• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN INDUSTRI KEUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN INDUSTRI KEUA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN INDUSTRI KEUANGAN ISLAM

A. PENDAHULUAN

Selama beberapa dekade terakhir, perkembangan keuangan Islam menunjukka perubahan dan dinamika dramatis yang cepat. Sebagai bagian instrumen pengembang aktivitas di bidang ekonomi, beragam tantangan dihadapi sistem keuangan Islam, seperti pada aspek teoritis, operasional dan implementasi.1

Hambatan-hambatan ini jika tidak tertangani dengan baik akan berdampak pada perkembangan industri keuangan Islam yang tidak efisien.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan fungsi kepatuhan syariah di industri keuangan syariah, dimana fungsi kepatuhan merupakan tindakan dan langkah yang bersifat ex-ante (preventif), untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Islam sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, fatwa DSN dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.2 Hal ini dilakukan untuk mengontrol

operasional perbankan syariah serta menjadikan bank syariah agar tidak keluar dari koridornya dan sebagai langkah untuk meminimalisir risiko perbankan lainnya.

B. FUNGSI KEPATUHAN PERBANKAN

Kepatuhan (compliance) sudah menjadi suatu keharusan bagi bisnis perbankan. Hal ini karena bisnis perbankan merupakan bisnis kepercayaan (trust). Bagi perbankan, reputasi menjadi bagian yang sangat penting untuk menjamin peningkatan kinerja secara berkesinambungan. Reputasi suatu bank yang baik dapat terbangun jika dan hanya jika bank tersebut mampu menjalankan peran fungsi kepatuhan dengan baik pula. Tidak terkecuali pada industri perbankan syariah.

1. Arti Penting Fungsi Kepatuhan

Kepatuhan terhadap hukum, norma-norma dan aturan-aturan membantu memelihara reputasi bank-bank, sehingga sesuai dengan harapan dari para nasabah, pasar dan masyarakat secara keseluruhan. Bank yang lalai menjalankan peran dan

1 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam: teori dan Praktek, terj. Oleh A.K. Anwar, (Jakarta : prenada media Group,2008), h.373

(2)

fungsi kepatuhan akan berhadapan langsung dengan apa yang dikenal dengan

compliance risk yang didefiniska oleh Basel Commitee on Banking Supervision sebagai risiko hukum atau sanksi-sanksi hukum, kerugian keuangan/materi atau tercermarnya reputasi bank sebagai akibat dari pelanggaran terhadap hukum, regulasi-regulasi, aturan-aturan, dihubungkan dengan norma-norma organisasi yang menjadi aturan internal suatu bank. Sementara Bank Indonesia (BI) mendefiniskan risiko kepatuhan sebagai risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah.

Namun demikian, yang perlu dipahami betul adalah kepatuhan yang lahir dari sebuah tekanan yang semata-mata karena regulasi akan menghasilkan kepatuhan semu. Kepatuhan semu adalah kepatuhan yang terjadi dan berjalan tanpa pengertian, tanpa “ruh” dan akan sangat mudah berubah berupa pencarian celah-celah untuk rekayasa (tidak patuh) manakala tekanan dan pengawasan mengendur. Oleh karena itu, kepatuhan harus dibangun menjadi sebuah budaya (culture) dan menjadi sebuah mekanisme kerja individual dalam arti terinternalisasi dan terorganisasi secara instinktif. Bank Indonesia menjelaskan bahwa budaya kepatuhan sebagai nilai, perilaku, dan tindakan yang mendukung terciptanya kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah. Untuk itu, harus dibimbing oleh sebuah perangkat aturan yang benar dan cukup. Benar dalam arti peraturan itu dilandasi input-input yang representatip, diproses dan dilahirkan secara benar serta cukup dalam arti telah mempertimbangkan segala segi termasuk sifat-sifat futuristiknya..

2. Pengertian Risiko Kepatuhan

Bank Indonesia memberikan pengertian bahwa risiko kepatuhan

(compliance risk) adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksankan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

(3)

menjalankan kepatuhan untuk melaksanakan hukum, regulasi, kode etik dan norma-norma dari praktik terbaik.

3. Kerangka Dasar Kepatuhan Syariah

Secara umum, konsep dasar fungsi kepatuhan berfungsi sebagai pelaksana dan pengelola risiko kepatuhan yang berkoordinasi dengan satuan kerja dalam manajemen risiko. Fungsi kepatuhan melakukan tugas pengawasan yang bersifat preventif dan menjadi elemen penting dalam pengelolaan dan operasional bak syariah, pasar modal, asuransi, pegadaian syariah, lembaga keuangan syariah non-bank (koperasi jasa keuangan syariah), serta lembaga keuangan Islam lainnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur yang dilakukan oleh perbankan Islam telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk telah sesuai juga dengan prinsip syariah bagi industri-industri keuangan Islam.

Kepatuhan syariah adalah bagian dari pelaksanaan framework manajemen risiko, dan mewujudkan budaya kepatuhan dalam mengelola risiko perbankan Islam. Kepatuhan syariah (syariah compliance) merupakan manifestasi pemenuhan seluruh prinsip syariah dalam lembaga yang memiliki wujud karakteristik, integritas, dan kredibilitas di bank syariah. Dimana budaya kepatuhan tersebut adalah nilai, perilaku dan tindakan yang mendukung terciptanya kepatuhan bank syariah terhadap seluruh ketentuan regulasi dan prinsip syariah. 3

Elemen yang memiliki otoritas dan wewenang dalam melakukan pengawasan terhadap kepatuhan syariah adalah Dewan pengawas Syariah (DPS) yang terdiri dari pakar syariah yang mengawasi aktivitas dan operasional institusi finansial untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. dewan syariah mengemban tugas dan tanggungjawab besar dan berfungsi sebagai bagian stakeholders. Keberadaan dewan pengawas syariah memiliki lima isu tata kelola perusahaan, yaitu independen, kerahasiaan, kompetensi, konsistensi, dan keterbukaan. 4

3 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 Tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum, diakses pada tanggal 31 Maret 2015

(4)

Pelaksanaan fungsi kepatuhan harus menekankan pada peran aktif dari seluruh elemen organisasi kepatuhan dalam lembaga karena kepatuhan merupakan tanggung jawab bersama yang dilaksanakan oleh seluruh pengelola.

4. Risiko Ketidakpatuhan Syariah

Risiko ketidakpatuhan syariah adalah risiko yang timbul dari kegagalan bank syariah untuk mematuhi aturan dan prinsip-prinsip syariah yang ditetapkan oleh penasehat bank syariah. Kepatuhan syariah sangat penting untuk operasi bank syariah dan persyaratan kepatuhan tersebut harus menembus seluruh organisasi, produk dan aktivitas mereka. Sebagai penyedia layanan perbankan, kepatuhan syariah menjadi masalah yang sangat prinsip dan termasuk dalam kategori prioritas yang lebih tinggi dibandingkan risiko-risiko perbankan lainnya. Perbankan syariah harus memastikan bahwa mereka telah mematuhi setiap aturan dan prinsip syariah dengan benar.

Fakta empiris membuktikan bahwa tidak ada satu bank pun di dunia ini yang mampu survive secara sustainable dengan cara mengabaikan risiko kepatuhan ketika menjalankan usaha. Banyak kerugian yang akan ditanggung oleh suatu bank ketika melanggar kepatuhan. Bahkan, cepat atau lambat, bank-bank yang mengabaikan fungsi kepatuhan akan mengalami kehancuran, tidak terkecuali yang terjadi di Indonesia. Kasus-kasus seperti Bank Duta, Bank Global ataupun Bank Asiatic merupakan sedikit contoh dari sejumlah kejadian yang menunjukan bahwa risiko kepatuhan bukan saja berdampak pada risiko hukum melainkan juga pada risiko-risiko lain yang berujung pada kehancuran lembaga itu. Secara lebih luas lagi, ketidakpatuhan perbankan nasional berpengaruh secara signifikan terhadap stabilitas perekonomian nasional. Kisruh krisis multidimensi yang melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997 beberapa tahun lampau adalah bukti nyata. Pakar perbankan menjelaskan bahwa kelalaian perbankan nasional dalam menjalankan peran dan fungsi kepatuhan yang inheren dengan sistem perbankan nasional saat itu, seperti : 5

1) Pengawasan Intern yang kurang memadai 2) Pelanggaran oleh pemilik/manajemen bank

3) Kurangnya ketaatan terhadap ketentuan kehati-hatian

(5)

4) Kecerobohan dalam mengelola bisnis

5) Berbagai penyimpangan yang disengaja; semua itu memberikan dampak yang sangat besar terhadap kehancuran perekonomian nasional secara keseluruhan

Sebaliknya, dengan menjalankan peran dan fungsi kepatuhan secara efektif, suatu perusahaan akan meraih banyak manfaat sehingga mampu meraih dan/atau menangkap peluang-peluang bisnis dari pelaksanaan fungsi kepatuhan. Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang mengoptimalkan peran dan fungsi menajemen kepatuhan secara berkesinambungan dan secara terus menerus akan mampu menjadi value driver bagi bisnis sebuah bank, bukan sekedar untuk menggugurkan kewajiban dari regulator an sich. Maka hal inilah yang hars dilakukan perbankan syariah jika ingin survive dalam menjalankan bisnis keuangan syariahnya

C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN

Fungsi Kepatuhan (Compliance) sangat berkaitan erat dengan Internal Control (kontrol internal) berisi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.

1. Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan Perbankan Nasional

Dalam konteks perbankan nasional, Bank Indonesia menjelaskan bahwa secara garis besar, fungsi kepatuhan bank meliputi beberapa tindakan, sebagai berikut : 6

1) Mewujudkan terlaksananya budaya kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha bank.

2) Mengelola risiko kepatuhan yang dihadapi oleh bank.

3) Memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank telah sesuai dengan ketentuan Bank

(6)

Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlak, termasuk prinsip syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

4) Memastika kepatuhan bank terhadap komitmen yang dibuat oleh bank kepada bank Indonesia dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang.

2. Prinsip Manajemen Risiko Kepatuhan

Untuk melaksanakan manajemen risiko kepatuhan dengan baik maka Basel Commitee on Banking Supervision telah merekomendasikan 10 (sepuluh) prinsip, yang intinya dapat dijelaskan, sebagai berikut: 7

Tanggung Jawab Board of Director (BoD), yang meliputi:

Prinsip 1 : BoD Bank bertanggung jawab mengatur manajemen risiko kepatuhan bank. BoD harus menyetujui kebijakan kepatuhan bamk, termasuk mengembangkan dokumen resmi dan fungsi kepatuhan secara efektif. Selama periode satu tahun, BoD dan/atau komite pada tingkat Direksi harus menilai bagaimana bank mengelola risiko kepatuhan secara efektif.

Tanggung Jawab Pejabat Eksekutif, yang meliputi:

Prinsip 2 : Pejabat Eksekutif bank bertanggungjawab terhadap pengelolaan risiko kepatuhan bank yang efektif

Prinsip 3 : Pejabat Eksekutif bank bertanggungjawab untuk mengembangkan dan mengkomunikasikan kebijakan kepatuhan untuk memastikan bahwa hal tersebut sudah dipantau dan dievaluasi serta dilaporkan kepada BoD sebagai suatu upaya untuk mengelola risiko kepatuhan bank.

Prinsip 4 : Pejabat eksekutif bank bertanggungjawab untuk membuat fungsi kepatuhan secara efektif dan permanen sebagai bagian dari kebijakan kepatuhan bank.

Tanggungjawab Unit Fungsi Kepatuhan yang meliputi:

Prinsip 5 : Fungsi kepatuhan bank harus independen

Prinsip 6 : Fungsi kepatuhan bank harus memiliki sumber daya yang memadai untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya secara efektif

(7)

Prinsip 7 : Tanggungjawab fungsi kepatuhan bank harus dapat membantu pejabat eksekutif dalam mengelola risiko kepatuhan secara efektif yang dihadapi oleh bank. Jika terdapat beberapa tanggung jawab yang harus dilakukan oleh pegawai yang berbeda divisi, pembagian tanggung jawab setiap divisi harus jelas.

Prinsip 8 : Hubungan antara internal audit yang harus memperhatikan ruang lingkup yang luas dari aktifitas fungsi kepatuhan sehingga harus menjadi subjek review secara periodik yang dilakukan oleh fungsi internal audit

Tanggungjawab Lainnya meliputi

Prinsip 9 : Issue lintas negara, dimana Bank harus patuh terhadap pelaksanaan hukum dan regulasi-regulasi dalam semua area yuridiksi dimana bisnis dijalankan dan organisasi, struktur fungsi kepatuhan, dan semua tanggung jawabnya haruslah konsisten dengan semua hukum lokal dan persyaratan regulator

Prinsip 10 : Terkait dengan outsourching maka fungsi kepatuhan harus selaras dengan aktivitas manajemen risiko bank. Tugas spesifik dari fungsi kepatuhan dapat dioutsourchingkan, tetapi harus berkenaan dengan hal-hal yang dapat diawasi oleh kepala divisi kepatuhan.

Prinsip-prinsip tersebut telah dijadikan acuan dan/atau berlaku bagi perbankan dunia secara global dan universal. Namun demikian, suatu hal yang sangat penting untuk dipahami bersama adalah ke 10 prinsip kepatuhan itu merupakan prinsip umum yang harus dijadikan acuan ketika melaksanakan peran dan fungsi kepatuhan dalam bisnis perbankan. Namun demikian, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi di suatu negara dan/atau pada suatu bank secara lebih spesifik. Fungsi kepatuhan akan membutuhkan penyesuaian pada setiap institusi. Proposal Basel Commitee lebih mudah diaplikasikan pada bank-bank internasional yang besar, issue kepatuhan (seakan-akan) kurang relevan terhadap institusi-institusi yang kecil, termasuk institusi-institusi yang paling kecil, harus menyesuaikan dengan risiko kepatuhan, meskipun dengan cara masing-masing. Kalangan perbankan haruslah memahaminya sebagai general application yang diterapkan pada sebuah hukum yang spesifik dan kerangka kerja regulator.

(8)

Bank Indonesia menjelaskan proses penerapan manajemen risiko kepatuhan dapat dilakukan melalui proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, serta didukung sistem informasi sebagai berikut: 8

1) Identifikasi Risiko Kepatuhan

Bank harus melakukan identifikasi dan analisis terhadap beberapa faktor yang dapat meningkatkan eksposur risiko kepatuhan, diantaranya:

 Jenis dan kompleksitas kegiatan usaha Bank, termasuk produk dan aktivitas

baru

 Jumlah (vulome) dan materialitas ketidakpatuhan bank terhadap kebijakan

dan prosedur intern, peraturan perundang-udangan dan ketentuan yang berlaku, serta praktik dan standar etika bisnis yang sehat.

Pada tahap identifikasi ini, Bank harus memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent risk) yang terkait dengan pelaksanaan fungsi kepatuhan, termasuk risiko yang bersumber dari cabang-cabang dan perusahaan anak dengan memperhatikan beberapa faktor diatas dengan melakukan identifikasi terhadap semua peraturan yang berkaitan dengan kepatuhan. Karena, pada praktiknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, diantaranya ketentuan kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM), kualitas Aktiva produktif, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN), risiko stratejik terkait dengan ketentuan rencana kerja anggaran tahunan (RKAT) Bank, Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi bank umum, dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu.

2) Pengukuran Risiko Kepatuhan

Pengukuran risiko kepatuhan dilakukan untuk mengukur potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidakpatuhan dan ketidakmampuan Bank dalam memenuhi ketentuan yangberlaku. Besarnya risiko kepatuhan diestimasi berdasarkan kemampuan Bank untuk memenuhi seluruh peraturan pada waktu yang lampau dan yang akan datang. Kegiatan-kegiatan ini termasuk dapat melakukan review

(9)

terhadap semua penalty ataupun denda yang dikenakan regulator kepada bank, dan juga permasalahan hukum (litigasi).

Bagaimana Menilainya? Risiko kepatuhan diukur berdasarkan sejumlah parameter yakni jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan, frekuensi pelanggaran yang dilakukan, perilaku yang mendasari pelanggaran dan parameter Pelanggaran terhadap ketentuan atas transaksi keuangan tertentu.

3) Pemantauan Risiko Kepatuhan

Dalam rangka memastikan pelaksanaan fungsi kepatuhan dan/atau memastikan pelaksanaan peraturan eksternal, termasuk peraturan internal, dapat terlaksana dengan baik maka hasil identifikasi dan pengukuran risiko kepatuhan harus ditindaklanjuti dengan melakukan aktifitas pemantauan. Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa unit kerja yang melaksanakan fungsi Manajemen Risikokepatuhan wajib untuk memantau dan melaporkan risiko kepatuhan yang terjadi kepada direksi Bank, baik sewaktu-waktu pada saat terjadinya risiko kepatuhan maupun secara berkala. Suatu bank dapat membuat laporan hasil pemantauan risiko kepatuhan setiap bulan dan disampaikan kepada pimpinan unit kerja terkait dan direktur kepatuhan untuk dapat ditindaklanjuti dengan baik.

4) Pengendalian Risiko Kepatuhan

Dalam hal bank memiliki kantor cabang di luar negeri, bank harus memastikan bahwa bank memiliki tingkat kepatuhan yang memadai terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara mana kantor cabang bank tersebut berada.

5) Sistem Informasi Manajemen Risiko Kepatuhan

Pelaksanaan sistem informasi manajemen risiko kepatuhan merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki sebuah bank dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan bank dalam rangka penerapan manajemen risikoyang efektif. Sebagai bagian dari proses manajemen risiko, sistem informasi manajemen risiko bank digunakan untuk mendukung pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko

(10)

Dalam melakukan penerapan manajemen risiko untuk risiko kepatuhan, maka selain melaksanakan pengendalian intern sebagaimana dimaksud diatas, bank perlu memiliki sistem pengendalian intern untuk risiko kepatuhan antara lain untuk memastikan tingkat responsif bank terhadappenyimpangan terhadap standar yang berlaku secara umum, ketentuan, dan atau peraturan perundang-undangan

D. KESIMPULAN

Industri keuangan adalah sebuah industri yang sarat akan berbagai macam risiko. Kesemuanya itu haruslah dikelola dengan baik dan benar. Tak terkecuali risiko kepatuhan. Karena risiko kepatuhan inilah yang menjadi tonggak keberlanjutan bisnis keuangan.

(11)

REFERENSI

1. Bank indonesia, “ Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 Tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum”

2. Bankernote, “Alur Proses Manajemen Risiko Kepatuhan”, diakses dari

http://bankernote.com/proses-manajemen-risiko-kepatuhan/, pada tanggal 31 Maret 2015

3. Bankernote, “Fungsi Kepatuhan perbankan – Compliance Principle”, diakses dari

http://bankernote.com/fungsi-kepatuhan-perbankan-compliance/, pada tanggal 31 Maret 2015

4. drbanker, “Penerapan dan Pengawasan Manajemen Risiko Kepatuhan (Compliance)”, diakses pada tanggal 31 Maret 2015

5. Otoritas Jasa Keuangan (OJK), “Regulasi Perbankan” diakses dari

http://www.ojk.go.id/peraturan-bank-indonesia-nomor-13-2-pbi-2011, pada tanggal 31 Maret 2015

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini terdiri dari dua analisis, yaitu analisis untuk mengetahui pengaruh variasi tiga parameter scan yaitu tegangan tabung, arus-waktu

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang judul “Uji Efek Antimikroba Ekstrak

Apabila dikemudian hari terbukti dan atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Ekonomi dan

Kecenderungan bahwa kaderi- sasi konservasi dan konservasi etika seni dan budaya muncul sebagai pilar yang tertinggi di dua fakultas berbeda menunjukkan bahwa pengetahuan

DENPASAR TIMUR,

Penelitian ini difokuskan pada Pengaruh Sikap dan Kepribadian terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Ciamis). Dilatar belakangi karena Sikap pegawai masih

stock ) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang digunakan dalam bekerjanya

Yaitu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran untuk membeli produknya, hal ini