ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM 1 SURO SEBAGAI MEDIA
PROMOSI PARIWISATA
Naskah Publikasi
diajukan oleh
Aditya Asep Prasetya
07.12.2472
kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM
Analisis dan Perancangan Film 1 Suro Sebagai Media Promosi Pariwisata
Analysis and Design Of The Film 1 Suro As Media Promotion Of Tourism
Aditya Asep Prasetya Sistem Informasi
07.12.2472
ABSTRACT
This study entitled : Analysis and Design Of The Film 1 Suro As Media Promotion Of
Tourism
Nowadays it has advanced, the people follow a modern lifestyle. Ranging
fromelectrical appliances to the needs of home, work tools, until the tool as an information
media. Human life is now also follow the new fashion trends that emerged in the present.
Here, the author aims to build information systems which is a multimedia-based
advertising media, especially film. The author would like to build a media campaign on Petilasan Sunan Kalijaga in Klaten. The method does is to survey the location. System
aims to provide information to the celebration of a suro in Petilasan Sunan Kalijaga to the
public, but also as a media of information that will be aimed at local governments.
The method used for the filming of this is to use Adobe Premiere Pro CS3
software. Adobe Premiere Pro CS3 software is used for editing a video to be made into a
movie. Content content in this video include a brief profile of Sunan Kalijaga and an
evening reception Suro.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebuah peninggalan sejarah yang terletak di Dukuh Sepi, Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten merupakan peninggalan dari Sunan Kalijaga yang sedang melakukan ibadah shalat dan tempat tersebut membekas menjadi sebuah batu menyerupai orang yang sedang bersujud saat shalat. Sampai sekarang ini peninggalan tersebut masih ada dan dikelola oleh masyarakat warga Dukuh Sepi. setiap 1 Suro terdapat agenda tahunan yang di tempat itu banyak orang berkunjung untuk melihat seperti apa petilasan tersebut, ada juga yang hanya sekedar membeli oleh-oleh, karena terdapat juga pedagang yang menjual berbagai macam oleh-oleh. selain itu mereka juga melakukan ritual untuk berdoa kepada Tuhan YME.
Berdasarkan uraian di atas maka judul yang akan di ambil “ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM 1 SURO SEBAGAI MEDIA PROMOSI PARIWISATA”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan bagaimana cara menganilisis kualitas film dan produksi sebuah film dokumenter dengan judul “1 SURO” dengan tema kegiatan pada tanggal 1 Suro.
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup pemanfaatan teknologi broadcast saat ini sangat luas sesuai fungsi penerapan bidang yang berbeda, dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup yang lebih sempit yaitu bagaimana cara memproduksi sebuah film dokumenter.
1. Content isi dari video dokumenter, antara lain menceritakan tentang : a. Profil singkat Sunan Kalijaga.
b. Kegiatan penyambutan acara 1 suro.
c. Tanggapan masyarakat dengan adanya petilasan tersebut. 2. Software yang digunakan :
Adobe Premiere Pro CS3.
2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Multimedia
dengan perangkat pengolahan informasi, seperti komputer dan perangkat elektronik, tetapi juga dapat menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan secara langsung.
Multimedia secara lugas dibagi menjadi kategori konten linier dan non-linier. Konten linier aktif berlangsung tanpa kontrol navigasi seperti tampilan pada bioskop. Konten non-linier menawarkan interaktif para pengguna untuk berinteraksi dalam mengontrol informasi yang di tawarkan seperti permainan komputer atau digunakan dalam pelatihan informasi berbasis komputer.
Berbagai format teknologi multimedia digital dimaksudkan untuk meningkatkan akses para pengguna berpengalaman, misalnya untuk kemudahan dan kecepatan dalam penyampaian informasi seperti hiburan, seni maupun pelayanan kebutuhan informasi.
2.2 Elemen Multimedia
Multimedia menurut James A. Senn merupakan kombinasi dari beberapa elemen yaitu teks, grafik, suara, video, dan animasi. Kesemua unsur membentuk suatu hasil karya dimana setiap elemen dapat menjelaskan makna dari pesan yang ditampilkan.
2.3 Pengertian Video Dokumenter
Film dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari aktualitas potongan rekaman kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan. John Grierson pertama menemukan istilah “dokumenter” dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925) dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual tentang suatu kejadian tertentu. Dia sangat percaya bahwa "sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula".
2.4 Peralatan yang Digunakan
− Audio Mixers ;
− Media CD ;
− Kabel koneksi ;
− Kartu Grafis ;
− Komputer ;
− Kamera Foto dan Kamera Video ;
− Tripod ;
− Perangkat Lunak Editing ;
− Media Penyimpanan Data Removable.
2.5 Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Video telah menjadi salah satu alat komunikasai yang ampuh. Video dokumentasi merupakan salah satu dari berbagai jenis video yang di buat oleh suatu rumah produksi maupun kalangan komunitas untuk kepentingan seluruh khalayak sebagai alat penyebaran informasi alat bantu pendidikan alat berbagi pengetahuan, serta alat pengungkap segala persoalan dan permasalahan yang ada di masyarakat. Namun ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sumber daya manusia. tentunya untuk menghindari kesalahan dan kecerobohan dalam proses produksi video. Berikut adalah beberapa komponen sumber daya manusia yang ada dalam sebuah pembuatan video maupun film :
− Eksekutif Produser Dan Produser ;
− Sutradara ;
− Unit Manager ;
− Manager Lokasi ;
− Pencatat Adegan ;
− Talent Koordinator ;
− Storyboard Artist ;
− Penata Artistik ;
− Editor.
2.6 Sistem Televisi Global
2.6.1 Sistem NTSC
NTSC (National Television SysteM Committe) telah lama digunakan di Amerika Serikat, sistem ini juga digunakan di Jepang, Philipina, Canada, Greenland, Mexico, Kuba, dan sebagainya. Sistem ini menggunakan 552 pixel/detik dengan frame rate 29,97 fps ( frame per second ) dan frame size 640x480 pixel 33.
2.6.2 Sistem PAL
PAL ( Phase Alternating Line) yang digunakan di beberapa bagian Eropa, Asia, dan juga Indonesia. Sistem ini menggunakan 625 pixel/detik dengan frame rate 25 fps (frame per second) yaitu dalam satu detik sebuah video akan ditampilkan dalam 25 gambar atau frame, selain itu juga dalam pembuatan video dokumenter lainnya.
2.6.3 Sistem SECAM (Sequential Color o'memoeire)
Sistem ini menggunakan 815 pixel/detik dan memiliki frame rate yang Sama dengan sistem PAL yaitu 25 fps ( frame per second) dan memiliki frame size 600x500 pixel. Negara-negara bekas jajahan Perancis banyak menggunakan sistem ini. G4.
2.6.4 Sistem HDTV
HDTV (High Definition Television) merupakan standar baru internasional, sistem ini dapat digunakan seluruh dunia karena telah memiliki kemampuan mengkonversi sesuai sistem yang berlaku setiap negara. Sistem ini menggunakan 1123 Pixel/detik dengan frame rate bisa diatur sesuai kebutuhan dan memiliki keistimewaan, yaitu bisa dilihat pada layar ukuran 2x5 meter .
3. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tinjauan Umum
membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriyah dengan sistem kalender Jawa pada waktu itu.
3.2 Analisis Masalah
Mencari solusi guna memperlancar proses produksi film itu sendiri, beberapa masalah yang mungkin akan dihadapi nantinya, mungkin dapat dilihat seperti berikut.
3.2.1 Penentuan Ide Dasar Video Yang Hendak Dibuat
Ide pembuatan video dokumenter “1 Suro” ini didasarkan pada sebuah kenyaataan bahwa terdapat sebuah petilasan dari sunan kalijaga di Desa Sepi yang belum diketahui oleh masyarakat luas, bahkan belum dapat perhatian dari pemerintah daerah sekitar.
3.2.2 Riset
Ada beberapa persiapan yang dilakukan penulis sebelum proses penulisan skripsi serta pembuatan video dokumenter. Karena dengan konsep yang tersusun apik dan kematangan dalam menggarap sebuah video dokumenter, menjadi awal nilai jual produksi tersebut dapat tayang di berbagai tempat.
3.3 Analisis Sistem
Sukses dan tidaknya sebuah pembuatan video dokumenter tidak lepas dan sistem perangkat yang digunakan dalam proses penggarapan. Beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan tentunya ada pada alat dan jumlah personil yang dibutuhkan. Karena dengan alat yang baik pula akan dapat kualitas video yang baik. Sedangkan untuk personil yang dibutuhkan terbatas pada jumlah yang ada, penulis disini mencoba merangkap beberapa posisi tanggung jawab dari seorang kameramen, sutradara, editing, produser dan lain-lain. untuk kekurangannya, penulis dibantu oleh kru yang lain.
