PEMBAHASAN TUTORIAL KDM
MINGGU VI (CAIRAN DAN ELEKTROLIT)
NINING ANGGERENI
PO713201151079
KELOMPOK D
KELAS B TINGKAT 1
RUANGAN TUTOR D 13
SEMESTER 1
DIII KEPERAWATAN MAKASSAR
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
TUTORIAL KDM
MINGGU VI
CAIRAN DAN ELEKTOLIT
£ Study Kasus :
TN.B, umur 35 tahun, masuk RS PMI dengan riwayat keluhan muntah-muntah dan buang air besar lebih dari 10 kali sehari dengan konsentrasi encer, disertai sakit perut, dan kulit Nampak kering (tugor kulit jelek) mata cekung. Pasien mengatakan belum ada pertolongan didapatkan sebelumnya masuk UGD. Setelah tiba di UGD petugas/perawat melakukan pengkajian dan hasilnya pasien sudah termasuk dehidrasi sedang dan petugas langsung memberikan tindakan rehidrasi dengan cairan parenteral/infuse RL 32 tts tentang/menit yang dijaga oleh ibunya.
£ Tugas :
1. Jelaskan distribusi, komposisi, gerakan dan regulasi cairan tubuh
2. Jelaskan tentang keseimbangan cairan isotonic pada kelebihan dan kekurangan
3. Diskusikan tentang perubahan osmolalitas serum yang disebabkan oleh kekurangan dan kelebihan air 4. Diskusikan factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan normal, elektrolit dan asam basa
5. Tentukan masalah keperawatan cairan dan elektrolit
6. Buat intervensi keperawatan pada masalah cairan dan elektrolit
£ Pembahasan
1. Distribusi, komposisi, gerakan dan regulasi cairan tubuh A. Distribusi cairan tubuh
Jumlah cairan tubuh tergantung umur dan jenis kelamin. Pada bayi > dewasa, orang gemuk < kurus,
perempuan < laki-laki.
Total Body Water (TBW) adalah total jumlah volume cairan tubuh kira-kira 60 % dari berat badan pria
dan 50% dari berat badan wanita.
Pada orang dewasa ± 60% dari BB dalam Kg.
Distribusi cairan tubuh dibagi menjadi 2 yaitu
1) Cairan intraseluler (di dalam semua sel tubuh) mengandung 2/3 TBW (40%).
2) Cairan ekstraseluler 20% dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5%, cairan interstisial (cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-15%, dan transeluler (misalnya cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga mata, dll) 1-3%.
B. Komposisi cairan tubuh
Solvent (zat pelarut) : Air
Air adalah senyawa utama dari utama manusia dan selain sebagai pelarut air juga berguna sebagai pembersih dalam tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
Solute (zat terlarut) : Elektrolit dan Nonelektrolit
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut yaitu elektrolit dan non elektrolit
Elektrolit : substansi yang berdiasosiasi (terpisah) didalam larutan dan akan menghantarkan arus
Kation : ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama
adalah Natrium, dan kation intraseluler utama adalah Kalium. Sistem pompa didinding sel tubuh yang memompa natrium dan keluar dan kalium kedalam.
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler
utama adalah Klorida, dan anion intraseluler utama adalah ion fosfat.
Non elektrolit : substansi seperti Glukosa dan Urea yang tidak berdiasosiasi dalam larutan dan
diukur berdassarkan berat (milligram per 100 ml-mg/dl). Non elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup Kreatinin dan Bilirubin.
C. Gerakan cairan tubuh
Difusi : proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi
kekonsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit difusikan sampai menembus membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperature.
Osmosis : bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane semipermeabel dari larutan yang
berkonsentrasi lebih rendah ke larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi.
Transport aktif : dalam transport ini memelurkan energy metabolisme. Proses transport aktif penting
untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh menjadi dalam 3 fase yaitu :
o Fase I : plasma darah pindah dari seluruh tubuh kedalam sistem sirkulasi dan nutrisi serta oksigen diambil dari paru-paru tractus gastrointestinal.
o Fase II : cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
o Fase III : cairan dan substansi yang ada didalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan membrane semipermeabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut pindah.
D. Regulasi cairan tubuh
Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar dalam kondisi
yang seimbang. Banyak organ yang terlibat dalam proses mekanisme ini.
Normal kebutuhan cairan : 35 cc/KgBB/hr. namun bila diratakan, kebutuhan intake (masukan) air pada
orang dewasa adalah dari ingesti liguid 1500 cc, dari makanan 700 cc, air dari oksidasi 200 cc sehingga totalnya 2400 cc/hari.
