• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Nilai Tukar Petani Oktober 2017 Provinsi Gorontalo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan Nilai Tukar Petani Oktober 2017 Provinsi Gorontalo"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada bulan Oktober 2017, NTP (NTP Umum) Provinsi Gorontalo tercatat sebesar 106.23 atau mengalami kenaikan sebesar 0.71 persen bila dibandingkan keadaan bulan September 2017 yang tercatat sebesar 105.48. NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 112.02 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P), 110.58 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H), 101.56 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R), 101.80 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 99.86 untuk Subsektor Perikanan (NTN).

 Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 109.05 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 106.23, Provinsi Maluku Utara sebesar 101.77, Provinsi Maluku sebesar 101.30, Provinsi Papua Barat sebesar 101.11, dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 100.76. Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Papua sebesar 93.71, Provinsi Sulawesi Utara sebesar 94.27, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 95.13, dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 95.26. NTP nasional sebesar 102.78 mengalami kenaikan sebesar 0.54 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102.22.

 Pada Oktober 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar -1.80 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga yang signifikan pada satu kelompok pengeluaran rumahtangga, yaitu pada kelompok bahan makanan sebesar -3.79 persen. Sedangkan kelompok makanan jadi naik 0.34 persen, perumahan 0.17 persen, sandang 0.07 persen, kesehatan 0.08 persen, pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0.05 persen, dan trasportasi dan komunikasi 0.07 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Gorontalo pada Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO

Perkembangan Nilai Tukar Petani

Oktober 2017 Provinsi Gorontalo

NTP

(NTP Umum)

Provinsi Gorontalo

pada Bulan Oktober

2017 tercatat

sebesar 106.23

mengalami kenaikan

sebesar 0.71 persen

bila dibandingkan

keadaan Bulan

September 2017

(2)

2

1.

Nilai Tukar Petani (NTP)

NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan yaitu Perikanan Tangkap Nelayan (NTN) dan Perikanan Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Prov. Gorontalo September – Oktober 2017 Per Subsektor serta Perubahannya (2012=100)

Subsektor September 2017 Oktober 2017 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Gabungan

a. Nilai tukar petani (NTP) 105.48 106.23 0.71

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134.24 133.42 -0.61

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 127.27 125.59 -1.32

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134.11 131.69 -1.80

- Indeks BPPBM 111.59 111.77 0.16

Gabungan tanpa Perikanan

a. Nilai tukar petani (NTP) 105.76 106.59 0.79

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134.60 133.82 -0.58

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 127.27 125.54 -1.36

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133.99 131.50 -1.86

- Indeks BPPBM 111.67 111.86 0.16

1. Tanaman Pangan

a. Nilai tukar petani (NTPP) 108.30 112.02 3.44

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 143.01 145.48 1.73

- Padi 125.48 125.97 0.39

- Palawija 158.77 163.02 2.68

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 132.05 129.87 -1.65

(3)

Subsektor September 2017 Oktober 2017 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

- Indeks BPPBM 116.43 116.57 0.12

2. Hortikultura

a. Nilai tukar petani (NTPH) 112.05 110.58 -1.31

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 144.78 140.76 -2.78

- Sayur-sayuran 149.36 145.04 -2.90

- Buah-buahan 122.92 120.35 -2.10

- Tanaman Obat 111.29 109.86 -1.29

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 129.22 127.30 -1.48

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133.57 131.24 -1.75

- Indeks BPPBM 108.74 108.77 0.03

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai tukar petani (NTPR) 102.56 101.56 -0.97

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 135.09 131.54 -2.62

- Tanaman Perkebunan Rakyat 135.09 131.54 -2.62

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 131.72 129.52 -1.67

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135.82 133.09 -2.01

- Indeks BPPBM 112.97 113.19 0.20

4. Peternakan

a. Nilai tukar petani (NTPT) 101.47 101.80 0.32

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 119.66 119.22 -0.37

- Ternak Besar 117.90 117.35 -0.46

- Ternak Kecil 120.73 118.69 -1.69

- Unggas 123.95 123.26 -0.56

- Hasil Ternak 124.70 124.93 0.18

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 117.92 117.12 -0.68

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.45 129.24 -1.68

- Indeks BPPBM 107.33 107.62 0.27

5. Perikanan

a. Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan (NTNP) 100.53 99.86 -0.66

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 127.88 126.30 -1.24

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 127.21 126.48 -0.58

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136.24 135.02 -0.89

- Indeks BPPBM 110.13 110.29 0.15

5.1. Perikanan Tangkap

a. Nilai tukar nelayan (NTN) 106.33 105.27 -1.00

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 135.71 133.60 -1.55

- Penangkapan 135.71 133.60 -1.55

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 127.63 126.91 -0.56

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136.25 135.04 -0.89

- Indeks BPPBM 111.89 112.07 0.16

5.2. Perikanan Budidaya

a. Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) 83.69 84.16 0.56

b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 105.47 105.40 -0.07

- Budidaya air tawar 110.49 109.98 -0.46

- Budidaya air laut 102.84 102.84 0.00

- Budidaya air payau 128.78 130.29 1.17

c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 126.02 125.24 -0.62

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136.20 134.97 -0.90

- Indeks BPPBM 105.08 105.21 0.12

BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Gorontalo pada Oktober 2017, NTP naik 0.71 persen dibandingkan NTP September 2017, yaitu dari 105.48 menjadi 106.23.

(4)

4

Gambar 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Januari 2016 – Oktober 2017

Pada periode Januari 2016 – Oktober 2017, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 sebesar 106,46 dan terendah terjadi pada bulan Juli 2017 sebesar 103.79.

Kenaikan NTP Oktober 2017, didorong oleh naiknya NTP yang cukup signifikan pada 2 (dua) subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 3.44 persen dan subsektor peternakan sebesar 0.32 persen. Sedangkan penurunan NTP terjadi pada subsektor hortikultura sebesar -1.31 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -0.97 persen, dan subsektor perikanan sebesar -0.66 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Pada Oktober 2017 It turun sebesar -0.61 persen dibanding It September 2017, yaitu dari 134.24 menjadi 133.42. Subsektor yang juga mengalami penurunan indeks yang diterima yaitu subsektor hortikultura sebesar -2.78 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -2.62 persen, subsektor peternakan sebesar -0.37 persen, dan subsektor perikanan sebesar -1.24 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada Oktober 2017, Ib mengalami penurunan sebesar -1.32 persen bila dibanding Ib September 2017, yaitu dari 127.27 menjadi 125.59. Penurunan tersebut disebabkan turunnya Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar -1.65 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar -1.48 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -1.67 persen, subsektor peternakan sebesar -0.68 persen, dan subsektor perikanan sebesar -0.58 persen. 102,00 103,00 104,00 105,00 106,00 107,00 NTP

(5)

Meskipun Indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan, namun secara umum Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan penurunan It.

4.

NTP Subsektor

4.1

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada Oktober 2017 terjadi kenaikan NTPP sebesar 3.44 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya It sebesar 1.73 persen dan turunnya Ib yang sebesar -1.65 persen. Kenaikan It pada Oktober 2017 karena naiknya indeks pada kelompok padi sebesar 0.39 persen dan kelompok palawija sebesar 2.68 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah gabah dan jagung. Penurunan Ib sebesar -1.65 persen disebabkan turunnya indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar -1.98 persen, meskipun indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0.12 persen.

4.2

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Oktober 2017, NTPH turun sebesar -1.31 persen. Hal ini disebabkan turunnya It yang lebih tinggi dibanding Ib yaitu sebesar -2.78 persen, sedangkan Ib turun sebesar -1.48 persen.

Penurunan It Oktober 2017 disebabkan turunnya harga pada kelompok komoditas sayur-sayuran sebesar -2.90 persen, kelompok buah-buahan sebesar -2.10 persen, dan kelompok tanaman obat sebesar -1.29 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu bawang merah, cabe rawit, tomat, mangga, pisang, rambutan, dan jahe. Untuk nilai Ib terjadi penurunan sebesar -1.48 persen, yaitu dari 129.22 menjadi 127.30. Hal ini disebabkan turunnya indeks pada kelompok KRT sebesar -1.75 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0.03 persen.

4.3

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada Oktober 2017, NTPR mengalami penurunan sebesar -0.97 persen. Hal ini didorong oleh penurunan It yang lebih besar dari Ib yaitu sebesar -2.62 persen sementara Ib turun sebesar -1.67 persen.

Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks pada komoditi kelapa, kopi, kakao, buah aren/enau, dan kemiri. Penurunan pada Ib dikarenakan turunnya indeks kelompok KRT sebesar -2.01 persen, meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0.20 persen.

4.4

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada Oktober 2017, NTPT naik sebesar 0.32 persen. Hal ini karena penurunan It lebih kecil daripada penurunan Ib yaitu sebesar -0.37 persen sedangkan Ib turun sebesar -0.68 persen.

Penurunan It Oktober 2017 didorong oleh turunnya It pada kelompok ternak besar sebesar -0.46 persen, ternak kecil sebesar -1.69 persen, dan unggas sebesar -0.56 persen. Sementara It

(6)

6

pada kelompok hasil ternak naik sebesar 0.18 persen. Komoditi pada subsektor peternakan yang mengalami penurunan harga adalah komoditi sapi potong, kambing, ayam buras, dan ayam ras pedaging. Sedangkan Ib yang turun sebesar -0.68 persen disebabkan turunnya indeks kelompok KRT sebesar -1.68 persen meskipun indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0.27 persen.

4.5

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada Oktober 2017, NTNP turun sebesar -0.66 persen. It dan Ib mengalami penurunan masing-masing sebesar -1.24 persen dan -0.58 persen. Penurunan It disebabkan turunnya indeks pada kelompok penangkapan ikan dan kelompok budidaya ikan masing-masing sebesar -1.55 persen dan -0.07 persen.

Penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan turunnya indeks kelompok KRT sebesar -0.89 persen meskipun indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0.15 persen.

a.

Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Oktober 2017, NTN turun sebesar -1.00 persen. It turun sebesar -1.55 persen dan Ib juga turun sebesar -0.56 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya harga di sebagian ikan pada kelompok perikanan tangkap (baronang, bawal, cakalang, kembung, kerapu, kurisi, kuwe/bebara, selar, tengiri, terbang, teri, tongkol, tuna, rajungan, dam cumi-cumi). Penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT turun sebesar -0.89 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0.16 persen.

b.

Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Oktober 2017, NTPi naik sebesar 0.56 persen. Hal ini terjadi karena penurunan It yang sebesar -0.07 persen, lebih kecil dari penurunan Ib yang sebesar -0.62 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya harga komoditi pada kelompok budidaya (ikan nila). Penurunan Ib sebesar -0.62 persen disebabkan karena turunnya indeks kelompok KRT sebesar -0.90 persen meskipun kelompok BPPBM naik sebesar 0.12 persen.

5.

Perbandingan Antarprovinsi

Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 109.05 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 106.23, Provinsi Maluku Utara sebesar 101.77, Provinsi Maluku sebesar 101.30, Provinsi Papua Barat sebesar 101.11, dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 100.76. Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Papua sebesar 93.71, Provinsi Sulawesi Utara sebesar 94.27, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 95.13, dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 95.26. NTP nasional sebesar 102.78 mengalami kenaikan sebesar 0.54 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102.22.

(7)

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Kawasan Timur Indonesia dan Persentase Perubahannya Oktober 2017 (2012=100)

Provinsi

It Ib NTP

Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Rasio % Perubahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Papua 119.74 -0.37 127.77 -0.33 93.71 -0.04 Sulawesi Utara 118.97 0.95 126.20 -0.42 94.27 1.38 Sulawesi Tengah 122.00 -0.02 128.25 -0.75 95.13 0.73 Sulawesi Tenggara 120.86 0.70 126.87 -0.62 95.26 1.33 Sulawesi Selatan 129.83 0.62 128.85 -0.12 100.76 0.74 Papua Barat 129.06 0.82 127.65 0.01 101.11 0.81 Maluku 130.56 -0.39 128.88 -0.36 101.30 -0.03 Maluku Utara 129.02 -0.14 126.78 -0.26 101.77 0.12 Gorontalo 133.42 -0.61 125.59 -1.32 106.23 0.71 Sulawesi Barat 133.18 0.09 -122.12 1.27 109.05 1.38 NASIONAL 131.59 0.49 128.03 -0.05 102.78 0.54

6.

Inflasi Perdesaan

Pada Oktober 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar -1.80 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga yang signifikan pada satu kelompok pengeluaran rumahtangga, yaitu pada kelompok bahan makanan sebesar -3.79 persen. Sedangkan kelompok makanan jadi naik 0.34 persen, perumahan 0.17 persen, sandang 0.07 persen, kesehatan 0.08 persen, pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0.05 persen, dan trasportasi dan komunikasi 0.07 persen.

Tabel 3

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Oktober 2017 (2012=100)

Provinsi Bahan Makanan Makanan Jadi Peru-mahan Sandang Kese-hatan Pendidikan Rekreasi dan Olah raga Transporta si dan Komuni-kasi Umum/ KRT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Papua Barat -0.17 0.20 0.15 0.05 -0.04 0.00 0.06 -0.01 Sulawesi Selatan -0.91 0.04 -0.09 0.23 0.30 0.09 0.69 -0.28 Maluku Utara -0.78 -0.01 0.38 -0.08 0.09 0.03 -0.13 -0.34 Papua -0.90 0.22 0.17 -0.37 0.37 -0.01 -0.07 -0.38 Maluku -0.94 0.05 0.06 0.01 -0.09 0.00 0.00 -0.44 Sulawesi Utara -1.34 0.20 0.14 0.01 0.07 0.13 0.15 -0.56 Sulawesi Tenggara -2.15 0.26 0.09 0.07 0.02 0.26 0.04 -0.85 Sulawesi Tengah -2.23 0.01 -0.17 0.04 -0.01 0.01 -0.03 -1.01 Sulawesi Barat -3.65 0.23 0.00 0.23 -0.08 -0.04 0.13 -1.60 Gorontalo -3.79 0.34 0.17 0.07 0.08 0.05 0.07 -1.80 Nasional -0.58 0.20 0.27 0.17 0.16 0.12 0.14 -0.14

(8)

8

Dari kawasan timur Indonesia terjadi deflasi perdesaan di seluruh provinsi (10 provinsi). Deflasi tertinggi yakni Provinsi Gorontalo sebesar -1.80 persen, diikuti oleh Provinsi Sulawesi Barat sebesar -1.60 persen, kemudian Provinsi Sulawesi Tengah sebesar -1.01 persen, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar -0.85 persen, Provinsi Sulawesi Utara sebesar -0.56 persen, Provinsi Maluku sebesar -0.44 persen, Provinsi Papua sebesar -0.38 persen, Provinsi Maluku Utara sebesar -0.34 persen, Provinsi Sulawesi Selatan sebesar -0.28 persen, dan Provinsi Papua Barat sebesar -0.01 persen.

7.

NTUP Subsektor

Pada Oktober 2017 terjadi penurunan NTUP di Provinsi Gorontalo sebesar -0.78 persen. Hal ini disebabkan turunnya It sebesar -0.61 persen sementara Indeks BPPBM naik 0.16 persen. Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada hampir seluruh subsektor, yaitu subsektor Hortikultura sebesar -2.80 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -2.81 persen, subsektor peternakan sebesar -0.64 persen, dan subsektor perikanan sebesar -1.39 persen. Sementara subsektor tanaman pangan naik 1.61 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian September – Oktober 2017 per Subsektor dan Persentase Perubahannya (2012=100)

Subsektor September 2017 Oktober 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 122.82 124.81 1.61

2. Hortikultura 133.14 129.41 -2.80

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 119.58 116.21 -2.81

4. Peternakan 111.49 110.78 -0.64 5. Perikanan 116.12 114.51 -1.39 a. Tangkap 121.29 119.21 -1.71 b. Budidaya 100.37 100.19 -0.18 Gorontalo 120.30 119.36 -0.78 Diterbitkan oleh:

Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo

Jl. Prof. Dr. Aloei Saboe No. 117 Kota Gorontalo

Ir. Abd Asman

Kepala Bidang Distribusi Surel: asman@bps.go.id Website: Gorontalo.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang yang mendasari prosesing benih sistem kering yaitu kondisi cuaca yang tidak menentu dalam melaksanakan prosesing benih sistem basah, seperti hujan,

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

URAIANKEGIATAN PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 4011 Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Ketergnggn ; 01 Meningkatnya penelitian dan pengembangan

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Nilai signifikansi pada variabel pengalaman kerja kuadrat yaitu 0,001 sehingga nilai ini lebih kecil dari 0,01 atau tingkat signifikansi 1%, sehingga dapat diambil

Oleh karena kedua aspek di atas sangat penting dimiliki oleh siswa, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara kedua kemampuan tersebut, yang diharapkan

Hanya saja, Kebun Raya Liwa belum tertata dengan rapih dibandingan dengan Kebun Raya lainnya seperti Kebun Raya Bogor yang sudah memiliki banyak taman koleksi

Asumsi ini didasarkan atas kondisi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan belanja pegawai akan diikuti dengan pemberian DAU yang