JENIS PENELITIAN
BIDANG
KESEHATAN
Secara garis besar dapat digolongkan menjadi
:
A.Penelitian
Intervensional
B.Penelitian
Observasional
Disebut juga sebagai Intervention Study karena peneliti melakukan
(intervensi) terhadap subyek penelitiannya, yaitu
memberikan perlakuan yang
berbeda kepada tiap kelompok subyek selama
periode tertentu, kemudian mengamati hasil dengan
membandingkan kelompok subyek yang tidak diberi perlakuan (subyek kontrol)
Disebut juga dengan
Observation Study, di
mana peneliti
mengamati suatu
fenomena yang telah
atau sedang terjadi dalam suatu waktu tertentu, kemudian
menuliskan hasil apa adanya.
A. PENELITIAN INTERVENSI
Intervensi untuk mengubah pola perilaku/
aktifitas
UJI
KLINIS
Mengetahui Disebut juga
Uji Pra-beredar di masyarakat
PENELITIAN
INTERVENSI DILIHAT DARI
CARA MEMBANDINGKAN
KELOMPOK SUBYEK
Penelitian Intervensi Paralel, sering digunakan, yaitu dengan membandingkan
antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol
Penelitian Intervensi Silang (cross-over), yaitu menukarkan perlakuan yang diberikan pada kelompok perlakuan
DIAGRAM PENELITIAN INTERVENSI CROSS OVER
PENELITIAN
Penelitian yang menggunakan desain Cross-over atau menyilang, biasanya diterapkan pada penyakit kronik yang cukup stabil seperti hipertensi, asma atau hiperlipidemia.
Bila melakukan desain penelitian ini, peneliti harus memperhitungkan pengaruh obat yang diberikan dalam Tahap Pertama apakah sudah hilang atau belum, setelah hal itu dapat dipastikan, barulah kedua kelompok bertukar perlakuan.
Oleh karena itu, ada masa jeda antara Penelitian Tahap Pertama dan Tahap Kedua, yang disebut sebagai Wash-out Periode.
PERHATIAN…..!
Dalam melaksanakan Penelitian Intervensi adalah
mengupayakan agar semua variabel dalam kedua kelompok
•
agar pada hasil penilitian tidak
menimbulkan perbedaan efek.
Perbedaan efek hanya timbul akibat
perubahan variabel perlakuan.
Kesebandingan variabel
diperoleh dengan
tahapan :
1.
Mengumpulkan subyek yang sesuai
dengan kriteria pemilihan,
2.Melakukan randomisasi, sehingga
terbentuk dua kelompok, yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
B. PENELITIAN OBSERVASIONAL
D
isebut juga dengan Observation Study, di mana
pe
neliti mengamati suatu
fenomena
yang
telah
atau
sedang terjadi
dalam suatu
waktu tertentu
,
kemudian menuliskan hasil apa adanya
?
.
3.Melakukan
Uji x2
(chi kuadrat) untuk variabel
a.Studi Cross-Sectional
b. Studi Kasus-kontrol
c. Studi Kohort
A.
STUDI
CROSS-SECTIONAL
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek), dengan melakukan pengukuran terhadap tiap-tiap subyek sebanyak
Paling sering dilakukan dalam dunia kedokteran dan
kesehatan untuk mengetahui Rasio Prevalensi, yaitu perbandingan antara prevalensi suatu penyakit dengan faktor resiko yang mungkin menjadi penyebabnya
Oleh karena itu,
studi cross-sectional
disebut juga
studi prevalensi.
FAKTOR RESI KO
EFEK
YA TIDAK JUMLAH
YA a b a + b
TIDAK c d c + d
Jumlah
Dalam perkembangannya, bukan mustahil bila peneliti
ingin mengetahui pengaruh beberapa faktor resiko
secara bersamaan, atau dari data-data yang
dikumpulkan terdapat beberapa yang diduga sebagai
faktor perancu
(confounding factor)
, sedangkan hal ini
tidak dapat dihindarkan atau dihilangkan begitu saja.
Menghadapi peristiwa tersebut di atas, peneliti dapat
menempuh analisis multivariat dengan menggunakan
regresi multipel
dan
regresi logistik.
Desain penelitian
cross-sectional
juga
KELEBIHAN
KEKURANGAN
1. Relatif mudah, murah, hasilnya cepat diperoleh.
2. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
3. Memungkinkan
penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya pasien saja, sehingga lebih general.
4. Jarang terancam loss to follow-up (drop-out).
5. Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya yang lebih konklusif
6. Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya yang lebih konklusif.
1. Sulit untuk menentukan
sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan data efek yang dilakukan bersamaan.
2. Membutuhkan jumlah
subyek yang banyak, terutama bila variabelnya banyak.
3. Studi prevalensi hanya menjaring subyek yang telah mengidap penyakit cukup lama.
4. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit,
insidens maupun
5.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang terjadi. Untuk
mengurangi hal ini, dilakukan dengan mengambil sampel dari daerah endemik daripada populasi umum
6. Dapat terjadi bias prevalens atau
B.
STUDI KASUS KONTROL
Disebut juga Case comparison (compeer) Study, Case-referent Study, atau Retrospective study.
DISEBUT
KASUS –
KONTROL
identifikasi
terhadap penderita penyakit
tertentu/fenomena gangguan
kesehatan
tertentu, sebagai kasus
kelompok tanpa efek atau penyakit
untuk mengetahui berapa besar peranan faktor resiko dalam menimbulkan penyakit.
Contoh : Mengetahui hubungan perilaku pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan penyakit HIV-AIDS pada pengguna narkoba.
Resiko relatif (RO, ratio odds) merupakan hal yang ingin diukur dalam penelitian kasus-kontrol studi. Pemodelannya
juga menggunakan tabel 2 x 2 seperti berikut :
FAKTOR
RESIKO KASUS KONTROL JUMLAH
YA a b a + b
TIDAK c d c + d
Apabila studi kasus-kontrol dilakukan dengan
matching individual, maka analisis dilakukan
dengan menjadikan
kasus dan
kontrol
sebagai
pasangan-pasangan. Pemodelannya
menjadi :
KASUS
KONTROL
RESIKO +
RESIKO
-RESIKO + a b
RESIKO - c d
RO =
b
Hasil Perhitungan
RO
dapat dipakai sebagai
indikator
adanya
kemungkinan sebab akibat
antara
faktor resiko
dan
efek.
RO dianggap mendekati resiko relatif bila :
•
Insidens penyakit
yang diteliti kecil,
tidak
lebih dari 20% dari populasi terpajan.
•
Kelompok
kontrol merupakan kelompok
representatif
dari
populasi,
dalam hal
peluang untuk terpajan faktor resiko
•
Kelompok
kasus
harus
representatif
Adapun kelebihan dan kekurangan
KELEBIHAN KEKURANGAN
3.Sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok yang diteliti sebanding dalam berbagai faktor eksternal karena baik
kelompok kasus maupun kontrol dipilih oleh
peneliti.
4.Tidak dapat memberikan incidence rate (rasio insidens)
C.
STUDI cohort/KOHORT
• Bila pada
studi kasus kontrol
dimulai dengan
mengidentifikasi efek (penyakit)
kemudian
menelusuri (retrospektif) apa faktor
resikonya
,• Pada
studi kohort
dimulai dengan
mengidentifikasi kausa atau faktor resiko
,
kemudian
secara prospektif
selama periode
tertentu
diikuti
dengan
mencari
ada
atau
tidaknya efek (penyakit
).Menggunakan studi kohort, peneliti akan dapat menentukan insidens efek atau penyakit yang timbul akibat pajanan faktor resiko. Oleh sebab
Penelitian Kohort dapat dikembangkan lagi rancangannya menjadi
a. Kohort retrospektif atau kohort historik
b. Kohort berganda (Double Cohort Study)
c. Nested case-control study
a.Kohort retrospektif atau kohort historik
studi kohort prospektif, hanya faktor resiko dan efek telah terjadi pada
waktu lampau.
B. KOHORT BERGANDA (Double Cohort Study)
DATA BERASAL DARI : MEDICAL
RECORD ATAU DATA SEKUNDER LAINNYA
Disebut juga studi kohort dengan pembanding
Peneliti mengamati kelompok subyek dari populasi yang berbeda, yaitu kelompok dengan faktor resiko DAN kelompok lain tanpa faktor resiko
B
PROSPEKTIF RETROSPEKTIF
C. NESTED CASE –CONTROL STUDY.
Sebenarnya penelitian ini adalah penelitian kasus-kontrol atas data-data dari penelitian kohort yang telah dilakukan.
Karena ketika melakukan penelitian dengan menggunakan
desain kohort, diperoleh dugaan adanya variabel tententu
sebagai faktor resiko yang berpotensi menimbulkan
penyakit.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STUDI KOHORT
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Baik untuk menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek secara temporal.
2. Merupakan desain terbaik untuk menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
3. Desain terbaik untuk kasus-kasus yang bersifat fatal dan progresif.
4. Dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor resiko tertentu.
5. Karena pengamatan dilakukan secara kontinyu dan waktu yang lama, studi kohort sesuai untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat.
1. Memerlukan waktu yang lama, sarana yang lengkap dan biaya yang mahal.
2. Seringkali rumit, sehingga kurang efisien untuk meneliti aksus yang ajrang terjadi.
3. Adanya ancaman drop-out atau terganggunya analisis hasil akibat perubahan intensitas pajanan atau faktor resiko.
Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai desain cross-sectional,
case-control dan cohort serta retrospektif maupun prospektif, digambarkan dalam
bagan berikut
CROSS
SECTIONAL SECTIONALCROSS
CASE
Masa lalu Masa Kini Masa datang