• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM POLITIK ISLAM.docx SISTEM POLITIK ISLAM.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM POLITIK ISLAM.docx SISTEM POLITIK ISLAM.docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM POLITIK ISLAM

Dosen Pengampu: Arifuddin,Lc., M.A

Disusun Oleh:

RICKY TRIHATMOJO (B0417047)

RIDITA PURWITASARI (B0417048)

RIZKI ARYFATI (B0417049)

SALMA HANIFAH P. (B0417050)

Kelompok 11

PROGRAM STUDI SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa sehingga tugas Makalah yang berjudul “Sistem Politik Islam” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.

Penulis

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Politik dalam bahasa Arab disebut siyasah. Dalam kamus Lisanul Arab disebutkan bahwa kata siyasah bermakna mengurus sesuatu dengan kiat-kiat yang membuatnya baik atau berarti pengurusan suatu perkara hingga menjadi baik. Pemikiran politik adalah aplikasi rasio manusia, seperti halnya pemikiran lain yang dilakukan untuk mengatur urusan-urusan kehidupan. Ia dihasilkan dari penyusunan premis-premis yang telah diketahui untuk mendapatkan konklusi-konklusi yang belum diketahui.

Karena pemikiran-pemikiran manusia berlabuh dari pandangan umumnya, sistem kepercayaannya, dan kerangka rujukannya yang menjadi acuan pengambilan sumber, macam metodologi dan filsafat pengetahuannya maka kaum muslimin mempunyai pemikiran politik yang berlabuh dari pandangannya, dan dijelaskan kaidah-kaidahnya dalam pokok-pokok pemikiran dan sumber-sumber itu. Oleh karena itu, Al-Qur’anul-Karim perlu dijadikan landasan sebagai sumber pembentuk hukum yang mutlak.

Mengkaji pokok-pokok pemikiran politik islam di dalamnya dalam kerangka umum, cita-cita, dan tujuannya, untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip pemikiran ini. Lalu menjelaskan bagaimana hal itu tercermin dalam realitas Islam sejarah dan sosial, dan bagaimana pula ulama menyimpulkannya dalam bentuk hukum-hukum, masalah-masalah, dan pendapat-pendapat yang menyentuh berbagai masalah yang terangkum dalam cabang-cabang ilmu politik yang berbeda-beda.

2. TUJUAN PENULISAN

(4)

3. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian politik secara umum dan politik dalam Islam?

2. Apa saja yang merupakan prinsip-prinsip dalam politik Islam dan bagaimana bagian-bagian dari fiqih siyasah?

3. Bagaimana pentingnya pemerintahan?

4. Apa yang menjadi nilai-nilai dasar dalam sistem politik Islam? 5. Mengapa penguasa dan rakyat menjadi hal yang fundamental? 6. Seperti apa demokrasi dalam pandangan Islam?

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI POLITIK

(5)

undang-undang tersebut dipatuhi secara umum oleh masyarakat. Selanjutnya diakui sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu masyarakat dan yang mampu memberikan hukuman secara material.”1

Sedangkan, politik tersebut didefinisikan oleh kamus Littre (1870) sebagai, ”politik adalah ilmu memerintah dan mengatur negara.”2

Berdasarkan dua teori tersebut, secara global kita dapat menyebutkan bahwa politik itu mengkaji dari segi kekuasaan; bagaimana pada akhirnya sampai kepada kekuasaan itu (baik secara sukarela maupun menggunakan paksaan kekuatan)? Bagaimana mengaturnya? Bagaimana hubungan individu dengan kekuasaan itu? Politik juga melakukan pengkajian masalah “Undang-Undang Dasar” yang akan mengatur hubungan-hubungan keorganisasian yaitu antara lembaga-lembaga kekuasaan politik (eksekutif), legislatif, dan yudikatif, serta mengkaji dari segi proses saling mempengaruhi antara lembaga-lembaga kekuasaan yang berkuasa dan aliran-aliran pemikiran yang bergerak di tengah masyarakat (partai: opini umum, perwakilan, dan kepemilikan). Seluruhnya yaitu masalah-masalah yang dapat masuk dalam lingkup yang biasa dikenal dengan fiqih politik islam yaitu sebagai Ahkam Sultaniyah (hukum tata negara).

B. PENGERTIAN POLITIK DALAM ISLAM

Politik disebutkan berasal bahasa Arab yang berarti siyasah. Dalam kamus Lisanul Arab disebutkan bahwa kata siyasah memiliki makna mengurus sesuatu dengan sesuatu yang membuatnya baik atau berarti mengurusi suatu perkara sampai pada akhirnya menjadi baik. Politik dijelaskan menurut Ibnu Qayyim dibagi menjadi dua macam, yaitu politik yang diwarnai dengan suatu kezaliman sehingga politik tersebut diharamkan dan yang kedua ialah politik yang diwarnai dengan keadilan yang mana merupakan bagian dari suatu syariat Islam.

1 Terjemah bebas dari Anthony Quinton, Political Philosophy (Oxford University Press) hlm,6.

(6)

Politik jika kita lihat dari sisi yang buruk bisa membuat masyarakat memberikan kesimpulan bahwa politik tersebut itu kejam dan para politikus oleh masyarakat dianggap sebagai ahli tipu muslihat yang sangat kental dengan perbuatan makar, dusta, dan licik. Namun, bila ditinjau dari sudut pandang yang berbeda, ada pula politik yang syar’i.

Bahkan hal tersebut salah satu cabang dari suatu syartiat Islam yang mulia seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim dalam sebuah kitabnya, yaitu I’lamul Muwaqqi’in. Dalam khazanah ilmu-ilmu Islam, politik yang syar’i disebut sebagai as-siyasah asy-syariyah (Ruwaifi, 2009: 5).

Pengertian siyasah yang dikemukakan oleh Ibn A’qil, yang dikutip oleh Ibnu Qayyim, politik Islam merupakan segala perbuatan yang dapat membuat manusia lebih dekat kepada suatu kemaslahatan. Namun realitanya pasti berhubungan dengan masalah mengatur urusan rakyat baik oleh negara maupunrakyat. Sehingga definisi dasar menurut realita dasar ini adalah netral. Hanya saja tiap ideologi (kapitalisme, sosialisme, dan Islam) punya pandangan tersendiri tentang aturan dan hukum mengatur sistem politik mereka.Dari sinilah muncul pengertian politik yang mengandung pandangan hidup tertentu dan tidak lagi “netral”

Dalam Al Muhith, siyasah berakar kata sâsa-yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha(mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Al-Siyasah juga berarti mengatur, mengendalikan, mengurus, atau membuat keputusan, mengatur kaum, memerintah, dan memimpinnya. C. PRINSIP-PRINSIP DASAR POLITIK ISLAM

6. Diwajibkan untuk memperkuat tali silaturahmi

7. Kedaulatan tertinggi atas alam semesta dan hukumnya ialah berada di tangan Allah semata.

(7)

1. Siyasah Dusturiyah

Keputusan kepala negara ketika mengambil keputusan atau undang -undang untuk kemaslahatan umat.

2. Siyasah Maliyah

Pemerintahan yang mengatur mengenai keuangan negara. Djazuli (2003) mengatakan bahwa Siyasah Maliyah adalah hak dan kewajiban kepala negara untuk mengatur dan mengurus keuangan negara untuk kepentingan warga negaranya dan untuk kemaslahatan umat. Dari pembahasan diatas dapat kita lihat bahwa siyasah maliyah adalah hal-hal yang menyangkut kas negara serta keuangan negara yang berasal dari pajak, zakat baitul mal serta pendapatan negara yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

3. Siyasah Dauliyah

Siyasah Dauliyah yaitu lebih mengarah pada pengaturan masalah kenegaraan dengan luar negeri, dan kedaulatan negara. Hal ini sangat penting sebab kedaulatan negara digunakan untuk pengakuan dari negara lain.

4. Siyasah Harbiyah

Pemerintah atau kepala negara yang mengatur dan mengurusi hal-hal dan masalah yang menyangkut masalah perang.

E. PENTINGNYA PEMERINTAHAN

Manusia tidak akan bisa menjalankan sebuah urusan agama dan dunianya secara sempurna, kecuali ada yang mampu menjadi pemimpin di tengah-tengah mereka yang mempunyai wilayah dan kewenangan untuk memerintah serta menjalankan suatu pemerintahan. Dengan demikian, keberadaan pemimpin, yaitu pemerintah menjadi sesuatu hal yang penting.

Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 59 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kalian”.

(8)

F. NILAI-NILAI DASAR SISTEM POLITIK ISLAM 1. Dasar dari Al-Qur’an

 Keharusan mewujudkan persatuan dan kesatuan umat sebagaimana tercantum dalam surat Al-Anfal ayat 46.  Keharusan melakukan musyawarah dalam menyelesaikan

dan menyelenggarakan masalah yang bersifat ijtihadiyah

(persoalan yang belum dijelaskan secara rinci dalam Al-Qur’an dan hadits), seperti yang termaktub dalam surat Asy-Syura ayat 38 dan Ali Imran ayat 159.

 Keharusan menunaikan suatu amanat dan menetapkan hukum secara adil sebagaimana tertuang dalam surat An-Nisa ayat 58.

 Kemestian atau keharusan menaati Allah SWT, Rasulullah SAW, dan ulil amri (pemegang kekuasaan) tertuang dalam surat An-Nisa ayat 59

2. Dasar dari Hadits

 Keharusan mengangkat pemimpin. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Dawud.

 Keharusan pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Hal ini terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.

Dari Ibnu Umar ra., telah bersabda Nabi SAW.: “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang imam yang menjadi pemimpin rakyat bertanggung jawab terhadap rakyatnya, dan setiap suami bertanggung jawab atas rumah tangganya.”.

 Keharusan pemimpin yang berfungsi sebagai perisai, tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menyerang, namun berfungsi sebagai alat untuk berlindung.

 Keharusan pemimpin untuk berlaku adil. G. PENGUASA DAN RAKYAT

(9)

al-Ahkam ash-Sulthaniyah menyebutkan bahwa syarat-syarat bagi untuk bergerak maupun bereaksi. Kelima, bijak. Keenam, keberanian.

Nilai lebih dalam suatu hal kebijakan, kesabaran, sehat jasmani dan rohani, serta kecerdikan merupakan kriteria yang mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Hak-hak rakyat menurut Abul A’la al Maududi adalah perlindungan terhadap hidup, harta, dan kehormatannya, perlindungan terhadap kebebasan pribadi, menyatakan pendapat dan berkeyakinan, serta terjamin kebutuhan pokok hidupnya tanpa membedakan kasta maupun kepercayaan

Selain mempunyai hak, rakyat juga mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan kepada pemerintah, yaitu ikhlas dan mendoakan, mendengar dan taat, menghormati dan memuliakan menyampaikan nasihat dan mengingatkan, serta membela dan membantu.

H. DEMOKRASI DALAM PANDANGAN ISLAM

Esposito dan Piscatori mengidentifikasi ada tiga pemikiran mengenai hubungan Islam dan demokrasi. Pertama, Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena konsep shura, ijtihad, dan ijma’merupakan konsep yang sama dengan demokrasi. Kedua, menolak bahwa Islam berhubungan dengan demokrasi.

(10)

dimaksud dengan demokrasi itu terkait dengan adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu, misalnya asas persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan berfikir dan berkeyakinan, keadilan sosial dan sebagainya, maka sebenarnya hak-hak tersebut semuanya ada dalam Al-Qur’an.

Begitu pula jika demokrasi yang dimaksud sebagaimana dikatakan Abraham Lincoln adalah dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat (from people by people and for people), pengertian ini juga terdapat dalam Islam, dengan pengecualian bahwa rakyat harus memahami Islam secara komprehensif. pandangan Islam identik dengan nilai-nilai demokrasi bukanlah tanpa alasan. Setidaknya melihat, bahwa pertama Islam tetap memelihara tradisi ijtihad (berfikir secara bebas dan benar) untuk mendapatkan dan menyelesaikan suatu persoalan. Ijtihad dimaksud sejalan dengan kebebasan berfikir manusia untuk mendapatkan sesuatu yang terbaik bila terbelenggu oleh ketidakjelasan hukum. Kedua, persamaan (al-musawa), Islam tidak membedakan suku, ras, golongan, warna kulit, kaya-miskin, dsb.

(11)

Islam dan demokrasi tidak selalu berjalan beriringan dan juga tidak selalu berlawanan. Yang diinginkan Islam adalah demokrasi yang disemangati oleh nilai-nilai syariah dan kemasyarakatan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Politik dalam bahasa Arab adalah siyasah yang bermakna mengurus sesuatu dengan kiat-kiat yang membuatnya baik atau berarti pengurusan suatu perkara sehingga menjadi baik. Prinsip dalam politik islam ialah musyawarah, keadilan, kebebasan, persamaan, hak menghisab pihak pemerintah, diwajibkan untuk memperkuat tali silaturahmi, dan kedaulatan tertinggi atas alam semesta dan hukumnya hanya berada di tangan Allah semata.

Bagian siyasah yaitu siyasah dusturiyah, maliyah, dauliyah, serta harbiyah. Oleh karena itu, ada istilah agama dan pemerintah adalah dua saudara kembar, jika salah satu tinggi yang lainnya ikut tinggi. Agama adalah kepala, sedangkan pemerintah sebagai penjaga. Sesuatu yang tidak berkepala akan dianggap hancur dan yang tidak memiliki penjaga akan hancur.

DAFTAR PUSTAKA

(12)

2) Abul A’la Al-Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Bandung: Mizan, 1995.

3)

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab11-agama_islam_dan_politik.pdf

4) Jurnal Al-Afkar,Edisi VI,Tahun ke 5 : Juli-Desember 2000

5) www.scribd.com

6) https://www.scribd.com/doc/77862968/Idealisme-Politik-Islam-di-Aceh?

cv=1&session-id=25eb913e52c6d2094bc9dddbedb94b06

7)

http://www.ahmadrifani.com/2014/05/makalah-sistem-politik-dala-perspektif.html?cv=1&session-id=25eb913e52c6d2094bc9dddbedb94b06

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh politik Islam yang semakin kuat serta posisi ekonomi Indonesia yang berkembang, akibat pelayaran internasional dengan pedagang muslim Arab, membuat

Peperangan merupakan salah satu bentuk cara berjihad,dan peperangan merupakan jihad binafsi (jihad secara fisik) yang sering di sebut juga dengan alqital yang berarti peperangan

i) Kualitas pesantren dan madrasah harus diperbaiki. j) Pengajaran bahasa Arab tidak dibutuhkan. Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1950 terdapat pasal yang mengupas tentang

Kata “Islam” yang membuntuti – setelah politik pendidikan – (menjadi politik pendidikan Islam) bukan berarti pula arti Islam secara agama (religion), akan

• Perbedaannya, pada masa di Makkah Nabi tidak punya kekuasaan politik untuk menyokong kenabiannya, sedang ketika di Madinah ia sebagai kepala “politik” agamanya,

Dengan deikian, kebebasan politik merupakan istilah modern , tidak lain kecuali hanya cabang dari pokok kebebasan universal yang diberikan islam, yaitu kebebasan manusia

Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat

Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Dinukil dari kitab Firaq