HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA
MEDAN TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh :
WAHYU EKO SYAHPUTRA NIM. 111000288
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA
MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
WAHYU EKO SYAHPUTRA NIM. 111000288
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Juli 2015 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Neuropati Perifer adalah gangguan pada saraf tepi yang dapat menimbulkan gejala seperti rasa terbakar, nyeri yang dirasakan dingin, tersengat listrik, kesemutan, nyeri seperti ditusuk jarum, matirasa, dan gatal. Penyebab neuropati perifer salah satunya adalah getaran. Getaran yang didapatkan pekerja berasal dari tempat duduk dan setir. Getaran yang memapari tubuh pekerja tidak hanya mengganggu kenikmatan kerja dan menyebabkan kelelahan namun dapat membahayakan kesehatan seperti neuropati perifer.
Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.Populasi penelitian ini adalah seluruh supir angkutan kota trayek 95 kota Medan yang berjumlah 40 orang, dimana sampel penelitian diambil dengan cara total sampel yang berjumlah 40 orang.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel lama kerja memiliki nilai p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015. Untuk variabel masa kerja memiliki nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015.
Pengukuran getaran pada tempat duduk supir didapatkan hasil sebesar 118,64 µm dan pada setir didapatkan hasil sebesar 87,065 µm, dimana menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 getaran tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak nyaman untuk pekerja.
Neuropati perifer dapat mengganggu kualitas hidup dan mengganggu kenikmatan kerja seseorang dan cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengendalian getaran berupa mengganti bantalan tempat duduk yang sudah tipis dengan yang tebal, menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota, dan memelihara mesin angkutan kota dengan baik.
ABSTRACT
Peripheral neuropathy is disorder in the edge or periphery of nerve which can cause symptoms such as the feeling of inflammation, cold pain, electric shock, prickling sensation in a part of the body, pain as if pierced by needles, numb, and itchy. One of the causes of peripheral neuropathy is the shaking from the seats and steering wheels. Not only will the work comfort and fatigue of workers who are exposed to this shaking be disturbed but they can also be detrimental to peripheral neuropathic.
The research was an analytic survey with cross sectional design. The data were analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis with chi square test. The population was 40 drivers of urban transportation line 95 in Medan, and all of them were used as the samples, using total sampling technique.
The result of the research showed that the variable of work period was p > 0.05 which indicated that there was no correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015. The variable of the length of service was p < 0.05 which indicated that there was the correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015.
The shaking measurement of the drivers’ seats was 118.64 µm and of the drivers’ steering wheels was 87.065 µm. According to the Decree of the Minister of State for Environment No. 49/1996, this shaking could arouse uncomfortable reaction to workers.
Peripheral neuropathic can disturb one’s quality of life and work comfort. The best way to solve it is by controlling the shaking by changing the thin out seat cushions to the thicker ones, using shock absorber devices and standard suspension in order to lessen the buses’ shaking mechanism and to keep the machines in good condition.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, atas limpahan rahmat
dan rezekinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015” sebagai salah
satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penelitian ini
tidak akan terlaksana tanpa bimbingan, bantuan, dorongan dan partisipasi aktif
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
hormat, terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MSselaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
3. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku dosen pembimbing I dan Isyatun
Mardhiyah, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing, mengarahkan,
memberi saran-saran dengan berdiskusi dan memperluas wawasan
berpikir dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.
4. Arfah Mardiana Lubis,SPsi, M.Psi selaku dosen pembimbing
akademik yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan dan
5. Dosen penguji Bapak dr.Muhammad Makmur Sinaga, MS dan Ibu Umi
Salmah, SKM, M.Kesatas masukkannya.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara untuk ilmu dan pengalaman
yang telah diberi kepada penulis selama ini.
7. Bapak Ricardo Hutahaean selaku sekretaris PU. Gajah Mada dan
Supir-supir angkutan kota trayek 95 atas kerjasamanya.
8. Teristimewa orang tua tercinta, Alm. Lainan Bangun dan Sumarni br.
Sitepu yang telah membesarkanku dengan cinta yang tulus, selalu
mengajarkanku untuk menjadi pejuang yang tangguh, pantang
menyerah, dan atas doanya skripsi ini dapat penulis selesaikan.
9. Kakak-kakak ku tersayang, Banci Muli br. Bangun, Juliana br. Bangun,
Leli Aida br. Bangun, Eka Imelda br. Bangun, yang telah memberi doa,
semangat, dan tempat berbagi suka dan duka terimakasih untuk
segalanya.
10.Seluruh keluarga besar penulis, terima kasih untuk dukungan moril dan
doa yang telah di beri.
11.Sahabat-sahabat terbaik (Yudi, Zakaria, Vebrian, Adib, Azmi, Riyadi,
Dwiky) atas doa dan dukungannya.
12.Elvira Siregar, Amdyang telah setia menemani, memberi semangat, dan
13.Rekan-rekan peminatan K3 (Meutia Reza Syahlefi, Winni Anggraini,
Jonri Silaban, Tommy P. Karo-karo, Freddy Rizky Tumanggor,
Fahrunnisa Hariningrum) terimakasih atas dukungannya.
14.Pak Yoe Anto Ginting, pelatih vocal terbaikku, terimakasih atas doa
dan dukungannya.
