• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kehamilan 2.1.1 Definisi - Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Berat Badan Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kehamilan 2.1.1 Definisi - Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Berat Badan Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kehamilan

2.1.1 Definisi

Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin dan berakhir pada kehamilan bayi (Yongki, 2012).

Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus didalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi dan kelahiran 6 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita hamil adalah “gravida” sedangkan manusia didalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran) (Bobak, 2004).

Masa kehamilan/masa gestasi dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama hari haid terakhir. Kehamilan cukup bulan adalah masa gestasi 37-42 minggu, kehamilan kurang bulan adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu, kehamilan lewat waktu adalah masa gestasi lebih dari 42 minggu, bayi cukup bulan adalah bayi dengan usia gestasi 37-42 minggu. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan usia gestasi

(2)

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

Menurut Suryati (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan adalah antara lain:

1. Faktor fisik yang mempengaruhi kehamilan antara lain :

a. Status kesehatan salah satu faktor yang termasuk faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu hamil, pengaruh status kesehatan terhadap kehamilan terdiri dari penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan (misalnya hyperemesis, gravidarium, preeklamsia/eklamsia), penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan (misalnya penyakit atau kelainan kandungan, penyakit kardiovaskuler, penyakit darah, penyakit saluran napas, penyakit endokrin, dan penyakit menular). Beberapa pengaruh penyakit terhadap kehamilan adalah terjadi abortus, intra uterin fetal death, anemia berat, partus prematur, dimasturia asfiksia, shock dan pendarahan.

(3)

keguguran, anak lahir prematur, berat badan lahir rendah, anak yang dilahirkan juga berukuran lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya.

c. Gaya hidup selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil antara lain: kebiasaan minum jamu yang dapat berisiko membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR, partus prematur dan lain-lain. Efek tersebut terjadi dikarenakan zat-zat yang ada didalam jamu dicampur dengan jenis obat tertentu yang membahayakan kehamilan, kemudian pekerjaan dan aktivitas sehari-hari (misalnya aktivitas yang meningkatkan stres mengangkat sesuatu yang berat, paparan terhadap suhu atau kelembapan yang ekstrim rendah dan tinggi). Kemudian merokok, berhenti merokok atau bahkan menghindari ruangan yang penuh asap rokok adalah merupakan salah satu gaya hidup yang perlu diperhatikan ibu hamil karena akan membantu mempersiapkan awal yang baik bagi bayi. Merokok selama kehamilan berkaitan dengan terjadinya keguguran, kelahiran prematur, dan BBLR.

2. Faktor psikologis pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berpikir dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir. Faktor psikologis yang mempengaruhi misalnya (stressor, dukungan keluarga, penyalahgunaan penggunaan obat).

(4)

proses kehamilan yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin. Dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan baik.

2.1.3 Perubahan umum ibu hamil

Menurut Rina (2011) beberapa perubahan yang terjadi pada ibu hamil antara lain:

a. Pembesaran payudara karena pada awal pembuahan terjadi peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan memberi nutrisi pada jaringan payudara.

b. Sering buang air kecil karena adanya pertumbuhan rahim yang menekan kandung kencing dan perubahan hormonal.

c. Konstipasi karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang efisien.

d. Morning sickness-mual muntah hal ini terjadi karena adanya peningkatan hormonal.

e. Merasa lelah karena tubuh bekerja secara aktif untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan, juga peningkatan hormonal dapat mempengaruhi pola tidur.

f. Sakit kepala merasakan sakit kepala yang lebih sering dari pada biasa, hal mungkin karena rasa mual, kelelahan, lapar, tekanan darah rendah, dan dapat juga karena perasaan tegang bahkan depresi.

(5)

h. Emosional terjadi karena adanya perubahan hormon dan juga tanggungjawab baru sebagai calon ibu.

i. Peningkatan berat badan karena pengaruh dari hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan hormon progesterone yang menyebabkan tubuh menahan air.

Hal yang perlu dihindari ibu hamil antara lain: Nikotin, tar, dan karbon monoksida adalah zat kimia yang berhubungan dengan rokok, kafein dan alkohol yang dapat menambah komplikasi kehamilan. Obat-obatan berbagai jenis obat-obatan bisa mempengaruhi janin dan menyebabkan cacat lahir serta masalah-masalah lain (Rina, 2011).

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin

Menurut Yongki (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin sebagai berikut :

a. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. b. Faktor Lingkungan antara lain adalah gizi ibu hamil, gizi yang jelek lebih

(6)

2.2 Konsep Berat Badan Bayi 2.2.1 Definisi

Berat badan bayi yang dilahirkan ada 4 macam yaitu: Berat badan bayi normal, Berat badan bayi lahir rendah (BBLR), Berat badan lahir sangat rendah dan berat badan bayi ekstrim rendah. Istilah prematur telah diganti menjadi berat badan lahir rendah (BBLR) oleh WHO sejak 1960, hal ini karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Syafruddin, 2009).

Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (Prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil dari pada masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram (Atikah,2010).

2.2.2 Klasifikasi Berat Badan Bayi

Menurut Atikah (2010) Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi Berat badan bayi yaitu:

1. menurut harapan hidupnya:

a. Bayi berat lahir rendah dengan berat lahir 1500-2500 gram

b. Bayi berat lahir sangat rendah dengan berat lahir 1000-1500 gram

(7)

a. Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilannya.

b. Dismaturitas bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan masa kehamilan. Menurut WHO bayi premature adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan kurang dari 2500 gram adalam bayi premature.

Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilannya yaitu berat badan dibawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan Intra uterin, bisa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (Ika, 2010).

2.2.3 Tanda-tanda Berat badan lahir rendah :

Menurut Atikah (2010) bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:

1.Umur kehamilan sama dengan atau kuramg 37 minggu 2.Berat badan sama dengan kurang dari 2.500 gram

3. Panjag badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.

(8)

5. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya. 6. Tumit mengkilap, telapak kaki halus

7. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol (Pada bayi perempuan). Testis belum turun kedalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (Pada bayi Laki-laki).

8. Fungsi otot lemah sehingga bayi kurang aktif

9.Fungsi syaraf yang tidak efektif dan tangisnya lemah.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Berat badan lahir rendah Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelainan premature. Faktor ibu

yang lain adalah umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

Menurut Ika (2010) BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu a. Faktor ibu yaitu penyakit seperti pendarahan antepartum, trauma fisik dan

psikologis, diabetes mellitus. Kemudian usia ibu yaitu usia <16 tahun dan usia >35 tahun, dan multigracvida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.

b. Keadaan sosial yaitu golongan sosial ekonomi rendah dan pengawasan antenatal yang kurang.

c. Penyebab lain yaitu ibu yang perokok, ibu peminum alkohol dan ibu pecandu narkotika.

(9)

2.2.5 Penanganan bayi berat lahir rendah

a. Mempertahankan suhu dengan ketat, bayi berat lahir rendah mudah mengalami hipotermia. Oleh karena itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.

b. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan bayi berat lahir rendah harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu cara pencegahan infeksi yaitu dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi.

c. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada bayi dengan berat lahir rendah belum sempurna, oleh karena itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.

d. Penimbangan ketat, penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan dengan daya tahan tubuh (Syafruddin, 2009). 2.2.6 Upaya menurunkan terjadinya Bayi berat lahir rendah

1.Pencegahan kejadian bayi berat lahir rendah

Menurut Ika (2010) pada kasus BBLR pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali.

b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

(10)

d. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga.

2. Mengurangi Resiko kelainan bawaan

ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan tersebut yaitu :

a. Tidak merokok dan menghindari asap rokok b. Menghindari alcohol

c. Menghindari obat-obatan terlarang

d. Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal e. Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup

f. Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin

g. Menjalani vaksinansi sebagai perlindungan terhadap infeksi. 2.3. Konsep Rokok

2.3.1 Definisi

Menurut Jaya (2009) Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hngga 120 mm dengan diameter 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Yang dimaksud terpapar asap rokok disini adalah jika ibu terpapar asap rokok dari keluarga yang satu tempat tinggal dengan ibu atau dari perokok yang satu tempat kerja dengan ibu. Sehingga disimpulkan bahwa 100% ibu terpapar asap rokok sebagai perokok pasif.

(11)

menghabiskan rokok 11-21 batang perhari dengan waktu 31-60 menit. Perokok ringan menghabiskan rokok < 10 batang perhari dengan waktu 60 menit.

2.3.2 Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok

Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan zat organic berupa gas maupun partikel yang telah didentifikasi dari daun tembakau maupun asap rokok. Bahan tersebut umumnya bersifat toksik, karsignogenik di samping bebrapa bahan yang bersifat radioaktif dan adiktif. Komponen dalam rokok dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu fase gas dan fase tar. Fase gas adalah berbagai macam fase gas berbahaya yang dihasilkan oleh asap rokok terdiri dari drasin, vinilklorida, uretan, formaldehid, nitrosamine,nitrosopirolidin, hydrogen sianid, akrollein, asetaldehida, nitrogen oksida, ammonia pridin, dan karbon monoksida. Fase tar adalah bahan yang terserap dari penyaringan asap rokok menggunakan filter cartridge denga ukuran pori-pori 0,1 nm. Fase ini terdiri dari bensopirin, dibensakridin, dibensokarbasol,piren, fluoranten, hidrokarbo aromatic, polinukreal, naftalen, nitrosamine yang menguap, nikel arsen, nikotin, alkaloid tembakau, fenol dan kresol (Aila, 2012).

2.4. Perokok pasif

(12)

banyak kimia. Perokok pasif akan menghisap asap sampingan yang keluar dari ujung batang rokok yang terbakar, selain itu ia juga akan menghisap bagian dari asap rokok yang dihembuskan oleh siperokok aktif. Asap sampingan ini sangat penting perannya bagi kesehatan siperokok pasif karena jumlahnya yang cukup banyak dan kadar bahannya berbahaya cukup tinggi. Karena rokok yang terbakar menghasilkan asap sampingan sejumlah dua kali lebih banyak dari pada asap utama. Dari satu batang rokok yang dinyalakan akan menghasilkan asap sampingan selama sekitar 10 menit, sementara asap utama hanya akan dikeluarkan pada waktu rokok itu dihisap dan biasanya hanya kurang dari 1 menit (Aditama, 2011).

Zat toksik lebih banyak didapatkan pada asap samping, antara lain CO lima kali lipat, benzopiren tiga kali lipat dan amoniak 50 kali lipat. Beberapa bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam dalam ruangan setelah rokok berhenti (Syahdrajat, 2007).

Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Cheng (2005) yang bertujuam umtuk menilai distribusi jaringan dan kemampuan nikotin mencapai jaringan dan kemampuannya untuk meningkat protein dan DNA pada level paparan tertentu dari sebatang rokok. Penelitian ini menggunakan radioaktif yang berlabel nikotin sebagi tiruan dan sampel dianalisis dengan accelerator mass spectrometry. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa label nikotin muncul pada liver, paru-paru, testis, otak, dan plasenta. Kadar tertinggi muncul pada plasenta. Level kerusakan jaringan terlihan 15-60 menit setelah paparan dan menurun setelahanya.

(13)

Perokok pasif dikenal juga sebagai merokok tanpa sadar, atau menghisap asap rokok di lingkungannya. Adanya paparan asap rokok dilingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Efek terbesar dari paparan asap rokok adalah berat badan bayi yang akan dilahirkan, jika ibu bayi yang tidak merokok rata-rata penurunannya 88 gram, jika ibu bayi yang terpapar berat olaeh asap rokok dilingkungan maka berat bayi yang akan dilahirkan lebih rendah 189 gram dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar (Hruba,2000).

Seorang ibu hamil yang kecanduan rokok atau ibu hamil yang tidak merokok tetapi terkena asap rokok dari lingkungannya selama masa kehamilan, ia berisiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah. Gangguan kehamilan, kematian janin, Dan janin yang lahir cacat adalah resiko yang sangat besar. (Muctar, 2009).

Menurut Dzira (2012) bahaya asap rokok bagi ibu hamil antara lain :

a. Lebih mungkin mengalami kelahiran premature, kompliksai kehamilan, dan kematian bayi saat dilahirkan.

b. Menempatkan bayi pada resiko yang lebih tinggi untuk terkena sindrom kematian bayi mendadak

c. Bayinya mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami penurunan fungsi Paru

(14)

e. Air ketuban lebih awal pecahnya sebelum waktu kehamilan, ini akan mengancam kehamilan janin bahkan ibu hamil tersebut.

f. Menghambat pertumbuhan janin g. Mengurangi produksi ASI.

Orang yag tidak merokok tetapi terpaksa menghisap asap rokok disebut dengan perokok pasif. Asap sampingan ini menjadi sangat penting perannya bagi siperokok pasif karena jumlahnya yang cukup banyak dan kadar bahannya yang berbahaya tinggi antara lain asetonpada asap sampingan adalah 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada asap utam, kadar gas CO sekitar 2,5 sampai 4,7 kali lebih tinggi dan kadar nikotin adalah 1,8-3,3 kali lebih tinggi (Aditama,2011)

Ada 3 zat dalam rokok yang dapat membahayakn janin antara lain:

a. Karbon monoksida bercampur dengan hemoglobin dalam darah, akibatnya jumlah oksigen bagi bayi berkurang.

b. Sianida adalah zat yang beracun dan jika bercampur dengan makan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin.

c. Nikotin mengurangi pergerakan pernapasan fetus, dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh darah arteri pada plasenta dan tali pusat, hingga mengurangi jumlah oksigen ke janin. Kurangnya oksigen dan makanan bergizi menyebabkan cacat pada janin (Suryati, 2011).

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Subsektor yang juga mengalami penurunan indeks yang diterima yaitu subsektor hortikultura sebesar -2.78 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -2.62 persen,

Dan dapat memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan persalinan nifas bayi baru lahir dan keluarga berencana sesuai dengan standar dalam melaksanakan

Pendampingan Penulisan Karya Ilmiah bagi para santri Pesantren Mahasiswa Al- Hikam Malang  Melakukaan koordinasi dengan tim dosen pendamping an penulisan karya tulis

• MOLEKUL LAKTOSA YANG TIDAK DAPAT DISERAP TUBUH KEMUDIAN MASUK KE DALAM USUS BESAR DAN. DIHIDROLISIS OLEH BAKTERI YANG MEMPRODUKSI

Studi penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank ter- hadap Pertumbuhan Laba pada Peru- sahaan Sektor Perbankan,” Penelitian ini merupakan replikasi dari

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan jurnal-jurnal diatas adalah variabel yang digunakan tidak hanya tingkat inflasi, tingkat PDRB dan jumlah pengangguran, tetapi

Berdasarkan hasil kajian kasus yang ada maka di ketahui bahwa hasil evaluasi yang ada menentukan tindakan keperawatan berikutnya, setelah di lakukan evaluasi pada hari

Realitas subyektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu