• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Stres kerja merupakan salah satu masalah yang serius didunia bahkan

stres ditempat kerja bisa membebani perusahaan dengan biaya yang mahal

karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

Annual Labour Day Survey (2001) melaporkan bahwa 1 dari 5 orang

penduduk Amerika mengalami stres kerja disepanjang hidup mereka. Survei

ini juga dilakukan oleh Yale University and The Families Work Institute

yang mengatakan bahwa 40% pekerja di Amerika juga mengalami stres

berat berkaitan dengan pekerjaan mereka (Akramunnas, 2009).

Selye (1950, dikutip dari Hidayat, 2007) mengatakan bahwa stres

merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan

atau beban atasnya. Artinya bila seseorang yang mengalami beban atau tugas

yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang

dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap

tugas tersebut, yang menyebabkan orang tersebut dapat mengalami stres.

Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang berat tetapi

mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka

orang itu tidak akan mengalami stres.

Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan yang dapat

(2)

kebutuhan yang tidak terpenuhi bisa saja didapat dari kebutuhan

fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau

kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2005).

Rosiana (2008) mengatakan bahwa saat ini perawat merupakan salah

satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Stres kerja tersebut

disebabkan karena adanya tuntutan pekerjaannya yang semakin kompleks.

Pernyataan ini didukung juga oleh Robbins (1998, dalam Rosiana, 2008)

yang mengatakan bahwa perawat yang bekerja di dalam bidang kesehatan

cenderung mempunyai tingkat stres yang tinggi, karena tugas dan tanggung

jawab perawat bukanla h hal yang ringan untuk dipikul. Hal inilah yang bisa

menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres yang tinggi yang

dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas

pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan secara tidak

langsung akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat yang dituntut untuk

memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan skill, knowledge

dan kemampuan psikologis dalam menghadapi tantangan kerja pada

perawatan pekerjaan untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada

pasien dan keluarganya.

Febriani (2009) mengatakan bahwa perawat merupakan salah satu

komponen utama dalam pemberian layanan kesehatan, sehingga memiliki

peranan penting terkait dengan mutu layanan kesehatan yang diberikan.

(3)

tidak memungkinkan juga perawat bisa mengalami stres. Semakin banyak

jumlah pasien yang dirawat dan semakin beragamnya penyakit serta tingkat

kebutuhan juga bisa memicu terjadinya stres. Dari satu sisi, seorang perawat

harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang

dirawatnya. Disisi lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus tetap

terjaga. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan rasa tertekan pada

perawat, sehingga perawat mudah mengalami stres. Stres yang berlebihan

akan berakibat buruk terhadap individu untuk berhubungan langsung dengan

lingkungan secara normal. Akibatnya kinerja perawat menjadi buruk dan

secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi dimana mereka

berkerja.

Hasil survey Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun

2006 dalam Febrianti (2009) yang melaporkan bahwa sekitar setengah (50,9

%) perawat Indonesia yang bekerja di empat provinsi mengalami stres kerja,

dengan keluhan yang sering dialami yaitu pusing, lelah, tidak bisa

beristirahat karena adanya beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita

waktu, gaji yang rendah serta insentif yang tidak memadai.

Penelitian lain yang dilakukan terkait stres kerja , stres kerja yang

dialami perawat dapat membantu dalam meningkatkan kinerja dan bisa juga

dapat menyebabkan menurunnya kinerja. Seperti hasil penelitian Yesi (2010)

yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stres kerja perawat

(4)

Umum (RSUD) Pasaman Barat dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

lebih dari setengah persen (67,5%) responden memiliki tingkat stres kerja

yang menengah dan sekitar setengah persen (52,5% ) responden memiliki

kinerja baik.

Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Rony (2008) di RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru yang menunjukkan bahwa perawat yang dapat

mengatasi stres kerja di Instalasi Gawat Darurat secara adekuat hanya

sebesar 37,5%, sebagian besar perawat mengalami stres kerja dengan tingkat

stres rendah sebesar 50% dan ditemui juga stres tingkat sedang, namun

masih dalam persentase yang rendah yaitu 12,5%.

Kinerja perawat dirumah sakit terutama sebagai perawat pelaksana

dapat dilihat dari hasil yang dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan.

Dengan demikian pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau

kinerja perawat yang tinggi dalam pelayanan keperawatan akan

mempengaruhi tingkat kualitas dalam keperawatan. Asuhan keperawatan

yang optimal merupakan salah satu indikator dari kinerja perawat. Oleh

karena itu kinerja perawat harus selalu ditingkatkan dalam pemberian asuhan

keperawatan (Nathalia,R, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Joeharno

(2008) menunjukkan bahwa tingkat kinerja perawat pelaksana memiliki

kategori cukup sebesar 64,8% dalam melaksanakan asuhan keperawatan di

(5)

Pada tanggal 26 April 2012 peneliti melakukan survey awal di

Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai terhadap 10 (sepuluh) orang

perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap, didapatkan informasi bahwa

perawat mengatakan stres yang dialami akibat adanya risiko penularan

penyakit seperti TBC, Hepatitis, Flu Burung dan AIDS. Selain itu perawat

juga mengatakan ada faktor lain yang menimbulkan stres kerja yaitu beban

kerja yang berlebihan, adanya konflik/perselisihan antar teman sejawat,

kesulitan dalam merawat pasien kritis, kurangnya perhatian dari pihak rumah

sakit terhadap perlindungan perawat dari penyakit infeksi, dan sering terjadi

miskomunikasi dengan keluarga pasien karena keluarga pasien merasa

kurang puas dengan pelayanan dan kinerja perawat dalam melaksanakan

tindakan keperawatan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai merupakan sarana

pelayanan kesehatan rujukan milik pemerintah Kota Dumai memiliki 8

(delapan) ruangan rawat inap dengan jumlah pasien yang dirawat pada setiap

tahunnya mengalami peningkatan. Bertambahnya jumlah pasien yang

dirawat dapat menimbulkan permasalahan bagi perawat, terutama perawat

yang bertugas diruang rawat inap, untuk itu diperlukan perhatian khusus agar

perawat mampu bekerja secara optimal sehingga menghasilkan pelayanan

keperawatan yang bermutu dengan menggunakan proses keperawatan yang

terstruktur dan sistimatis. Proses keperawatan inilah yang nantinya dapat

(6)

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melihat fenomena

nyata apakah ada hubungan antara stres kerja terhadap kinerja perawat

pelaksana yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan rumusan masalah

sebagai berikut : Apakah ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat

pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai?

3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tingkat stres kerja yang dialami perawat pelaksana di Instalasi

Rawat Inap RSUD Kota Dumai?

2. Bagaimana tingkat kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap

RSUD Kota Dumai?

3. Apakah ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di

Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

4. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi

(7)

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi stres kerja yang dialami perawat pelaksana di

Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

b. Mengidentifikasi kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap

RSUD Kota Dumai.

5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian :

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Menambah wawasan dan memberikan informasi dalam bidang

manajemen keperawatan, khususnya tentang stres kerja yang dialami

perawat dan sebagai bahan masukan untuk institusi pendidikan dalam

hal pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan terkait stres dan

kinerja perawat di rumah sakit.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan

stres kerja perawat dengan kinerja perawat diruang Rawat Inap RSUD

Kota Dumai dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada

perawat agar stres pada saat bekerja tidak mempengaruhi kinerjanya,

sehingga mutu pelayanan keperawatan yang diberikan dapat menjadi

(8)

3. Bagi penelitian selanjutnya

Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian

Referensi

Dokumen terkait

yang diperlukan untuk mendukung proses utama Jurusan Keperawatan, dilaksanakan. sesuai mekanisme dalam dengan dokumen Standar Mutu Jurusan kode: 00000

Primacom Interbuana sangat dibutuhkan gaya kepemimpinan yang bisa mempererat hubungan antara atasan dengan bawahan, karena semakin baik hubungan di dalam perusahaan

Jika Bapak / Ibu/ Kakak/ Adik/ Saudara/i mengeluhkan sesuatu akibat kerokan kulit dan kuku tersebut seperti rasa nyeri yang tidak dapat ditahan, atau terdapat bintik-bintik

A significant positive spatial association was identified for both the slope preferences by car and bus where zones with a preference towards longer or shorter trips tended to

Gambar 1: Perbelanjaan Takashiyama Amerika Mura di Osaka.. Gambar 2: Perbelanjaan Tenjinbashi Amerika Mura

Untuk dapat menjalankan aplikasi kamusku sesuai dengan tujuannya sistem operasi yang diperlukan adalah windows 2000. Karena data dapat ditambah, kapasitas file basis data tidak

teknik wawancara tentang kegiatan modifikasi media dan wadah tanam tanaman obat yang meliputi sarana produksi, teknik modifikasi, jadwal kegiatan dan pembagian tugas dengan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Organ Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Seks Pranikah Pada Remaja