ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA
PENGUSAHA KECIL DENGAN PERUSAHAAN MODAL
VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA
KECIL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
IRSAN CIPUTRA
100200181
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN
PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING
USAHA KECIL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH: IRSAN CIPUTRA
NIM : 100200181
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Disetujui,
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Windha, S.H., M.Hum. NIP. 197501122005012002
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. Ramli Siregar, S.H.,M.Hum. NIP :19590511198601101 NIP : 195303121983031002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Aspek Yuridis Pola Kemitraan Antara Pengusaha Kecil Dengan Perusahaan Modal Ventura Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil
ABSTRAK
Irsan Ciputra*1
Budiman Ginting** Ramli Siregar***
Usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan usaha kecil. Pengembangan UMKM selalu dihadapkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan permodalan dan manajemen. Kendala akses modal dari perbankan membuat UMKM memilih alternatif pembiayaan Modal Ventura. Modal Ventura adalah pembiayaan yang high risk dan sangat mungkin terjadi kegagalan usaha perusahaan pasangan usaha (UMKM). Seiring dengan berkembangnya kendala-kendala tersebut, muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai peraturan yang mengatur tentang keberadaan lembaga pembiayaan modal ventura di Indonesia, kemudian juga tentang eksistensi lembaga pembiayaan modal ventura sebagai alternatif pembiayaan dalam membiayai usaha kecil. Selain itu, muncul juga pertanyaan mengenai aspek perjanjian kerjasama antara lembaga pembiayaan modal ventura dengan perusahaan kecil dalam suatu pola kemitraan.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis secara normatif kualitatif.
Pada umumnya, unsur-unsur dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara lembaga pembiayaan modal dengan perusahaan yang dibiayainya di Indonesia seperti lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, dan UKM berpedoman pada PerPres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, PerMenKeu Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, dan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang UKM, serta beberapa ketentuan-ketentuan hukum lain yang terkait. Persoalan utama bagi UMKM adalah modal, manajemen, dan teknologi. Adapun kriteria legal atas Perusahaan Pasangan Usaha haruslah berbadan hukum. Pembiayaan Modal Ventura termasuk dalam kategori High Risk Capital maka Perusahaan Modal Ventura harus selalu mengacu pada prinsip kehati-hatian dan selektif dalam memilih mitra usaha agar kegagalan dalam bermitra dapat dikurangi. Bagi pelaku UMKM dituntut untuk meningkatkan jiwa
entrepreneurship-nya khususnya dalam menghadapi persaingan global.
Kata Kunci: Kemitraan, Modal Ventura, Usaha Kecil
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkah dan rahmat yang telah diberikan-Nya selama ini, sehingga Penulis
bisa menyelesaikan karya tulis skripsi ini dengan baik dan benar. Penulisan
Skripsi yang berjudul: Aspek Yuridis Pola Kemitraan Antara Pengusaha Kecil
Dengan Perusahaan Modal Ventura Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha
Kecil adalah untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran dari para pembaca skripsi ini. Kelak dengan adanya saran dan kritik
tersebut, maka penulis akan dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan
berkualitas, baik dari segi substansi maupun dari segi cara penulisannya.
Secara khusus, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua Penulis yang telah membesarkan, mendidik, dan
mendukung Penulis hingga bisa menyelesaikan pendidikan formal Strata Satu
(S1) ini.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K).,
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah mengelola dan
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah memimpin
penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta
membina tenaga pendidik dan mahasiswa di lingkungan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara (USU).
3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah banyak
membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
4. Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum., DFM, selaku Pembantu Dekan
II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah banyak
membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang
administrasi umum.
5. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah banyak membantu
Dekan dalam pelaksanaan kegiatan di bidang pembinaan dan pelayanan
kesejahteraan mahasiswa.
6. Ibu Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan
Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala
saran dan kritik yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi
7. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Departemen
Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah
diberikan dalam perkuliahan.
8. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum
Ekonomi dan Dosen Pembimbing I. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya
atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat
bagi penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi dan
Dosen Pembimbing II. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala
bantuan, kritikan, saran, bimbingan, dan dukungan yang sangat berarti dan
bermanfaat hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
10. Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Orang tua Penulis yang telah menjadi semangat dan faktor pendorong bagi
Penulis dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
12. Seluruh teman Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stanbuk 2010
yang selalu bersama Penulis dalam suka maupun duka pada saat menjalani
masa perkuliahan.
13. Gracious KP, Zepryanto P. Saragih, Michael Timothy, Julia, Derrie Chandra,
Frenky, Septha Lidya Purba, dan sahabat-sahabat seperjuangan dari Grup A
14. Abang dan kakak kelas serta adik-adik kelas Penulis di Fakultas Hukum USU
yang lain.
Medan, 18 September 2014
Penulis
Irsan Ciputra
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAK ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Keaslian Penulisan ... 8
E. Tinjauan Kepustakaan ... 9
F. Metode Penelitian ... 18
G. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA A. Landasan Hukum dan Karakteristik Modal Ventura ... 23
1. Pengertian modal ventura ... 23
2. Landasan hukum modal ventura ... 28
3. Karakteristik modal ventura ... 32
4. Tujuan dan manfaat modal ventura ... 36
B. Bentuk-bentuk Pembiayaan Modal Ventura ... 40
C. Konsep Kelembagaan dan Mekanisme Modal Ventura ... 47
BAB III EKSISTENSI MODAL VENTURA SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN BAGI PENGUSAHA KECIL A. Tinjauan Umum Terhadap Usaha Kecil (Perusahaan Kecil) ... 51
C. Kelebihan dan Kelemahan Perusahaan Modal Ventura
Dalam Melakukan Pembiayaan Terhadap Perusahaan
Kecil ... 65
D. Prospek Perusahaan Modal Ventura Dalam
Membiayai Perusahaan Kecil ... 70
BAB IV POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL
DENGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL
A. Kedudukan Hukum Pengusaha Kecil dan Perusahaan
Modal Ventura Dalam Pola Kemitraan ... 85
1. Konsep kemitraan dalam perjanjian kerjasama
antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal
ventura ... 85
2. Unsur-unsur Perjanjian dalam penyertaan dana
modal ventura terhadap perusahaan pasangan usaha
dalam pola kemitraan ... 89
3. Kedudukan para pihak dalam pola kemitraan ... 93
B. Bentuk Penyertaan Modal Dari Perusahaan Modal
Ventura Kepada Perusahaan Pasangan Usaha Dalam
Pola Kemitraan ... 96
C. Akibat Hukum Berakhirnya Perjanjian Kerjasama
Antara Pengusaha Kecil Dengan Perusahaan Modal
Ventura Dalam Pola Kemitraan ... 105
1. Penyebab kegagalan usaha perusahaan pasangan
usaha ... 105
2. Akibat hukum apabila terjadi kegagalan usaha
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 117
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai dibicarakan di berbagai
forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan
masalah ini disebabkan, salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara adalah dari
kemajuan ekonominya dan tulang punggung dari kemajuan ekonomi, adalah dunia
bisnis.2 Dengan semakin berkembangnya aktivitas bisnis dewasa ini, maka
keperluan akan modal atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat. Oleh
karenanya, sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau
masyarakat perlu diperluas.3
Bagi seorang pelaku usaha, kebutuhan dana diibaratkan sebagai urat nadi
dalam kehidupan seseorang yang tidak pernah berhenti dan merupakan kunci
utama kebutuhan dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Seorang
pelaku usaha memang dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memperoleh
kucuran dana bagi pengembangan usahanya. Sementara di sisi yang lain, ada
pelaku usaha ataupun perusahaan yang justru memiliki kelebihan dana sehingga
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pengembangan usaha atau investasi lainnya.
Dana memang dibutuhkan baik untuk perusahaan yang baru berkembang,
maupun yang sudah berjalan bertahun-tahun. Yang memegang peranan sangat
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 1.
3
penting dalam memenuhi akan kebutuhan dana, adalah perusahaan yang bergerak
di bidang keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak
di bidang keuangan atau yang disebut sebagai lembaga keuangan, di mana
kegiatan utamanya adalah membiayai permodalan suatu bidang usaha, di samping
usaha lain, seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh
pemiliknya. Selain itu kegiatan lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa
keuangan.
Dalam prakteknya, lembaga keuangan digolongkan ke dalam 2 (dua)
golongan, yaitu:4
a) Lembaga keuangan bank, merupakan lembaga keuangan yang
memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Tetapi lembaga
keuangan bank tersebut ternyata tidak cukup memadai untuk
menanggulangi berbagai keperluan dana dalam masyarakat. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan jangkauan penyebaran kredit,
keterbatasan sumber dana, dan keharusan memberlakukan prinsip
bernuansa “konservatif” prudent banking yang sangat heavily
regulated; dan
b) Lembaga keuangan lainnya (lembaga pembiayaan).
Bank lebih tertarik memberikan kredit kepada pengusaha berskala
menengah dan besar yang pada umumnya memilki manajemen yang lebih baik
serta jaminan kredit yang lebih pasti, di samping adanya kecenderungan bankbank
untuk memberikan kredit dengan porsi yang lebih besar kepada kelompoknya
4
sendiri. Sementara usaha kecil (usaha mikro) kurang memperoleh dukungan
finansial, sehingga semakin sulit untuk berkembang, apalagi bersaing dalam
persaingan pasar yang semakin kompetitif. Akibatnya para pengusaha kecil selalu
dalam kondisi kekurangan modal.5
Usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu
negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara
termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan usaha kecil. Peranan
usaha kecil terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai
katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam
mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.
Kendala utama pengembangan Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) di
Indonesia adalah persoalan permodalan, manajemen dan teknologi. Untuk
persoalan permodalan, UMKM sering mengalami kendala untuk mengakses
pinjaman melalui jalur perbankan khususnya berkaitan dengan ketidakmampuannya
dalam memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan perbankan. Kesulitan masyarakat mengakses dana dari bank ini disebabkan antara lain jangkauan persebaran kredit bank yang belum merata, keharusan bank menerapkan prinsip prudent banking, keharusan debitur untuk menyerahkan jaminan, dan terbatasnya kemampuan permodalan bank sendiri.6
5
Hasanuddin Rahman, Segi-Segi Hukum dan Manajemen Modal Ventura Serta Pemikiran Alternatif Ke Arah Model Modal Ventura Yang Sesuai Dengan Kultur Bisnis Di Indonesia. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 11.
6
Hal ini dapat dilihat dari pendapat Sandiaga Uno (Ketua Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia) yang menyatakan ;7
“Ada sebuah ketidakadilan terhadap Debitur UMKM. Kalau debitur kecil
tidak mampu bayar hutang asetnya langsung disita oleh bank, padahal
kredit yang mengucur untuk debitur UMKM sebelum krismon tahun
1997-1998 hanya sekitar 20 %. Sebagian besar porsi kredit perbankan dinikmati
oleh konglomerat.”
Saat ini, pemerintah telah mengucurkan kredit mikro tanpa agunan melalui
Bank-bank Pemerintah dalam bentuk Kredit usaha rakyat (KUR) untuk membantu
mengatasi persoalan modal bagi UMKM. Program KUR selain digulirkan oleh
Bank BUMN seperti Bank Mandiri, BNI, BTN juga oleh 2 (Dua) Bank Swasta
yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bukopin. KUR adalah kredit modal kerja dan
atau investasi dengan plafond kredit sampai dengan Rp 500 juta yang diberikan
kepada usaha mikro, kecil, dan koperasi yang memiliki usaha produktif yang akan
mendapat pinjaman dari perusahaan penjaminan.8
Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan sumber
pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah melakukan upaya:9
a) Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga
keuangan bukan bank
7
Iswi Hariyani, Hapus buku & Hapus Tagih Kredit macet Debitur UMKM di Bank BUMN, (Surabaya: Bina Ilmu, 2008), hlm. 4.
8
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, http:// usaha.umkm.blog.com (diakses tanggal 28 Juni 2014).
9
b) Pengembangan lembaga modal ventura
c) Pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang
d) Peningkatan kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui
koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan
syariah
e) Pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Lebih lanjut Pasal 23 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa untuk
meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap sumber pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pemerintah dan Pemerintah Daerah:10
a) Menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jaringan lembaga
keuangan bukan bank
b) Menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga
penjamin kredit
c) Memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan
untuk memperoleh pembiayaan.
Beberapa hasil studi tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sering
mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan daya saing UKM menghadapi kendala
berupa akses terhadap permodalan dan tingginya biaya untuk memperoleh kredit.
Di beberapa negara, karena kompetisi di sektor perbankan terbatas, bank tidak
mempunyai tekanan untuk mengembangkan penyaluran kreditnya kepada UKM.
Disisi lain, UKM menghadapi kendala untuk mengakses lembaga keuangan
10
karena tingginya resiko dan biaya transaksi. Perbankan menghadapi kendala
karena kekurangan informasi tentang UKM, kesulitan dalam melaksanakan
kontrak (akibat lemahnya sistem hukum dan system pengadilan yang tidak
efisien), dan kekurangan instrumen untuk mengelola resiko. Strategi untuk
meningkatkan penyaluran kredit kepada UKM dengan prinsip pasar adalah
mengurangi resiko dan biaya transaksi, meningkatkan kapasitas lembaga
perbankan, dan meningkatkan tekanan persaingan dari lembaga perbankan untuk
melihat pasar UKM menguntungkan dan berkelanjutan. Termasuk dalan strategi
ini adalah mengembangkan lembaga keuangan alternatif, termasuk modal ventura
dan sewa guna usaha.11
Dalam hal untuk mendukung perkembangkan usaha kecil ini, maka
dibentuklah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang
Perusahaan Modal Ventura yang mana di dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa
kegiatan usaha Perusahaan Modal Ventura (PMV) bertujuan untuk:12
a) pengembangan sautu penemuan baru;
b) pengembangan perusahaan atau UMKM yang pada tahap awal
usahanya mengalami kesulitan dana;
c) pengembangan perusahaan atau UMKM yang berada pada tahap
pengembangan;
11
Rogier van Den Brink, Strengthening the Capacity of SMEs to Venture into the Export Market, Conference on Business Opportunities for SMEs in the SADC, Zimbabwe, September 20-21. Hal yang sama dapat dilihat dalam Background Report ADB SME Development TA, Strategies To Enhance Market Based Lending To SME (Bahasa Indonesia), Andi Ikhwan dan Wolfram Hiemann (Juli 2001).
12
d) pengembangan perusahaan atau UMKM yang berada dalam tahap
kemunduran usaha;
e) pengembangan proyek penelitian dan rekayasa;
f) pengembangan penggunaan berbagai teknologi baru dan alih teknologi
baik dari dalam maupun luar negeri; dan/atau
g) membantu pengalihan kepemilikan perusahaan.
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka untuk dapat lebih
mengetahui pola kerja sama yang dilakukan antara pengusaha kecil dan
perusahaan modal ventura maka perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan membuat penelitian yang berjudul ASPEK YURIDIS POLA
KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN PERUSAHAAN
MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA
KECIL.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan modal ventura sebagai lembaga pembiayaan di
Indonesia?
2. Bagaimanakah eksistensi modal ventura dapat menjadi alternatif lembaga
3. Bagaimanakah pola kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha kecil
dengan perusahaan modal ventura dalam meningkatkan daya saing usaha
kecil?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian memiliki tujuan yang akan dicapai
dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah:
a) Untuk mengetahui pengaturan modal ventura sebagai lembaga
pembiayaan di Indonesia
b) Untuk mengetahui eksistensi modal ventura sebagai alternatif
lembaga pembiayaan bagi pengusaha kecil
c) Untuk mengetahui pola kemitraan yang dilaksanakan antara
pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura dalam
meningkatkan daya saing usaha kecil
2. Manfaat Penelitian
Bertitik tolak pada rumusan masalah yang dikemukakan, manfaat dari
penelitian ini adalah :
a) Secara teoritis
1. Sebagai bahan informasi dan tambahan bagi para akademisi
maupun sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti yang
2. Menambah khasanah kepustakaan, khususnya dalam hukum
pembiayaan.
b) Secara praktis
1. Memberikan informasi dan menambah wawasan pemikiran
bagi masyarakat tentang pemberian modal ventura sesuai
dengan ketentuan mengenai lembaga pembiayaan.
2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan bagi
para pihak yang terkait dalam pola kemitraan antara pengusaha
kecil sebagai perusahaan pasangan usaha dengan perusahaan
modal ventura.
3. Bermanfaat bagi masyarakat luas yang berkepentingan berupa
masukan mengenai pelaksanaan perjanjian kemitraan antara
pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di
Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul ASPEK YURIDIS
POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN
PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA
SAING USAHA KECIL, belum pernah ada yang melakukan penelitian ini
Dengan demikian, maka dari segi keilmuan penelitian ini dapat dikatakan
asli, sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan obyektif serta
terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran
ilmiah sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Keberadaan modal ventura dalam tatanan bisnis Indonesia diawali dengan
dikeluarkannya peraturan yang mengatur tentang lembaga pembiayaan, yakni
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang dikeluarkan tanggal 20
Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1251/KMK.013/1988 yang dikeluarkan tanggal 20 Desember 1988
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua
peraturan tersebut kemudian dikenal atau disebut dengan Paket Desember 1988.
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 kemudian diganti dengan keluarnya
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
Kemudian, pada tahun 1995 keluar Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 469/KMK.017/1995 tentang Pendirian dan Pembinaan Usaha
Modal Ventura. Dan yang terakhir pada tahun 2012 keluar Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura. Dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995 dinyatakan dicabut dan
sudah tidak berlaku lagi.
Praktik modal ventura sendiri diakui oleh Bank Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari adanya Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Undang-Undang Pokok Perbankan. Pengaturan mengenai kredit macet di dalam
undang-undang tersebut membenarkan bank untuk menyertakan modalnya ke dalam
perusahaan debitur, dengan ketentuan bahwa sampai jangka waktunya berakhir
bank tersebut akan menarik kembali penyertaan modal tersebut. Kemiripan inilah
yang mendasari bahwa modal ventura diakui oleh Bank Indonesia.
Pengertian Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) menurut Pasal 1 Angka 3 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan jo Pasal 1 Angka 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,
dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.13 Selanjutnya,
berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, yang dimaksud dengan
Perusahaan Pasangan Usaha adalah perusahaan atau Usaha Mikro, Kecil, dan
13
Menengah yang menerima bantuan pembiayaan dan/atau penyertaan dari
Perusahaan Modal Ventura.14
Yang dimaksud dengan Pembiayaan menurut Pasal 1 Angka 11
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 jo Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2013 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah penyediaan
dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui
bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan
memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.15
Adapun Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 menegaskan
bahwa yang termasuk dalam kategori Lembaga Pembiayaan meliputi:16
a) perusahaan pembiayaan;
b)perusahaan modal ventura; dan
c) perusahaan pembiayaan infrastruktur.
Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha yang mempunyai
peranan sangat penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini
dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito,
tabungan dan surat sanggup bayar. Oleh karena itu, lembaga pembiayaan juga
14
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, BAB I, Pasal 1 Angka 3.
15
Republik Indonesea, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah, BAB I, Pasal 1 Angka 7.
16
berperan sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial
untuk menunjang perekonomian nasional.17
Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu risiko yang tinggi
namun memberikan imbal hasil yang tinggi pula. Modal ventura saat ini
dibutuhkan di dalam perekonomian Indonesia terutama untuk usaha kecil.
Bentuk-bentuk usaha tersebut sering sekali mengalami kesulitan dalam pengembangan
usahanya, namun mereka tidak dapat menerima kredit dari bank karena pada
umumnya bentuk-bentuk usaha tersebut belum berbentuk badan hukum.
Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 menyebutkan kegiatan
usaha Perusahaan Modal Ventura (PMV) meliputi penyertaan saham (equity participation), penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quatie equity participation), dan pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit/revenue sharing). Kegiatan-kegiatan usaha tersebut menjadi bentuk-bentuk penyertaan modal yang dipakai oleh PMV di dalam pemberian modal ventura,
namun di dalam praktik pelaksanaan modal ventura di Indonesia bentuk-bentuk
penyertaan tersebut terbagi menjadi 2 (dua) bentuk penyertaan modal, yaitu
penyertaan langsung (direct investment) dan penyertaan tidak langsung (indirect investment).18
Penyertaan langsung adalah pola pembiayaan yang dilakukan oleh PMV
dengan cara memberikan pembiayaan langsung kepada Perusahaan Pasangan
Usaha (PPU) yang sudah/akan berbentuk badan hukum dengan bertindak sebagai
17
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 5.
18
salah satu pemegang saham di PPU.19 Penyertaan tidak langsung yaitu penyertaan
modal oleh PMV pada PPU tidak dalam bentuk modal saham (equity), tetapi dalam bentuk obligasi konversi (convertible bond) atau bagi hasil (profit sharing).20 Obligasi konversi (semi equity financing) diartikan sebagai bentuk pembiayaan yang pada awalnya dalam bentuk hutang piutang yang kemudian
nantinya dikonversikan menjadi saham.21 Pola pembiayaan bagi hasil (profit and loss sharing) adalah bentuk penyertaan oleh PMV yang didasarkan pada prinsip-prinsip bagi hasil dalam suatu usaha bersama antara PMV dan PPU.22
Namun perlu diingat prinsip bagi hasil yang diterapkan di dalam perjanjian
modal ventura berbeda dengan prinsip bagi hasil yang diketahui umumnya di
dalam masyarakat. Di dalam perjanjian pembiayaan modal ventura, bagi hasil
yang diterapkan adalah prinsip bagi hasil yang ditentukan oleh PMV secara
sepihak berdasarkan laporan keuangan PPU.
Meskipun ada beberapa bentuk penyertaan modal yang ditawarkan oleh
PMV, namun dalam praktiknya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil yang
banyak dilakukan. Dipilihnya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil ini
disebabkan oleh latar belakang kondisi PPU dan faktor keterbatasan dari PMV.
PPU pada umumnya merupakan usaha mikro, kecil dan menengah bentuk
usahanya sebagian besar usaha perseorangan dan belum berbadan hukum. Dengan
bentuk badan usaha yang demikian, PMV tidak mungkin untuk melakukan
penyertaan modal dalam bentuk saham atau obligasi konversi. Di sisi lain, PMV
juga akan kesulitan mengingat masih adanya keterbatasan-keterbatasan, baik dari
segi kemampuan dana maupun dari segi sumber daya manusianya, yang akan
ditempatkan pada manajemen PPU.23
Sebagai lembaga bisnis, usaha modal ventura tentu saja berorientasi untuk
memperoleh keuntungan yang besar mengingat usaha ini mempunyai tingkat
risiko yang tinggi (high risk capital). Meskipun demikian, bukan berarti usaha modal ventura ini tidak mempunyai misi humanistik (humanistic institution), yaitu lembaga penolong bagi usaha lemah agar dapat mengembangkan usahanya.
Pada umumnya, investasi ini dilakukan dalam bentuk penyertaan modal
secara tunai yang dilakukan dengan sejumlah saham pada perusahaan pasangan
usaha. Kebanyakan dana ventura ini berasal dari sekelompok investor yang mapan
keuangannya, bank investasi dan institusi keuangan lainnya yang melakukan
pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasi. Penyertaan modal
yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura kebanyakan dilakukan terhadap
perusahaan yang baru berdiri sehingga belum memiliki riwayat operasional yang
dapat menjadi catatan guna memperoleh suatu pinjaman.24
Pembiayaan dengan pola modal ventura juga masih menimbulkan
beberapa persoalan apabila dicermati dari sudut pandang pengembangan UMKM
terutama bagi perusahaan pasangan usaha. Hal ini disebabkan dalam praktik,
apabila perusahaan menunjukkan gejala kegagalan, perusahaan yang bersangkutan
23Ibid
, hlm. 35-36.
24
cenderung diambil alih (take over) atau dilikuidasi oleh Perusahaan Modal Ventura (PMV).25
Berbagai negara yang kini tergolong atau disebut sebagai negara industri
maju, ternyata pada awalnya mulai membangun negara dan masyarakatnya
dengan ditopang oleh usaha kecil. Bahkan negara tetangga kita di kawasan Asean,
Malaysia dan Thailand, yang juga merupakan calon atau bahkan sudah menjadi
‘macan muda', kegiatan usaha kecil begitu meluas dan merata di berbagai lini
kehidupan masyarakat sebagai sumber utama penopang perekonomian
negara-negara tersebut. Memetik pengalaman dari negara-negara-negara-negara tersebut akan sangat
disayangkan bila kehidupan kalangan usaha kecil di Indonesia, yang juga
memiliki potensi besar untuk turut memajukan negara dan masyarakatnya, tidak
diperhatikan. Oleh karena itu berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
pengusaha kecil telah banyak ditakukan, bukan saja oleh Pemerintah, namun juga
oleh elemen ekonomi lainnya, baik BUMN ataupun sektor usaha besar.
Dari semua itu, terdapat komitmen kerja sama yang lebih dikenal dengan
'kemitraan' didasarkan pada pertimbangan pemerataan yang mutuatistis (saling
menguntungkan). Konsep kemitraan itu sendiri secara garis besar dapat dibagi
menjadi 4 model, yaitu:26
1. Kerja sama keterkaitan hulu-hilir (fonrard linkage), di mana sektor usaha kecil yang menghasilkan produk sektor primer (pertanian,
perkebunan, petemakan dan perikanan) dapat menjadi pemasok
perusahaan industri maupun jasa (misalnya restoran atau hotel).
25
Sunaryo, Op.Cit, hlm. 27.
26
Dengan cara ini pengusaha kecil dapat memiliki "captive market” yang dapat diandalkan, sehingga tidak disibukkan dengan persoalan
pemasaran prduk dan tidak dimanfaatkan oleh tengkulak. Dengan
kerja sama hulu hilir semacam ini, slabilitas pendapatan usaha kecil
lebih terjamin.
2. Kerja sama hilir-hulu (backwad-linkage), di mana inisiatif pertama muncul dari perusahaan besar. Mereka menunjuk sektor usaha kecil
sebagai pemasok kebutuhan bahan mentah atau suku cadang secara
terus menerus dengan menentukan standar atau kriteria tertentu
mengenai barang yang diinginltannya. Harga ditentukan berdasarkan
kesepakatan kemitraan. Model ini dapat menghindari sikap monopoli
pengusaha besar yang ingin menguasai kegiatan deri hulu ke hilir,
mulaidari penyediaan bahan baku, produksi hingga pemasarannya.
3. Kerja sama kepemilikan saham, di mana dapat dilakukan dengan cara
memberikan prioritas penjualan saham 'go public' pada pengusaha kecil atau koperasi dengan kepemitikan secara bertahap ditingkatkan
sampai wakil dari pengusaha kecil/koperasi tersebut dapat diangkat
sebagaidewan komisaris yang dapat ikut berperan menentukan
kebijakan usaha.
4. Kerja sama Bapak-Anak Angkat, dengan titik berat keharusan
membina dan turut serta menjamin kelangsungan hidup sesama mitra
usaha. Bentuk kemitraan ini menjadi tanggung jawab sosial
Pengertian Kemitraan berdasarkan Pasal 13 Undang-undang Nomor 20
Tahun 2008 jo Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha,
baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan,
mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.27 Kemitraan tersebut dapat
dilaksanakan dengan pola:28
a) Inti-plasma
b) Subkontrak
c) Waralaba
d) Perdagangan umum
e) Distribusi dan keagenan
f) Bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti: bagi hasil, kerjasama
operasional, usaha patungan (joint venture), dan penyumberluaran
(outsourching).
Model kemitraan seperti disebutkan di atas, masih mengandung berbagai
kelemahan yang ditimbulkan oleh berbagai pihak yang terlibat. Dari sektor usaha
kecil , kelemahan terletak padi kurangnya kemampuan manajemen, masih rendah
tingkat kedisiplinan dalam memenuhi komitmen kemitraan, keinginan untuk terus
di'manja', dan mungkin juga masih dilapisi rasa curiga terhadap kejujuran
27
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah BAB I, Pasal 1 Angka 4.
28
pengusaha besar misalnya dalam penentuan kualitas atau harga. Sebaliknya dari
sisi pengusaha besarpun masih ada rasa lebih dominan dan perasaan sombong
dapat memilih mita usahanya yang dianggap paling menguntungkan dan sering
kurang adil dalam komitmen saling menguntungkan misalnya dalam menentukan
standar mutu, harga dan volume. Di pihak lain , kadang-kadang terdapat pihak
ketiga yang dapat mengacaukan konsep kemitraan tadi untuk keuntungannya
sendiri, misalnya tengkulak yang sering mengobral janji dan mempermainkan
harga.29
Akibat dari semua itu, upaya pemilik modal (pengusaha besar) dalam
membantu mitra kerjanya, yang cenderung mengandalkan cara 'tricle down effect' (dampak yang menetes ke bawah), belum dapat menyeimbangkan kecepatan
pertumbuhan. Pertumbuhan perusahaan menengah dan kecil cenderung lebih
lamban, sehingga masih juga tertinggal.
Dalam hal PMV, proses transformasi akan melibatkan PMV dan PPU.
Hubungan kedua pihak ini sangat berbeda dengan karakteristik hubungan antara
pihak bank dan pihak perusahaan sehingga naik turunnya tingkat bunga tidak bisa
digunakan sebagai acuan untuk instrumen transaksi. Oleh karena itu, guna
menjaga kesinambungan kerja sama usaha antara kedua pihak sangatlah
ditentukan oleh perilaku (behaviour) pihak-pihak yang terlibat baik secara personal antar pemegang saham, antara pemegang saham dan PMV, antara
pemegang saham dan pengelola calon PPU, ataupun antar perusahaan tersebut.30
29Ibid
, hlm. 18-19.
30
Potensi timbulnya permasalahan tersebut menunjukkan bahwa perikatan
kerja sama usaha modal ventura adalah berisiko tinggi terutama oleh sikap
oportunistik pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, kerjasama dalam PMV
seharusnya dilakukan dalam sebuah perjanjian yang mengikat kedua belah pihak
lengkap dengan segala konsekuensi hukumnya sehingga diharapkan dapat
menghindari atau paling tidak meminimalisir risiko yang mungkin timbul.
Perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak harus dapat melindungi
kepentingan PMV dan PPU secara berimbang meski posisi PMV sebagai pihak
yang menyediakan fasilitas modal dan tenaga ahli, yang berhadapan dengan PPU
sebagai pihak yang membutuhkan fasilitas modal pembiayaan dan tenaga ahli.31
Karakteristik pengelolaan modal ventura yang demikian berbeda dengan
pengelolaan pembiayaan modal lainnya membuat keberhasilan pengelolaan modal
ventura akan sangat ditentukan oleh proses transformasi dalam mekanisme suatu
organisasi. Dalam kaitan ini, informasi sangatlah penting, dan informasi yang
asimetrik akan terjadi apabila salah satu pihak menguasai informasi yang lebih
banyak. Proses transformasi tersebut kemudian akan melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan.32
F. Metode Penelitian
Adapun yang menjadi metode penelitian dalam karya ilmiah ini adalah:
1. Jenis Penelitian
31
Ibid
32
Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu dengan
meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku
serta norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan
perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum serta
mengkaji ketentuan perundang-undangan dan bahan hukum lainnya.33
Sifat penelitian penulisan ini yaitu deskriptif analitis. Bersifat
deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran
secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analitis
dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan
analisis secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.34
1. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan
data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan
melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan. Berdasarkan
kekuatan mengikatnya, bahan hukum untuk memperoleh data
terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
1) Bahan hukum primer adalah hukum yang mengikat dari
sudut norma dasar, peraturan dasar dan peraturan
perundang-undangan.35 Perpres No. 9 Tahun 2009
tentang Lembaga Pembiayaan, Kepmenkeu No.
33
Ibrahim Johni, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayu Media Publishing, 2005), hlm. 336.
34
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, (Bandung: Alumni, 1994), hlm. 101.
35
468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, Permenkeu No.
18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, dan UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer36 yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan
atau karya ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan
ilmiah lainnya, pendapat pakar hukum yang erat
kaitannya dengan obyek penelitian.
3) Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang
sifatnya penunjang untuk dapat memberikan petunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hokum primer dan
sekunder,37 seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, kamus
umum dan kamus hukum, surat kabar, internet serta
makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hokum
36Ibid
37
primer, sekunder dan tersier,38 yaitu buku-buku, majalah-majalah,
tulisan dan karangan ilmiah yang ada kaitannya dengan masalah
yang diteliti. Di samping itu juga digunakan studi dokumentasi
yaitu cara memperoleh data melalui pengkajian dan penelaahan
terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan
menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa
kerja seperti yang disarankan data.39
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menginventarisasi peraturan perundang-perundangan yang terkait
dengan persoalan yang menjadi obyek kajian. Data yang terkumpul
akan diidentifikasikan kemudian dilakukan penganalisisan secara
kualitatif berupa pembahasan, antara berbagai data sekunder yang
terkait dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan bahan
hukum yang telah diinventarisir dan pada tahap akhir akan
ditemukan hukum secara konkretnya, sehingga penarikan
kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir
38
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm. 14.
39
deduktif, yang menganalisa peraturan perundang-undangan yang
berlaku secara umum yang terkait dengan skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi, oleh karena itu
diperlukan suatu sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per
bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA
Pada bab ini akan dibahas Landasan Hukum dan
Karakteristik Modal Ventura di Indonesia seperti
pengertian modal ventura, karakteristik modal ventura,
tujuan dan manfaat modal ventura; Bentuk-bentuk
Pembiayaan Modal Ventura; dan Konsep Kelembagaan dan
Mekanisme Modal Ventura.
BAB III EKSISTENSI MODAL VENTUA SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBIAYAAN BAGI PENGUSAHA
Pada bab ini akam dibahas mengenai Tinjauan Umum
Terhadap Usaha Kecil (Perusahaan Kecil), Mekanisme
Operasional Perusahaan Modal Ventura Dengan
Perusahaan Pasangan Usaha, Kelebihan Dan Kelemahan
Perusahaan Modal Ventura Dalam Melakukan Pembiayaan
Terhadap Perusahaan Kecil, dan Prospek Perusahaan
Modal Ventura Dalam Membiayai Perusahaan Kecil.
BAB IV POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL
DENGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL
Pada bab ini akan dibahas mengenai kedudukan hukum
pengusaha kecil dan perusahaan modal ventura dalam pola
kemitraan, tanggung jawab paa pihak dalam pola kemitraan
antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura,
dan bentuk pelaksanaan penyertaan modal dari perusahaan
modal ventura kepada perusahaan kecil dalam pola
kemitraan .
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil
BAB II
PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA
A. Landasan Hukum dan Karakteristik Modal Ventura
1. Pengertian Modal Ventura
Dalam melakukan suatu kegiatan investasi tidak semua investasi dapat
dilakukan dengan mudah, karena hampir semua investasi mengandung suatu
risiko kerugian. Bagi investasi yang mempunyai risiko rendah, hampir semua
investor ingin melakukannya. Akan tetapi, jika investasi tersebut memiliki risiko
tinggi, maka tidak mudah untuk mencari investor yang mau melakukannya. Yang
berani melakukan investasi dimana investasi tersebut mengandung suatu risiko
tinggi adalah perusahaan modal ventura.
Kata modal ventura dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
digolongkan sebagai nomina (kata benda) yang dikenal dalam bidang ekonomi.
Dilihat dari pembentukan kata, modal ventura berasal dari dua kata yaitu kata
“modal” dan kata “ventura”. Kata modal sebagai nomina (kata benda), menurut
KBBI memiliki pengertian uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dsb; harta benda (uang, barang, dsb) yg dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yg menambah kekayaan dsb. Kata “ventura” yang merupakan serapan dari kata venture dalam bahasa Inggris secara harafiah diartikan sebagai usaha; perusahaan; spekulasi; perbuatan yang mengandung resiko; pekerjaan yang berbahaya. Gabungan kata modal dan
Istilah modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa
Inggris yaitu Venture Capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung risiko, sehingga modal ventura banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal
yang mengandung risiko pada suatu usaha atau perusahaan,40 atau dapat pula
diartikan sebagai usaha. Secara sempit, modal ventura dapat diartikan sebagai
modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung risiko dengan tujuan
memperoleh pendapatan berupa bunga atau deviden.41
Istilah modal ventura oleh The Encyclopedia of Private Equity and Venture Capital dapat diartikan sebagai serangkaian kesempatan untukmelakukan investasi; bisnis yang menjanjikan; modal dan pendampingan manajemen yang
disediakan oleh individu maupun perusahaan.
Istilah “Ventura” berasal dari kata “Venture” yang secara harafiah dapat berarti sesuatu yang mengandung resiko atau dapat pula diartikan sebagai usaha.
Dengan demikian pengertian modal ventura atau venture capital secara sempit adalah modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung resiko, baik dalam
penyertaan modal saham, obligasi konversi (convertible bond), maupun pinjaman yang dapat dikonversi menjadi saham (convertible loan stick).42
Modal Ventura, adalah suatu pembiayaan oleh perusahaan modal ventura
(investor) dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (perusahaan pasangan usaha) untuk jangka waktu
40
Hasanuddin Rahman, Op,Cit., hal 11
41
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Yogyakarta: Ekonasia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004), hlm. 127.
42
tertentu, di mana setelah jangka waktu tersebut lewat, pihak investor akan
melakukan divestasi atas saham-sahamnya itu.43
The Bank of England Quarterly Buletin, memberikan pengertian modal ventura adalah suatu aktivitas dengan mana pihak investor mendukung
bakat-bakat enterpreneur dengan skill finansial dan bisnis, untuk memanfaatkan pasar dan karenanya akan mendapatkan capital gains, yang bersifat long terms (Venture capital as an activity, which whom the investors support entrepreneur’s talent with financial skill and business to take an advantage from market and therefore, if will get a long terms capital gains).44
Menurut Dictionary of Business, dalam bukunya Munir Fuady, modal ventura adalah suatu sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu
perusahaan yang melibatkan risiko investasi, tetapi juga menyimpan potensi
keuntungan di atas keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena
itu, modal ventura disebut juga sebagai modal yang berisiko tinggi.45
Menurut Dr. Neil Cross, dalam bukunya O. P. Simorangkir, yang
dimaksud dengan modal ventura adalah suatu pembiayaan yang mengandung
risiko, biasanya dilakukan dalam bentuk partisipasi modal terhadap
perusahaanperusahaan yang mempunyai potensi berkembang yang tinggi. Dan
perusahaan modal ventura menyediakan beberapa nilai tambah dalam bentuk
masukan manajemen dan memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi
perusahaan yang bersangkutan. Risiko yang relatif tinggi ini akan
43
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005, selanjutnya disingkat Munir Fuady II), hlm. 125.
44
Munir Fuady I, Op.Cit, hlm. 136.
45
dikompensasikan dengan kemungkinan hasil yang tinggi pula, yang biasanya
didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman
modal yang bersifat jangka menengah.46
Pendapat lain tentang pengertian modal ventura dikemukakan oleh
Handoyo Dipo, dalam bukunya Hasanuddin Rahman, yang menyatakan bahwa
modal ventura adalah suatu dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang
bisa dialihkan menjadi saham. Sumber dana tersebut adalah perusahaan modal
ventura yang mengharapkan keuntungan dari investasinya tersebut.47
Selanjutnya, pengertian Modal Ventura (Venture Capital Company) menurut Pasal 1 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,
dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.48 Definisi yang
sama diulang kembali pada Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal ventura
merupakan pembiayaan yang memiliki resiko tinggi. Pembiayaan modal ventura
berbeda dengan bank yang memberikan pembiayaan berupa pinjaman atau kredit,
sementara modal ventura memberikan pembiayaan dengan cara melakukan
46
O. P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, (Bogor: Ghalia Indonesia 2004), hlm. 170.
47
Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hlm. 16.
48
penyertaan langsung ke dalam perusahaan yang dibiayainya. Instrumen lain yang
dapat digunakan dalam rangka modal ventura adalah obligasi konversi
(convertible bond) yang memiliki hak opsi untuk ditukarkan dengan saham PPU.
Umumnya pembiayaan modal ventura hamper selalu disertai dengan persyaratan
keterlibatan dalam manajemen PPU yang biasanya disepakati dalam perjanjian
modal ventura.49
Kemudian, dari berbagai pengertian atau definisi tentang modal ventura di
atas pula, lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa:50
a) Pembiayaan modal ventura terutama diberikan kepada perusahaaan
yang baru mulai tumbuh dan biasanya belum mendapat kepercayaan
oleh lembaga perbankan untuk memperoleh kredit bank.
b) Pembiayaan modal ventura merupakan pembiayaan yang berisiko
tinggi, tetapi juga merupakan pembiayaan yang memiliki potensi
keuntungan yang tinggi pula yang biasanya didapatkan melalui
keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal
yang bersifat jangka menengah atau jangka panjang.
c) Pembiayaan modal ventura merupakan investasi atau penanaman dana
jangka panjang.
d) Pembiayaan modal ventura biasanya dilakukan dalam bentuk
penyertaan modal dan atau pinjaman yang bias dialihkan menjadi
saham kepada perusahaan-perusahaan yang berpotensi untuk
berkembang.
49
Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, dan Achmad Abror, Lembaga Keuangan, (Jakarta: PT. Asdy Mahasatya, 2005), hlm. 85.
50
e) Pembiayaan modal ventura biasanya dilakukan dalam bentuk paket
pembiayaan, yaitu suntikan dana atau modal yang disertai dengan
penempatan atau pembinaan manajemen pada perusahaan pasangan
usaha.
f) Pembiayaan modal ventura juga untuk mendukung bakat-bakat
wirausaha dengan kemampuan finansial untuk memanfaatkan pasar
dengan jalan alih manfaat yang diberikan dalam dampingan
manajemen oleh perusahaan pemodal ventura.
Modal ventura merupakan modal saham yang disediakan sebagai risk capital kepada seorang individu atau suatu perusahaan yang mempunyai gagasan tanpa jaminan pengembalian seperti halnya pinjaman. Dasarnya terutama pada
keyakinan pada kekuatan gagasan seorang entrepreneur. Investasi dilakukan dengan niat jangka panjang, tanpa keinginan untuk menerima keuntungan berupa
keuntungan operasi usaha atau perdagangan surat kepemilikan.51
Modal ventura merupakan investasi aktif, yang memasukkan modal ke
dalam suatu perusahaan yang biasanya disertai dengan keterlibatan seperti
manajemen keuangan, pemasaran dan pengawasan operasional. Modal ventura
dapat juga dimasukkan ke dalam suatu usaha untuk waktu sementara yang
bertujuan untuk menarik kembali modal yang ditanam setelah usaha berjalan
lancer dan nilai perusahaan meningkat. Keuntungan modal ventura diharapkan
datang dari apresiasi nilai saham atau capital gain.
51
2. Landasan Hukum Modal Ventura
Modal ventura merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang
keberadaannya masih relatif baru. Secara institusional dan formal usaha modal
ventura ini baru ada setelah keluarnya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang
Lembaga Pembiayaan dan Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua peraturan ini
merupakan tonggak sejarah perkembangan hokum modal ventura.52
Di samping kedua peraturan tersebut, modal ventura sebagai lembaga
bisnis di bidang pembiayaan juga bersumber dari berbagai peraturan
perundang-undangan baik yang bersifat perdata maupun yang bersifat publik. Abdulkadir
Muhammad dan Rilda Murniati, dalam bukunya Sunaryo, mengelompokkan
sumber hukum modal ventura ke dalam dua klasifikasi, yaitu :53
a) Segi Hukum Perdata
Hukum perdata adalah hokum yang mengatur
kepentingan-kepentingan perdata para pihak yang terikat dalam suatu hubungan hukum.
Dalam kegiatan bisnis modal ventura ini yang dimaksud para pihak adalah
perusahaan modal ventura (venture capital company) dan perusahaan pasangan usaha (investee company). Dari segi hukum perdata, ada 2 sumber hukum yang mendasari usaha modal ventura, yaitu :
1) Asas kebebasan berkontrak
Hubungan hukum yang terjadi dalam modal ventura selalu
dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang
52
Sunaryo, Op.Cit, hlm. 20.
53
menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). Kontrak modal ventura ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak yang
memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari pihak
perusahaan modal ventura dan pihak perusahaan pasangan usaha.
Kontrak modal ventura merupakan dokumen hokum utama
(main legal document) yang dibuat dan berfungsi secara sah bagi perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan usaha dengan
memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal
1320 KUH Perdata. Akibat hokum kontrak yang dibuat secara sah,
maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi perusahaan modal
ventura dan pihak perusahaan pasangan usaha (Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata).
2) Undang-undang di bidang Hukum Perdata
Sumber hukum modal ventura yang berupa undang-undang
di bidang hukum perdata adalah KUH Perdata, Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b) Segi Hukum Publik
Sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pembiayaan, modal
ventura banyak menyangkut kepentingan public terutama yang bersifat
administratif. Oleh karena itu, perundang-undangan yang bersifat public
tersebut terdiri atas undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
presiden, dan keputusan menteri.
1) Undang-undang di bidang Hukum Publik
Berbagai undang-undang di bidang administasi Negara yang
menjadi sumber hukum utama modal ventura adalah Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria dan
peraturan pelaksananya; Undang-undang Nomor 3 Tahun 1983
tentang Wajib Daftar Perusahaan dan peraturan pelaksananya; serta
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985, Undang-undang Nomor 7
Tahun 1991, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1991 dan peraturan
pelaksananya, yang ketiganya tentang Perpajakan.
2) Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan
Peraturan tentang lembaga pembiayaan yang mengatur usaha
modal ventura antara lain adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1973 tentang Pendirian PT. Bahana Pembinaan Usaha
Indonesia (selaku perusahaan modal ventura pertama di Indonesia);
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan (telah diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 9
Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan); dan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang
Ketetentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang
kemudian diubah dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri
Adapun peraturan pelaksana lainnya yang berkaitan secara langsung
maupun tidak langsung dengan usaha modal ventura antara lain :
1. Keputusan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
19/Sk/1991 tentang Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura
Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal
Dalam Negeri.
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan.
3. Peraturan Peraturan Pemerintah No. 62 tahun 1992 tentang
Sektor-sektor Usaha Perusahaan Pasangan Usaha dari Perusahaan Modal
Ventura dalam Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1991.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan
atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek.
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan
atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1995 tentang Pajak Penghasilan
atas Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi Penjualan
Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal pada Perusahaan Pasangan
Usahanya.
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KMK.01/1994 tentang
Modal Ventura dan Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal
dan/atau Pengalihan Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura.
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 250/KMK.04/1995 tentang
Perusahaan Kecil dan Menengah Pasangan Usaha dari Perusahaan
Modal Ventura dan Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal
Perusahaan Modal Ventura.
8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tentang
Perubahan Kepmenkeu No. 1251/KMK. 013/1988 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana telah
diubah dengan Kepmenkeu No. 1256/KMK. 00/1989 tanggal 18
November 1989.
9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 58/KMK.017/1999 tentang
Pengawasan Kegiatan Perusahaan Modal Ventura Daerah.
10.Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Nomor 30/PER/M.KUKM/VIII/2007 tentang Petunjuk Teknis
Perkuatan Permodalan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan
Lembaga Keuangan Dengan Penyediaan Modal Awal dan Padanan
Melalui Lembaga Modal Ventura.
11.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang
Perusahaan Modal Ventura.
3. Karakteristik Modal Ventura
Modal ventura pada dasarnya bukanlah alternatif pembiayaan yang baru
Amerika, bisnis ini telah dikembangkan sejak tahun 1960-an, sedangkan di Eropa
sejak tahun 1970-an dan untuk kawasan Asia, seperti Jepang, Korea, kegaiatan
modal ventura mulai dikembangkan sejak tahun 1980-an. Untuk Indonesia
sendiri, modal ventura mulai diperkenalkan pada tahun 1973 dengan berdirinya
PT. Bahana Pembinaan Usaha Indoneisa.54
Keberadaan modal ventura secara resmi di mulai sejak akhir perang dunia
kedua yang ditandai dengan berdirinya American Research and Development
Corporation (ARDC). Perusahaan ini melakukan investasi perusahaan yang baru
berkembang dan belum dikenal oleh masyarakat luas. Dalam operasionalnya,
ARDC melakukan investasi pada perusahaan (PPU) yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Memiliki teknologi baru atau konsep-konsep pemasaran yang baru
atau inovasi terbaru;
2. Mengizinkan campur tangan signifikan dari investor dalam
pengelolaan perusahaan;
3. Operasional PPU dilakukan oleh pekerja yang memiliki kompetensi
terbaik dan berintegritas;
4. Produk atau proses yang dimiliki setidaknya telah melewati tahap
prototype awal dan dilindungi oleh hak paten, hak cipta, atau
perjanjian perdagangan rahasia;
5. Menunjukkan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukannya
divestasi pada waktu yang tidak terlalu lama; dan
54
6. Berpeluang untuk memberikan nilai tambah atas investasi yang sudah
ditanamkan.
Dalam menjalankan kegiatannya, modal ventura di Indonesia memberikan
fasilitas pembiayaan dan pendampingan manajemen pada perusahaan pasangan
usaha (PPU). ke dalam perusahaan yang dibiayainya. Pola pembiayaan
perusahaan dilakukan dengan mengadopsi teknik investasi yang dilakukan oleh
ARDC. Munir Fuadi dalam bukunya Hukum tentang Pembiayaan Dalam Teori
dan Praktik menyebutkan ciri modal ventura sebagai berikut :55
1. Pemberi bantuan finansial dalam bentuk modal ventura ini tidak hanya
menginvestasikan modalnya saja. Tetapi juga ikut terlibat dalam
manajemen perusahaan yang dibentuknya.
2. Investasi yang dilakukan tidaklah bersifat permanen, tetapi hanyalah
bersifat sementara, untuk kemudian sampai masanya dilakukanlah
diinvestasi.
3. Motif dari modal ventura adalah motif bisnis yaitu mendapatkan
keuntungan setinggi-tingginya, walaupun dengan resiko yang relative
tinggi pula.
4. Investasi dengan bentuk modal ventura yang dilakukan ke perusahaan
pasangan usahanya bukan investasi jangka pendek, tetapi merupakan
investasi jangka menengah atau jangka panjang.
5. Modal ventura merupakan investasi tanpa jaminan collateral sehingga dibutuhkan kehati-hatian dan kesabaran.
55
6. Investasi tersebut bukan bersifat pembiayaan dalam bentuk pinjaman, tetapi dalam bentuk partisipasi equity, atau setidak-tidaknya loan yang dapat dilakukan ke equity. Sehingga return yang diharapkan oleh perusahaan modal ventura bukanlah bunga atas modal yang ditanam,
melainkan deviden dan capital again.
7. Prototype dari pembiayaan dengan modal ventura adalah pembiayaan yang ditujukan kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi
memiliki potensi untuk berkembang.
8. Investasi modal ventura biasanya dilakukan terhadap perusahaan yang
tidak punya akses untuk mendapatkan kredit perbankan.
Kemudian, berdasarkan dari berbagai pengertian mengenai modal ventura
yang terlah diuraikan di atas sebelumnya, maka dapat pula disimpulkan ciri-ciri
khas modal ventura sebagai berikut :56
a) Bantuan pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha
b) Jangka waktu penyertaan bersifat sementara, sampai pada masanya
dilakukan divestasi.
c) Perusahaan modal ventura terlibat dalam manajemen perusahaan
pasangan usaha yang dibiayai.
d) Pembiayaan bukan dalam bentuk pinjaman (loan), melainkan dalam bentuk penyertaan modal (equity participation).
e) Pembiayaan terutama ditujukan kepada perusahaan berskala kecil atau
masih baru, tetapi berpotensi besar untuk berkembang dan prospek
56
cerah, bidang teknologi atau non-teknologi, atau usaha yang
mengandung terobosan baru.
f) Pembiayaan itu beresiko tinggi, karena modal usaha (risk capital) yang tidak didukung oleh jaminan (collateral).
g) Motif utama adalah bisnis pembiayaan yang mengharapkan
keuntungan (capital gain) relatif tinggi sebagai imbalan pembiayaan resiko tinggi.
h) Pembiayaan umumnya berjangka panjang dari 5 sampai 10 tahun.
4. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura
Pendirian perusahaan modal ventura bukanlah tanpa ada tujuan dan
manfaat. Sebagai lembaga bisnis, usaha modal ventura sudah tentu berorientasi
untuk memperoleh keuntungan yang besar mengingat usaha ini mempunyai
tingkat resiko yang tinggi (high risk). Meskipun demikian, bukan berarti usaha
modal ventura ini tidak mempunyai misi humanistic (humanistic institution), yaitu
lembaga penolong bagi usaha yang masih lemah.
Di sini usaha modal ventura dapat memberikan banyak manfaat bagi
pengembangan usaha, khususnya bagi usaha kecil yang banyak terdapat di
Indonesia.57
1. Tujuan Modal Ventura
Pendirian PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia oleh
Pemerintah sebagai perusahaan modal ventura pertama di Indonesia juga
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Menurut Hoedhiono Kadarisman,
57
maksud dan tujuan didirikannya PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia
ini adalah untuk:58
a) menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha dari
pengusaha kecil dan menengah dengan mengusahakan segala
bantuan yang diperlukan untuk mencapainya, tanpa mengabaikan
kaidah berusaha yang sehat;
b) membantu kelancaran pertumbuhan usaha kecil dan menengah
dengan jalan mengadakan penyertaan modal saham dalam
perusahaan-perusahaan, dan memberikan jaminan jangka
menengah/panjang serta menyediakan bantuan keahlian yang
diberikan untuk mengatasi masalah manajemen perusahaan
bersangkutan;
c) membantu menciptakan kondisi berusaha yang baik bagi
pengusaha kecil dan menengah agar mereka dapat tumbuh menjadi
pengusaha yang dapat diandalkan.
Selain itu, maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara lain :59
a) Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek
penelitian, dimana proyek ini biasanya tanpa memikirkan
keuntungan semata, akan tetapi bersifat pengembangan ilmu
pengetahuan.
58
Hoedhiono Kadarisman, Op.Cit, hlm. 118.
59