TINJAUAN PUSTAKA
Hutan
Menurut Undang-Undang No. 41/1999 tentang kehutanan menyebutkan
bahwa hutan adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan atau lingkungannya, yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut statusnya (sesuai dengan
Undang-Undang Kehutanan), hutan hanya dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
(1) Hutan Negara, hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani atas hak dan
tanah, dan (2) Hutan Hak, hutan yang dibebani hak atas tanah yang biasanya disebut
dengan hutan rakyat.
Hutan secara singkat dan sederhana definisikan sebagai suatu ekosistem
yang didominasi oleh pohon. Jhon A. Helms (1998) dalam suharjito (2000) memberi
pengertian bahwa hutan adalah suatu ekosistim yang dicirikan oleh penutupan pohon
yang kurang lebih padat dan tersebar, sering kali terdiri dari tegakan-tegakan yang
beragam ciri-cirinya seperti komposisi jenis, struktur, kelas, umur, dan proses-proses
yang terkait, dan umumnya mencakup padang rumput, sungai-sungai kecil, ikan dan
satwa liar.
Hutan juga mempunyai makna yang sangat bervariasi sesuai dengan
spesifikasi ilmu yang dibidangi. Dari sudut pandang orang ekonomis, hutan
merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan
hutan merupakan suatu assosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri
atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas, sedangkan
menurut ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan
yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda
dengan keadaan di luar hutan (Arief, 2001).
Hutan Rakyat
Banyak sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengenal dan mengerti
hutan rakyat. Sudut pandang yang sering digunakan adalah sudut pragmatisme,
geografis, dan sistem tenurial (kepemilikan). Pandangan pragmatisme melihat hutan
yang dikelola rakyat hanya dari pertimbangan pemerintah saja. Semua
pohon-pohonan atau tanaman keras yang tumbuh diluar kawasan hutan negara langsung
diklaim sebagai hutan rakyat. Pandangan geografis menggambarkan aneka ragam
bentuk dan pola serta sistem hutan rakyat tersebut, berbeda satu sama lain tergantung
pada letak geografisnya, ada yang didataran rendah, medium, dan dataran tinggi, dan
juga jenis penyusunnya berbeda menurut tempat tumbuhnya, dan sesuai dengan
keadaan iklim mikro. Pandangan sistem tenurial berkaitan dengan status hutan segara
yang dikelola masyarakat, hutan adat, hutan keluarga, dan lain-lain (Awang et all,
2002).
Hutan rakyat pada dasarnya adalah hutan milik baik secara perorangan,
kelompok, marga maupun badan hukum yang merupakan hutan buatan yang terletak
yang dibebani hak milik, baik secara perorangan maupun kelompok dengan status
diluar kawasan hutan negara. Biasanya luas minimum adalah 0,25 hektar dengan
penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 % dan atau pada tanaman tahun
pertama sebanyak minimal 500 tanaman. Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun
1999 tentang Kehutanan, hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang
dibebani hak atas tanah. Dengan demikian hutan hak dapat disebut sebagai hutan
rakyat/tanaman rakyat (Dephut, 1989).
Pada umumnya hutan rakyat terdiri dari satu jenis pohon (monokultur) atau
beberapa jenis pohon yang ditanam secara campuran sebagai usaha kombinasi berupa
tanaman kayu-kayu dan tanaman semusim. Dewasa ini kayu yang dihasilkan dari
hutan rakyat semakin banyak diminati oleh para pengusaha sebagai bahan baku
industri seperti pulp dan kayu pertukangan karena mempunyai kualitas kayu yang
baik (Darusman dan Hardjanto, 2006).
Hasil Hutan Bukan Kayu
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta turunannya dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari
hutan, tidak termasuk jasa lingkungan yang dihasilkan dari hutan. Paradigma baru
sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem sumberdaya alam yang bersifat
multifungsi, multiguna dan mencakup multi kepentingan serta pemanfatannya
diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini berarti
memiliki keunggulan komparatif dan paling bersentuhan dengan masyarakat sekitar
hutan. Hasil hutan bukan kayu terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan
penghasilan masyarakat sekitar hutan dan memberikan konstribusi yang berarti bagi
peningkatan devisa negara.
Secara ekologis hasil hutan bukan kayu (HHBK) tidak memiliki perbedaan
fungsi dengan hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari
pohon. Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan,
disebutkan bahwa HHBK adalah hasil hutan hayati maupun non hayati atau menurut
FAO (2000) adalah barang yang dihasilkan benda hayati selain kayu yang berasal
dari hutan ataupun lahan sejenis. Adapun HHBK yang dimanfaatkan dan memiliki
potensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, menurut Sumadiwangsa (2000) dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Getah-getahan : Getah jelutung, getah merah, getah balam, getah
karet alam, dan lain-lain.
2. Tanin : Pinang, gambir, Rhizhopora, Bruguiera
3. Resin : Gaharu, kemedangan, jernang, damar mata kucing,
damar batu, dammar rasak, kemenyan, dll.
4. Minyak Atsiri : Minyak gaharu, minyak kayu putih, minyak-
keruing, minyak lawang, minyak kayu manis.
5. Madu : Apis dorsata dan Apis melliafera.
6. Rotan dan Bambu : Segala jenis rotan dan bambu.
8. Tanaman obat dan hias : Aneka tumbuhan obat dari hutan, anggrek hutan,
palmae, dan pakis.
Bambu
Bambu merupakan tanaman yang secara botanis dapat digolongkan pada
famili Graminecae (Rumput-rumputan). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan
kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan
3800 meter di atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan memiliki akar
rimpang, yaitu semacam buhul yang bukan akar maupun tandang. Bambu memiliki
ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran lebih kecil
dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar-akar yang
memungkingkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap
ruasnya disamping tunas-tunas rimpangnya (Widjaja, 1985).
Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu telah lama dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pada awalnya pemanfaatan bambu masih tradisional dan terbatas seperti
untuk rumah tangga, kerajinan, penunjang kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan,
perumahan dan lain-lain yang kebutuhannya masih dapat diperoleh dari lingkungan
sekitar. Tetapi dengan perkembangan penduduk dan kemajuan pembangunan,
pemanfatan bambu sudah memerlukan teknologi yang menghasilkan produk-produk
seperti pulp dan kertas, sumpit (chopstick), flowerstick dan papan semen serat bambu.
Selama ini pengetahuan budidaya bambu oleh masyarakat masih terbatas pada
turun temurun. Pengembangan bambu membutuhkan bibit dalam jumlah banyak, oleh
karena itu untuk memeproduksi bibit bambu yang baik diperlukan petunjuk teknis
pembibitan bambu.
Bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari
benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi.
Diantara pemanfaatan bambu antara lain digunakan sebagai topi, kursi, meja, lemari,
alat musik angklung, sayur, kertas, dan bahan bangunan. Kegunaan ini tidak hanya
dikenal dibeberapa negara saja melainkan hampir di seluruh dunia sejak dahulu kala
(Widjaja, 1985).
1. Karakteristik Bambu
Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant
Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang
tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada
umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas,
berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata
tunas atau cabang. Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizon) berbuku dan
beruas-ruas, pada buku-buku tersebut akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat
2. Morfologi Tanaman Bambu
Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanaman bereaksi masam dengan pH
3,5 dan pada umumnya menghendaki tanah yang pH nya 1,0 sampai 6,5. Pada tanah
yang subur tanaman akan tumbuh dengan baik karena kebutuhan makanan bagi
tanaman tersebut akan terpenuhi (Berlian dan Estu, 1995)
Gambar 1. tanaman bambu
Berikut ini urutan taksonomi bambu:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
SubDivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae (Poales, Glumiflorae)
Famili : Bambusa
3. Kondisi Tempat Tumbuh a. Tanah
Bambu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai
ringan, tanah kering sampai basah dan dari tanah subur sampai tanah kurang subur,
bambu juga dapat tumbuh di tanah pegunungan yag berbukit terjal sampai tanah yang
landai. Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan pertunasan
bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH
3,5 dan umumnya menghendaki tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang
subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman
tersebut akan terpenuhi.
b. Iklim
Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar
8,8-360C,dan suhu ini juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Tanaman bambu bisa
dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 0 sampai
200 mdpl. Walaupun demikian, tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik
pada semua ketinggian tempat. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu
minimum 1.020 mm per tahun dan kelembapan udara yang di kehendaki minimum 80
%.
c. Topografi
Tanaman bambu dijumpai tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran
tinggi 100 – 2200 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian tidak semua jenis
tempat-tempat yang lembab atau pada tempat yang kondisi curah hujannya tinggi
dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti di tepi sungai, di tebing-tebing yang
curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan
sudah dapat terjadi secara normal dimana jumlah rumpun sudah dapat mecapai 30
batang dengan diameter rata-rata di atas 7 cm. Secara umum di lokasi pengembangan
bambu bentuk topografi mulai dari berombak sampai bergunung. Satuan topografi
berombak mempunyai kemiringan 3 – 8%, bergelombang 9 – 15% dan bergunung >
30% (Nur dan Rahayu, 1995).
4. Pemanfaatan Bambu
Kegunaan dan manfaat bambu bervariasi mulai dari perabotan rumah tangga,
perabotan dapur dan kerajinan, bahan bangunan serta peralatan lainnya dari yang
sederhana sampai dengan industri bambu lapis, laminasi bambu, maupun industri
kertas yang sudah modern. Dari sekilas gambaran manfaat tersebut menyiratkan suatu
harapan, bahwa kebutuhan terhadap bambu akan terus meningkat sejalan dengan
perkembangan masyarakat (Diniaty dan Sofia,2000).
Bambu merupakan salah satu tanaman ekonomi yang digolongkan dalam
hasil hutan non kayu. Meskipun demikian, manfaat bambu dalam kegiatan konservasi
sangat baik untuk menahan erosi, terutama di daerah bantaran sungai yang banyak
terdapat di wilayah Indonesia. Dalam konteks tata air, bambu juga efektif untuk
menahan run off air, sehingga banyak berfungsi di daerah tangkapan air. Bambu juga
sehingga dapat ditanam di pusat pemukiman dan pembatas jalan raya (Diniaty dan
Sofia,2000).
Manfaat bambu secara ekonomis dan ekologis bila dibandingkan dengan
komoditas kayu adalah mampu memberikan peningkatan pendapatan masyarakat di
sekitar hutan dalam waktu relatif cepat,yaitu pada usia 4-5tahun sudah dapat dipanen.
Manfaat ekonomis lainnya adalah pemasaran produk bambu baik berupa bahan baku
sebagai pengganti kayu maupun produk jadi antara lain berupa sumpit (chop stick),
barang kerajinan (furniture), bahan lantai (flooring), bahan langit-langit (ceiling)
masih sangat terbuka untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor. Dari sisi
ekologis, tanaman bambu memiliki kemampuan menjaga keseimbangan lingkungan
karena sistem perakarannya dapat mencegah erosi dan mengatur tata air serta dapat
tumbuh pada lahan marginal (Diniaty dan Sofia, 2000).
Bambu juga merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi
kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, bahkan rebungnya
dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Untuk lebih jelasnya berikut
ini diuraikan manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya (Dephut, 2004).
a. Akar
Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah
bahaya banjir, tidak heran bila beberapa jenis bambu yang banyak tumbuh di pinggir
sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting mempertahankan kelestarian
tempat tersebut. Dengan demikian bambu mempunyai arti yang penting dalam
Akar tanaman bambu juga dapat berperan dalam menangani limbah beracun
akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah
tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu akar bambu mampu melakukan
penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur
(Dephut, 2004).
b. Batang
Batang bambu memang merupakan bagian yang paling banyak diusahakan
untuk dibuat berbagai macam barang untuk keperluan sehari-hari. Batang bambu baik
yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan. Namun, ada juga jenis bambu yang dapat dan tidak dapat dimanfaatkan
(Dephut, 2004).
c. Daun
Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan
kecil seperti uli dan wajik. Selain itu di dalam pengobatan tradisional daun bambu
dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam atau panas pada
anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mangandung zat yang bersifat mendinginkan.
Dengan demikian panas atau demam dapat dengan mudah dihalau (Dephut, 2004).
Daun bambu muda yang tumbuh diujung cabang dan berbentuk runcing juga
sering digunakan sebagai obat. Bahan ini sangat mujarab bagi mereka yang tidak
tenang pikiran atau malam hari kurang tidur. Dalam perkembangan terakhir di luar
badan sebelah yang diakibatkan tekanan darah tinggi. Untuk lumpuh badan sebelah
ini obat yang terbaik pada saat sekarang adalah ramuan bambu yang digabungkan
dengan benalu. Bagi penyakit yang belum begitu berat, obat tersebut dapat
membebaskan saluran pembekuan otak yang terhenti sehingga penderita dapat
sembuh (Dephut, 2004).
d. Rebung
Rebung atau tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan
kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome
maupun buku-bukunya. Umumnya rebung masih diselubungi oleh pelepah buluh
yang ditutupi oleh miang. Rebung ada yang berbentuk ramping sampai agak
membulat, terdiri dari batang-batang yang masif dan pendek. Pada umumnya rebung
diselebungi oleh pelepah buluh hingga mencapai tinggi sekitar 30 cm. Selanjutnya
pelepah buluh tersebut pada jenis bambu tertentu akan gugur (Dephut, 2004).
Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong ke dalam
jenis sayur-sayuran. Namun, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaaatkan
rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya ada yang pahit. Rebung bambu dari
Indonesia semakin digemari oleh masyarakat di Jepang, Korea Selatan, dan RRC. Hal
ini dibuktikan oleh permintaan ekspor dari negara tersebut yang banyak tetapi belum
5. Jenis-jenis Bambu dan Penggunaannya
Pada Tabel 1 diuraikan beberapa jenis bambu yang mempunyai manfaat atau nilai ekonomis tinggi (Dephut, 2004),
Table 1. Berbagai Jenis bambu dan penggunaannya
No Nama Daerah dan Nama Latin
Bambu
Penggunaannya
1 Bambu Apus
(Gigantochloa apus)
Batang bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang, kuat, dan lentur. Ada juga yang menggunakannya untuk alat musik.
2 Bambu Ater
(Gigantochloa atter)
Batang bambu ater biasanya digunakan orang untuk dinding rumah, pagar, alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan dan ada juga yang menggunakan untuk alat music
3
Bambu Andong (Gigantochloa verticillata
/Gigantochloa pseudo arundinacea)
Batang bambu andong banyak digunakan untuk bahan bangunan, chopstick, dan untuk membuat berbagai jenis kerajinan tangan.
4 Bambu Betung
(Dendrocalamus asper)
Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar dan ruasnya panjang. Dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam, (gedek atau bilik), dan berbgai jenis barang kerajinan.
5 Bambu Kuning
(Bambusa vulgaris)
Bambu kuning dapat dimanfaatkan untuk mebel, bahan pembuat kertas, untuk kerajinan tangan dan dapatditanam di halaman rumah karena cukup menarik sebagai tanaman hias serta untuk obat penyakit kuning atau lever.
6 Bambu Hitam
(Gigantochloa atroviolacea)
Bambu hitam sangat baik untuk dibuat alat musik seperti angklung, gambang, atau calung dan dapat juga digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan tangan.
7 Bambu Talang
(Schizostachyum brachycladum)
kerajinan tangan
seperti ukiran dan anyaman.
8 Bambu Tutul
(Bambusa vulgaris)
Bambu tutul banyak digunakan untuk peralatan rumah tangga seperti tirai, meja, kursi, dinding, dan lantai rumah, serta untuk kerajinan tangan.
9 Bambu Cendani
(Bambusa multiplex)
Batang bambu cendani dapat digunakan untuk tangkai payung, pipa rokok, kerajinan tangan seperti tempat lampu, vas bunga, rak buku, dan berbagi mebel dari bambu.
10 Bambu Cangkoreh (Dinochloa scandens)
Bambu cangkoreh dapat digunakan untuk anyaman atau tempat jemuran tembakau dan untuk obat misalnya obat tetes mata dan obat cacing.
11 Bambu Perling (Schizostachyum zollingeri)
Batang bambu perling dapat digunakan untuk membuat dinding, tali, tirai, dan alat memancing
12 Bambu Tamiang
(Schizostachyum blumei)
Bambu tamiang paling cocok digunakan untuk sumpit, suling, alat memancing, dan kerajinan tangan.
13 Bambu Loleba
(Bambusa atra)
Bambu loleba dapat digunakan untuk dinding rumah, tali tongkat, bahan anyaman dan sebagai tanaman hias.
14 Bambu Batu
(Dendrocalamus strictus)
Batang bambu batu sangat kuat dan dapat digunakan untuk bahan baku kertas dan untuk bahan anyaman.
15 Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens)
Jenis bambu dengan batang lurus, kuat, dan ringan ini banyak digunakan sebagai galah untuk panen kelapa sawit, selain itu juga untuk bahan bangunan.
16 Bambu Sian
(Thyrsostachys siamensisi)
Bambu ini baik digunakan untuk tangkai payung, dan sebagai tanaman hias karena rumpunnya mempunyai tajuk melebar dengan daun kecil-kecil yang banyak.
17 Bambu Jepang
(Arundinaria japonica)
Bambu jepang banyak digunakan sebagai tanaman hias.
18 Bambu Gendang
(Bambusa ventricosa)
19 Bambu Bali
(Schizostachyum brachycladum)
Oleh karena penampilan tanamannya unik dan menarik maka bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias.
20 Bambu Pagar
(Bambusa glaucescens)
Bambu ini juga menarik sebagai tanaman hias yang dipangkas dengan berbagai bentuk.
6. Nilai Ekonomi Bambu
Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai
ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyarakat menggunakan bambu dalam berbagai
aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan sebagai Multipurpose Free
Species (MPTS = jenis pohon yang serbaguna). Pada umumnya jenis-jenis bambu
yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang berdiameter besar dan berdinding
tebal. Jenis-jenis tersebut diwakili oleh warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2
jenis) dan Gigantochloa (8 jenis) (Widayati dan Riyanto, 2005). Dari jenis-jenis
tersebut dapat dibudidayakan secara massal untuk menunjang industri kertas,
chopstick, flowerstick, ply bambu, particle board dan papan semen serat bambu serta
kemungkinan dikembangkan bangunan dari bahan bambu yang tahan gempa, dan
lain-lain (Zain, 1998).
Dalam melakukan penilaian ekonomi suatu barang atau jasa dapat dilakukan
dalam beberapa metode yaitu metode nilai pasar, metode nilai relatif, dan metode
biaya pengadaan. Metode nilai pasar digunakan jika barang/jasa tersebut sudah
memiliki nilai pasar. Nilai pasar adalah harga barang atau jasa yang di tetapkan
anggap paling baik dengan catatan nilai pasar itu tetap tersedia (Affandi dan Patana,
2002).
Pengembangan pengusahaan hasil hutan bukan kayu, terutama bambu
merupakan upaya strategis karena beberapa alasan. Pertama, bambu merupakan
komoditas substitusi kayu, rotan dan bahan plastik sehingga berkembangnya
pengusahaan bambu dapat berperan dalam mendorong pengembangan diversifikasi
bahan baku industri pengguna seperti industri mebel, kerajinan, panel dan bahan
bangunan. Hal ini dapat diharapkan akan membantu mengurangi masalah lingkungan
yang ditimbulkan oleh industri bahan plastik dan menekan proses penurunan
produktivitas hutan alam sebagai penghasil kayu dan rotan. Kedua, pengusahaan
bambu telah lama digeluti oleh masyarakat golongan ekonomi lemah sehingga
berkembangnya pengusahaan bambu dapat berdampak positif bagi upaya
mempercepat pengurangan kesenjangan pendapatan. Ketiga, dari sisi silvikultur,
bambu berumur relatif pendek, terbaik 3 tahun (Universitas Gajah Mada, 1991),
sehingga dari sisi pengembalian investasi lebih kompetitif misalnya dari rotan atau
sengon (umur terpendeknya, 5-10 tahun) dan karenanya berpeluang diminati investor
(Astana, 2001)
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi
perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
1. Teori Ekonomi Mikro: Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan
berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan
pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk
yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar
dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk
beberapa produk yang lain.
2. Teori Psikologis: Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu
yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini
sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental
tidak dapat diamati secara langsung.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan administratif pemerintahan, areal hutan Pondok buluh berada di
kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
Sedangkan berdasarkan wilayah pemangkuan hutannya termasuk dalam pengelolaan
wilayah Resort Polisi Hutan Tiga Dolok Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun.
Kawasan Pondok Buluh juga dekat dengan lokasi wisata Danau Toba, yaitu sekitar
15 Km atau dapat ditempuh dalam waktu 20 menit. Di Desa Pondok Buluh masih
ditemukan lahan hutan rakyat bambu yang masih dikelola oleh petani pada lahan
Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun
memiliki luas 2.100 Ha dan dihuni sekitar 368 KK, dan secara geografis Desa
Pondok buluh terletak diantara 990 56 BT s/d 99000 BT dan antara 2043 LU s/d 2047
LU. Sebagian besar masyarakat desa bekerja sebagai petani dan didominasi oleh
suku Batak Toba.
Desa Pondok Buluh memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Dolok Parmonangan.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Tanah Jawa.