ANALISIS RANTAI PASOK TANAMAN SELADA KERITING (Lactuca sativa L) ORGANIK DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE
(Studi Kasus PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Seminar Usulan Penelititan Dalam Menempuh Ujian Sidang Strata I
Pogram Studi Agribisnis
Oleh :
MOHAMAD NOVALDI
150610130154
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
i
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : ANALISIS RANTAI PASOK TANAMAN SELADA KERITING (Lactuca sativa L.) ORGANIK DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (Studi Kasus PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung)
NAMA : MOHAMAD NOVALDI
NPM : 150610130154
PROG.STUDI : AGRIBISNIS
Jatinangor, Maret 2017 Menetujui dan Mengesahkan,
Ketua Program Studi Agribisnis Ketua Komisi Pembimbing
Dr. Iwan Setiawan, SP., M.Si. Dhany Esperanza, SP., MBA.
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada Tanggal 21 November 1994, putra ketiga dari Dr.Ir.Samid Syarif (Alm) dan Deetje Rauf. Pendidikan sekolah dasar di SDN Polisi 4 Bogor dan tamat pada tahun 2007, sekolah pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Bogor pada tahun 2010 dan sekolah pendidikan menengah keatas di SMAN 9 Bogor hingga tahun 2011 lalu melanjutkan ke SMAN 1 Bogor dan tamat pada tahun 2013 Pada tahun 2013 penulis lulus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan diterima di Program Studi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota Divisi Social Club Himpunan Keprofesian Agribisnis Universitas Padjadjaran periode 2015-2016, anggota Perhimpunan Basket Pertanian 2015-2017, anggota panitia transportasi dan logistik Arthuration 2016 serta menjadi ketua pelaksana AgriDay 2016.
Prestasi yang pernah diraih penulis selama mengikuti perkuliahan yaitu
menjadi juara 1 lomba bola basket Agritech Cup 2016 di Fakultas Teknik Pertanian
iii
ABSTRAK
MOHAMAD NOVALDI, 2017. Analisis Rantai Pasok Tanaman Selada
Keriting (Lactuca sativa L.) Organik Dengan Metode Supply Chain Operation
Reference (Studi Kasus PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung) Dibawah
Bimbingan DHANY ESPERANZA.
Selada keriting merupakan salah satu jenis sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi pada pasar sayuran di Indonesia. Produk tanaman selada keriting organik merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. Indonesia Agro Industri dan merupakan produk dengan jumlah permintaan paling besar dibandingkan dengan sebelas produk lain yang dihasilkan perusahaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja dan masalah yang ditemukan pada kegiatan rantai pasok produk tanaman selada keriting organik yang dilakukan oleh PT. Indonesia Agro Industri serta untuk menghasilkan strategi alternatif guna pengembangan kinerja rantai pasok. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan studi pustaka. Metode pengukuran kinerja yang digunakan adalah metode supply chain operation reference dengan analisis deskriptif, gap analysis dan fish-bone analysis.
Kegiatan rantai pasok PT. Indonesia Agro Industri memiliki satu alur pasokan dari CV. Buana Tani, petani pemasok bibit dan petani pemasok produk lalu perusahaan menjual produknya ke toko/ritel modern sekitar Kota Bandung.
Perusahaan memiliki nilai POF 89,6%, nilai COGS 52%, nilai CTCCT 15 hari, dan
nilai OFCT 1 hari pada hasil analisis SCOR level satu. Perusahaan sudah memiliki tiga metrik pada tingkat superior dan satu metrik pada tingkat advantage sehingga
tidak dilakukan gap analysis. Perusahan melakukan proses planning (P1-P5),
executing (S1, S2, M2, D2 dan DR1), dan enabling pada hasil pemetaan rantai pasok SCOR level dua. Dilakukan analisis SCOR level tiga untuk proses inti produksi (make) karena proses inti tersebut adalah proses inti dengan kinerja terburuk dengan nilai POF 84% dan nilai OFCT satu hari dari hasil analisis SCOR level dua.. Diperlukan alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri agar perusahaan dapat memenuhi besar PO dari toko/ritel modern.
iv ABSTRACT
MOHAMAD NOVALDI, 2017. Curly Leaf Lettuce (Lactuca sativa L.) Supply Chain Analysis using Supply Chain Operation Reference Method (Case Study at PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung) Guided by DHANY ESPERANZA.
Curly leaf lettuce is one of a kind crops that has been produced in Indonesia which has high economic value. Organic curly leaf lettuce also has been produced by PT. Indonesia Agro Industri and this product has the highest demand on the market than the other eleven product that produced by the company.
The objectives of this research were to know organic curly leaf lettuce supply chain’s performance and problems that has to be faced on the supply chain activity and also to make an alternative strategy for company’s supply chain development in the future. Technique that used for this research are case study technique. Researcher did interview, observation and literature study to gained data and information. Method that used for supply chain performance measurement was supply chain operation reference with descriptive analysis, gap analysis and fish-bone analysis.
Company’s supply chain has one line supply chain flow from CV. Buana Tani, seedling supplier farmers, crops supplier farmers and company sold the product to modern retailer in Bandung city. Company has 89,6% in POF score, 52% in COGS score, 15 days in CTCCT score and one day in OFCT score as results from level one SCOR analysis. Gap Analysis has not been used because the company has three Key Performance Metric above superior benchmark and one above advantage benchmark. Company has been doing planning process (P1-P5), executing process (S1, S2, M2, D2 and DR1), and enabling process as results from level two SCOR mapping. Level three SCOR analysis have to be given to “make” core process because it has the worst performance as results from level two analysis with 84% in POF score and one day in OFCT score. Alternative strategy are needed to develop organic curly leaf lettuce supply chain activity in PT. Indonesia Agro Industri and to gain company’s ability to fulfill Purchase Order that given from modern retailer to the company.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Analisis Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa L.)
Organik Dengan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) (Studi Kasus
PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung)”. Dan juga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi besar junjungan kita, Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan usulan penelitian ini Penulis banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dhany Esperanza, SP., MBA. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada Penulis selama persiapan, penyusunan, maupun penulisan usulan penelitian ini.
2. Mahra Arari H, SP., MT. selaku dosen penelaah yang telah memberikan
masukan dan kritik dalam penulisan usulan penelitian ini.
3. Dr. Ir. Dini Rochdiani, MS. selaku dosen penelaah yang telah memberikan masukan dan kritik dalam penulisan usulan penelitian ini.
4. Dr. Iwan Setiawan, SP., M.Si. selaku ketua tim pengajar di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.
5. Orang tua, Mamah dan Om Yamin serta kakak – kakak, Kak Oki dan Kak Dede dan adiku Dian serta saudara – saudari keluarga besar Rauf yang senantiasa memberikan doa, bantuan, semangat, dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis.
6. Manajemen PT. Indonesia Agro Industri, Bapak Hery Ardianto, Kang
Koswara, Teh Siti, Kang Yadi, Mas Boy, Teh Yanah, Tata, Abah dan karyawan InaGreenFarm yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu yang telah dengan tangan terbuka menerima saya untuk melakukan penelitian di PT. Indonesia Agro Industri.
7. Teman-teman Agribisnis D 2013 dan Agribisnis 2013 yang telah memberikan
motivasi dan semangat, yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu.
8. Teman seperjuangan BEDP Abeng, Deva, Nida, Hana yang telah memberikan
motivasi, semangat serta bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teman – teman dari Tumband Apip, Syifa, Alip dan Fia yang senantiasa memberi motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
10.Teman – teman Kosan Abah Uni Khodi, Edu, Satria, Dima, Rian, Adam dan
vi
11.Teman – teman dari Bogor Tomo, Azmi, Naudy, Delano, Japer, Andi, Koli, Papung, Samuel dan teman – teman lain yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.
12.Teman – teman dari Bangbuters, Fiqri, Aziz, Kedang, Mipa, Indra, Rian, Zulhamid, Rasyad, Tyo, Kemal, Azka, Atan, Abah, Bapak, Kucik, Fadhil dan semua teman – teman lain yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.
13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
Penulis menyadari usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang membangun akan Penulis terima sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jatinangor, Desember 2016
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB IIPENDEKATAN MASALAH DAN ALUR PEMIKIRAN ... 9
2.1. Pendekatan Masalah ... 9
2.1.1. Pengertian Hortikultura ... 9
2.1.2. Pengertian Tanaman Selada ... 10
2.1.3. Pengertian Pertanian Organik ... 11
2.1.4. Pengertian Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) ... 11
2.1.5. Pengertian Metode Supply Chain Operations Reference (SCOR) ... 12
2.2. Penelitian Terdahulu ... 18
viii
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 22
3.1. Objek dan Tempat Penelitian ... 22
3.2. Desain dan Teknik Penelitian ... 22
3.3. Data yang Diperlukan (Operasional Variabel) ... 22
3.4. Sumber Data dan Cara Menentukannya ... 30
3.4.1 Sumber Data ... 30
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.6. Analisis Data ... 31
3.6.1. Analisis Deskriptif ... 31
3.6.2. Uji Metrik Strategis ... 31
3.6.3. Uji Celah (Gap Analysis) ... 33
3.6.4. Analisis Fish-bone ... 33
3.7. Jadwal Penelitian ... 34
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian ... 35
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 35
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 36
4.1.3. Struktur Fisik Perusahaan ... 37
4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 38
4.1.5. Ketenagakerjaan ... 39
4.1.6. Produk ... 41
4.2. Gambaran Rantai Pasok PT. Indonesia Agro Industri... 43
4.2.1. Karakteristik Produk Selada Keriting ... 44
4.2.2. Aliran Barang ... 45
4.2.3. Aliran Uang ... 47
4.2.4. Aliran Informasi ... 48
4.3. Analisis Kinerja Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting Organik ... 49
4.3.1. Analisis SCOR Level Satu ... 49
ix
4.3.3. Analisis SCOR Level Tiga ... 63
4.4. Alternatif Strategi Peningkatan/Perbaikan Kinerja Rantai Pasok ... 68
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1. Kesimpulan ... 73
5.2. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
x
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.PDB sektor pertanian atas harga berlaku dan kontribusinya terhadap PDB Indonesia
Tahun 2010 – 2014 ... 2
2. Konsumsi Perkapita Sayuran dan Buah-Buahan di Indonesia (Kg/tahun/kapita) .... 2
3. Produksi Sayuran dan Buah di Indonesia Tahun 2010 – 2014 ... 3
4. Pengiriman Produk PT. Indonesia Agro Industri Semester Awal Tahun ... 5
5. Kinerja Penjualan PT. Indonesia Agro Industri Semester Akhir 2015 dan Semester Awal Tahun 2016 (pack) ... 6
6. Tujuan Atribut Pegukuran Kinerja Rantai Pasok dan Penggunaan Key Performance Indicator ... 13
7. Penelitian Terdahulu ... 18
8. Operasional Variabel ... 24
9. Contoh Bentuk SCORcard ... 32
10. Karyawan PT. Indonesia Agro Industri ... 40
11. Produk yang Dihasilkan oleh PT. Indonesia Agroindustri... 41
xi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Grafik Permintaan Terhadap Produk Selada Keriting Organik di PT. Indonesia
Agro Industri Semester Akhir 2015 dan Semester Awal 2016 (Pack) ... 4
2. Contoh Pemetaan SCOR Level Dua ... 16
3. Contoh Pemetaan SCOR Level Tiga ... 17
4. Alur Kerangka Pemikiran ... 21
5. Contoh Analisis Fish-bone ... 34
6. Struktur Organisasi PT. Indonesia Agro Industri ... 38
7. Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting di PT. Indonesia Agroindustri ... 44
8. Aliran Produk Selada Keriting Organik pada Rantai Pasok PT. Indonesia Agro Industri ... 46
9. Aliran Uang pada Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting di PT. Indonesia Agroindustri ... 47
10. Aliran Informasi pada Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting Organik di PT. Indonesia Agro Industri... 48
11. Pemetaan SCOR level dua Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting Organik ... 61
12. Pemetaan SCOR Level Tiga Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting Organik di PT. Indonesia Agro Industri ... 63
13. Bentuk Analisis Fish-bone pada Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting Organik di PT. Indonesia Agro Industri ... 66
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Panduan Wawancara ... 78
2. Denah dan Dokumentasi Keadaan Lahan ... 82
3. Peralatan di Perusahaan... 83
4. Bentuk Perintah Pembibitan, Penanaman, Pemupukan dan Pemanenan ... 85
5. Dokumentasi Kemasan dan Produk Selada Keriting ... 86
6. Venditore dan Vendor Management System (VMS) ... 87
7. Contoh Jadwal dan Jumlah Pengambilan Bibit ... 87
8. Bentuk PO dan Faktur Penjualan ... 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Subsektor pertanian bidang hortikultura sedang disorot banyak kalangan masyarakat saat ini. Tanaman hortikultura adalah tanaman yang memiliki peran
penting dalam meningkatkan gizi manusia karena memiliki zat – zat yang bermanfaat
bagi kesehatan manusia serta berperan dalam penyediaan vitamin, mineral, serat dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi masyarakat. Menurut Zulkarnain (2010) Selain bermanfaat sebagai penyedia nutrisi manusia, tanaman hortikultura juga memiliki fungsi ekonomi karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, memilik fungsi kesehatan karena dapat mencegah dan mengobati penyakit, serta memiliki fungsi budaya dimana tanaman hortikultura memiliki unsur keindahan untuk upacara serta kepariwisataan.
Tanaman hortikultura adalah tanaman yang memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di Indonesia. Pembangunan hortikultura di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar karena didukung oleh payung hukum/regulasi dalam Permentan no.13 tahun 2010 tentang pengembangan hortikultura, keanekaragaman hayati, ketersediaan lahan pertanian, agroklimat (iklim yang sesuai), dukungan teknologi, ketersedian tenaga kerja, ketersedian pasar, dukungan penetapan komoditas prioritas hortikultura, dukungan pengembangan sistem perbenihan hortikultura dan dukungan pengembangan sistem perlindungan hortikultura. (Dirjen Hortikultura, 2015)
Produk hortikultura juga berkontribusi besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia dimana PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro di suatu negara yang ditunjukan pada Tabel 1. Besarnya kontribusi menunjukan bahwa produk hortikultura memiliki nilai ekonomi tinggi serta memiliki bagian besar dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.
Kontribusi produk hortikultura untuk terhadap PDB Indonesia terus mengalami kenaikan. Walaupun, kontribusi tanaman hortikultura sempat mengalami penurunan pada tahun 2012. Pada tahun 2010 tanaman hortikultura memberikan kontribusi sebesar 110,4 triliun rupiah dan naik menjadi 159,5 triliun rupiah pada tahun 2014 dengan rata – rata kontribusi terhadap PDB Indonesia sebesar 1,52 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanaman hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berpotensi untuk terus berkembang.
Tabel 1. PDB sektor pertanian atas harga berlaku dan kontribusinya terhadap PDB Indonesia Tahun 2010 – 2014
Uraian
PDB Atas Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Rata – Rata
menambah jumlah produksi serta menambah nilai ekonomi dari produk sayuran. Konsumsi produk hortikultura di Indonesia masih dikatakan rendah namun terdapat potensi besar untuk pengembangan pasar untuk produk sayuran.
Tabel 2. Konsumsi Perkapita Sayuran dan Buah-Buahan di Indonesia (Kg/tahun/kapita)
Terdapat peningkatan pada jumlah konsumsi sayuran. Jumlah konsumsi sayuran lebih unggul dibandingkan jumlah konsumsi buah pada jumlah total konsumsi hortikultura sehingga terdapat potensi besar untuk pengembangan pasar sayuran di Indonesia.
Meningkatnya jumlah konsumsi terhadap produk sayuran ternyata disadari oleh petani. Upaya meningkatkan jumlah produksi sayuran dilakukan oleh petani untuk memenuhi permintaan terhadap sayuran yang tinggi. Dukungan pemerintah dalam pengembangan sektor produksi sayuran juga membantu petani sayuran untuk meningkatkan jumlah produksi.
Tabel 3. Produksi Sayuran dan Buah di Indonesia Tahun 2010 – 2014
Sumber: www.hortikultura.pertanian.go.id, 2015
Bedasarkan Tabel 3, peningkatan dengan laju yang fluktuatif terjadi pada jumlah produksi tanaman hortikultura yaitu kelompok sayuran mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 2010 sebesar 10.706.386 ton meningkat pada tahun 2014 sebesar 11.918.571 ton. Pada kelompok buah-buahan peningkatan juga dialami tetapi fluktuatif dikarenakan mengalami penurunan dalam beberapa tahun selebihnya meningkat. Dari tabel dapat dilihat bahwa produksi pada tanaman sayur terus terjadi peningkatan dari hasil upaya para produsen sayuran untuk memenuhi permintaan. Dengan bertambahnya jumlah permintaan serta penawaran pada produk sayuran berpotensi besar untuk pengembangan pasar produk sayuran.
Mulai meningkatnya kesadaran teradap pola hidup sehat serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan mendorong produsen tanaman hortikultura untuk melakukan pertanian organik. Pertanian organik adalah kegiatan pertanian yang menggunakan faktor – faktor produksi seperti pupuk, pestisida, herbisida, fungisida, dan insektisida yang bersifat organik dan ramah lingkungan. Prinsip dasar pertanian
organik adalah penggunaan bahan – bahan organik pada setiap tahapan budidaya, dan
menjaga keselarasan di antara komponen ekosistem secara berkesinambungan dan lestari (Zulkarnain, 2010).
Produksi (Ton) Kelompok Komoditas
Sayuran Buah
2010 10.706.386 15.490.373
2011 10.871.224 18.313.507
2012 11.264.972 18.916.731
2013 11.558.449 18.288.279
2014 11.918.571 19.805.976
Meningkatnya upaya untuk menambah jumlah produksi sayuran dengan
pertanian organik menstimulasi munculnya produsen – produsen baru dalam
usahatani sayuran organik. Dengan adanya dukungan pemerintah untuk pertanian dengan sistem organik menambah potensi untuk pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanaian (Permentan) Nomor 64 Tahun 2013 dengan adanya integritas atas pertanian organik maka dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan sekaligus mendapatkan jaminan atas produk tersebut tanpa mengakibatkan kerugian konsumen. Bertambahnya jumlah produsen sayuran organik membuat semakin kuatnya persaingan pada pasar sayuran
organik. Menurut INOFICE (Indonesian Organic Farming Sertification)
(www.inofice.com, 2016) terdapat 227 perusahaan pertanian organik di Indonesia dengan seratus sembilan perusahaan bersertifikat aktif. Untuk mempertahankan pasar maka produsen harus meningkatkan daya saing perusahaan. Tanaman selada keriting organik adalah salah satu produk di pasar organik yang permintaannya meningkat diakibatkan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat dan kelestarian lingkungan.
Gambar 1. Grafik Permintaan Terhadap Produk Selada Keriting Organik di PT. Indonesia Agro Industri Semester Akhir 2015 dan Semester Awal 2016 (Pack) Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016
Dapat dilihat pada grafik bahwa permintaan terhadap produk tanaman selada keriting cenderung terus meningkat mulai dari bulan Juli 2015 hingga Juni 2016. Walaupun sempat mengalami penurunan pada bulan Januari, Februari, Mei dan Juni namun permintaan memiliki kecenderungan meningkat dengan awal grafik di angka 1146 pack di Bulan Juli 2015 menjadi 2329 pack di Bulan Juni 2016.
PT. Indonesia Agro Industri adalah salah satu perusahaan yang bergerak pada produksi tanaman hortikultura organik. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan adalah produk sayuran. PT. Indonesia Agro Industri memproduksi 12 jenis sayuran organik. Salah satu produk andalan dari perusahaan adalah tanaman selada keriting (Lactuca sativa var. crispa L) organik. Tanaman selada keriting adalah tanaman yang memiliki permintaan tinggi di pasar sayuran organik dan tanaman tersebut memiliki kontribusi besar pada pendapatan PT. Indonesia Agro Industri karena selada keriting adalah produk yang memiliki jumlah penjualan yang tinggi.
Tabel 4. Pengiriman Produk PT. Indonesia Agro Industri Semester Awal Tahun
Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016
1PT. Indonesia Agro Industri sadar bahwa perusahaan perlu memperkuat daya
saing terhadap produsen sayuran organik lainnya khususnya terhadap persaingan pada produk selada keriting organik. Permintaan terhadap selada keriting organik yang tinggi serta sulitnya pemenuhan pasokan terhadap produk selada keriting mendorong perusahaan untuk memperkuat kegiatan rantai pasok perusahaan terhadap produk selada keriting. 2Pesaing dari perusahaan pada produk tanaman selada keriting organik di regional Kota Bandung adalah AP Farm, Goodroots, Amazing Farm, Semai Organik dan OG Farm.
Pada kegiatan rantai pasok selada keriting organik dan produk lainnya di PT. Indonesia Agro Industri masih ditemukan kendala pada pemenuhan kebutuhan bibit, kegiatan produksi serta distribusi selada keriting organik. Kurangnya pasokan bibit untuk produksi, rusaknya produk pada kegiatan produksi dan distribusi adalah masalah – masalah yang harus dihadapi perusahaan. Perusahaan memiliki standar
1
Hasil wawancara dengan PT. Indonesia Agro Industri 2
Hasil observasi di Setiabudi Supermarket, Griya Yogya dan Transmart Carefour Bulan
ITEM Selada
Romain Lolo Endive Selada
kriteria performa penjualan yang ditentukan berdasarkan jumlah barang yang dikirim
sesuai dengan Purchase Order (PO). Performa penjualan dikatakan baik bila
pemenuhan PO sebesar 80% atau lebih, kurang baik pada 80% s.d. 50% dan buruk pada angka dibawah 50%. Performa penjualan perusahaan masih dikatakan kurang
baik karena perusahaan masih belum bisa memenuhi pemenuhan purchase order
dengan baik secara terus – menerus (continuous) dan bahkan masih terjadi
pemenuhan purchase order dibawah 50%. Dapat dilihat pula pada data return,
produk masih mengalami return hingga diatas 10% pada bulan Februari dan Juni tahun 2016.
Tabel 5. Kinerja Penjualan PT. Indonesia Agro Industri Semester Akhir 2015 dan Semester Awal Tahun 2016 (pack)
Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Purchase Order 9277 9218 9503 9128 10787 13091 12019 12131 16742 18364 16329 18588
Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016
Berkurangnya kinerja penjualan oleh perusahaan disebabkan oleh tingginya curah hujan yang menyebabkan kesulitan dalam kegiatan budidaya tanaman dan meningkatnya permintaan di pasar karena pasokan yang berkurang. Selain itu penurunan kinerja juga disebabkan oleh proses panen dan sortasi yang kurang baik yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Melihat masalah tersebut perlu dilakukan perbaikan manajemen rantai yang pasok pada kegiatan rantai pasok di PT. Indonesia Agro Industri.
Kegiatan manajemen rantai pasok dilakukan untuk menambah nilai dari suatu produk yang ditawarkan dan secara langsung dapat menambah daya saing bagi perusahaan tersebut. Rantai pasok yang baik dapat menambah hasil penjualan produk perusahaan serta menambah kepuasan konsumen melalui pencapaian produk yang berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah dengan pelayanan yang cepat dan responsif. Kegiatan manajemen rantai pasok yang baik dapat meningkatkan keunggulan kompetitif terhadap produk dan rantai pasok yang dibangun oleh perusahaan. Untuk mengetahui bagaimana kinerja rantai pasok suatu perusahaan
dapat dilakukan pengukuran menggunakan model Supply Chain Operations
Reference (SCOR).
source, make, deliver dan return. SCOR memiliki tiga level proses diagnostik dari umum hingga level lebih detil, yaitu:
1. Level satu, adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima
proses inti yaitu plan, source, make, deliver dan return. Metrik level satu ini juga dikenal sebagai metrik strategis atau Key Performance Indicator (KPI). Pada tingkat ini dilakukan penentuan standar atau benchmarking rantai pasok pada lima indikator yaitu supply chain reliability, responsiveness, agility, cost, dan assets development. Penentuan standar tersebut dilakukan untuk mengukur kinerja rantai pasok saat ini dibandingkan dengan target rantai pasok yang sesuai dengan target perusahaan serta seberapa besar selisih antara keadaan nyata rantai pasok dengan target.
2. Level kedua dikatakan sebagai configuration level, dimana rantai pasok
perusahaan dikonfigurasi berdasarkan proses – proses yang ada didalam lima
proses inti. Dalam proses level dua dilakukan diagnosis untuk menentukan akar masalah yang menyebabkan terjadinya selisih kinerja rantai pasok yang terjadi pada diagnosis level satu.
3. Level ketiga dilakukan diagnosa lebih spesifik pada proses inti rantai pasok yang menjadi akar masalah penyebab terjadinya selisih kinerja pada diagnosis di level satu dan dua.
Dengan mengukur kinerja rantai pasok selada keriting organaik di PT. Indonesia Agro Industri maka dapat diketahui apakah kegiatan rantai pasok yang dilakukan sudah optimal atau tidak, serta dapat mengetahui kegiatan rantai pasok yang harus diperbaiki.
1.2.Identifikasi Masalah
1. Bagaimana gambaran rantai pasok yang dilakukan dalam kegiatan
produksi selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung?
2. Bagaimana hasil pengukuran kinerja terhadap manajemen rantai pasok
dalam kegiatan produksi selada keriting organik dengan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung?
3. Alternatif strategi perbaikan/peningkatan rantai pasok apa yang dapat diberikan kepada perusahaan setelah diketahui masalah pada rantai pasok dan dilakukan pengukuran kinerja rantai pasok dalam kegiatan produksi
selada keriting organik dengan model Supply Chain Operations
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambar rantai pasok yang dilakukan dalam kegiatan
produksi selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung.
2. Mengetahui kinerja rantai pasok yang dilakukan dalam kegiatan produksi
selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung.
3. Menemukan alternatif strategi perbaikan/peningkatan rantai pasok yang dapat diberikan kepada perusahaan untuk pemecahan masalah yang ditemukan setelah dilakukan pengukuran kinerja dari rantai pasok yang dilakukan untuk produk selada keriting organik dengan Supply Chain Operation Reference di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung.
1.4.Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi PT. Indonesia Agro Industri, dapat dijadikan sebagai masukan untuk
pemecahan kendala yang dihadapi serta untuk peningkatan kinerja rantai pasok yang dilakukan dalam kegiatan produksi selada keriting organik. 2. Bagi peneliti, dapat menjadi tambahan wawasan mengenai analisis rantai
pasok dan kemampuan untuk menggunakan metode Supply Chain
Operations Reference (SCOR) dalam kegiatan analisis.
9
BAB II
PENDEKATAN MASALAH DAN ALUR PEMIKIRAN
2.1. Pendekatan Masalah
2.1.1. Pengertian Hortikultura
Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan, secara garis besar hortikultura yaitu ilmu yang mempelajari budidaya tanaman kebun. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. (Permentan no.13, 2010). Menurut Zulkarnain, 2010 berdasarkan jenis komoditas yang diusahakan, tanaman hortikultura terbagi dalam beberapa disiplin ilmu yang lebuh spesifik, yaitu:
1. Olericulture: Bagian ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman sayuran.
2. Pomology: Bagian ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman buah – buahan.
3. Floriculture: Bagian ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman hias.
4. Landscape horticulture: Bagian ilmu hortikultura yang mempelajari pemanfaatan tanaman hortikultura, terutama tanaman hias dalam penataan lingkungan.
5. Apiary: Bagian dari ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya lebah madu.
Tanaman hortikultura memiliki ciri-ciri diantaranya:
1. Mudah dan cepat busuk (perishable), sehingga dibutuhkan perlakuan
khusus mulai dari penanaman hingga pasca panen agar hasil produksi tetap segar dan kualitas tetap terjaga.
3. Jenis tanaman ini tergolong sebagai tanaman musiman, yang biasa dilakukan 1-3 kali panen saja satu tanaman.
4. Harga kebutuhan transportasi logistik yang tinggi mengharuskan jumlah hortikultur dalam sekali panen volumnya harus besar, untuk menekan biaya yang berlebih.
5. Harga produk yang ditawarkan di pasar sesuai dengan kualitas, bukan kuantitas.
6. Setiap jenis tanaman memiliki kriteria geografi yang sangat berbeda-beda
sehingga dibutuhkan agroklimat tertentu.
2.1.2. Pengertian Tanaman Selada
Tanaman selada (Lactuca sativa L.) termasuk kedalam famili Compositae
(Asteraceae) yaitu tanaman Angiospermae atau tanaman yang berbunga. Tanaman
ini memiliki syarat tumbuh cuaca yang lembab dan dingin, menghendaki tanah yang subur dan berhumus, serta dapat tumbuh baik di dataran tinggi. Tanaman ini mempunyai empat varietas, yaitu:
1. Selada kepala (Lactuca sativa var. capitata L.)
Selada ini disebut juga dengan selada kol. Selada ini mempunyai daun yang kompak seperti kepala atau kol, hanya bentuknya lebih kecil dan tidak terlalu bulat. Umumnya selada ini hanya membentuk kepala bila ditanam di dataran tinggi.
2. Selada silindris (Lactuca sativa var. longifolia Lam.)
Selada ini disebut juga selada kerucut, selada romain, dan selada cos. Selada ini membentuk krop yang bentuknya silinder atau kerucut. Daunnya memanjang dan memiliki ujung yang lengkung serta tekstur yang sedikit kasar.
3. Selada daun atau selada keriting (Lactuca sativa var. crispa L.)
Tanaman selada ini membentuk roset yang longgar dan tidak membentuk krop. Daunnya menyerupai tekstur selada kepala dengan tepi berumbai dan bergeLOMbang.
4. Selada batang (Lactuca sativa var. asparagna Bailey, sin. L. sativa var. angustina Irish)
Perbedaan varietas dari selada membuat perbedaan pada bentuk, bagian tanaman yang dimanfaatkan, serta pada rasa dan tekstur tanaman. Tanaman selada dapat dipanen dalam waktu yang berbeda – beda tergantung varietas serta cara
penanamannya. Tanaman dapat dipanen antara 30 – 80 hari sejak benih disebar.
2.1.3. Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang tidak mempergunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Penggunaan dalam kegiatan pertanian aplikasi bahan kimia dapat berupa pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan dan faktor produksi lainnya. Karakteristik produksi organik menurut Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) (www.ifoam.bio, 2013) meliputi (1) Meningkatkan siklus biologi, (2) Menjaga sumber daya lingkungan dengan penggunaan secara efisien dan re-using, (3) Tidak bergantung pada sumber daya eksternal secara terus menerus, (4) Meminimalkan polusi, (5) Mempertahankan keragaman genetik daerah.
Pertanian organik pertama kali dicanangkan pada tahun 1970-an dengan dibuatnya Revolusi Hijau (Green Revolutiuon) dan mulai dikembangkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1984 oleh Yayasan Bina Sarana Bakti di Cisarua, Bogor. Munculnya pertanian organik mendorong pergeseran praktik budidaya tanaman dari praktik budidaya tradisional menjadi praktik budidaya yang berorientasi kkepada masa depan lingkungan. Pertanian tradisional yang berbasis produksi bergeser menjadi pertanian yang lebih berbasis pada kelestarian lingkungan hidup. Menurut Pracaya, 2002 ciri – ciri kegiatan pertanian organik adalah:
1. Memupuk dengan bahan organik seperti kompos, pupuk kandang dan
guano.
2. Memupuk dengan pupuk hijau seperti orok – orok, batang akar, daun kacang – kacangan, turi serta gamal.
3. Memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak atau rumah potong hewan (RPH).
4. Mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam
polikultur dan rotasi tanaman.
2.1.4. Pengertian Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
Supply chain atau rantai pasok dapat diartikan sebagai sekumpulan entitas (organisasi, aktivitas, manusia, teknologi, informasi, dan sumber daya) yang melakukan sebuah kegiatan dan terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal hingga ke akhir atau ke konsumen. Rantai
untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau retailer, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. (Pujawan, 2005).
Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management merupakan
pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Menurut Oliver dan Weber, 1982 supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku,
memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain
management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. SCM dilakukan pada suatu kegiatan rantai pasok suatu perusahaan untuk menghasilkan produk yang tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat kualitas.
2.1.5. Pengertian Metode Supply Chain Operations Reference (SCOR)
Manajemen rantai pasok yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dapat diukur
kinerjanya. Salah satu metode pengukuran kinerja SCM adalah Supply Chain
Operations Reference (SCOR). SCOR adalah model pengukuran kinerja rantai pasok
yang dirancang oleh Supply – Chain Council (SCS) yang dibentuk pertama kali pada
tahun 1996. Supply – Chain Council terbentuk dengan partisipasi enam puluh sembilan perusahaan multinasional yang memiliki tujuan untuk mendorong
penggunaan model SCOR untuk pengembangan, penelititan, pendidikan dan acara
besar perusahaan. Dalam metode pengukuran kinerja rantai pasok, SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi lima proses inti, yaitu plan, source, make, deliver dan return. Berikut adalah contoh kegiatan - kegiatan yang termasuk kepada lima proses inti tersebut, yaitu:
Plan: Merencanakan sumber pasokan produk, memposisikan prioritas kebutuhan permintaan, merencanakan kebutuhan bahan untuk produk dan merencanakan kebutuhan kapasitas penyimpanan untuk produk dan saluran distribusi.
Source: Menerima, memeriksa, mempertahankan jumlah dan kualitas serta memecahkan masalah dalam pasokan bahan untuk produk dan barang jadi yang dibeli.
Make: Menerima bahan untuk produk, membuat, menguji, packaging serta kegiatan menahan dan menyalurkan produk.
pelanggan, memelihara basis data produk/harga, mengelola resi utang piutang, koleksi produk, dan faktur, mengeksekusi proses pergudangan termasuk pengambilan, pengemasan, dan konfigurasi produk. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengiriman yaitu shipping mengelola proses dan bentuk transportasi dan impor/ekspor; dan memverifikasi kinerja.
Return: Penggantian produk cacat, garansi, dan pengolahan kembali kelebihan produk, penjadwalan, inspeksi, administrasi garansi, menerima dan memverifikasi produk yang cacat, disposisi, dan penggantian produk.
Metode pengukuran kinerja rantai pasok SCOR terdiri dari tiga level proses diagnosa dari umum hingga level lebih detil yaitu pengukuran level satu, level dua, dan level tiga. Berikut adalah penjelasan dari pengukuran pada tiap level:
1. Level satu
Level satu adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses inti yaitu plan, source, make, deliver dan return. Metrik level satu ini juga
dikenal sebagai metrik strategis atau Key Performance Indicator (KPI). Pada tingkat
ini dilakukan penentuan standar atau benchmarking rantai pasok pada lima atribut kinerja yaitu supply chain reliability, responsiveness, agility, cost, dan assets management.
Tabel 6. Tujuan Atribut Pegukuran Kinerja Rantai Pasok dan Penggunaan Key Performance Indicator
Atribut Kinerja Rantai Pasok
Tujuan Metrik Level
1/KPI Keandalan Rantai Pasok
(Supply Chain
Reliability)
Atribut keandalan rantai pasok membahas kemampuan rantai pasok untuk melakukan tugas - tugas sesuai harapan. Keandalan berfokus pada prediksi hasil dari
sebuah proses. Pengukuran
untuk atribut keandalan melihat kemampuan rantai pasok untuk menghasilkan produk yang tepat
waktu, berjumlah tepat,
berkualitas tepat. Atribut ini berfokus pada pelanggan.
Atribut responsivitas rantai pasok menggambarkan kecepatan rantai pasok dalam menyelesaikan tugas – tugas. Atribut ini berfokus pada pelanggan.
Lanjutan Tabel 6
Sumber: www.apics.org, 2011
Dengan menggunakan atribut – atribut diatas kegiatan pengukuran kinerja pada level satu menghasilkan output berupa SCORcard yang didalamnya terdapat metrik – metrik perhitungan kinerja atau KPI Perhitungan atribut memerlukan setidaknya satu KPI untuk menentukan hasil pengukuran rantai pasok. Penentuan standar tersebut dilakukan untuk mengukur kinerja rantai pasok pada keadaan aktual dibandingkan dengan target rantai pasok yang sesuai dengan target perusahaan
.
Fleksibilitas Rantai
Pasok (Supply Chain
Agilty)
Atribut fleksibilitas rantai pasok
menggambarkan kemampuan
rantai pasok untuk merespon
pengaruh eksternal dan
kemampuan untuk mengubah.
pengaruh eksternal tersebut.
Atribut ini adalah atribut yang
menggambarkan biaya yang
dibutuhkan untuk proses rantai pasok yaitu termasuk biaya tenaga kerja, biaya material, dan biaya transportasi Atribut ini adalah atribut yang fokus pada
Manajemen Aset Rantai
Pasok (Supply Chain
Assets Management)
Atribut manajemen aset rantai
pasok menggambarkan
kemampuan untuk
memanfaatkan aset secara
efisien. Strategi manajemen aset dalam rantai pasokan termasuk pengurangan/persediaan serta in - sourcing dan outsourcing.
Metrik mencakup: hari
persediaan pasokan dan
Setelah didapatkan data aktual dan data benchmark, selanjutnya dihitung selisih antara data aktual rantai pasok dengan data benchmark sesuai dengan penentuan standar perusahaan.. Kegiatan mengukur selisih data tersebut dinamakan dengan kegiatan Gap Analysis. Gap analysis digunakan pada saat melakukan analisis level satu, yaitu untuk menghitung besarnya peningkatan pendapatan (value of improvement atau opportunity) apabila target yang ditetapkan untuk setiap metrik dapat tercapai. Besarnya opportunity dihitung dengan salah satu dari tiga metode (Bolstorff and Rosenbeum, 2003) berikut:
a. The Lost Opportunity Measure (LOM)
Perhitungan dilakukan menurut besarnya pendapatan yang tidak dapat diraih (lost) sebelum order-entry, karena barang tidak tersedia.
b. The Cancelled Order Measure (COM)
Perhitungan dilakukan menurut besarnya pendapatan yang tidak dapat diraih (lost) setelah order-entry yang disebabkan oleh pembatalan pesanan, karena kinerja pengiriman kurang baik.
c. The Market Share Measure (MSM)
Metode ini menghitung perkiraan peningkatan pendapatan sebagai dampak dari terciptanya competitive advantage berdasarkan kategori customer-facing metrics.
2. Level dua
Level dua dikatakan sebagai configuration level, dimana rantai pasok
perusahaan dikonfigurasi berdasarkan proses – proses yang ada didalam lima proses
inti. Pada kegiatan pengukuran level dua dilakukan diagnosa pada lima proses inti kegiatan rantai pasok yaitu plan, source, make, deliver, return. Selanjutnya, ditentukan proses inti yang menjadi akar masalah dari kinerja rantai pasok. Proses inti yang ditentukan sebagai akar masalah akan diukur secara lanjut pada pengukuran level tiga. Pengukuran level dua menghasilkan output berupa pemetaan kegiatan rantai pasok secara keseluruhan. Dalam pemetaan rantai pasok level dua disajikan lebih detil mengenai kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan bahan atau material dari satu lokasi ke lokasi lain. Contoh pemetaan SCOR level dua ditunjukan pada Gambar 2.
3. Level tiga
Gambar 2. Contoh Pemetaan SCOR Level Dua Sumber: Bolstorff and Rosenbeum, 2003
Gambar 3. Contoh Pemetaan SCOR Level Tiga Sumber: Bolstorff and Rosenbeum, 2003
2.3. Alur Pemikiran
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat serta kelestarian lingkungan memicu meningkatnya permintaan terhadap produk organik. Produk organik memiliki kandungan bahan kimia sintetis lebih sedikit dibandingkan produk non-organik yang dapat mencegah timbulnya penyakit pada manusia serta mengurangi pencemaran pada lingkungan. Dengan meningkatnya permintaan terhadap produk organik di pasar secara langsung memicu kegiatan produsen-produsen sayuran organik untuk meningkatkan produksinya. Selain itu dipicu juga oleh terbentuknya produsen-produsen organik baru di pasar akibat tingginya permintaan tersebut.
PT. Indonesia Agro Industri adalah perusahaan yang memproduksi tanaman sayuran organik. Salah satu produk yang memberikan kontribusi paling besar adalah produk selada keriting organik. Produk ini memiliki jumlah permintaan yang tinggi sehingga perusahaan terus berupaya untuk memenuhi permintaan pasar. Pada pasar produk selada keriting mulai muncul nya pesaing – pesaing baru sehingga PT. Indonesia Agro Industri terus berusaha untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Masalah dalam pemenuhan produk selada keriting sering dihadapi oleh perusahaan khususnya pada saat musim hujan.
Pada saat musim hujan sering terjadi kendala pada penjualan produk. Kurangnya pasokan bibit dan produk tambahan dari mitra, rusaknya produk pada kegiatan panen dan sortasi serta distribusi adalah masalah – masalah yang harus dihadapi perusahaan karena pada musim hujan permintaan akan produk meningkat dan berpotensi untuk meningkatkan penjualan produk bila perusahaan mampu memenuhi permintaan tersebut. PT. Indonesia Agro Industri sudah melakukan
manajemen rantai pasok dan Good Agricultutal Practice (GAP) pada kegiatan
perusahaan namun permintaan produk belum bisa terpenuhi dengan baik. Strategi rantai pasok dilakukan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok perusahaan dalam pemenuhan produk selada keriting organik. Berdasarkan analisis dengan metode SCOR, rantai pasok terdiri dari lima proses inti didalamya yaitu plan, source, make, deliver, return dan tidak lain di PT. Indonesia Agro Industri menjalankan rantai pasok perusahaannya dengan lima proses inti tersebut didalamnya.
Dalam penelitian ini pertama – tama akan dilakukan pemetaan kegiatan rantai pasok produk selada keriting organik. Lalu, akan dilakukan pengukuran kinerja dan pemetaan mendalam terhadap rantai pasok yang dilakukan perusahaan untuk produk
selada keriting organik menggunakan metode SCOR untuk mengetahui masalah –
Gambar 4. Alur Kerangka Pemikiran Kinerja rantai pasok:
Perencanaan (plan)
Pasokan (source)
Produksi (make)
Distribusi (deliver)
Pengembalian (return)
Meninkatnya permintaan terhadap selada keriting organik
Keunggulan kompetitif PT. Indonesia Agro Industri terhadap produsen selada keriting organik lain
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Objek dan Tempat Penelitian
Objek yang menjadi bahan penelitian adalah analisis rantai pasok tanaman selada keriting organik. Penelitian ini dilakukan di PT. Indonesia Agro Industri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Penelitian di lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. Indonesia
Agro Industri sudah menerapkan supply chain management (Manajemen Rantai
Pasok) pada kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting organik.
Manajemen rantai pasok adalah kumpulan kegiatan untuk memaksimalkan kinerja rantai pasok dalam menghasilkan produk yang tepat sasaran dalam kuantitas, kualitas dan waktu serta menghasilkan kegiatan rantai pasok yang efektif serta efisien. Manajemen sudah diterapkan pada kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting organik namun pada kenyataannya PT. Indonesia Agro Industri belum bisa memenuhi permintaan terhadap tanaman selada keriting secara optimal. Peniliti memilih PT. Indonesia Agro Industri untuk menjadi tempat penelitian adalah mengetahui kinerja serta menemukan alternatif yang dapat memecahkan masalah rantai pasok tanaman selada keriting pada perusahaan.
3.2. Desain dan Teknik Penelitian
Rancangan (desain) penelitian ini menggunakan metode penilitian kualitatif. Menurut Creswell (1994) penelitian kualitatif lebih mengutamakan penggunaan logika induktif dimana kategorisasi dilahirkan dari perjumpaan peneliti dengan informan di lapangan atau data-data yang ditemukan. Penelitian kualitatif bericirikan informasi yang berupa ikatan konteks yang akan menggiring pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena sosial. Penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dalam penelitian dimaksudkan agar dapat mengungkap dan memperoleh informasi dari data penelitian secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Analisis deskriptif ini juga digunakan untuk mengidentifikasi data dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan data tersebut mengenai kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting organik pada PT. Indonesia Agro Industri.
3.3. Data yang Diperlukan (Operasional Variabel)
Data yang diperlukan meliputi:
1. Data tentang gambaran umum perusahaan, meliputi sejarah dan
2. Data tentang struktur serta rangkaian kegiatan – kegiatan rantai pasok perusahaan berupa data primer yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan pihak perusahaan dan survei ke lapangan.
3. Data yang diperlukan untuk menganalisis kinerja SCM dengan metode SCOR
pada perusahaan adalah data trend produksi, trend pengiriman dan
24 Tabel 8. Operasional Variabel
Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Satuan
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Perusahaan
Ada pada data profil milik perusahaan
Struktur Organisasi
Susunan Pengurus Ada pada data profil milik perusahaan
Tugas Pengurus Kegitatan yang harus dilakukan para pengurus
Bidang Usaha Bentuk Perusahaan Ada pada data profil milik perusahaan
Produk yang Dihasilkan
Jenis Produk
Volume Produk
Harga Produk
Kapasitas dan Fasilitas Lahan
Luas Lahan Produksi
Luas Lahan Produktif
Sarana Produksi
m2
m2
SOP Perusahaan SOP pada produksi
SOP pada kegiatan pasca-panen
Anggota Profil Anggota
(Secara Umum)
Jumlah Anggota
Asal
25 Lanjutan Tabel 8. Operasional Variabel
Rantai Pasok
Bentuk Rantai Pasok Alur Barang
Alur Uang dan Metode Pembayaran
Alur Data dan Informasi
Bentuk Kemitraan
Kegitatan yang harus dilakukan tiap entitas
Analisis Supply
Total Pemesanan Produk Selada keriting organik
Tahun 2016
Total Pesanan Produk Selada keriting organik
Bermasalah Tahun 2016
Pack
Perhitungan Metrik Order Fulfillment Cycle-Time (OFCT)
Interval Waktu Dari Penerimaan Purchase Order
Hingga Produk Selada keriting organik Diterima Konsumen/Toko
Hari
Perhitungan Metrik Cost of Good Sold (COGS)
Harga Pokok Penjualan Produk Selada keriting
organik
Jumlah Stok Produk Selada keriting organik
Sebelum Tahun 2016
Jumlah Pengeluaran Untuk Produk Selada keriting
26 Lanjutan Tabel 8. Operasional Variabel
Perhitungan Metrik Cash-to-Cash Cycle Time (CTCCT)
Interval Rata-rata Lama Persediaan Stok Produk
Selada keriting organik (Hari)
Interval Rata-rata Lama Pembayaran Piutang
Produk Selada keriting organik (Hari)
Interval Rata-rata Lama Pembayaran Hutang
Produk Selada keriting organik (Hari)
Hari
Perhitungan Lost Opportunity
Measurement (LOM)
Total Pendapatan Untuk Produk Selada keriting
organik Selama Tahun 2016
Persen Laba Kotor Untuk Penjualan Produk
Selada keriting organik Selama Tahun 2016
Rupiah
Seluruh rangkaian kegiatan dalam Perencanaan
(Plan) Kegiatan dalam
Pengadaan (Source)
Seluruh rangkaian kegiatan dalam Pengadaan
(Source) Kegiatan dalam
Pembuatan/Produksi (Make)
Seluruh rangkaian kegiatan dalam
Pembuatan/Produksi (Make) Kegiatan dalam
Pengiriman/Distribusi (Deliver)
Seluruh rangkaian Kegiatan dalam
Pengiriman/Distribusi (Deliver) Kegiatan dalam
Pengembalian (Return)
Seluruh rangkaian Kegiatan dalam Pengembalian
27 Lanjutan Tabel 8. Operasional Variabel
Analisis Level Dua (Kendala Rantai Pasok)
Kendala dalam Perencanaan (Plan)
Kendala pada rangkaian kegiatan dalam
Perencanaan (Plan) Kendala dalam
Pengadaan (Source)
Kendala pada rangkaian kegiatan dalam
Pengadaan (Source) Kendala dalam
Pembuatan/Produksi (Make)
Kendala pada rangkaian kegiatan dalam
Pembuatan/Produksi (Make) Kendala dalam
Pengiriman/Distribusi (Deliver)
Kendala pada rangkaian kegiatan dalam
Pengiriman/Distribusi (Deliver) Kendala dalam
Pengembalian (Return)
Kendala pada rangkaian kegiatan dalam
Pengembalian (Return)
Lama waktu kegiatan dalam perencanaan (Plan)
dengan analisis OFCT
Hari
Analisis Kegiatan Pengadaan (Source)
Persen pemenuhan barang dalam pengadaan
(Source) dengan analisis POF
Lama waktu kegiatan dalam pengadaan (Source)
dengan analisis OFCT
Persen pemenuhan barang dalam
Pembuatan/Produksi (Make) dengan analisis POF
Lama waktu kegiatan dalam Pembuatan/Produksi
(Make) dengan analisis OFCT
Pack
28 Lanjutan Tabel 8. Operasional Variabel
Analisis Kegiatan Pengiriman/Distribusi (Deliver)
Persen pemenuhan barang dalam
Pengiriman/Distribusi (Deliver) dengan analisis POF
Lama waktu kegiatan dalam Pengiriman/Distribusi
(Deliver) dengan analisis OFCT
Persen pemenuhan barang dalam Pengembalian
(Return) dengan analisis POF
Lama waktu kegiatan dalam Pengembalian
(Return) dengan analisis OFCT
Seluruh rangkaian kegiatan pada salah satu proses
inti (Plan/Source/Make/Deliver/Return) yang
Seluruh Input rangkaian kegiatan pada salah satu
proses inti (Plan/Source/Make/Deliver/Return)
Seluruh Output rangkaian kegiatan pada salah satu
29 Lanjutan Tabel 8. Operasional Variabel
Masalah yang Dihadapi pada Kegiatan dalam Proses(pla / source /make/ deliver/return)
Masalah yang ditemukan pada rangkaian kegiatan
di salah satu proses inti
3.4. Sumber Data dan Cara Menentukannya
3.4.1 Sumber Data
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2002), sumber data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan kepada pengumpul data. Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian melalui wawancara yang dilakukan kepada para karyawan dan pengurus PT. Indonesia Agro Industri. Kuisioner wawancara berisi pertanyaan mengenai profil responden, profil perusahaan, kegiatan – kegiatan pada rangkaian rantai pasok tanaman selada keriting organik sesuai dengan kebutuhan untuk alat analisis SCOR, dan masalah – masalah yang dihadapi dalam kegiatan rantai pasok selada keriting organik.
2. Data Sekunder
Data sekunder menurut Sugiyono (2002) merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data yaitu dapat berasal orang lain ataupun dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Pertanian, Badan Pusat Statistik, laporan perusahaan, literatur-literatur, penelitian terdahulu, jurnal-jurnal penelitian, serta studi pustaka lain yang dianggap relevan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono dapat dilakukan dengan interview, kuisioner, dan observasi (Sugiyono, 2002). Pengumpulan data yang dilakukan untuk penelitian ini adalah dengan wawancara dan observasi langsung.
1. Wawancara
Wawancara digunakan apabila peneliti sudah melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan apabila peneliti ingin mengetahui informasi mendalam terhadap responden yang jumlahnya sedikit. Proses wawancara peneliti langsung dengan informan yang bersangkutan yaitu pemilik dan manajer maupun karyawan di setiap bagian kegiatan perusahaan untuk menanyakan hal yang berkaitan dengan proses rantai pasok dan gambaran umum perusahaan.
2. Observasi
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pustaka untuk membahas hasil penelitian. Sumber data pustaka yang dapat digunakan adalah literatur yang terkait dengan topik penelitian seperti buku teks yang berisi rujukan teori, hasil - hasil penelitian, jurnal serta dokumen - dokumen lainnya yang dapat diperoleh saat melakukan penelitian dilapangan.
3.6. Analisis Data
3.6.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan dan memetakan kegiatan perusahaan dalam menerapkan rantai pasok selada keriting organik serta kegiatan - kegiatan dalam proses perencanaan (plan), pengadaan bahan baku (source), pembuatan produk (make), pengiriman (deliver) dan pengembalian produk (return) yang akan dilampirkan dalam pemetaan dalam metode SCOR. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk menjelaskan kendala yang dihadapi dalam tiap proses kegiatan rantai pasok yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Sugiyono (2002), analisis deskriptif merupakan alat statistik yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan dan
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
3.6.2. Uji Metrik Strategis
Uji metrik strategis dilakukan untuk mengetahui kinerja rantai pasok pada analisis SCOR pada level satu dan level dua. Pada analisis SCOR level satu dibutuhkan pengetahuan tentang keandalan, responsivitas, fleksibilitas, biaya dan manajemen aset rantai pasok. Sedangkan, untuk level dua dilakukan perhitungan metrik untuk mengetahui kegiatan rantai pasok yang kurang baik kinerjanya. Peneliti tidak mengukur fleksibilitas rantai pasok karena perlu dilakukannya simulasi perubahan lingkungan kegiatan rantai pasok yang dapat membuktikan bahwa rantai pasok dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti maka tidak dilakukan perhitungan untuk mengetahui fleksibilitas rantai pasok dalam uji metrik strategis. Berikut adalah perhitungan yang digunakan dalam pengujian metrik:
a. Perfect Order Fulfillment (POF)
POF adalah persentase dari pesanan yang terkirim lengkap dan pada waktunya sesuai dengan permintaan pelanggan dan barang yang dikirim tidak memiliki masalah mutu.
b. Order Fulfillment Cycle-Time (OFCT)
OFCT adalah jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan sejak dari order diterima hingga produk diterima pelanggan.
c. Cost of Good Sold (COGS)
COGS atau bisa disebut Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah biaya langsung untuk material dan biaya upah yang dibutuhkan untuk membuat produk selama penjualan periode tertentu..
d. Cash-to-Cash Cycle Time (CTCCT)
CTCCT adalah waktu yang dibutuhkan rantai pasok untuk merubah persediaan barang menjadi uang.
CTCCT = Hari Persediaan Pasokan + Hari Rata-rata Piutang – Hari rata-rata
hutang
Hasil dari analisis SCOR level satu akan menghasilkan output berupa
SCORcard. Berikut adalah bentuk SCORcard yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian:
Tabel 9. Contoh Bentuk SCORcard Atribut
Performa Metrik
Data Aktual
Benchmark
Parity Advantage Superior
Supply Chain
3.6.3. Uji Celah (Gap Analysis)
Uji celah atau Gap analysis digunakan pada saat melakukan analisis level satu, yaitu untuk menghitung besarnya peningkatan pendapatan (value of improvement atau opportunity) apabila target yang ditetapkan untuk setiap metrik dapat tercapai. Gap analysis dilakukan dengan menggunakan data selisih besar data
yang terjadi (actual) dengan data benchmark yang dituju oleh perusahaan yaitu pada
level rendah (parity), menengah (advantage) atau tinggi (superior). Data benchmark didapat dari perbandingan dengan perusahaan sejenis dan berada pada regional sama dan dianggap melakukan kegiatan rantai pasok paling baik.
Peneliti menggunakan gap analysis dengan metode The Lost Opportunity Measure (LOM). Metode tersebut dipilih karena menggunakan data yang lebih mudah didapat dibandingkan dengan metode yang lain. Data yang dibutuhkan untuk metode LOM adalah data pendapatan dan persen laba kotor. Analisis LOM hanya dilakukan
pada metrik POF dan COGS karena untuk metrik OFCT tidak berhubungan dengan
data pendapatan dan untuk metrik CTCCT membutuhkan data persen bunga per hari
dan perusahaan tidak mengaplikasikan bunga pada kegiatan hutang-piutang. Berikut adalah contoh perhitungan LOM pada POF dan COGS:
a. LOM pada POF
Opportunity = {( Total Pendapatan X (100 – POF aktual/100) – ( Total
Pendapatan X (100 – POF target/100)} X Persen Laba Kotor
b. LOM pada COGS
Opportunity = {( Total Pendapatan X (100 – COGS aktual/100) – (
Total Pendapatan X (100 – COGS target/100)} X Persen Laba Kotor
3.6.4. Analisis Fish-bone
Gambar 5. Contoh Analisis Fish-bone Sumber: Bolstorff and Rosenbeum, 2003
3.7. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan perincian sebagai berikut:
No Fase-fase Penelitian Desember Januari Februari Maret 1 Persiapan Penelitian 2 Seminar proposal
penelitian dan revisi
3 Pengambilan Data
Pengolahan Data/Informasi
4 Penulisan Skripsi
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Indonesia Agro Industri merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang sayuran organik di Provinsi Jawa Barat dengan nama merek dagang “InaGreen Farm”. Perusahaan terletak di Jl. Manoko RT. 04 RW. 03 Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40391. Lokasi perusahaan terdiri dari lahan produksi, tempat pengolahan dan penyimpanan serta kantor administrasi. PT Indonesia Agro Industri pertama kali berdiri pada tahun 2008 dan merupakan bisnis bersama yang dibangun oleh Bapak Hery Ardianto, Bapak Bimo Sukowijono, dan Bapak Salam. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya 3
PT Indonesia Agro Industri sempat mengalami krisis dan hampir mengalami
kebangkrutan pada akhir tahun 2013 hingga awal 2014 dikarenakan kurangnya
pengawasan dan sistem kerja yang belum terorganisir. Sehingga, pada akhir tahun 2014 manajemen PT. Indonesia Agro Industri diambil sepenuhnya oleh Bapak Hery Ardianto sebagai kepala perusahaan. Hampir bangkrutnya perusahaan dikarenakan ketidakefisienan dalam kegiatan perusahaan baik dalam penggunaan SDM (Sumber Daya Manusia) dan pada penggunaan faktor produksi. Penggunaan SDM yang terlalu banyak dan tidak efisien terjadi karena kurangnya pengawasan serta pelatihan pada karyawan perusahaan. Kebangkrutan juga disebabkan terlalu banyaknya jumlah ritel yang dituju.
Saat ini hanya terdapat tiga ritel modern yang menjadi tujuan penjualan di daerah Kota Bandung yaitu Setiabudi Supermarket, Griya Yogya dan Transmart Carefour. Sebelumnya perusahaan juga memasok produk ke ritel Giant dan SuperIndo. Saat manajemen sepenuhnya diambil alih oleh Bapak Hery hanya tiga toko/ritel modern yang dipertahankan dan disesuaikan dengan kapasitas produksi. Perushaan juga memasok beberapa sayuran ke rumah makan yang dimiliki oleh Bapak Hery. Selain pengurangan tujuan pasar, pengurangan SDM juga dilakukan secara besar-besaran. Hampir setengah dari jumlah karyawan awal di-PHK karena dianggap memiliki performa kurang baik serta tidak sesuai dengan manajemen baru yang dibentuk oleh Bapak Hery. Keputusan tersbut diambil dari musyawarah para pemegang saham di perusahaan. Jumlah karyawan saat ini hanya berjumlah sembilan belas orang dan sudah termasuk dua orang manajer.
3