• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA (1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH LANDASAN KEPENDIDIKAN

“LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Kependidikan dengan Dosen

Pengampu : Dr. Zaim El’ Mubarak M.Pd.

Disusun Oleh :

Giyono : 0105513049

Susilo Adi P : 0105513050

Sandi Suranto : 0105513051

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

(2)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Aspek kejiwaan manusia yang juga dikaji khusus dalam ilmu psikologi juga memberikan banyak masukan yang dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan. Pentingnya masalah psikologi dalam pendidikan juga memunculkan kajian ilmu psikologi tersendiri yaitu psikologi pendidikan

Beberapa cabang ilmu psikologi memberikan masukan yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan. Konsep-konsep dalam psikologi sosial yang mempelajari manusia yang merespon dan hidup dalam bingkai sosial memberikan masukan yang dapat digunakan para guru dan para siswa dalam melaksanakan peran dalam hidup bermasyarakat. Demikian halnya dengan psikologi belajar yang memberikan banyak masukan bagaimana melaksanakan belajar yag efektif atau psikologi perkembangan yang memberikan masukan kepada dalam mempelajari tahap dan proses perkembangan manusia, cabang-cabang psikologi ini juga memberikan sumbangsih dalam memberikan masukan sebagai sebuah landasan dalam pendidikan.

Melihat ilmu psikologi memiliki banyak cabang dan konsep yang dapat digunakan dan siimplementasikan dalam pelaksanaan pendidikan khususnya di Indonesia, maka pentinglah kiranya calon pendidik dapat belajar mengenai beberapa konsep dalam ilmu psikologi dan mencoba untuk menerapkannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah satu usaha tersebut kiranya dapat diwujudkan dalam penyusunan makalah landasan psikologi pendidikan.

(3)

1.2.1 Apakah Landasan psikologi dalam pendidikan ? 1.2.2 Apakah yang dimaksud psikologi perkembangan ? 1.2.3 Apakah yang dimaksud psikologi belajar ?

1.2.4 Apakah yang dimaksud Psikologi sosial ?

1.2.5 Apa saja aspek- aspek kesiapan belajar individu ?

1.2.6 Apa implikasi landasan psikologis terhadap kependidikan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian landasan psikologi pendidikan 1.3.2 Mengetahui tentang psikikologi perkembangan

1.3.3 Mengetahui tentang psikologi belajar 1.3.4 Mengetahui tentang psikologis sosial

1.3.5 Mengetahui aspek-aspek kesiapan belajar individu 1.3.6 Apa implikasi landasan psikologis terhadap pendidikan

(4)

Psikologi (dalam Pidarta 2000) atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi alam sekitar .Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat pada manusia itu sendiri.

Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita sedang berkembang sedikit sekali sejajar berkembang dengan tumbuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana sekali.Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani. Dalam perkembangan jiwa dan jasmani ini lah seyoginya anak-anak belajar, sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, punya waktu untuk belajar, belum berumah tangga, belum bekerja dan bertanggung jawab atas kehidupan keluarga. Masa belajar ini bertingkat-tingkat berjalan dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh karena itu layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus juga dibuat bertingkat-tingkat agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.

Pada umumnya diketahui bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari realitas kejiwaan manusia. Sedangkan jiwa adalah ruh dalam hubungannya dengan badan. Hubungan yang dimaksudkan adalah sejauh mampu menggerakkan dan mengendalikan badan, yang bisa dipengaruhi oleh alam sekitar. Jadi, jiwa adalah kendali kehidupan manusia. perkembangan jiwa bisa dipengaruhi oleh badan, dan sebaliknya perkembangan badan bisa dipengaruhi oleh jiwa. Hubungan demikian mendorong perubahan dan perkembangan perilaku. Melalui aktivitas badanlah sifat dan bentuk perilaku dapat diwujudkan.

(5)

dorongan kejiwaan itulah muncul bermacam-macam jenis dan bentuk perilaku. Karena itulah, sebagai suatu bidang studi sosial, psikologi berhubungan secara interdisipliner dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Dari tata hubungan interdisipliner dengan ilmu sosial lainnya, khususnya terhadap pendidikan, psikologi pun memberikan landasan, yaitu dalam hal pembinaan perilaku. Karena pada dasarnya, perbaikan perilaku merupakan sasaran utama penyelenggaraan pendidikan. Sebagai ilmu perilaku, psikologi khusus mengarahkan kegiatan studinya terhadap fenomena kejiwaan. Fakta menunjukkan bahwa karena potensi kejiwaan cenderung mengalami perubahan dan perkembangan secara bertahap, perilaku manusia pun cenderung mengalami perubahan dan perkembangan secara bertahap pula. Oleh sebab itu, pelaksanaan pendidikan dalam hal pengembangan materi pendidikan juga harus disesuaikan dengan tahapan-tahapannya. Dalam hal ini, seluruh kegiatan penyelenggaraan pendidikan dipandang perlu dikembangkan berdasar pada psikologi perkembangan peserta didik.

Pada bab ini secara berturut-turut akan membahas 1) psikologi perkembangan, 2) psikologi belajar, 3) Psikologi sosial, 4) kesiapan belajar dan aspek –aspek individu, dan, 5) Implikasi konsep pendidikan yang kesemuannya memberikan sumbangan atau masukan dalam pelaksanaan pendidikan khususnya di Indonesia.

2.1.2 Psikologi Perkembangan

Ada 3 teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah: (Nana Syaodih, 1998)

1. Pendekatan Pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Pada setiap tahap-tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda yang berbeda dengan cirri-ciri pada tahap –tahap yang lain. 2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu- individu itu

(6)

jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, agama, status sosial ekonomi, dan sebagainya.

3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.

Dari ketiga pendekatan ini yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.

Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu yang bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan. Sebagai factor yang diperitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan. Sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbangkan factor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.

Menurut Crijns (tt.) Periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai berikut.

1. Umur 0-2 tahun disebut masa bayi. Pada masa ini si bayi sebagian besar memanfaatkan hidupnya. Untuk tidur, memandang , dan mendengarkan, kemudian belajar merangkak, dan berbicara.

2. Umur 2-4 tahun disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak sudah mulai bisa berjalan menyebut beberapa nama, pengamatan yang mula-mula global, kini sudah bisa mulai melihat struktur, permainan-permainan mereka bersifat fantasi, masih suka menghayal sebab belum sadar akan lingkungannya. Mereka mengalami egosentris, sebab menurut anak ini semua orang dan benda-benda lain disekelilingnya adalah untuk kepentingan dirinya. Masa krisis kemudian muncul ketika ia telah sadar bahwa bukan semuanya untuk dirinya, tetapi ia tetap tidak mengerti apa fungsi benda-benda dan orang itu. Membuat anak-ini bingung dan ragu-ragu.

(7)

dan melakukan tindakan-tindakan konstruktif. Kesadaran akan lingkungan yang sebenarnya mulai muncul. Namun objektifitas ini masih dipengaruhi oleh subjektivitasnya sendiri sehingga ia atau mereka suka pada dongeng-dongeng.

4. Umur 9-13tahun disebut masa Robinson Crusue ( nama seorang Petualang). Dalam masa ini mulai berkembang pemikiran kritis, nafsu persaingan minat-minat , dan bakat. Mereka ingin mengetahui segala sesuatu secara mendalam, suka bertanya, dan menyelidiki. Hidup mereka berkelompok-kelompok. Anak laki-laki berpisah dengan anak-anak perempuan. Mereka memainkan peran-peran nyata seperti yang mereka lihat dimasyarakat. Mereka suka mengoda, mengejek, dan sebagainya. Maka mereka juluki dengan masa kejam.

5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan. Misalnya anak – anak ini mulai tertuju kedalam dirinya sendiri, mereka mulai belajar bersolek, suka menyendiri, melamun dan dan segan olahraga. Mereka glisah, cepat tersinggung suka marah, marah, keras kepala, acuh tak acuh, dan senang bermusuhan. Terhadap jenis kelamin lain, mereka ingin sama-sama tahu, tetapi masih canggung.

6. Umur 14- 18 tahun disebut masa puber. Mereka kini mulai sadar akan pribadinya seorang bertanggungjawab. Mereka sadar akan hak-hak segala kehidupan dalam lingkungannya. Mereka mulai tahu bahwa setiap orang punya jalan dan arah hidup sendiri-sendiri, seperti mengapa dia ada, dan apa mengoreksi dirinya sendiri, seperti mengapa dia ada dan apa hubungannya dengan dunia ini , tetepi sering diakhiri dengan hubungan dunia ini, tetapi sering diakhiri dengan kegelisahan ,kesedihan, dan kadang-kadang putus asa. Mereka takut akan dicampuri orang dewasa, ia hanya berhubungan dengan teman-teman seperasaan. Mereka menemui nilai-nilai hidup itu, tetapi mereka juga cepat beralih kenilai-nilai hidup itu, tetapi mereka juga cepat beralih kenilai-nilai hidup yang lain. Ini merupakan periode pembentukan cita.

(8)

nilai-nilai yang sudah dipastikannya. Namun mereka belum berpengalaman maka timbullah sikap radikal, ingin menolak, mencela dan merombak-hal-hal yang tidak disetujuinya dalam politik, agama, sosial, kesenian dan sebagainya. 8. Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insaf bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya. Mereka mulai berhati-hati.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak perempuan rata-rata berkembang tiga tahun lebih cepat daripada anak laki-laki.Hal ini sering kali dalam kenyataan sehari-hari anak perempuan kelihatan lebih dewasa daripada anak laki-laki yang sebaya.

Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap, yaitu : 1. Masa bayi dari 0-2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik. 2. Masa anak dari 2-12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup

manusia primitif.

3. Masa pubertas dari 12-15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.

4. Masa adolesen dari 15-25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.

Havinghurst menyusun fase-fase perkembangan (Mulyani, 1988) sebagai berikut :

1. Tugas masa perkembangan masa kanak-kanak :

Belajar berkata, makan makanan padat, berjalan, belajar mengendalikan gerakan badan, mempelajari peran jenis kelaminnya sendiri, stabilitas fisiologi, membentuk konsep sederhana tentang sosial dan fisik, belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang lain, serta belajar membedakan yang benar dengan yang salah.

2. Tugas perkembangan masa anak :

(9)

membuat kebebasan diri, dan mengembangkan sikap terhadap kelompok serta lembaga-lembaga sosial

3. Tugas perkembangan masa remaja :

Membuat hubungan-hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, memperoleh peransosial yang cocok dengan jenis kelaminnya, menggunakan badan secara efektif, mendapatkan kebebasan diri dan ketergantungan pada orang lain, memilih dan menyiapkan jabatan, mendapatkan kebebasan ekonomi, mengadakan persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga, mengembangkan keterampilan dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga Negara yang baik, mengembangkan perilaku bertanggung jawab, dan memperoleh seperangkat nilai serta etika sebagai pedoman berperilaku. 4. Tugas perkembangan masa dewasa awal :

Memilih pasangan hidup, belajar hidup rukun suami istri , memulai kehidupan mempunyai anak, belajar membimbing dan merawat anak, mengendalikan rumah tangga, melaksanakan suatu jabatan atau pekerjaan, belajar bertanggungjawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok sosial yang tepat serta menarik.

5. Tugas masa perkembangan setengah baya :

Bertanggung jawab sosial dan menjadi warga Negara yang baik, membangun dan mempertahankan standar ekonomi, membina anak remaja agar menjadi orang dewasa dan bertanggungjawab serta bahagia, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, membina hubungan suami istri sebagai pribadi, menerima serta menyesuaikan diri dengan perubahan fisik diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan pertambahan umur.;

6. Tugas perkembangan orang tua :

(10)

Tugas perkembangan di atas memberi kemudahan kepada para pendidik pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk :

1. Menentukan arah pendidikan

2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya

3. Menyiapkan materi pelajaran yang tepat

4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu. Menurut Piaget ada empat tingkat perkembangan kognisi, (Mulyani 1988, Nana Syaodih 1988, dan Callahan 1983) yaitu :

1. Periode sensorimotor pada umur 0-2 tahun : kemampuan anak hanya terbatas pada gerak-gerak refleks, mulai menyebutkan objek-objek tertentu.

2. Periode praoperasional pada umur 2-7 tahun : perkembangan bahasa anak sangat pesat namun analisis rasional belum berjalan.

3. Periode operasi konkret pada umur 7-11 tahun : mereka sudah bisa berpikir logis, sisitematis, dan memecahkanmasalah yang bersifat konkret.

4. Periode operasi pada umur 11- 15 tahun : anak sudah dapat berfikir logis terhadp masalah yang konkret maupun abstrak

Teori perkembangan Pieget bermanfaat bagi pendidikan dalam mengorganisasi materi pelajaran dan proses belajar yang berkaitan dengan upaya pengembangan kognisi.Konsep ini berkaitan dengan perkembangan kognisi menurut Brunner, (Toeti Soekamto, 1994 )

1. Tahap enaktif, anak melakukan aktifitas dalam upaya memahami lingkungan 2. Tahap ikonik, anak memahami dunia melalui gambaran dan visualisasi verbal 3. Tahap simbolik, Anak memiliki gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh

bahasa dan logika

Brunner mengatakan bahwa perkembangan kognisi seseorang bisa dimajukan dengan jalan mengatur bahan pelajaran, antara lain dengan kurikulum spiral. Lawrence Kohlberg mengembangkan teori moral kognisi atas dasar teori Pieget.Menurutnya ada 3 tinkat perkembangan moral kognisi (McNeil,1977 dan Nana Syaodih,1988)

1. Tingkat Prekonvensional

(11)

2. Tingkat konvesional

a. Tahap orientasi anak baik

b. Tahap orientasi mempertahankan peraturan dan norma sosial 3. Tingkat post konvensional

a. Tahap orientasi kontrak sosial yang legal, yaitu tindakan yang mengikuti standar masyarakat dan mengkonstuksi aturan baru

b. Tahap orientasi prinsip etika universal, yaitu tindakan yang melatih kesadaran mengikuti keadilan dan kebenaran universal

Dalam aspek afeksi , Ericson mencoba menyusun perkembangannya terdiri atas 8 tahap ,yaitu (Mulyani,1988) :

1. Bersahabat vs menolak pada umur 0-1 tahun :Bayi yang diasuh dengan kasih sayang dan kebutuhan terpenuhi akan merasa bersahabat dengan orang disekitarnya. Sebaliknya bila ia disia-siakan dan kebutuhannya tidak terpenuhi maka ia akan menentang kingkungan.Perasaan ini akan terbawa ketingkat perkembangan berikutnya

2. Otonomi vs malu dan ragu-ragu pada umur 1-3 tahun

Anak merasa memiliki otonomi dan kebanggan,Ia merasa dapat mengendalikan ototnya mengendalikan diri dan lingkungan,Tetapi bila orang tua terlalu memanjakan timbul malu-malu dan keragu-raguan anak tentang kemampuannya 3. Inisiatif vs perasaan bersalah pada umur 3-5 tahun

Anak banyak berinisiatif manakala diberi kesempatan oleh orang tuanya,karena mereka punya kemampuan lebi besar.Orang tua perlu memberikan kesempatan,kebebasan,dan menjawab segala pertanyaannya,apabila tidak diperlakukan seperti itu mereka akan merasa guilted (bersalah)

4. Perasaan produktif vs rendah diri pada umur 6-12 tahun

Anak ini cinta pada orang tua yang berlawan jenis dan ada rasa persaigan dengan sama jenis kelamin,Jika mereka dihargai can diberi hadiah membuat peran produktif berkembang,Tetapi anak yang bodoh cenderung punya perasaan rendah diri.

5. Identitas diri vs kebingungan pada umur 12-18 tahun

(12)

Usia ini sudah bisa intim dalam suami istri dan mampu berbagi rasa pada orang lain.Keberhasilan ini tidak hanya tergantung pada perlakuan orang tua ,melainkan juga pada temannya bergaul ,Apabila tidak berhasil ia akan mengisolasi diri 7. Generasi dan kesenangan pribadi pada umur 25-45 tahun

Orang seumur ini sudah mulai memikirkan generasi muda,masyarakat,dan dunia tempat generasi ini tinggal

8. Integritas vs putus asa pada umur 45 tahun keatas

Integritas muncul apabila orang ini dapat membawa diri secara memuaskan dalam pergaulan ,apabila tidak,orang ini akan berputus asa

Seperti halnya dengan perkembangan kognisi,perkembangan afeksi ini juga memberi kemudahan kepada para pendidik dalam mengembangkan afeksi anak juga dalam mempengaruhi afeksi orang dewasa.Sehubungan dengan hal ini perlu dikemukakan simpulan Baller dan Charles berikut (Mulyani,1988) :

1. Anak yang berasal dari keluarga yang memberikan layanan baik,akan bersikap ramah,luwes,bersahabat dan mudah bergaul

2. Anak yang dilahirkan dalam keluarga yang menolak kelahiran,Akan cenderung menimbulkan masalah,agresif,menentang orang tua dan sulit diajak berbicara 3. Anak yang diasuh oleh keluarga yang acuh cenderung bersikap pasif dan kurang

popular

Konsep perkembangan yang dibahas terakhir ini berasal dari Gagne yang disebut sebagai perkembangan kemampuan belajar.Perkembangan itu adalah, (McNeil ,1977) :

1. Multideskriminasi yaitu belajar membedakan stimulasi yang mirio 2. Belajar konsep yaitu belajar membuat respon sederhana

3. Belajar prinsip yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan konsep

4. Pemecahan masalah yatu belajar mengombinasikan dua atau lebih prinsip untuk memperoleh sesuatu yang baru.

2.1.2 Psikologi Belajar

(13)

1. Kontiguitas, Memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan,beberapa kali secara berturut-turut

2. Pengulangan,situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktikan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat

3. Penguatan,dengan memberi hadiah dapat mempertahankan dan menguatkan respon itu

4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar

5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak 6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar 7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar

8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor dalam pengajaran Ada sejumlah teori belajar yang bila dibuat secara sistematika adalah :

b. Pengkondisian ( Condisionong )Instrumental c. Pengkondisian ( Condisioning ) Operan d. Penguatan

Teori belajar modern di atas dapat pula dibagi dua kelompok yaitu : 1. Behavioris yang mencakup nomor a-d

2. Kognisi mencakup e-j

(14)

humanistik yaitu manakala daya-daya itu dilatih maka akan semakin kuat dan apabila sudah kuat maka individu bersangkutan dengan mudah dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Dalam teori ini lebih menekankan keseluruhan sebagai potensi individu secara utuh, kalau seseorang menguasai sesuatu yang bersifat umum, maka dengan mudah bisa ditransfer atau diterapkan pada hal-hal yang bersifat khusus.

Teori belajar naturalis atau aktualisasi diri, potensi anak dapat berkembang sendiri dengan baik secara alami dengan alam bebas, pendidik perlu menciptakan situasi yang permisif atau rileks.Teori belajar klasik apersepsi, manusia dipandang sebagai suatu struktur yang bisa berubah dan bertambah jika orang yang bersangkutan belajar.Langkah-langkah belajar menurut Herbart adalah

1. Pendidik harus mengadakan persiapan dengan cermat

2. Pendidikan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga anak merasa jelas memahami pelajaran

3. Asosiasi-asosiasi baru terbentuk antara materi yang dipelajari dengan struktur jiwa atau apersepsi anak yang telah ada

4. Mengadakan generalisasi , pada saat ini terbentuklah suatu struktur baru dalam jiwa anak

5. Mengaplikasikan pengetahuan yang baru didapat agar struktur terbentuk semakin kuat.

Teori belajar R-S Bond atau asosiasi, dimana S adalah stimulus dari luar diri seseorang.R adalah respon orang bersangkutan, sedangkan Bond adalah hubungan atau asosiasi.Berkaitan dengan teori belajar Asosiasi ,Thorndike mencetuskan tiga hokum belajar sebagai berikut :

1. Hukum kesiapan, Artinya semakin siap anak itu semakin mudah terbentuk hubungan antara stimulus dengan respon

2. Hukum latihan atau pengulangan.Hubungan antara stimulus dengan respon akan terbentuk bila hubungan itu sering diulang atau dilatih berkali-kali

(15)

Tokoh teori belajar pengkondisian instrumental ini adalah Watson dan Thorndike.Belajar menurut mereka adalah masalah melekatkan atau menguatkan respon yang benar dan menyisihkan respon yang salah akibat pemberian hadiah dan tidak dihiraukannya konsekuensi respon yang salah.Teori belajar ini dapat diterapkan pada anak-anak yang belum sadar akan pentingnya belajar kepada anak-anak yang malas dan kepada mereka yang belum paham akan tugas-tugas di rumah maupun di masyarakat.

Teori belajar pengondisian operan oleh Skinner yang memberikan kondisi sesudah terjadinya respons.Teori belajar penguatan oleh Hull yang memberikan penguatan pada respon-respon yang benar atau yang sesuai dengan harapan yang berupa penguatan positif dan negatif. Teori-teori ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan tingkah laku yang nyata , tetapi untuk belajar memahami sesuatu yang rumit, memecahkan masalah, mengkreasikan sesuatu cukup sulit untuk melaksanakannya.

Teori kognisi ciptaan Brunner (Connel, 1974) yang menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa yang telah ia alami dan pelajari yaitu untuk memahami tingkah laku seseorang. Teori belajar bermakna oleh Ausubel yang lebih menekankan pentingnya konsep dan prinsip umum untuk belajar dan mengingat.Teori Gestalt memandang anak-anak telah memiliki sikap dan keterampilan yang kompleks dari hasil belajarnya. Teori lapangan atau ruang kehidupan dalam belajar oleh Lewin yang menjelaskan perilaku manusia melalui cara mereka merespon terhadap factor-faktor lingkungan terutama lingkungan sosial.

Teori belajar kuantum adalah teori belajar yang berusaha membuat peserta didik merasa antusias dengan lingkungan yang kondusif, individualitas peserta didik, materi yang menantang, suasana wajar, serta pendidik dan peserta didik sama-sama tidak merasa tertekan.

(16)

Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari seseorang di masyarakat, yang mengombinasikan cirri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander, 1981).

Dalam dunia pendidikan, para pendidik harus mampu membangkitkan kesan pertama yang positif dan tetap positif untuk hari-hari berikutnya.Sikap dan perilaku pendidik sangat penting bagi kemauan dan semangat belajar anak-anak.

Freedman (1981) menyimpulkan bahwa persepsi diri sendiri bersumber dari perilaku kita yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan.Persepsi diri sendiri berkaitan dengan sikap dan perasaan.Sikap dapat ditimbulkan dan dapat muncul secara alami yaitu dengan metode langsung dan dengan metode tidak langsung.Perasaan bersumber dari kondisi fisik mental, dan sebab-sebab dari luar diri individu.Sikap dan perasaan banyak bertalian dengan lingkungan yang mempengaruhi konsep diri seseorang. Motivasi juga salah satu aspek psikologi sosial karena tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk berpartisipasi di masyarakat. Menurut Klinger (Savage, 1991) faktor-faktor yang menentukan motivasi adalah minat dan kebutuhan individu, persepsi akan tugas-tugas individu, dan harapan sukses.

(17)

atau penyaluran agresif ke aktivitas yang bermanfaat dan belajar secara perlahan-lahan menyadarkan diri bahwa agresif itu tidak baik.

Altruisme atau kasih sayang sangat penting dan berguna dalam mendidik anak di rumah. Pendidik perlu belajar dan menanamkan kasih sayang dalam dirinya untuk disebarkan dalam proses pendidikan. Kesepakatan atau kepatuhan juga merupakan factor penting dalam proses pendidikan. Kesepakatan memudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya kesepakatan yaitu :

1. Penjelasan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan 2. Perasaan takut akan disisihkan oleh teman-teman 3. Keintiman anggota-anggota kelompok

4. Besarnya kelompok

5. Tingkat keahlian anggota kelompok 6. Kepercayaan diri masing-masing anggota

7. Keakraban dan perbauran anggota-anggota kelompok

8. Komitmen masing-masing anggota kelompok terhadap kewajiban-kewajiban dalam kelompok

Pendidikan tidak boleh mengesampingkan kemungkinan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku seseorang. Kepemimpinan juga dibutuhkan dalam pendidikan, baik dikalangan para pendidik, anak-anak, maupun dalam proses pendidikan itu sendiri.Peranan pemimpin cukup menentukan keberhasilan tugas-tugas kelompok.

2.1.4 Kesiapan belajar dan aspek-aspek individu

(18)

menangkap materi pelajaran baru. Dalam proses pendidikan peserta didik yang harus memegang peranan utama yang mampu berkembang sendiri. Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar sesuai kodratnya dan tidak memaksa. Perlengkap peserta didik sebagai subyek di bagi menjadi lima yaitu watak, kemampuan umum atau kecerdasan umum, kemampuan khusus atau bakat, kepribadian dan latar belakang.

Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik.Kesiapan belajar afeksi harus dikembangkan dengan model pengembangan motivasi sedangkan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat-tingkat perkembangan kognisi mereka.

Aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah rohani dan jasmani. Rohani meliputi umum(agama, perasaan, kemauan, pikiran) dan sosial (kemasyarakatan dan cinta tanah air).Sedangkan jasmani meliputi keterampilan, kesehatam dan keindahan tubuh. Dari semua aspek individu tersebut harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik dan dilayani secara berimbang.

Menurut konsep pendidikan di Indonesia, individu harus berkembang secara total membentuk manusia berkembang seutuhnya dan diwarnai oleh sila-sila pancasila. Berkembang secara total harus memenuhi tiga kriteria yaitu semua potensi berkembang secara proporsional, berimbang dan harmonis, berkembang secara optimal dan berkembang secara integratif. Arah dan wujud perkembangan itu adalah sejalan dengan filsafat pancasila.

2.2.Implikasi konsep pendidikan

(19)

1. Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada sifat afeksi, dan pada kognisi, semuanya memberi petunjuk bagaimana seharusnya ia menyiapkan dan mengorganisasi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar secara sukarela.

2. Psikologi belajar

b. Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk prilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar menyanyi, dan sebagainya.

c. Kognisi cocok untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecah masalah dan untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru.

3. Psikologi sosial:

a. Persepsi diri atau konsep tentang diri sendiri ternyata bersumber dari perilaku yang overdan persepsi kita terhadap lingkungan, dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita. Maka pendidik harus mengembangkan perilaku yang over, persepsi terhadap lingkungan secara wajar dan sikap serta perasaan yang yang positif

b. Pembentukan sikap bisa secara alami, dikondisi dan meniru sikap para tokoh. Pendidik harus membentuk sikap positif anak dalam berbagai hal. c. Sama halnya dengan sikap, motivasi anak-anak perlu dikembangkan pada

saat yang tepat melalui

1) Pemenuhan minat dah kebutuhan 2) Tugas-tugas yang menantang

3) Menanamkan harapan sukses dengan cara sesekali memberikan pengalaman sukses

d. Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti ini harus dikembangkan para pendidik.

(20)

antisosial dengan menanamkan ketertiban, tidak menganggu satu sama lain dan berupaya agar anak tidak-anak tidak mengalami rasa putus asa. f. Pendidk juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan

anak-anak. Sebab kepemimpinan sangat besar peranannya dalam mencapai sukses belajar bersama dan sukses berorganisasi dalam kehidupan seelah dewasa.

4. Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat dipelajari dan diintegrsasikan dengan baik.

5. Kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik serta dilayani secara berimbang.

6. Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga kreteria.

a. Semua potensi berkembang secata proportional atau berimbang b. Potensi-potensi itu berkembang secara optimal

c. Potensi-potensi berkembang secara integratif BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Landasan Psikologis pendidikan adalah berbagai macam teori psikologi yang mendasari pemberian layanan kepada peserta didik dalam pendidikan

2. Pendekatan psikologi perkembangan manusia adalah pendekatan pentahapan, pendekatan diferensial, dan pendekatan ipsatif .

3. Psikologi belajar memberikan memberikan penjelasan akan perihal pendukung proses belajar manusia dan perubahan tingkah laku manusia dipengaruhi hasil belajar

4. Psikologi sosial menjelaskan tentang pengaruh sosial yang memberikan dampak dalam perkembangan manusia

(21)

3.2 Saran

Pembaca sebagai praktisi dalam dunia pendidikan dapat memperhatikan secara lebih seksama perihal cabang-cabang psikologi yang menyangkut perkembangan individu dan mengaplikasikannya dalam pendidikan yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Callahan, Josep F. and Leonard H. Clark.. 1983. Foundations Of Educations. McMillan Publishing. Co.Inc: New York.

Connell, W.F. 1974. The Foundations Of Educations, Third Edition. Ian Novak : Sydney.

Crijns dan Reksosiswojo, t,t. Ilmu Jiwa Anak, Jilid III. Noordhoff Kolff N.V: Jakarta.

Freedman, Jonathan L. et al. 1981. Social Psychology, Fourth Edition . Prentice Hall. Inc, Engllewood Cliffs: New Jersey

Gagne, Robert M. and Lieslie J. Briggs. 1974. Principles of instructional Design, Second Edition. Holt Rinehartand Winston : New York.

Hollander, Edwin P. 1981. Prinsiples and Methods of social Psychology, Fourth Edition. Oxford University Press. Oxford.

(22)

Nana Syaodih Sukmadinata. 1988. Prinsip dan landasan pengembangan kurikulum. Dep P dan K . Ditjen PT. P2LPTK. Jakarta

Pidarta. Made 1996. SD dan teknik-teknik mengajar, pada beberapa sekolah di Australia. Laboratorium administrasi presiden FIP IKIP Surabaya : Surabaya.

Pidarta, Made.2000. Landasan kependidikan. Rineka Cipta.Bandung. Alfa Bet.

Robins, Stephen P. 1982. The Administrative Process. Second Editions. Prentice Hall Of India Private Limited : New Delhi.

Savage, Tom. V. 1991. Discipline for self control. Prentice Hall. New Jersey.

Referensi

Dokumen terkait

Missing value dapat terjadi karena nilainya tidak relevan untuk kasus tertentu, tidak bisa dicatat pada saat data dikumpulkan, atau disebabkan adanya privasi 10

Kemudian Bapak I.B.Wirawan SU, sebagai pembimbing, dalam rutinitas yang sangat padat dengan berbagai aktifitas, masih dapat meluangkan waktu untuk membimbing dengan

sampai semua ikan terendam. - Tutuplan bak dengan papan dan diberi pemberat supaya semua ikan tetap terendam dalam larutan garam. - Bila konsentrasi cairan didalam dan di luar

• Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki potensi biomassa dari limbah hasil pengolahan subsektor perkebunan, kehutanan, dan pertanian yang dapat diubah menjadi energi listrik

Registrasi peserta dimulai pukul 15.00 hari pertama pelatihan. Registrasi peserta dimulai pukul 15.00 hari pertama

[r]

Therefore, we can conclude that reallotmet activities through comparing areas, reshaping into a rectangle could support students understanding of the concept of

Pementasan tidak hanya di Taman Budaya Surakarta melainkan di beberapa tempat dan selalu sukses.Sikap mandiri yang terdapat dalam tari Bedhaya Bengawan dapat