3.4 Identifikasi Masalah
Inti permasalahan yang ada di Petilasan Sunan Kalijaga adalah : 1. Belum adanya media informasi tentang keberadaan petilasan ini.
3.5 Analisis SWOT (Strenght, Weak, Opportunity, Treat)
Metode dalam menganalisa masalah yang ada pada skripsi ini menggunakan
analisis SWOT, dimana titik letak kelebihan dan kekurangannya dapat secara nyata
dijelaskan dengan kondisi sebenarnya berkaitan dan cocok.
Tabel 3.2 Analisis SWOT
STRENGHT ANALISIS
PERMASALAHAN DENGAN METODE ANALISIS SWOT
1. Perijinan penelitian mudah.
2. Objek lokasi dekat 3. Kondisi lingkungan
cukup kondusif 4. Harga sewa alat
murah
5. Menitik beratkan pada daya tarik pariwisata.
WEAKNESS
1. Kekurangan personil 2. Keterbatasan alat 3. Peralatan tidak
bekerja dengan baik 4. Ilmu broadcast masih
sebatas belajar, belum memenuhi standar profesional produser. 5. Nilai artistik kurang 6. Obyek yang hanya
kecil membuat durasi video menjadi pendek.
1. Kesempatan untuk unjuk diri sebagai produser film OPPORTUNITY
2. Kesempatan untuk mencoba peralatan broadcasting 3.
1. Hasilnya bisa menjadi arsip penting
dokumentasi di Desa Sepi dan juga sebagai media promosi pariwisata.
1. Hanya dipandang sebelah mata sebagai mahasiswa penelitian 2. Karena berupa video
dokumenter, sehingga tidak perlu artis
1. Kondisi lokasi membuat kru harus bekerja keras mengejar target.
1. Banyaknya rumah produksi film, menjadi tantangan dalam berkompetisi. Namun dengan sedikit sentuhan nilai seni diharapkan dapat berjuang diketatnya Persaingan.
2. Biaya yang dikeluarkan tidak banyak, namun untuk memanajemen dan memaintenance tidak dapat dilakukan.
1. Apabila terjadi kerusakan alat
3.6 Pra Produksi
Merupakan proses persiapan dan langkah pertama sebelum keseluruhan proses produksi atau pengambilan gambar akan dilakukan. Berguna untuk mengurangi kesalahan dan meminimalisir kurang koordinasinya komunikasi antar personil yang bertugas agar mampu melakukan tugasnya masing-masing.
3.5.1 Persiapan Awal
Persiapan awal ini terdiri dari beberapa tahap dimana tiap tahapan menjelaskan rencana proses yang akan dilakukan dalam pembuatan video dokumenter “1 Suro”.
3.5.2 Persiapan Jadwal Pembuatan Video
Mengingat waktu dan pelaksanaan yang sangat sempit sekali, maka perlu di buatlah sebuah agenda jadwal pembuatan video.
3.5.3 Jadwal Pengambilan Gambar
Sebuah shooting video atau pun film memiliki jadwal untuk shooting supaya dalam proses produksi dapat diperkirakan waktu mulai dan waktu selesai. Sebuah shooting membutuhkan jadwal lokasi shooting atau biasa disebut dengan breakdown location. Breakdown lokasi ini berguna supaya para kru dan artis mengetahui waktu
dan lokasi shooting yang akan diadakan.
3.5.4 Persiapan Kru
Kru dalam pembuatan video ini terdiri dari 4 orang, dimana tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7 Personil Kru dan Tanggung Jawab Pekerjaan.
No. Nama Tugas dan Tanggung Jawab
1. Aditya Selaku Produser, Kameramen, Editor 2. Tony Unit Manager, Pencatat Adegan 3. Heri Manager lokasi
4. Sigit Logistik dan peralatan
3.5.5 Persiapan Alat Yang Digunakan
Kebutuhan akan perangkat keras yang digunakan dalam pembuatan video dokumenter ini sudah layak dan memenuhi standart, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Komputer untuk kebutuhan data mobile dengan spesifikasi :
• Compaq Presario CQ40 notebook PC
• Processor Intel core2duo 2 Ghz
• Intel T5800 video graphic
• Layar Monitor 14”
• 2 GB Memory RAM
• Hardisk 250 GB
• DVD Super Multi DL.drive
b. Kamera Digital Canon ixus 950 is 8 mega pixel c. Kamera Handycame Sony Dcr-Hc36
d. Kaset MiniDV 60 Menit sejumlah 2 buah e. Tripod
f. Transportasi
4. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi
Proses saat pelaksanaan shooting dimulai hingga selesai serta teknik yang digunakan, dan pada tulisan ini akan menjelaskan beberapa laporan pada saat Pembuatan video dokumenter “1 SURO”. Sebelumnya pada film dokumenter ini mengandung tema, ide, logline dan sinopsis supaya jalan cerita menjadi mudah dipahami :
Ide Tema Sinopsis Logline
4.1.1 Proses Setting Kamera
Kamera Sony Dcr-Hc36 merupakan kamera yang sangat bagus apabila dapat mengoperasikan dengan cermat, karena mampu menangkap dan merekam gambar yang bagus serta memiliki kualitas zoom yang besar pada objek yang jauh. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dan tidak merepotkan pada pengambilan gambar tentu saja keseluruhan alat tersebut dilakukan cek terlebih dahulu seperti kekuatan baterai dan jumlah kaset yang di bawa untuk bekal apabila proses pengambilan gambar banyak noise karena objek berjalan yang tidak di inginkan.
4.1.2 Teknik Pengamatan Gambar
Ada dua macam teknik pengamatan gambar dalam penggunaan video handycame yaitu dengan menggunakan media menu LCD monitor pada kamera handycame tersebut atau dengan menggunakan teropong lensa khusus mata untuk menghindari pantulan cahaya maupun fokus koreksi. Kedua cara tersebut bisa digunakan dari kemampuan mata masing-masing kameramen dan keahlian dalam mengambil gambar secara teknik.
4.1.3 Teknik Pengambilan Gambar
Ada dua macam teknik pengambilan gambar dalam video ini, yaitu autofokus dan manual. Auto fokus memberi kemudahan dalam mengambil gambar tanpa maupun efek fokus objek. Sedangkan manual dapat memberikan kesan yang mendalam pada saat pengambilan gambar medium dengan latar belakang objek blur atau sebaliknya tergantung pada keinginan tampilan video yang diinginkan.
4.2 Pasca Produksi
Secara sederhana, tahap pasca produksi atau proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam tahap editing yang dilakukan penulis yaitu merekonstruksi potongan-potongan gambar yang diambil. Langkah yang dilakukan sebagai berikut :
− Menganalisis skenario mengenai kontruksi dramatisnya.
− Melakukan pemilihan shoot yang terpakai (OK) dan yang tidak sesuai shooting report.
− Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara.
4.3 Editing
Banyak sekali software yang tujuannya untuk editing video. Software itu antara lain : Ulead, Pinacle, Windows Movie Maker, Adobe Premiere dan sebagainya. Dari berbagai macam program tersebut, penulis memilih Adobe Premiere Pro CS3 dalam proses editing video dibanding dengan software yang lain, karena software ini banyak memberikan ruang yang luas untuk berkreasi dan mempunyai banyak sekali fasilitas serta customisasi seperti yang diinginkan oleh user dan juga sangat compatible dengan berbagai merk video capture card.
Capture Video ke computer Import Video
Edit Video Renderring Video
4.3.1 Capture Video
Pastikan komputer dapat mengenali kamera video agar memudahkan proses transfernya dan setting kamera video telah here claim posisi mode VCR untuk mentransfer file format mini DV ke dalam komputer via kabel Firewire untuk proses editing selanjutnya.
4.3.2 Import Video
Import video menjadi bagian proses setelah dilakukannya capture video, terdapat tahapan proses yang mendasari proses import video, yaitu : proses awal import video, pemilihan video dan tampilan hasil video yang sudah di import.
4.3.3 Edit Video
Proses edit video yang dilakukan penulis disini terdiri dari 3 proses yaitu memotong video, reposisi peletakan video, dan memberi efek baik suara narasi dan transisi. Proses pemotongan dengan menggunakan tool razor, yaitu memisahkan dua atau lebih file capture . Sedangkan reposisinya berdasarkan dari cerita atau naskah film yang sudah dipersiapkan dengan contoh storyboard sehingga memudahkan dalam peletakan antara video cut satu dengan video cut lainnya.
4.3.4 Renderring Video
Setelah semua proses editing dilakukan, lagkah selanjutya adalah menemukan format yang akan digunakan pada proses finishingnya. Tahap ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan pembuatan video dokumenter.
4.4 Review Editing
4.5 Presentasi dan Evaluasi
Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan
sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama dengan
kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan :
− Ahli Sinematografi.
Untuk mengupas film dari segi atau unsur dramatikalnya.
− Ahli Produksi Film.
Untuk mengupas film dari segi teknik, baik pengambilan gambar, angle, teknik
lighting, dan lain-lain.
