• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Buku tentang Pendidikan Karakter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Buku tentang Pendidikan Karakter"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Buku

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK BANGSA DI

S U S U N OLEH :

ANINDITA SYAFITRI 1306103010029

RATU DIANA MAISURAH 1306103010063

SAHARA 1306103010030

SUCI MEILANI 1306103010035

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan iman dan islam serta telah mengaruniakan kepada manusia akal dan pikiran. Dialah Tuhan semesta alam, yang memiliki apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi serta kepada-Nyalah segala kebenaran yang hakiki. Salawat dan salam kami hanturkan kepada junjungan alam dan Habibullah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya serta kaum muslimin dan muslimat yang mengikuti sunnahnya.

Berkat izin dan rahmat Allah SWT pada akhirnya laporan buku ini dengan judul “Pendidikan Karakter Anak Bangsa” dapat diselesaikan. Walaupun dalam laporan buku ini masih banyak kekurangan, kami harapkan agar pembaca memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat agar makalah ini menjadi lebih sempurna. Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami selama ini.

Semoga laporan buku ini dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya, terutama bagi kami sendiri. Pada akhirnya hanya kepada Allahlah kita memohon taufik dan hidayahnya serta ampunannya, dan hanya kepada Allahlah kita semua berserah diri.

Banda Aceh, Oktober 2014

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB I...3

PENDAHULUAN...3

A. Latar Belakang...3

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan...5

BAB II...6

1. PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI PEKERTI DAN DOMAIN PENDIDIKAN...6

2. ACUAN, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI PEKERTI...10

3. PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI PEKERTI MELALUI PENDIDIKAN INFORMAL, FORMAL DAN NON-FORMAL...12

4. MEMBANGUN KARAKTER/BUDI PEKERTI ANAK BANGSA MELALUI BEBERAPA PENDEKATAN...20

5. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GURINDAM DUA BELAS...30

6. KARAKTER/BUDI PEKERTI KEPEMIMPINAN NASIONAL...38

7. PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK BANGSA...42

8. BERSIKAP POSITIF TERHADAP GLOBALISASI...46

BAB III...49

Kesimpulan...51

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul

pada akhir abad ke-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman

F.W. Foerster. Terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis spiritual

dalam pendidikan yang juga dikenal dengan normative. Yang menjadi prioritas

adalah nilai-nilai transeden yang dipercaya sebagai penggerak sejarah, baik bagi

individu maupun bagi sebuah perubahan sosial.

Namun, sebenarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti

sejarah pendidikan itu sendiri. Lahirnya pendidikan bisa dikatakan sebagai sebuah

usaha untuk menghidupkan kembali padagogi ideal spiritual yang sempat hilang

diterjang gelombang positivisme yang dipelopori oleh filsuf Prancis Auguste Comte.

Forester menolak gagasan yang meredusir pengalaman manusia pada sekedar bentuk

murni hidup ilmiah.

Gagasan pembangunan bangsa unggul sebenarnya telah ada sejak

kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus

1945. Presiden soekarno menyatakan perlunya nation and character building sebagai

bagian integral dari pembangunan bangsa. Beliau menyadari bahwa karakter suatu

bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai tingkat keberhasilan dan kemajuan

bangsa.

Namun sungguh memprihatinkan kondisi bangsa dan Negara pada era

(5)

budi pekerti yang diwariskan oleh nenek moyang hancur begitu saja ketika disiram

oleh global dan dibawa pula oleh arus global yang amat laju. Nilai-nilai luhur yang

diwariskan melalui budaya, dituangkan dalam sisa-sisa pancasila dan penjabarannya

yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama tampaknya kurang memberi bekas dalam

kepribadian anak bangsa.

Pentingnya pembangunan karakter / budi pekerti bangsa telah disadari oleh

pemerintah. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan instruksi presiden Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pencepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional Tahun 2010 merupakan dasar Hukum yang penting bahwa

pemerintah sangat serius untuk membangun karakter/budi pekerti bangsa.

Pemerintah sekarang bertekad membangunkan karakter/budi pekerti bangsa sebagai

salah satu fokus utama pembangunan nasional.

Didalam buku yang berjudul “Pendidikan Karakter Anak Bangsa” ini telah

banyak menceritakan atau menggambarkan bagaimana kondisi anak di zaman

sekarang ini. Serta beberapa pernyataan tentang bagaimana seharusnya Pendidikan

Karakter Anak Bangsa itu. Kami memilih buku ini karena, buku ini sangat bagus dan

judulnya sangat menarik untuk dibahas.

B. Rumusan Masalah

a. Apa definisi pendidikan karakter?

b. Apa tujuan dan fungsi pendidikan karakter pada anak bangsa? c. Bagaimana cara membangun karakter pada anak bangsa?

(6)

e. Bagaimana membangun karakter anak bangsa melalui beberapa pendekatan?

f. Bagaimana pendidikan karakter dalam gurindam dua belas?

g. Bagaimana pengaruh perkembangan lingkungan strategis dalam membangun karakter budi pekerti anak bangsa?

h. Bagaimana cara bersikap positif terhadap globalisasi?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi dari pendidikan karakter.

b. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan karakter pada anak bangsa.

c. Untuk mengetahui cara membangun karakter padda anak bangsa.

d. Untuk mengetahui pendidikan karakter melalui pendidikan informal, formal, dan non formal.

e. Untuk mengetahui membangun karakter anak bangsa melalui beberapa pendidikan.

f. Untuk mengetahui pendidikan karakter dalam gurindam dua belas.

g. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan lingkungan strategis dalam membangun karakter budi pekerti anak bangsa.

(7)

BAB II

1. PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI PEKERTI DAN DOMAIN PENDIDIKAN

A. Urgensi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti

Nilai-nilai luhur budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur tidak

mengenal kata angkuh, sombong, mementingkan diri sendiri, berat tangan, tidak

menghargai, pemalas, tidak bercerai berai, ketergantungan, tidak percaya diri, tidak

santun, tidak sopan dll.

Malahan sebaliknya, leluhur bangsa indonesia adalah bangsa yang

ramah, sopan dan santun, suka menolong, ringan tangan, rajin bekerja, pekerja keras,

toleran, solidaritas, familier, kekerabatan, dan kekeluargaan yang tinggi, jujur dan

tulus ikhlas.

Memudarnya penghayatan dan pengalaman nilai-nilai budaya

mengakibatkan bangsa negeri ini terpuruk dalam segala bidang kehidupan, baik

ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan ketahanan dan keamanan. Kondisi ini

melanda pada setiap tataran mulai dari tataran kepemimpinan tingkat bawah sampai

kepemimpinn tingkat Nasional. Membangun karakter/budi pekerti bangsa tidak

mudah, perlu proses yang panjang, waktu lama, biaya yang besar, dan pemikiran

yang cerdas.

Wakil Presiden RI, Boediono menegaskan bahwa :

Urgensi dari pembangunan karakter bangsa “Didalam Rencana Aksi

Nasional (RAN) Pembngunan karakter Bangsa Tahun 2010-2025, di dalam RAN

(8)

sehingga bersinergi dalam mencapai sasaran dengan sumberdaya yang optimal”.

(Dalam Majalah formula Vol.IV- Juni 2010).

Urgensi pembangunan karakter Bangsa ditegaskan pula oleh menteri

Pertahanan, yang melihatnya dari segi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik

Imdonesia (NKRI) karena pengaruh globalisasi, maka BELA NEGARA sangat

penting. Menurut Purnomo : “Ancaman perang, juga bisa terwujud kekuatan non

fisik (soft power) dengan memberikan pngaruh kepada hati dan pemikiran manusia

yang merupakan benteng pertahanan terakhir bangsa dalam menghadapi berbagai

ancaman. Karena itu, dengan mengacu pada realitas tersebut, aspek sumberdaya

manusia sebagai pertahan nirmiliter (non military defence) memiliki peranan sangat

penting. Sumberdaya manusia yang hanya menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi tanpa memiliki kesadaran moral bela negara akan membahayakan

keberlangsungan hidup bangsa dan negara.

B. Domain Pendidikan Untuk Membangun Karakter/Budi Pekerti

Pernyataan Menteri pendidikan Nasional Prof. Muhammad Nuh bahwa:

“Dunia pendidikan adalah dunia yang amat kompleks, menantang, dan

mulia sifatnya. Kompleks karena spektrumnya sangat luas, menantang karena

menentukan masa depan bangsa, serta mulia karena pendidikan merupakan proses

memanusiakan manusi. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, saya

menharapkan partiipasi dan bantuan saudara semunya untuk secara serius

mengembangkan dan menindaklanjuti program Penyelarasan dengan Dunia Kerja

dalam bentuk Rencana Aksi yang dapat diterapkan di masyarakat”. (Dalam Majalah

(9)

Domain pendidikan merupakan bagian penting dari kepribadian yang

berhubungan dengan kecerdasan. Domain pendidikan ada tiga proses yaitu:

(1) Domain Kognitif : Melalui proses pendidikan (Proses

pembelajaran) dihasilkan domain kognitif yaitu domain yang

berkaitan dengan peingkatan pemahaman dan pengetahuan

terhadap disiplin ilmu, pengertian istilah-istilah dari ilmu yang

dipelajari, bisa juga memahami dan mengetahui teori, hukum, dan

dalil ilmu.

(2) Domain affektif yaitu domain yang menekankan pada perubahan

sikap, nilai-nilai yang baik, yang etis, yang mulia, yang sopan

santun, yang berakhlak mulia dari peserta didik.

(3) Domain psikomotor lazim disebut domain keterampilan yang

dapat menghasilkan karya yang bermanfaat bagi dirinya,

keluarganya, dan masyarakat. Domain ini tampak pada karaketer

kerja jeras, tangguh, tanggap, kemampuan bersaing dan

profesional.

Pengembangan domain/ranah/kemampuan ini bersumber dari kecerdasan

dasar yang diberkahi oleh Allah SWT.

a. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Quotient)

Kecerdasan ini dibangun melalui proses pendidikan, oleh karena

itu kecerdasan ini selalu diukur dari tinggi rendahnya tingkat

(10)

b. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient/EQ).

Kecerdasan ini adalah kecedasan yang melengkapi kecerdasan

intelektual (IQ).

c. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient/SQ).

Kecerdasan ini (SQ) juga merupakan kecerdasan hati yang

berhubungan dengan penempatan perilaku atau jalan hidup

seseorang dinilai lebih baik dibandingkan yang lain. Kecerdasan

ini adalah ‘Kecerdasan semangat” yang mendorong

kecerdasan-kecerdasan lainnya yang lebih berfungsi dengan baik.

d. Kecerdasan Sosial (Social Quotient)

Kecerdasan sosial menekankan pada kepedulian terhadap

lingkungan sekitar yang memerlukan bantuan orang lain.Individu

yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi sangat peduli dengan

tetangga atau lingkungan yang perlu bantuan, gotong royong

dipenuhi, dan penyuluh kepada masyarakat tanpa pamrih.

e. Kecerdasan Skill (Skill Quotient)

Kecerdasan ini yang mendorong munculnya kecerdasan IQ, EQ,

SQ, yaitu kecerdasan mengaplikasikan kecerdasan-kecerdasan

intelektual dan kecerdasan hati.

C. Domain Pendidikan Dan Dimensi Kerja

Perolehan domain atau ranah kognitif, affektif, dan psikomotorik sangat

mendukung seseorang sukses dalam bekerja. Kesuksesan ini karena seseorang telah

(11)

dan berperilaku yng berkhlak, bermoral, beretika, merupakan pendorong seseorang

untuk selalu berbuat baik kepada orang lain. Keterampilan yang menghasilkan karya

menjadikan seseorang tidak bergantung pada orang lain.

2. ACUAN, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI PEKERTI

A. Acuan Pendidikan Karakter/Budi Pekerti

Acuan pendidikan karakter/budi pekerti dibahas dalam bab ini adalah

berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pidato atau sambutan pejabat tinggi negara

yang menekankan pada pentingnya pendidikan karakter/budi pekerti.

1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 (3).

2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005-2025.

4) Bingkai Rencana Aksi Nasional (RAN) 2010-2014.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

6) Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter/budi Pekerti (2010).

7) Sambutan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang

(12)

Istana Negara Jakarta 11 Mei 2010, yang bertema : “Pendidikan

Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa”.

Presiden RI, Susilo Bambang Yuhoyono Mengemukakan :

Lima isu penting dalam dunia pendidikan. Pertama, adalah

hubungan pendidikan dengan pembentukan watak atau dikenal dengan character

building. Isi kedua, kaitan pendidikan dengan kesiapan dalam menjalani kehidupan

setelh seseorang selesai mengikuti pendidikan. Ketiga, kaitan pendidikan dengan

lapangan pekerjaan. Ini juga menjadi prioritas dalam pembangunan lima tahun

mendatang. Isu yang keempat adalah bagaimana membangun masyarakat yang

berpngetahuan atau knowledge society yang dimulai dari meningkatkan basis

pengetahuan masyarakat dan yang kelima bagaimana membangun budaya inovasi.

“The culture of inovation, yang sangat diperlukan agar negara kita benar-benar

menjadi negara maju di abad 21 ini”.

B. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti

Adapun tujuan pendidikan Karakter/Budi Pekerti sejalan dengan

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3 (3) : “Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan

dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

yang diatur dalam Undang-Undang”. Sedangkan Fungsi pendidikan nasional

dirumuskan : ‘mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

(13)

C. Ada Apa Dengan Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa

Penomena nasional merupakan tanda-tanda perilaku yang kurang

mendukung kearah stabilitas nasional yang dicita-citakan. Cita-cita nasional yang

telah dirumuskan terdapat pada alenia ke-2 UUD 1945 yaitu “ Mewujudkan negara

yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur”. Sedangkan tujuan nasional

terdapat pada alenia ke-3 UUD 1945, yaitu: “melindungi segenap bangsa indonesia

dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

D. Membangun Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa Menjadi Kreatif

Cara Untuk membangun kreativitas/budi pekerti adalah melalui :

(1) Pendidikan dan latihan (seperti soft skill, enterprenership), jalur

pendidikan formal dan non formal merupakan mediun yang paling

efektif untuk membangun kreativitas.

(2) Menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan dari orang-orang

yang sukses (seperti pengusaha sukses).

(3) Bergaul dalam lingkungan orang-orang yang unggul, orang-orang

yang pintar.

3. PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI PEKERTI MELALUI

PENDIDIKAN INFORMAL, FORMAL DAN NON-FORMAL A. Pendidikan Informal (Informal Education)

“Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”

(14)

Sebelum anak masuk sekolah (pendidikan formal) pendidikan yang

pertama sekali yang diberikan kepada anak adalah pendidikan dalam keluarga.

Setelah anak berumur 6 tahun atau 7 tahun barulah masukkan ke Sekolah Dasar.

Walaupun sebelum itu anak dimasukkan ke dalam Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD), namun peran pendidikan dalam keluarga sangat menentukan karakter/budi

pekerti anak.

Keluarga adalah lingkungan yang paling utama untuk menentukan masa

depan anak. Demikian pula karakter/budi pekerti anak yang baik dimulai dari dalam

keluarga. Dalam hal ini ibu merupakan peran utama, karena ibu yang melahirkan,

sangat dekat dengan anak, paling saying dengan anak. Sangat tinggi derajat ibu,

predikat ibu disebut juga Ibu Pertiwi, Ibu Negara.

Tantangan lain ibu selain membentuk karakter/budi pekerti anak yaitu

tantangan bagaimana Ibu berperan mengurus rumah tangga, tetapi juga aktif dalam

kegiatan di masyarakat, karena Ibu diharapkan menjadi contoh dalam keluarga dan

menjadi contoh di masyarakat. Kekuatan spiritual orang tua terutama dalam

membentuk karakter/budi pekerti, akhlak mulia si anak sangat menentukan masa

depan anak agar menjadi harapan bangsa dalam rangka membangun bangsa yang

unggul dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Karakter/budi pekerti, akhlak mulia terbentuk dari perilaku yang baik

yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang baik,

kebiasaan-kebiasaan ini seperti mencium tangan orang tua bila mau berangkat sekolah, ke

(15)

orang-orang yang lebih tua termasuk guru, ringan tangan, berdoa, dll diajarkan

dalam keluarga akan menjadi kebiasaan.

Kebiasaan-kebiasaan yang sejatinya diberikan oleh orang tua kepada

anak-anaknya dirumah dalam rangka pendidikan karakter/budi pekerti adalah:

1. Kebiasaan mengenal Tuhan dalam sebutan sederhana dalam

keseharian seperti Allah, Allahu Akbar.

2. Kebiasaan Sholat berjamaa dengan orang tua, selesai sholat

bersalaman mencium tangan orang tua.

3. Kebiasaan sopan santun kepada orang tua, guru, anggota keluarga

yang lebih tua, kepada saudara dalam rumah, kepada tetangga.

4. Kebiasaan meminta izin bila hendak keluar rumah.

5. Kebiasaan mencium tangan orang tua bila hendak bepergian.

6. Kebiasaan menyayangi orang tua dan orang tua menyayangi anak,

itulah sifat Allah.

7. Kebiasaan berjalan menunduk di hadapan orang yang lebih tua.

8. Kebiasaan menyapa orang yang lebih tua dengan sapaan yang

menunjukkan rasa hormat.

9. Kebiasaan mendidik anak supaya jujur.

10. Kebiasaan mendidik anak supaya amanah.

11. Kebiasaan membantu pekerjaan orang tua di rumah terutama anak

perempuan.

12. Kebiasaan mengajarkan anak supaya tidak iri hati kepada saudara

(16)

Keluarga adalah organisasi kemasyarakatan yang terkecil, yang paling

tua dan paling dekat dalam kerangka pendidikan dan pembentukan karakter/budi

pekerti anak. Keluargalah yang lebih memberi corak/warna paling pertama dan yang

paling besar peranannya dalam pembentukan karakter/budi pekerti anak.

B. Pendidikan Formal (Formal Education)

Pendidikan Karakter ataupun budi pekerti sangat efektif diterapkan pada

jalur pendidikan formal. “Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang

terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi” (UU No.20/2003 pasal 1(11)).

Guru adalah kunci penting untuk mewujudkan pendidikan karakter/budi

pekerti dalam rangka membangun karakter/budi pekerti anak bangsa. Profesi guru

adalah amat mulia, yang mengajarkan anak dari tidak tahu menjadi tahu, tidak pandai

berhitung dan membaca serta menulis menjadi pandai menghitung dan membaca

serta menulis. Memberikan nasihat kepada anak didik sudah di catat pahalnya oleh

Allah SWT.

Guru/dosen yang baik, yang professional, yang bertanggung jawab, yang

diteladani adalah guru/dosen yang mampu menghayati dan mengamalkan 4 (empat)

kompetensi secara umum yaitu:

1) Kompetensi Pedagogik

Memahami psikologi pendidikan dan psikologi pelajar, memahami

peserta didik menurut tingkat perkembangannya, dan memahami

profil teman-teman sejawat guru.

(17)

Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sekolah,

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat luas,

mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan di masyarakat, dan

mampu mewujudkan perilaku social dalam masyarakat.

3) Kompetensi Kepribadian

Mengembangkan kepribadian sebagai pendidik yang baik,

berinteraksi dengan lingkungan sekitar, membimbing anak didik, dan

memberi teladan yang baik bagi peserta didik dan teman sejawat

guru.

4) Kompetensi Professional

Menguasai landasan-landasan kependidikan termasuk psikologi

belajar, menguasai materi pelajaran, menyusun persiapan mengajar

dan melaksanakannya, mengevaluasi hasil belajar anak didik dan

proses pembelajaran, menguasai metode dan media pembelajaran,

dan kemampuan menguasai dan mengatur kelas.

i. Peran Guru Agama

Guru agama mempunyai tugas yang amat berat dalam rangka

mendidik, membina kepribadian seseorang. Pada hakekatnya

peran guru agama tidak hanya mengajarkan apa itu agama,

tetapi lebih dalam dari itu adalah pendidikan agama yang

lebih penting.

(18)

Telah dijelaskan bahwa anak didik dalam masa pertumbuhan

sangat peka sekali dengan pengaruh lingkungan, baik itu

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan

masyarakat. Pengaruh lingkungan yang di maksud adalah

melatih kebiasaan kepada anak didik untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang positif.

iii. Refungsionalisasi Tata Tertib Sekolah Untuk Merubah Sikap

Siswa

Sikap adalah keadaan dalam diri manusia atau individu yang

berhubungan dengan pengamatan, perasaan dan tindakan

untuk merespon objek di luar dirinya. Sikap yang ada pada

diri manusia atau individu memberi corak tertentu terhadap

perilaku yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian di atas,

ada 3 komponen sikap yaitu:

a. Komponen Pengamatan

Pengamatan terhadap suatu objek melahirkan perasaannya

terhadap objek itu dan merespon objek tersebut.

Komponen pengamatan tidak terlepas dari pengetahuan

(knowledge) tentang suatu objek, kemudian menilai objek

tersebut.

b. Komponen Perasaan

Komponen perasaan ini dapat bersifat positif dan dapat

(19)

menimbulkan perasaan senang atau suka dan sebaliknya

perasaan negative akan menimbulkan perasaan tidak

senang atau tidak suka.

c. Komponen Kecenderungan Bertindak

Komponen kecenderungan bertindak yaitu melakukan aksi

terhadap objek yang di amati di tentukan oleh perasaan

dan pengamatan individu terhadap suatu objek yang baik

menimbulkan perasaan senang atau suka, sehingga

melahirkan sikap positif seperti peduli, menolong, ringan

tangan, dll.

iv. Tata Tertib Sekolah Merupakan Norma Kelompok

Sekolah merupakan kelompok masyarakat kecil yang terdiri

dari sebagian besar siswa-siswa, guru-guru, dan anggota

lainnya saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

Setiap anggota yang berintegrasi itu mempunyai sikap yang

berbeda-beda karena adanya kepentingan yang berbeda-beda

terhadap sesuatu objek. Tata tertib sekolah adalah suatu

kondisi yang dirancang untuk dapat mengatur dan

mengendalikan sikap ataupun tingkah laku individu atau

siswa-siswa di sekolah supaya tercipta suasana aman dan

tentram disekolah tanpa adanya gangguan baik dari dalam

(20)

kondisi untuk mencegah tingkah laku atau sikap siswa-siswa

yang negative.

C. Pendidikan Non-Formal (Non-Formal Education)

“Pendidikan Non-Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. (UU

No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1(12)).

Pendidikan non-formal sejatinya diberikan kepada masyarakat sebagai

pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal yang berfungsi

mengembangkan potensi peserta didik yang menekankan pada

penguasaan dan pengetahuan keterampilan fungsional serta

pengembangan sikap dan berkepribadian yang professional.

Pendidikan non-formal mencakup pendidikan life skill, PAUD,

pendidikan keterampilan, dan lain-lain. Satuan pendidikannya dapat

dalam bentuk kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat

kegiatan belajar, majelis taklim, sanggar-sanggar, dll. Dalam lingkungan

pendidikan non-formal yang sejatinya bermuatan kurikulum pendidikan

keterampilan diisi dengan kegiatan atau praktek yang member bekal

karakter/ budi pekerti peserta didik. Leraning by doing dalam lembaga

pendidikan, balai latihan kerja, misalnya pendidikan olahraga di sasana

olahraga, pendidikan kesenian di sanggar-sanggar seni, teater seni, taman

seni dan budaya, dll merupakan media penumbuhan karakter/budi pekerti

(21)

merupakan wadah-wadah yang sudah terbukti untuk membangun karakter

anak bangsa.

Pendidikan non-formal adalah suatu aktivitas pendidikan yang dating di

luar sistem pendidikan formal yang ditujukan untuk melayani anak didik

untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan Nasional. Pendidikan non-formal merupakan salah satu

jalur pendidikan yang efektif untuk membangun karakter/budi pekerti

anak bangsa. Pendidikan non-formal baik yang diprogramkan oleh

pemerintah maupun masyarakat dapat berlangsung di berbagai tempat

seperti: Pusat Kegiatan Belajar (PKB), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),

Program Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan untuk Orang Dewasa

(Androgogi), dan Pendidikan Keterampilan.

4. MEMBANGUN KARAKTER/BUDI PEKERTI ANAK BANGSA MELALUI BEBERAPA PENDEKATAN

A. Pendidikan Nilai-Nilai Luhur Agama (Religius Values Approach)

Pendidikatan karakter/budi pekerti mengajarkan perilaku yang terpuji,

melarang berbuat keji. Dalam surat An-Nahl ayat 97 telah dituliskan

“Barang siapa yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, baik

laki-laki atau perempuan, dalam keadaan dia beriman, niscaya Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik (thayyibah) dan Kami berikan

kepadanya balasan (pahala) setimpal dengan kebaikan yang ia kerjakan”.

Pendidikan karakter/budi pekerti mengajarkan agar anak didik untuk

(22)

Allah, memiliki mata untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan

memiliki telinga untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang di dalamnya,

ada kebenaran sebagai pedoman hidup yang paling tinggi untuk berbuat

kebajikan menuju keselamatan dunia dan akhirat. Pendidikan

karakter/budi pekerti adalah pendidikan yang berorientasi pada kesucian

jiwa dan badan, seimbang antara membangun mental spiritual (jiwa)

dengan membangun kecerdasan badan atau raga (kinestetik).

B. Pendekatan Nilai-Nilai Luhur Budaya (Culture values approach)

Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus

dibiasakan termasuk membiasakan budi pekerti yang baik. Budaya adalah

keseluruhan cara hidup, warisan social, cara berpikir, kepercayaan, cara

kelompok bertingkah laku, gudang pelajaran yang dikumpulkan, tindakan

baku untuk mengatasi masalah, peraturan bertingkah laku dalam acara

tertentu.

Susbtansi dari budaya dalam kehidupan sehari-hari tampak pada

kebiasaan, adat istiadat, pola pergaulan, upacara ritual (kepercayaan),

sikap dan perilaku yang berulang-ulang yang khas dalam kehidupan

masyarakat tertentu. Nilai-nilai budaya yang positif yang diwariskan oleh

nenek moyang negeri ini tampaknya perlu dihidupkan, dibangun kembali

dalam kerangka membangun karakter/budi pekerti anak bangsa ini.

Nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagai suatu pendekatan membangun

karakter/budi pekerti bangsa:

(23)

Sejarah telah membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia

senang hidup bersama, berkelompok, bergotong royong mengerjakan

sawah, membangun rumah, saling tolong menolong terhadap kerabat

yang terkena musibah. Sungguh mahal harganya untuk membangun

kembali karakter/budi pekerti yang hidup dalam nilai-nilai budaya

leluhur bangsa ini tempo dulu.

2. Mempertahankan Nilai-Nilai Dasar Budaya Yang Merupakan Jati Diri

Bangsa

Diakui sejujurnya bahwa bangsa Indonesia pernah menjadi bangsa

yang dihormati, disegani, harimaunya ASEAN. Bangsa ini terkenal

keramah-tamahannya dan kesantunannya penampilan duta-duta

Indonesia dalam bidang kesenian, olahraga misalnya membuktikan

negeri ini adalah negeri yang berbudaya tinggi yang mencerminkan

pula karakter/budi pekerti bangsa ini adalah berkarakter mulia.

3. Memahami Bahwa Pluralistis(multi etnis, multi agama, multi

kepercayaan, multi budaya, dll), tetapi tetap satu (NKRI)

NKRI dalam pluralistis dibuktikan oleh sejarah Indonesia merdeka.

Pendiri Negari ini telah menetapkan komitmen nasional yaitu

BHINNEKA TUNGGAL IKA, WALAUPUN BERBEDA-BEDA

TETAPI TETAP SATU. Memahami pluralistis dalam beraneka ragam

multi mengandung pengertian bahwa multi-multi tersebut adalah

kekuatan bangsa untuk menjaga ketahanan nasional dalam rangka

(24)

Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang

berisikan keuletan dan ketangguhan untuk mencegah segala macam

hambatan, ancaman, rintangan, dan gangguan yang datangnya dari

dalam maupun luar negeri.

4. Mengedepankan Nilai-Nilai Patriotisme

Nilai-nilai yang di kedepankan dalam karakter patriotic, cinta tanah

air misalnya pantang dihina dan pantang menghina. Bila dihina maka

muncul perilaku kolektif untuk membela tanah air, dan bila menghina

juga akan muncul perilaku kolektif untuk mencegah jangan sampai

melakukan penghinaan.

5. Memahami Makna Perilaku Berbudaya (Perilaku Berkarakter/Berbudi

Pekerti Berbasis Budaya)

Perilaku budaya adalah perilaku yang berorientasi atau merujuk pada

aktivitas-aktivitas norma-norma positif yang dikerjakan bersama

dalam masyarakat tertentu dinilai membawa kebaikan. Bila individu

atau kelompok tertentu tidak ikut di dalamnya cenderung kurang

disukai masyarakat. Contohnya, gotong royong, tolong menolong,

sadar hukum, toleransi, dan saling menyayangi.

6. Pemahaman Terhadap Nilai-Nilai Budaya Etnis/Suku Untuk

Memperkaya Khasanah Budaya Sendiri Sebagai Penangkal Konflik

Sosial

Dalam keanekaragaman dan perbedaan budaya itu dapat digali

(25)

budaya etnis/suku. Dengan mempelajari budaya orang lain akan

tumbuh karakter/budi pekerti yang mampu menyesuaikan diri

sehingga terhindar dari kesalahpahaman apalagi pertikaian dan

perkelahian yang mengantarkan pada konflik social.

Dalam rangka menginternalisasikan nilai-nilai budaya seperti yang

dikemukakan di atas kepada seluruh masyarakat perlu diprogramkan

oleh pemerintah (pusat dan daerah), wakil rakyat, tokoh-tokoh

masyarakat, dan tokoh-tokoh agama dalam bentuk kegiatan

terprogram secara rutin. Kegiatan terprogram itu dapat dalam bentuk

PENDIDIKAN MENCERDASKAN MASYARAKAT terhadap

pentingnya memahami nilai-nilai luhur budaya yang telah diwariskan

oleh leluhur bangsa ini.

C. Pendekatan Nilai-Nilai Luhur Pancasila (Five Principles Values

Approach)

I. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

Pancasila adalah falsafah yang identik dengan pandangan hidup

bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Republik Indonesia.

Sebagai falsafah bangsa Indonesia pancasila merupakan sumber

kehidupan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia berisikan ajaran yang mengandung nilai-nilai luhur yang

terkristalisasi dalam sila-silanya.

Pancasila sejatinya dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia yang

(26)

sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, karena mengandung

nila-nilai luhur yang dijiwai oleh nila-nilai-nila-nilai luhur agama. Nilai-nila-nilai luhur

pancasila yang terpatri dalam sila-sila pancasila sejatinya dihayati dan

diamalkan, bukan sekedar semboyan semata yang dibaca pada setiap

upacara apapun, baik di sekolah maupun dalam upacara memperingati

hari-hari besar nasional.

II. Nilai-nilai Luhur Pancasila

Manusia dilahirkan sebagai makhluk social yang tidak dapat hidup

sendiri, artinya manusia senantiasa memerlukan bantuan orang lain.

Bantuan orang lain itu akan dirasakannya diperlukan ketika akan

memenuhi kebutuhan, baik itu kebutuhan biologis, kebutuhan

hiburan, kebutuhan rasa aman dan nyaman.

Nilai-nilai pancasila dijabarkan dari:

a. Keyakinan dan Kerukunan

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang

Maha Esa yaitu: kepercayaan terhadap eksistensi Allah SWT

Yang Maha Kuasa, toleransi antar pemeluk agama, kerukunan

antar pemeluk agama, saling menghormati antar pemeluk agama,

kebebasan menjalankan ibadah menurut agama yang diyakini.

b. Keadilan yang Beradab

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang

Adil dan Beradab yaitu: bahwa manusia memiliki martabat,

(27)

yang paling mulia di bumi, manusia memiliki agama, manusia

memiliki budaya, manusia memiliki daya piker, daya cipta, dan

daya karsa untuk berbuat demi kemaslahatn umat, menjunjung

tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran.

c. Kebanggaan dan Kecintaan

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia

yaitu: kecintaan dan bangga terhadap tanah air, Negara yang

berdaulat, bahasa, dan bendera merah putih, mencintai NKRI,

mencintai kemerderkaan dan mengisi kemerdekaan dengan

pembangunan yang mensejahterakan dan memakmurkan rakyat,

mencintai pejuang yang rela berkorban.

d. Ketaatan

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang

Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/

Perwakilan adalah: taat melaksanakan keputusan dari hasil

musyawarah mufakat, taat pada norma-norma ajaran agama,

norma-norma kehidupan dalam masyarakat seperti taat pada

hukum adat, menerima hasil keputusan bersama.

e. Keadilan Sosial

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial Bagi

Selurih Rakyat Indonesia adalah: adil dalam arti tidak bertindak

sewenang-wenang terhadap individu atau kelompok lain, adil

(28)

lapangan kerja, adil dalam memperjuangkan HAM, tidak

merugikan orang lain, membela keadilan dan kebenaran, dan

menghormati hak orang lain.

III. Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Luhur Pancasila

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa rumusan pancasila digali dari

pola kehidupan, budaya dan adat istiadat masyarakat bangsa Indonesia

yang mengandung nilai-nilai luhur yang merupakan suatu rangkaian

sistem nilai dasar yang memperkuat satu sama lainnya. Kekuatan

spiritual dan sistem nilai dasar inilah yang dihayati, diamalkan,

diaktualisasikan oleh para pendiri republic ini.

Penerapan pancasila sebagai pandangan hidup di Indonesia tidak

mudah. Negara ini adalah Negara yang pluralistic, jumlah etnisnya ±

ada 300 kelompok yang sudah pasti memiliki adat istiadat, budaya

dan pola hidup serta nilai-nilai kehidupan yang dianut pun berbeda.

Belum lagi macam-macam agamanya dengan tata cara beribadah yang

berbeda, bahasa, dialeg, watak etnisnya yang dipahami oleh

pendatang lain. Kondisi pluralistic inilah kadang-kadang sebagai

penyebab terjadinya benturan nilai-nilai yang saling berbeda yang

dapat menimbulkan konflik social.

IV. Internalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila

Pancasila sebagai falsafah bangsa yang identik dengan pandangan

hidup bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Republik

(29)

kesaktian pancasila ibarat pancaran sumber air yang member

kehidupan. Apabila sumber-sumber air tersebut menyatu akan

menjadi sumber kekuatan yang mampu menahan apa saja. Ibarat air

laut yang merupakan kesatuan dari pancaran sumber air yang mampu

menahan apa saja yang ada di permukaannya dan mampu pula

menghantam dan menghancurkan apa saja yang menghalanginya.

Pancasila adalah sumber kehidupan dalam arti pandangan hidup

bangsa Indonesia, apabila diganggu dan dirongrong, berarti

menggangu dan mengrongrong setiap aspek kehidupan bangsa.

Sumber kehidupan berarti napas yang harus dijaga dari gangguan,

hambatan, dan ancaman, bila tidak maka napas pasti berhenti dan

konsekuensinya adalah mati.

a) Internalisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Perguruan Tinggi

Internalisasi yang dimaksud adalah menanamkan nilai-nilai luhur

pancasila agar kokoh dan tidak mudah digoyahkan oleh siapapun,

dan pendidikan nilai-nilai luhur pancasilla agar setiap perilaku

intelektual insan perguruan tinggi mencerminkan nilai-nilai luhur

pancasila.

b) Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Perguruan Tinggi

Aktualisasi yang dimaksud adalah budayakan perilaku yang

mencerminkan jati diri pancasialis dan membangun citra kampus

(30)

D. Memahami Hakekat Manusia

1) Manusia sebagai makhluk beragama

Sesungguhnya perilaku manusia yang berkarakter baik/ berakhlak

mulia dan yang berkarakter tidak baik tergantung dari segumpal darah

yang ada dalam tubuh manusia yaitu hati (Qalbu). Oleh karena itu,

memelihara hati, menumbuh suburkan hati sangat penting melalui

siraman hati. Siraman hati yang paling berharga adalah bersumber

dari ajaran agama.

Manusia beragama hakekatnya ingin hidup damai, tentram, aman, dan

tertib. Agama apapun mengajarkan kedamaian, ketentraman,

keamanan, dan ketertiban baik lahir maupun batin. Intinya adalah

menghayati, memahami, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam

keseharian perilaku sopan santun, atau adat istiadat, tata krama,

menghormati orang tua dan guru, patuh dan taat adalah pembinaan

karakter/ budi pekerti sejak dini.

2) Manusia adalah Makhluk yang Berbahaya

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT adalah makhluk yang

berbudaya. Manusia berbudaya, unsur inilah yang membedakan antara

manusia dengan hewan. Manusia dibekali dengan akal untuk

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan akal

manusia dapat mewujudkan bermacam karya sebagai hasil budaya.

Manusia dibekali pula dengan perasaan. Perasaan untuk tidak

(31)

berkarakter/ berbudi pekerti. Perasaan kecintaan, kekeluargaan,

kekerabatan, kepedulian, keakraban, dll bersumber dari hati yang

bersih dan jernih. Sebagai makhluk berbudaya padda hakekatnya

adalah manusia ingin maju, manusia ingin bersaing, manusia ingin

menciptakan sesuatu yang baru, manusia ingin beradat istiadat,

bersopan santun, manusia ingin menciptakan karya dan seni, manusia

ingin menciptakan ilmu pengetahuan, manusia ingin menciptakan

pembaharuan pendidikan, manusia ingin mememlihara tradisi.

5. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GURINDAM DUA BELAS

A. Raja Ali Haji Penulis Gurindam Dua Belas

Gurindam Dua Belas yang dikenal sangat luas merupakan karya dari

seorang Bapak Bahasa Indonesia, Pahlawan Nasional dibidang Bahasa

yaitu Raja Ali Haji. Nama lengkapnya adalah Teungku Haji Ali al-Haji

bin Tengku Haji Ahmad. Dilahirkan di Pulau Penyengat Indra Sakti di

waktu itu menjadi pusat pemerintahan Kerajaaan Riau Lingga, Johor dan

Pahang. Raja Ali Haji sebagai penulis Gurindam Dua Belas adalah

seorang Pahlawan Nasional dibidang Bahasa Melayu sebagai asal Bahasa

Indonesia.

B. Rumusan Gurindam Dua Belas

Gurindam Dua Belas adalah karya puisi yang diciptakan oleh Raja Ali

Haji dengan memperlihatkan kepoloporan dalam meningkatkan kulitas

Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia modern. Gurindam Dua Belas

(32)

terutama sekali dalam membangun Karakter/ budi pekerti. Disebut

Gurindam Dua Belas karena isi puisi terdiri dari dua belas pasal. Secara

rinci dikutip berikut ini :

INI GURINDAM PASAL YANG PERTAMA

 Barang siapa tiada memegang agama

Segala-gala tiada boleh dibilang nama

 Barang siapa mengenal yang empat

Maka yaitulah orang yang ma’rifat

 Barang siapa mengenal Allah

Suruh dan tegahnya tiada ia menyala

 Barang siapa mengenal diri

Maka telah mengenal akan tuhan yang bahri

 Barang siapa yang mengenal dunia

Tahulah ia dunia mudharat

INI GURINDAM PASAL YANG KEDUA

 Barang siapa mengenal yang tersebut

Tahulah ia makna takut

 Barang siapa meninggalkan sembahyang

Seperti rumah tiada bertiang

 Barang siapa meninggalkan puasa

Tidaklah dapat dua temasa

Barang siapa meninggalkan zakat

(33)

 Barang siapa meninggalkan haji

Tiadalah ia menyempurnakan janji

INILAH GURINDAM PASAL KETIGA

 Apabila terpelihara mata

Sedikitlah cita-cita

 Apabila terpelihara kuping

Khabar yang jahat tiadalah damping

 Apabila terpelihara lidah

Niscaya dapat daripadanya faedah

 Bersunggguh-sungguh engkau memelihara tangan

Dari pada segala berat dan ringan

 Apabilaa perut terlalu penoh

Keluarlah fi’il yang tiada senonoh

 Anggota tengah hendaklah ingat

Disitulah banyak orang yang hilang semangat

 Hendaklah peliharakan kaki

Daripada berjalan yang membawa rugi

INI GURINDAM PASAL YANG KEEMPAT

 Hati itu kerajaan di dalam tubuh

Jikalau zalim segala anggota pun rubuh

 Apabila dengki sudah bertanah

Datanglah daripadanya beberapa anak panah

(34)

Di situlah banyak orang yang tergelincir

 Pekerjaan marah jangaan dibela

Nanti hilang akal dikepala

 Jika sedikitpun berbuat bohong

Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong

 Tanda orang yang amat celaka

Aib dirinya tiada dia sangka

 Bakhil jangan diberi singgah

Itulah perompak yang amat gagah

 Barang siapa perkataan kotor

Mulutnya umpama ketor

 Di mana taau salah diri

Jika tidak orang lain yang berperi

 Pekerjaaan takabur jangan direpih

Sebelum mati didapat juga sepih

INI GURINDAM PASAL YANG KELIMA

 Jika hendak mengenal orang yang berbangsa

Lihat kepada budi dan bahasa

 Jika hendak mengenal orang yang berbagia

Sangat mmeliharakan yang sia-sia

 Jika hendak mengenal orang yang berilmu

Bertanya dan belajar tiadalah jemu

(35)

Lihatlah pada kelakauan dia

 Jika hendak mengenal orang yang berakal

Di dalaam dunia mengambil bekal

 Jika hendak mengenal orang yang baikperangai

Lihat pada ketika bercampur deengan orang yang ramai

INI GURINDAM PASAL YANG KEENAM

 Cahari olehmu akan sahabat

Yang boleh dijadikan obat

 Cahari olehmu akaan guru

Yang boleh tahukan tiap seteru

 Cahari olehmu akan isteri

Yang boleh menyerahkan diri

 Cahari olehmu akan kawan

Plih segala orang yang setiawan

 Cahari olehmu akan abdi

Yang ada baik sedikit budi

INI GURINDAM PASAL YANG KETUJUH

 Apabila banyak berkata-kata

Disitulah banyak jalan masuk dosa

 Apabila banyak berlebih-lebihan ssuka

Itulah tanda hampirkan duka

 Apabila kita kurang siasat

(36)

 Apabila anak tiada dilatih

Jika besar bapanya letih

 Apabila banyak mencak orang

Itulah tanda dirinya kurang

 Apabila orang yang banyak tidur

Sia-sia sajalah umur

 Apabila mendengar akan ada khabar

Menerimanya itu hendaklah sabar

 Apabila mendengar akan aduan

Membicarakannya itu hendaklah cemburuan

 Apabila perkataan yang lemah lembut

Lekaslah segala orang mengikut

 Apabila perkataan yang amat kasar

Lekaslah sekalian orang gusar

 Apabila pekerjaan yang amat benar

Tidak boleh orang yang berbuat onar

INI GURINDAM PASAL YANG KEDELAPAN

 Barang siapa khianat akan dirinya

Apalagi kepada yang lainnya

 Kapada dirinya ia aniaya

Orang itu jangan engakau percaya

 Lidah suka membenarkan dirinya

(37)

 Daripada memuji diri hendaklah sabar

Biar daripada orang datangnya khaabar

 Orang yang suka menampakkan jasa

Setengah dari syirik mengaku kuasa

 Kejahatan diri sembunyikan

Kebajikan diri diamkan

 Ke’aiban orang jangan dibuka

Ke’aiban diri hendaklah sangka

INI GURINDAM PASAL YANG KESEMBILAN

 Tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan

Bukannya manusia yaitulah syaitan

 Kejahatan seorang perempuan tua

Itulah iblis punya penggawa

 Kepada segala hamba-hamba raja

Di situlah syaitan tempatnya manja

 Kebanyakan orang yang muda-muda

Di situlah syaitan tempat penggoda

 Perkumpulan laki-laki daan perempuan

Di situlah syaitan punya jamuan

 Adapun orang tua yang hemat

Syaitan tak suka membuat sahabat

 Jika orang muda kuat berguru

(38)

INI GURINDAM YANNG KESEPULUH

 Dengan bapa jangan durhaka

Supaya Allah tidak murka

 Dengan ibu hendaklah hormat

Supaya badan dapat selamat

 Dengan anak janganlah lalai

Supaya boleh naik ke tengak balai

 Dengan isteri dan gundik janganlah alpa

Supaya kemaluan jangan menerpa

 Dengan kawan hendaklah adil

Supaya tangannya jadi kapil

INI GURINDAM PASAL YANG KESEBELAS

 Hendak berjasa

Kepada yang sebangsa

 Hendak jadi kepala

Buang perangai yang tercela

 Hendak memegang amanat

Buanglah khianat

 Hendak marah

Dahulukan hujjah

 Hendak dimalui

Jangan memalui

(39)

Murahkan perangai

INI GURINDAM PASAL YANG KEDUABELAS

 Raja mufakat dengan menteri

Seperti kebun berpagarkan duri

 Betul hati kepada raja

Tanda jadi sebarang kerja

 Hukum ‘adil atas rakyat

Tanda raja beroleh ‘inayat

 Kasihkan orang yang berilmu

Tanda rahmat atas dirimu

 Hormat orang yang pandai

Tanda mengenal kasa dan cindai

 Ingatkan dirinya mati

Itulah asal berbuat bakti

Akhirat terlalu nyata

Kepada hati yang tidak buta

6. KARAKTER/BUDI PEKERTI KEPEMIMPINAN NASIONAL

Manusia sudah ditakdirkan hidup berkelompok berdasarkan

kepentingan bersama. Untuk mencapai kepentingan kelompok diperlukan

seorang pemimpin untuk mengarahkan dan mengerahkan semua unsur dalam

organisasi seperti manusia dengan pola tingkah laku dan pemikiran yang

berbeda, sarana dan prasarana, serta dana agar menjadi satu potensi satu

(40)

Kualitas seorang pemimpin tampak pada kemampuannya

menggerakkan, memberi bimbingan , perintah dan motivasi sehingga

bawahan termotivasi untuk berbuat demi kepentingan bersama mencapai

tujuan yang disepakati bersama. Sehubungan dengan itu, arti kepemimpinan

adalah suatu kiat ilmu dan seni memimpin yang tampak pada usaha

mempengaruhi orang lain terutama bawahan yang dipimpinnya untuk

mentaati perintah dan petunjuk secara suka rela guna mencapai tujuan

organisasi.

Berpegang pada pengertian umum kepemimpinan tersebut maka yang

dimaksud dengan Kepemimpinan Nasional adalah “kelompok elite bangsa

pada segenap strata kehidupan nasional pada bidang sektor/profesi pada supra

dan infra struktur, serta pemimpin non formal yang memiliki kemampuan dan

kewenangan untuk mengarahkan/mengerahkan bangsa dan negara dalam

pencapaian nasional.

Dalam situasi dan kondisi sekarang ini dunia terus berubah menurut

“Kekuatan Perubahan” (Power of Change) dari waktu ke waktu. Situasi dan

kondisi yang selalu berubah ini disebabkan oleh sistem kehidupan social

yamg selalu berubah yang cenderung kearah yang lebih meningkat/maju.

Oleh karena itu strategi kepemipinan pun tidak statis tetapi dinamis sesuai

dengan arah gerakan perubahan tersebut.

A. Rasulillahi Uswatun Hasanah Pemimpin Umat

Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab, ayat 21 Allah berfirman dengan :

(41)

baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

“Akhlak Rasullah patut dicontoh oleh pemimpin sekarang adalah sejalan

dengan reference diatas adalah pemurah, tidak kikir, berani, tidak pernah

mundur dalam memutuskan, dan jujur serta terpercaya sepanjang

hidupnya”. (KH. Abdullah Zaki Al-Kaaf :79). Al-Quran telah

mengisyaratkan bahwa contoh teladan yang paling unggul dari yang

unggul adalah Muhammad Rasulullah.

Seorang pemimpin yang baik memiliki sifat rendah hati, terbuka dan

kritik, jujur, berani, mengatakan yang benar itu bener dan salah itu salah,

memegang amanah, berlaku adil, memiliki komitmen dalam perjuangan,

beritelegensi, dan mengabdi kepada Allah SWT.

Jangan tukar Rahmatan li a’lamin Rasulullah dengan kegelapan.

Jangan tukar Syurga yang dirahasiakan Rasulullah dengan neraka.

Jangan tukar ke-Sidiq-an yang dicontoh Rasulullah dengan ketidak

jujuran.

Jangan tukar ke-Taqlib-an yang dicontohkan Rasulullah dengan

kesombongan .

Jangan tukar ke-Fathanahan yang diajarkan Rasulullah dengan

kebodohan.

B. Contoh Kepemimpinan Berkarakter/Berbudi Pekerti

Kepemimpinan Nasional yang dirindukan oleh rakyat sekarang ini adalah

(42)

pemilihan kepemimpinan menerima lawan yang menang, sehingga

kehidupan Negara tidak terganggunya oleh ulahnya kepemimpinan yang

kalah.

Beberapa contoh kepemimpinan yang berkarakter kuat :

1. Perdana Menteri Wanita Pertama Iggris Margaret Thatcher (Wanita

Besi). Pemimpin yang tidak pernah putus asa jika tanda-tanda

kemenangannya belum dilihat, ia berjuang sampai sukses, walau Thatcher

sering pula mengalami kekalahan dalam dunia politik. Keputusannya

penuh ketelitian, perhitungan, mendengar pendapat beberapa pihak.

2. Le Kuan Yew, membawa Singapura yang semula hanya sebuah pulau

kecil yang miskin sumberdaya menjadi Negara yang makmur.

Di sebuah Negara yang tidak memilki new leaders yang cakap atau situasi

masyarakat yang cenderung statis seperti negara-negara Asia, akan lebih

manjur, jika menggunakan pendekatan yang lebih otoritatif dengan sistem

dan prosedur yang terukur. Ada situasi dimana fleksibilitas yang

berlebihan malah membawa inefisiensi, minat kerja yang rendah, dan

bahkan penyalahgunaan wewenang.

Strategi yang sama juga diterapkan di tempat dimana terdapat

kesenjangan skill antara follower and leader sepwrti Indonesia. Bahkan

sulit bagi kita untuk mengharapkan mereka yang pendidikannya terbatas

untuk mengambil keputusan secara benar. Dengan strategi penerapan

(43)

mungkin tidak semua orang simpati pada kebijakan kita maupun diri kita

secara pribadi.

C. Kepemimpinan Nasional Yang Diharapkan

Masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini dalam hal

kepemimpinan adalah bagaimana kader kepemimpinan nasional

menghadapi krisis bangsa ini. Kerinduan terhadap pemimpin kuat bukan

basa-basi. Pemimpin yang kuat bukan berarti otoriter yang kental dengan

kekerasan. Tetapi pemimpin memiliki pengetahuan dan pengalaman yang

luas, kedalam wawasa, yang memiliki komitmen yang kuat untuk

mengawal demokrasi, penegakan HAM dan hokum tanpa pandang bulu.

Pemimpin yang demokrasi dikawal oleh penegakan hukum, karena

keduanya merupakan dua sisi mata uang yang saling memberi arti. Untuk

memilih pemimpin seperti itu, persyaratannya adalah rakyat harus cerdas.

7. PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK BANGSA

Dalam era globalisasi dan demokrasi sekarang ini, bangsa indonesia tengah

mengsikapi arus global. Era globalisasi merubah situasi dan kondisi dunia

menjadi sempit. Di satu sisi, globalisasi ditandai dengan persaingan dan

keunggulan, pada sisi lain globalisasi didukung oleh kemajuan teknologi

informasi. Sejalan dengan itu, isu demokratisasi semakin menonjol dan juga

isu politik lainnya bersamaan demokratisasi adalah transparansi. Namun,

disisi lain persoalan yang dihadapi adalah bangsa yang masih dalam kondisi

(44)

A. Pengaruh perkembangan Lingkungan Strategis (Lingstra) Global / Internasional dan Regional

Krisis moneter yang sedang melanda Republik indonesia yang tercinta ini

disebabkan salah satu diantaranya adalah bahwa negara berkembang

sangat tergantung kepada negara maju. Faktor lain yang mrngakibatkan

negara ini terpengaruh yaitu lemahnya karakter/budi pekerti anak bangsa ,

lemahnya solidaritas nilai-nilai luhur yang sudah dibangun oleh leluhur

ditinggalkan begitu saja.

1) Pengaruh dalam Bidang Politik

Dampak perkembangan lingkungan strategis global/ internasional

dibidang politik dapat diikuti dari munculnya keyakinan diberbagai

negara, khususnya negara berkembang. Perkembangan pada dimensi lain

pada bidang politik yaitu munculnya lembanga politik internasional,

lembaga keuangan internasional, perusahaan multi nasional, LSM ,

Badan-Badan Swasta nasional, Dll.

2) Pengaruh dalam Bidang Ekonomi

Pengaruh kekurangmantapan sistem moneter internasional tampak pada

nilai tukar uang yang tidak menentu. Perkembangan lingkungan strategis

regional lebih dominan dibidang ekonomi ini ditandai pula oleh

meningkatnya hubungan dagang dan ekonomi diantara negara-negara

Asean .Namun, perkembangan lingkungan strategis regional tampaknya

sangat besar sekali yaitu krisis moneter yang hampir terjadi disetiap

(45)

3) Pengaruh dalam Bidang Sosial Budaya

Dampak perkembangan lingkungan strategis global/ internasional dan

regional dalam bidang sosial-budaya tampak jelas pada perilaku

masyarakat seperti cara berpakaian,munculnya jenis-jenis makanan baru

dengan segala macam merek, serta gaya hidup mewah ala ke

barat-baratan,Dll. Hal ini menunjukkan perilaku yang mencotoh budaya global

yang lebih ditontonkan ketimbang perilaku budaya bangsa sendiri.

Kecendrungan mewujudkan demokratisasi sehingga tuntutan politik

dalam segala mobilitasnya berdampak pula pada bidang sosial budaya.

4) Pengaruh dalam Bidang Pertahanan

Perkembangan lingkungan strategi global di bidang pertahanan juga

adalah disentegrasi bangsa. Perkembangan kegiatan terorisme

internasional yang ditandai dengan runtuhnya gedung WTC dan Pentagon

di AS., dll. Pengaruh perkembangan lingkungan strategis regional

dibidang pertahanan ditandai oleh adanya sengketa yang mengakibatkan

terganggunya stabilitas nasional.

B. Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis Nasional 1) Pengaruh dalam Bidang Politik

Orde reformasi lahir sebagai koreksi total terhadap

penyelewengan-penyelewengan dalam bentuk KKN selama orde baru yang dimuati

dengan “Kekuasaan”, Monopoli ekonomi, arongasi,Dll. Issue nasional

(46)

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang masih memerlukan telah

strategis.

2) Pengaruh Dibidang Ekonomi

Perkembangan lingkungan strategis nasional dalam bidang ekonomi yang

berdampak pada stabilitas pembangunan nasional adalah belum

seimbangnya pembangunan ekonomi dipusat dan didaerah, antara kota

dan desa merupakan salah satu penghambat pembangunan nasional. Pada

sisi lain, dalam sistem perekonomian nasional yang ikut mempengaruhi

stabilitas nasional adalah munculnya deregulasi dan debirokratisasi

perekonomian nasional untuk menghindari biaya yang tidak proporsional

yang ditanggung oleh rakyat. Misalnya melalui tarif pajak telpon,

listrik,air, BBm, serta menghindari monopoli dan oligopoli.

3) Pengaruh dalam Bidang Sosial Budaya

Keterbukaan dalam era globalisasi yang didukung oleh kekuatan jaringan

ilmu pemgetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama teknologi informasi,

teknologi komunikasi, teknologi transportasi telah merubah tantanan nilai

norma kehidupan baru. Masalah sosial budaya lainnya yg belum

tertuntaskan,seperti penyebaran penduduk menumpuk dikota-kota besar.

Dampak perkembangan lingkungan strategis nasional lainnya adalah

penegakkan supremasi hukum supaya masyarakat taat kepada

hukum,Permasalahan dapatkah mereka meningkatkan ketahanan budaya

agar arus budaya “Modernisasi” dan “Westernisasi” yg sulit dibendung

(47)

4) Pengaruh dalam Bidang Pertahanan

Berbagai krisis yg bermula direpublik ini bermula dari krisis moneter yg

mengantar pada krisis multimensi sangat menganggu stabilitas nasional

dan dapat merapuhkan ketahanan nasional. Kewaspadaan harus

ditingkatkan karena berbagai peristiwa telah terjadi direpublik ini dari

sabang sampai merauke, Misalnya di aceh terkenal dengan GAM

(Gerakan Aceh Merdeka) , Dipapua (OPM), Dll. Peristiwa tersebut

berpengaruh pada semua aspek kehidupan yang mencakup semua bidang.

8. BERSIKAP POSITIF TERHADAP GLOBALISASI A. Mengemas Informasi Berkualitas

Globalisasi merupakan karunia dari Allah yang maha Kuasa, maha Besar,

maha tahu, dan maha segala-galanya. Globalisasi menuntut kualitas yang

pada hakekatnya bertujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia,

sebagai contoh sikap positif misalnya globalisasi informasi melalui media

massa. Seyogyanya disadari bahwa informasi merupakan sesuatu yang

mahal, Barang siapa yang menguasai informasi maka ia akan menguasai

dunia, oleh karna itu, manusia sejatinya mengemas informasi supaya

berkualitas. TV sebagai media komunikasi informasi hendaknya mampu

menyampaikan informasi yang benar, misalnya:

1) Informasi yang disampaikan sesuai dengan kenyataan

2) Informasi yang disampaikan mampu membendung kesalahan

informasi yang lain,

(48)

4) Informasi mengandung nilai-nilai luhur untuk kehidupan yang lebih

bermutu.

Media masa harus bisa menjernihkan pandangan hidup umat manusia

pada umumnya ,punya tanggung jawab terhadap perkembangan moral

generasi yang akan datang.

B. Mengemas Pribadi Berkarakter/Berbudi Pekerti

a) Mengendalikan Hati

Mengendalikan hati bukan pekerjaaan gampang,sebab pada diri manusia

sejak lahir sudah ada perasaan dengki dan iri. Oleh karena itu, bebaskan

diri dari kedua perasaan itu . Karna tidak akan sukses orang-orang yang

memiliki sifat seperti itu.

b) Keterbukaan Berkomunikasi

Hidup ini tak sendiri, manusia hakekatnya adalah makhluk sosial, perlu

teman perlu berkomunikas. Oleh karena itu miliki keberanian

mendengarkan dan mengakui pendapat orang lain.

c) Manfaatkan Waktu

Waktu adalah modal, sungguh beruntung yang adil dengan waktu. Ada

waktu sholat, istirahat, bermain, olah raga, makan, rekreasi, dsbnya.

d) Hindari Membuat Masalah dan Sederhanakan Masalah

Masalah adalah rahmat Allah, karena dengan adanya masalah maka

manusia akan berpikir untuk mengatasinya, untuk mencari jalan keluarnya

(49)

C. Kunci Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM Berkarakter/Berbudi

Pekerti)

1) Ingat lah selalu kepada Allah

2) Memiliki kemampuan berpikir

3) Lingkungan

Kesimpulannya adalah kalau ingin jadi manusia unggul masuki

lingkungan yang unggul. Perlu diingat, jangan tamak, ukur kemampuan,

(50)

BAB III

Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Zainal Aqib (2011:38), mengemukakan bahwa pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Singkatnya, pendidikan karakter bisa diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain di dunia.

Untuk bisa kreatif diperlukan keterbatasan dan pergerakan berbagai sumber daya, antara lain imajinasi, yang merupakan situasi fisik dan mental dimana individu seolah-olah berada di dalam ruang dan waktu yang tidak terbatas, dimana ada kebebasan dan penjelajahan ke berbagai kemungkinan dan ketidakmungkinan (Ratna Sulistami D. dan Erlinda Manaf Mahdi, 2006).

(51)
(52)

Kesimpulan

Pendidikan Karakter / Budi Pekerti dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan, baik

memelihara apa yang baik dan mewujudkan dan menebarkan kebaikan kedalam

kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Tujuan pendidikan karakter secara umum

adalah untuk membangun dan mengembangkan karakter peserta didik pada setiap

jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan

nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai-nilai-nilai luhur dari setiap butir sila pancasila.

Fungsi pendidikan karakter yaitu menumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta

didik agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu

yang baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Cara untuk

membangun kreativitas / budi pekerti adalah melalui: Pendidikan dan latihan (seperti

soft skill, enterprenership), Jalur pendidikan formal & non formal, Menggali ilmu

pengetahuan dan keterampilan dari orang-orang sukses, dan Bergaul dalam

(53)

Daftar Pustaka

Amin, Muhammad Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter Anak bangsa. Jakarta: Baduose Media.

Anas Urbaningrum. 2008.

Haryono Suryono. 2004.

K.H. Abdullah Zaki Al-Kaaf. 1990.

Prof Effendi, dkk., 2009.

Ratna Sulistami D dan Erlinda Manaf Mahdi. 2006.

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional pasal 1 ayat 1.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut UU SISDIKNAS Tahun 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Di dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Munib 2004:33) menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Menurut (Depdiknas, 2003) tentang sistem pendidikan nasional pada Bab I Pasal I Ayat I menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I, pasal 1 ayat ( 1, 2 ) dijelaskan : (1) Pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional (2003: 3), pasal 1 yang menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditetapkan dalam Bab I, pasal 1, ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pembelajaran