Untuk pengaturan keseimbangan cairan tubuh terdapat mekanisme pembuangan cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ. Organ tersebut adalah melalui kulit 300-400 cc berupa keringat dan penguapan namun tergantung pada aktivitas dan suhu. Dari paru-paru 300-400 cc berupa uap air dari ekspirasi. Dari GIT sekitar 200 cc/hari dan akan meningkat pada kasus diare. Pengeluaran air yang terbanyak terjadi di gijal, sekitar 1200-1500 cc/hari berupa urine. Ketika deficit volume cairan ekstraseluler, maka akan terjadi beberapa mekanisme
Diproduksi ADH (Anti Diuretic Hormone) yang berfungsi untuk mereabsorpsi air
Aldosteron diproduksi oleh cortex adrenal, berfungsi untuk mereabsorpsi Na yang berefek pada
peningkatan air di ekstraseluler
Rennin yang dilepaskan sel jukstaglomerural ginjal, berfungsi untuk vasokontriksi dan sekresi
aldosteron.
2. Keseimbangan cairan isotonic pada kelebihan dan kekurangan
Isotonic yaitu larutan yang memiliki kandungan garam mineral sama dengan sel tubuh dan darah, dengan demikian larutan itu memiliki tekanan yang sama dengan dinding pembuluh darah .
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang keluar dan yang masuk kedalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam :
o Eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
o Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagi kompartmen seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memperhatikan keseimbangan garam. Seperti hanya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Kelebihan garam yang yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam. Penurunan reabsorbsi natrium dan air ditubulus ginjal meningkatkan ekskresi urine sehingga mengembalikan darah kembali normal.
Kekurangan volume ECF (volume cairan ekstraseluler) atau hipovelemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonic, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relative sama.
Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan terkumpulnya cairan isotonic yang berlebihan pada ECF (hipervolunmia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga menyebabkan Udema.
3. Perubahan osmolalitas serum yang disebabkan oleh kekurangan dan kelebihan air
Ketidakseimbangan osmotic terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relative tidak seimbang. Gangguan osmotic umumnya berikatan dengan hiponatremia dan hipernatremia.
Osmolalitas adalah pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan tekanan osmotic dengan demikian mempengaruhi gerakan air.
Perubahan dalam ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada volume cairan ekstraseluler dan intraseluler :
Penurunan osmolalitas cairan ekstraseluler (CES) gerakan cairan dari CES ke CIS
Peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler (CES) gerakan cairan dari CIS ke CES
4. Factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan normal, elektrolit dan asam basa
Umur. Perbadaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ sehingga dapat
mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas. Menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh hal ini menyebabkan
peningkatan haluaran cairan melalui keringat.
Temperature. Iklim yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak,
sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan dan begitu juga sebaliknya.
Diet. Apabila tubuh kekurangan nutrient, tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan
didalamnya sehingga cairan dalam tubuh mengalami/terjadi pergerakan dari interstitial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
Stress. Mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit melalui proses peningkatan produksi
Sakit. Terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan
proses pemenuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan. Tindakan medis. Menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan
pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penukaran kadar kalsium dan kalium.
Pengobatan. Obat seperti diuretic sevcara berlebihan dapat menyebabkan kehilangan cairan dalam tubuh
dan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Pembedahan. Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan darah, dan ada juga yang mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena.
5. Masalah keperawatan cairan dan elektrolit
Kekurangan volume cairan (Dehidrasi)
Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan
sehingga tubuh tidak punya cukup cairan untuk menjalankan fungsi normalnya.
Yang menyebabkan dehidrasi yaitu diare, muntah-muntah, sakit perut, kulit nampak kering, mata
cekung.
Tindakan utama yang dilakukan yaitu memberikan oralit (oral rehydration solution) yang bisa
dibeli di apotek tanpa resep dari dokter, obat anti diare, obat anti antiemik (untuk mengatasi muntah).
Kelebihan volume cairan (Overhidrasi)
Overhidrasi adalah kelebihan cairan dalam tubuh
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Kelebihan cairan
dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi sangat kecil.
Organ yang paling mudah terkena dampak dari overhidrasi adalah otak. Gejalanya seperti
kekacauan mental, kejang dan koma. Dan juga sesak napas karena paru-paru tenggelam dalam cairan.
Pengobatan overhidrasi tergantung kepada penyebabnya. Tetapi pada dasarnya, tanpa melihat
apapun penyebabnya, asupan cairan harus dibatasi. Minum sebanyak kurang dari 1 L cairan/hari biasanya akan memperbaiki overhidrasi dalam beberapa hari. Kadang diberikan diuretic untuk meningkatkan pembuangan cairan oleh ginjal. Biasanya diuretic lebih efektif dalam mengatasi kelebihan volume darah, sehingga paling efektif jika diberikan kepada penderita overhidrasi yang disertai dengan kelebihan volume darah.
6. Intervensi keperawatan
Atur intake cairan dan elektrolit
Berikan terapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan instruksi dokter dengan memerhatikan
jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dan tindakan Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : deuretik, kayexalate.