− Ahli Editing Film (Editor).
Untuk mengupas dari segi teknik editingnya.
− Penonton atau penikmat film.
Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film. Hal ini
dikarenakan mereka mengupas dari sudut pandang seorang penikmat film yang
mungkin masih awam dalam pembuatan film.
Berikut beberapa data kuesioner yang telah penulis dapatkan pada saat
presentasi dan evaluasi hasil pembuatan video dokumenter yang nantinya dapat
menjadi kritik dan saran untuk perbaikan kearah yang lebih baik. Hasil survei
diperoleh dengan cara bertanya kepada 25 warga Desa Sepi termasuk kepala
KUESIONER
TANGGAPAN AUDIENS PADA PEMUTARAN VIDEO DOKUMENTER “1 SURO”.
IDENTITAS RESPONDEN :
Nama : .………
Alamat : ……….
Usia : ……….
Tabel 4.1 Data Kuesioner Terhadap 25 Orang Tentang Film Dokumenter “1 SURO”
NO. PERTANYAAN NILAI
A B C D E
1. Bagaimana menurut anda
tetang video dokumenter “1 SURO” yang telah
dibuat, apakah sudah sesuai dengan kondisi petilasan sekarang?
sendiri, apakah sudah cocok dengan kondisi petilasan pada saat perayaan 1 Suro?
IIII
4. Mengenai durasi video
yang hanya 14 menit, apa sudah menggambarkan akan kondisi petilasan?
IIII
dokumenter ini di putar untuk penyampain suatu informasi masyarakat?
diperuntukan bagi semua kalangan, umur, dan kenis kelamin?
7. Apakah film dokumenter
ini bisa menjadi arsip bagi masyarakat Desa Sepi?
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Cara memproduksi film dokumenter “1 Suro ” mulai dari proses pra
produksi, produksi dan pasca produksi ?
1. Pra Produksi
Penulis melakukan survey terlebih dahulu ke obyek yaitu di Petilasan Sunan
Kalijaga, setelah melakukan survey kemudian penulis membuat jadwal
untuk pembuatan video dan jadwal pengambilan gambar. Hal ini di wajib
dilakukan agar proses pengambilan gambar dapat terkonsep dan tidak
mengalami kendala.
2. Produksi
Penulis terlebih dahulu menentukan ide, tema, sinopsis, dan logline
sebelum proses pengambilan gambar, ini perlu dilakukan agar kita tahu
objek mana saja yang sebaiknya kita ambil agar sesuai dengan ide dan
tema yang sudah kita tentukan.
3. Pasca Produksi
Pasca produksi, untuk menghasilkan sebuah gambar yang maksimal dan
terlihat kealamianya di dalam software Adobe Premire Pro CS3 penulis
tidak memberikan efek yank berlebihan, yaitu menggunakan efek cross
dissolve pada transisinya, sedangkan pada saat pengambilan gambar yang
dilakukan di malam hari, penulis menggunakan bantuan banyak cahaya
yaitu menggunakan lilin dan lampu yang tidak terlalu terang hal itu juga
dilakukan agar hasil videonya lebih kelihatan alami.
5.2 Saran
Dengan kesimpulan diatas, penulis meberikan saran sebagai berikut :
1. Pada saat pengambilan gambar pada objek yang ada baiknya
menggunakan bantuan cahaya yang tidak terlalu cerah, bantuan cahaya itu
bisa menggunakan lilin atau lampu yang berwarna kuning untuk menjaga
kealamain hasil gambar.
2. Dengan menggunakan Adobe Premiere Pro CS3 sangat membantu untuk
pengeditan sebuah film, karena adanya efek-efek yang begitu bagus.
3. Dalam membuat video dokumenter yang terpenting adalah kreatifitas dalarn
pengambilan gambar yang ada harus dengan kenyataan (fakta) dan tidak
DAFTAR PUSTAKA
Bayu Adji dan Seno Adji. 2005. Step By Step Teknik Digital Video Editing dengan Adobe
Premiere. Datakom Lintas Buana. Jakarta.
Pandapotan Sianipar. 1997. Cara Mudah Menguasai Editing dengan Adobe Premiere
Pro. Elek Media Komputindo. Jakarta
Parkinson, David. 1995. History Off Film. From:
Suyanto, M. 2003. Analilsis dan Desain Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran. Andi
Offset. Yogyakarta.
Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Andi
Offset. Yogyakarta.
Yoga. 2008. Apa itu Film Dokumenter ?. From: