BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Usaha sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam mendukung
perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor hasil primer perkebunan yang
memberikan kontribusi kepada negara berupa pemasukan pajak dan dividen.
Perusahaan perkebunan mempunyai andil yang besar dalam menciptakan stabilitas
perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilihat pula dalam peran perusahaan
perkebunan dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Hadirnya perusahaan
perkebunan ditengah-tengah masyarakat memberikan kontribusi riil akan salah satu
permasalahan nasional yaitu pengangguran. Perusahaan perkebunan menggerakkan
masyarakat yang berada disekitar perusahaan untuk melakukan aktivitas yang bersifat
produktif yaitu bekerja. Secara langsung maka peran perusahaan perkebunan adalah
tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan pertumbuhan yang cukup konsisten,
subsektor perkebunan mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi
secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global. Subsektor perkebunan
berperan dalam penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, sumber devisa,
pengentasan kemiskinan, dan konservasi lingkungan.
Keberadaan dan kecukupan modal kerja suatu perusahaan akan sangat
mempengaruhi proses operasionalnya. Modal kerja yang efektif dan efesien akan
mempengaruhi kegiatan operasional dan berpedoman pada rencana kerja yang telah
ditetapkan oleh kebijakan manajemen perusahaan tersebut, baik mengenai
pengolahan maupun pengadaan. Menurut Sawir, (2005:129) modal kerja adalah
keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan
sebagai dana yang yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan
sehari-hari. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai
kegiatan operasinya sehari hari, dimana modal kerja yang telah dikeluarkan itu
diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu
yang pendek melalui hasil penjualan produksinya.
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali
dihadapi oleh perusahaan karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal
kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva.
Menurut Munawir (2002:125), modal dibutuhkan oleh perusahaan untuk
pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai dan lain- lain. Biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan diharapkan dapat kembali dalam waktu singkat melalui
hasil penjualan produksinya.
Adapun manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup menurut Jumingan
(2001:67) adalah sebagai berikut :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan. 8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi
kerjanya sehingga tujuan perusahaan untuk mencapai laba yang maksimal dapat
tercapai.
Kegagalan memperoleh modal kerja akan menimbulkan hambatan, meski hal
itu turut dipengaruhi oleh faktor pengolahan dalam meningkatkan mutu produksi dan
perusahaan, walaupun peranan tersebut selalu berbeda pada masing-masing
perusahaan. Dalam perusahaan industri misalnya, salah satu peranan modal kerja
adalah menjamin kontinuitas perusahaan. Namun pada dasarnya modal kerja dan
modal memiliki hubungan yang sangat erat. Modal, disamping kontinuitas, juga
menjaga likuiditas perusahaan. Faktor-faktor produksi yang termaksud pada
perkebunan menurut Yovita, Hetty dan Indriani (1992;62) adalah tanah, tenaga kerja,
modal dan pengelolaan manajemen
Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja
dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja
yang terdiri dari kas, piutang, persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin.
Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena baik
kelebihan atau kekurangan modal kerja sama- sama membawa dampak negatif bagi
perusahaan. Modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang berasal dari luar atau
ekstern dapat dibelanjai dari kombinasi sumber dana jangka panjang, menengah dan
jangka pendek. Menghubungkan salah satu unsur dari modal kerja dengan salah satu
bentuk sumber dana harus dilakukan dengan sangat hati- hati. Hal ini dapat dilihat
ketika perusahaan mengeluarkan obligasi pada pasar modal maka obligasi tersebut
mungkin kita gunakan untuk berbagai keperluan baik uang kas, piutang dagang
maupun persediaan bahan baku dan tidak untuk salah satu jenis unsur kebutuhan
modal kerja saja. Oleh karena itu sumber dana tersebut membentuk suatu kesatuan
Modal kerja dalam suatu perusahaan adalah sejumlah dana yang harus
berputar secara tetap atau permanen. Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi akan
menyenangkan kreditor jangka pendek karena mereka memperoleh kepastian bahwa
modal kerja berputar dengan kecepatan yang tinggi dan utang akan segera dapat
dibayar meski dalam kondisi operasi yang sulit. Dalam perusahaan tingkat perputaran
modal kerja yang tinggi akibat adanya jumlah modal yang cukup dengan tingkat
penjualan yang tinggi sehingga modal cepat kembali kebentuk semula yaitu kas atau
piutang. Namun ada kalanya perputaran modal kerja yang tinggi akibat perusahaan
kekurangan modal kerja sedangkan tingkat penjualan dalam perusahaan tersebut juga
tinggi. Sedangkan tingkat perputaran modal kerja yang rendah disebabkan karena
banyaknya dana yang tidak dimanfaatkan dalam operasi perusahaan secara efektif
dan efisien dengan tingkat penjualan yang rendah.
Sehubungan dengan hal tersebut dapat diambil suatu cara dimana modal
kerja yang sifatnya permanen sebaiknya dibiayai dengan menggunakan kredit jangka
panjang sedangkan modal kerja yang berubah- ubah dibiayai dengan kredit jangka
cukup jumlahnya atau harus mampu membiayai pengeluaran- pengeluaran
perusahaan dalam kegiatan operasionalnya sehari- hari. Dengan adanya modal kerja
yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, karena disamping memungkinkan
bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien perusahaan juga tidak
mengalami kekurangan atau masalah keuangan. Pengelolaan keuangan yang baik
Operating asset turnover juga merupakan factor yang dapat
mempengaruhi return on equity. Dimana operating asset turnover merupakan rasio
aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas
perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang tersedia yaitu berupa asset.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin efisien penggunaan asset dan semakin cepat
pengembalian dana dalam bentuk kas (Abdul Halim,2007). Total operating asset
turnover merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur
efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio ini rendah maka ini
merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai
bagi kapasitas investasinya. Operating asset turnover merupakan rasio pengelolaan
aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan.
Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran
investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus ditingkatkan. Dengan demikian
perusahaan diharapkan mampu menghasilkan return on equity secara maksimal dari
laba yang dihasilkan (Weston dan Brigham: 1989)
Selain modal kerja, perputaran modal kerja, operating assets turnover,
inventory turnover juga merupakan factor yang mempengaruhi ROE, Inventory
turnover adalah tingkat perputaran persediaan yang mengukur perusahaan dalam
memutar barang dagangannya dan menunjukan hubungan antara barang yang
diperlukan untuk mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan. Jika mengunakan
perbandingan lebih dari satu periode, maka nilai inventory turnover yang semakin
sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan perusahaan digudang. Dalam hal ini
inventory turnover merupakan salah satu cara untuk mengontrol inventory agar tidak
terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak sehingga suatu perusahaan dapat menjalankan
usahanya dengan baik. Menurut Munawir (2007:77), inventory turnover adalah
merupakan ratio atau jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata
persediaan yang dimiliki perusahaan. Ratio ini menunjukan seberapa efisien
perusahaan mengatur inventorynya, yaitu dengan menunjukan berapakali inventory
turnover dilakukan dalam satu tahun. Jenis ratio ini tergantung pada jenis industri
dimana perusahaan berada.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yaitu Apri Daryanti (2003) yang berjudul “ Pengaruh Modal Kerja dan
Total Turnover Asset terhadap Profitabilitas pada Perusahaan PT.Metrodata
Electronics” dimana dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Modal Kerja dan Total
Turnover operating asset secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan profitabilitas yaitu sebesar 64,2%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Astuti
(2005) yang berjudul “ Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap
Return On Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman go public di Bursa
Efek Jakarta Studi empiris tahun 2000 sampai dengan 2003. Dari hasil penelitian
yang dilakukan diperoleh bahwa Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja secara
signifikan berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Sedangkan pada penelitian
Hairuddin (2003) yang berjudul tentang Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran modal
menyimpulkan bahwa kedua variable independen tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Untuk membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah dapat dilihat dari variabel independen yang digunakan,
objek atau perusahaan yang dijadikan sebagai bahan penelitian dan juga tahun
penelitian yang dijadikan sebagai objek penelitian.
Sehubungan dengan uraian latar belakang diatas dan juga melihat kembali dari
penelitian terdahulu bahwa perusahaan sektor perkebunan sangat jarang digunakan
sebagai bahan atau data penelitian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover
dan Inventory Turnover terhadap Return on Equity (ROE) pada Perusahaan
Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai 2013”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Apakah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating
Assets Turnover dan Inventory Turnover berpengaruh terhadap Return on Equity
(ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara
simultan dan secara parsial?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh Modal
terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia secara simultan dan secara parsial.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk sebagai bahan masukan atau bahan
pertimbangan untuk melihat aplikasi yang diterapkan dalam lapangan dengan teori
yang dipelajari peneliti.
2. bagi peneliti,sebagai bahan masukan dalam menambah wawasan khusunya tentang
Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset TurnoverT dan Inventory
Turnover serta implikasinya terhadap Return On Equity ( Pengembalian Modal).
3. bagi perusahaan, manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan atau evaluasi bagi
kebijakan dalam memahami kinerja suatu perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
4. bagi investor atau calon investor manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan untuk
menilai kredibilitas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya
sektor perkebunan dan pembuatan kebijakan- kebijakan di Bursa Efek Indonesia
tersebut.
5. untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk