamping out dilakukan sebagian besar pemilik ayam segera menjual ayam melalui pedagang pengumpul (muge). Keadaan ini menunjukkan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap masalah flu burung. Pada saat itu harga ayam potong hanya Rp. 6.000 per ekor pada tingkat konsumen. Pada tingkat harga tersebut baik peternak maupun pedagang menderita kerugian (Wawancara: Irawan, 5 Agustus 2017).

Perkembangan Usaha Ayam Broiler di Aceh Besar, 1995-2016

(7)

14 semangat masyarakat untuk berusaha ternak, namun di tahun 2008-2016 ini masyarakat lebih banyak memilih usaha ternak dengan bergabung pada mitra perusahaan. Bergabungnya para peternak Ayam Broiler dengan mitra perusahaan dikarenakan pihak perusahaan memberikan gajian yang tetap bagi para karyawannya.

Kemunculan dua bentuk usaha peternakan Ayam Broiler di Kabupaten Aceh Besar 1995-2016 baik yang bersifat mandiri maupun mitra perusahaan telah membawa perkembangan besar dalam dunia peternakan Ayam Broiler di Aceh Besar. Sejak 1995-2016 Kabupaten Aceh Besar telah berhasil memproduksi Ayam Broiler mencapai 1.378.163 dengan jumlah produksi dagingnya mencapai 42.240 kg daging Ayam Broiler petelur dan 108.836 kg daging ayam Broiler pedaging, tidak hanya itu jumlah pemotongan berjumlah 579.361 kg yang terdiri dari 59.825 ekor ayam jenis petelur dan 82.763 ayam pedaging. Meningkat berbagai jumlah di atas ternyata sangat dipengaruhi jumlah pemasukan ayam ras ini juga terus naik hingga tahun 2016 sudah mencapai sebanyak 75.344 ekor dan 32.820 ekor jenis ayam pedaging.

Pengaruh Peternakan Ayam Broiler terhadap Masyarakat Aceh Besar, 1995-2016

Munculnya perusahaan yang bergerak pada bidang peternakan telah membawa dampak postif terhadap masyarakat setempat. Artinya dengan adanya pola usaha yang

bermitra telah menarik tenaga kerja. Selain itu keberadaan perusahaan ini telah melatih masyarakat untuk mengenal sistem usaha ternak yang modern. Sedangkan untuk pemerintah daerah itu sendiri membawa dampak yang cenderung kepada pendapatan daerah, salah satunya ialah pendapatan dari hasil pajak yang dibentuk oleh perusahaan yang bersangkutan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik dua kesimpulan, yaitu:

1. Keberadaan usaha peternakan ayam Broiler di Kabupaten Aceh Besar dimulai sejak tahun 1995. Pada awal kemunculannya usaha ini dilakukan secara mandiri. Namun dalam perkembangannya sejak 2007-2008 mulailah masuk perusahaan sehingga telah menjadikan sebagian pengusaha meninggalkan usaha secara mandiri dan memilih bergabung dengan mitra perusahaan. Hal ini disebabkan oleh seringnya terjadi kerugian di antara mereka yang disebabkan harga ayam Broiler sering jatuh di pasaran.

(8)

15 1998 ekonomi Indonesia dilanda krisis moneter jumlah itu terus naik bahkan tahun 2016 sudah mencapai 713.077, tahun 2015 sebanyak 1.378.163 ekor dan 1.378.163 ekor di tahun 2016, (2) perkembangan jumlah Produksi Daging Ayam Broiler dari tahun ke tahun cenderung tidak stabil di tahun 1998 jumlah produksi danging ayam hanya 20.800 kg daging ayam Broiler petelur banyaknya pemotongan ayam Broiler pada tahun 1998 tercatat sebanyak 460 ekor ayam petelur dan 60.890 ekor ayam pedaging jumlah itu terus naik menjadi 579.361 kg tahun 2015 – 2016 yang terdiri dari 59.825 ekor ayam jenis petelur dan 82.763 ayam pedaging, (4) jumlah pemasukan ayam ras ini juga terus naik dari tahun 1998 pemasukan ayam Broiler hanya mencapai 50.202 ekor untuk ayam petelur dan 10.846 ekor jenis ayam pedaging dan tahun 2014-206 jumlah pemasukan ayam ras jenis petelur sudah mencapai sebanyak 75.344 ekor dan 32.820 ekor jenis ayam pedaging.

3. Dengan adanya usaha peternakan ayam Broiler telah membawa pengaruh bagi masyarakat yaitu terbukanya lapangan pekerjaan dan menarik masyarakat menjadi tenaga pekerja. Keberadaan usaha ini juga membawa dampak bagi pemerintah Aceh Besar yaitu mendukung

pendapatan daerah dan membawa Kabupaten Aceh Besar dikenal sebagai salah satu sentral ayam pedaging di Provinsi Aceh.

DAFTAR PUSTAKA

Angriani, Elsye Dilla. 2011. Perbandingan Pendapatan Antara Peternak Mitra Dan Peternak Mandiri Yama Broiler Di Kabupaten Bungo. Skripsi. Padang. Universitas Andalas.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Presedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta : Rineka Cipta.

Arwita, Primalia. 2013. Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan Dan Mandiri di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung. Bogor: IPB.

Arbi, Harianto. 2014. Ekonomi Produksi Peternakan. Artikel. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Fadhli. 2014. Perbedaan Pendapatan Peternak Ayam Broiler Yang Bermitra Dengan PT. PKP (Primata Karya Persada) Dan UD. Harco Di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Skripsi. Makasar. Universitas Hasanuddin.

(9)

16 Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu

Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Mustiqoh, Nur. 2009. Pola Keruangan Peternakan Ayam Pedaging (Broiler) di Kota Depok. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nizam, Muhammad. 2013. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan Yang Berbeda Di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Rasyaf. M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

(10)
(11)

Referensi

Dokumen terkait

Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan

Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basal yang lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat

Penelitian ini bertujuan pada pengaruh pengurangan berat jenis beton terhadap kuat tekannya dengan menggunakan bambu sebagai agregat pengganti serta menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi karagenan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, total asam, kadar vitamin C, total

adalah sifat air yang dapat mencegah pembentukan busa dalam pemakaian sabun dan dapat menimbulkan kerak dalam peralatan-peralatan yang berhubungan dengan pemakaian air

wuluh Dalam Formulasi Sediaan Lipstik, yang memenuhi kriteria sebagai panelis. uji iritasi sebagai berikut (Ditjen

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan

Air alam dan air limbah rumah tangga umumnya mempunyai buffer dalam bentuk sistem CO 2 #HCO 3 , asam karbonat, H 2 CO 3 tidak bisa dinetralkan secara sempurna