15.Bang Ripayandi AJP, pelatih drama musikal sekaligus tempat sharing
dalam hal bermusik, terimakasih atas doa dan dukungannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
baik dari segi penulisan, isi, maupun penyajiannya. Penulis dengan penuh
kerendahan hati memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Juli 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
2.2 Pengendalian Paparan Getaran ...20
2.6.4 Nyeri Neuropati Perifer...27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...31
3.2.1 Lokasi ...31 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ...39
4.2 Analisa Univariat ...40
4.3.1 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer ...43
4.3.2 Hubungan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer...44
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian...46
5.2 Karakteristik Nyeri Neuropati ...46
5.3 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer ...47
5.4Hubungan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer ...47
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...51 6.2Saran ...51
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Uji Validitas Kuesioner Douleur Neurophatique (DN4) ...39
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Kuesioner Douleur Neurophatique (DN4) ...40
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Kerja ...40
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja...41
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Douleur Neurophatique (DN4) ...41
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Usia ... .42
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri...42
Tabel 4.8 HasilPengukuranGetaranPadaTempatDudukdanSetir……….43
Tabel 4.9 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer...44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Mengambil Data Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 3. Surat Keterangan Pengukuran Getaran Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
Lampiran 5. Master Pengolahan Data Lampiran 6. Hasil Pengolahan Statistik
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Wahyu Eko Syahputra
Tempat Lahir : Binjai
Tanggal Lahir : 08Juli 1991
Suku Bangsa : Karo
Agama : Islam
Nama Ayah : Alm.Lainan Bangun
Suku Bangsa : Karo
Nama Ibu : Sumarni Br.Sitepu
Suku Bangsa : Karo
Pendidikan Formal
1. SD/Tamat Tahun : SDN 016 Jati Mulya/2004
2. SMP/Tamat Tahun : SMPN 2 Pangkalan Berandan/2007
3. SMA/Tamat Tahun : SMAN 1 Pangkalan Berandan/2010
4. Akademi/Tamat Tahun : S1 Peminatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja FKM USU/2011
5. Lama Studi di FKM USU : 3 tahun 10 bulan
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2012 : Pelatih di Medan Talent School
ABSTRAK
Neuropati Perifer adalah gangguan pada saraf tepi yang dapat menimbulkan gejala seperti rasa terbakar, nyeri yang dirasakan dingin, tersengat listrik, kesemutan, nyeri seperti ditusuk jarum, matirasa, dan gatal. Penyebab neuropati perifer salah satunya adalah getaran. Getaran yang didapatkan pekerja berasal dari tempat duduk dan setir. Getaran yang memapari tubuh pekerja tidak hanya mengganggu kenikmatan kerja dan menyebabkan kelelahan namun dapat membahayakan kesehatan seperti neuropati perifer.
Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.Populasi penelitian ini adalah seluruh supir angkutan kota trayek 95 kota Medan yang berjumlah 40 orang, dimana sampel penelitian diambil dengan cara total sampel yang berjumlah 40 orang.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel lama kerja memiliki nilai p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015. Untuk variabel masa kerja memiliki nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015.
Pengukuran getaran pada tempat duduk supir didapatkan hasil sebesar 118,64 µm dan pada setir didapatkan hasil sebesar 87,065 µm, dimana menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 getaran tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak nyaman untuk pekerja.
Neuropati perifer dapat mengganggu kualitas hidup dan mengganggu kenikmatan kerja seseorang dan cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengendalian getaran berupa mengganti bantalan tempat duduk yang sudah tipis dengan yang tebal, menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota, dan memelihara mesin angkutan kota dengan baik.
ABSTRACT
Peripheral neuropathy is disorder in the edge or periphery of nerve which can cause symptoms such as the feeling of inflammation, cold pain, electric shock, prickling sensation in a part of the body, pain as if pierced by needles, numb, and itchy. One of the causes of peripheral neuropathy is the shaking from the seats and steering wheels. Not only will the work comfort and fatigue of workers who are exposed to this shaking be disturbed but they can also be detrimental to peripheral neuropathic.
The research was an analytic survey with cross sectional design. The data were analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis with chi square test. The population was 40 drivers of urban transportation line 95 in Medan, and all of them were used as the samples, using total sampling technique.
The result of the research showed that the variable of work period was p > 0.05 which indicated that there was no correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015. The variable of the length of service was p < 0.05 which indicated that there was the correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015.
The shaking measurement of the drivers’ seats was 118.64 µm and of the drivers’ steering wheels was 87.065 µm. According to the Decree of the Minister of State for Environment No. 49/1996, this shaking could arouse uncomfortable reaction to workers.
Peripheral neuropathic can disturb one’s quality of life and work comfort. The best way to solve it is by controlling the shaking by changing the thin out seat cushions to the thicker ones, using shock absorber devices and standard suspension in order to lessen the buses’ shaking mechanism and to keep the machines in good condition.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses industrialisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin
meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian
bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan
peralatan kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan
peralatan kerja mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu gerakan yang
teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan
keseimbangannya. Getaran ini menyebar ke lingkungan dan merupakan
bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis.
Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan
kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat di tempat kerja dan
lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2009) .
Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari suatu mesin atau
benda bergerak merupakan sesuatu hal yang tidak disukai,tidak
dikehendaki.Ketika mesin atau benda yang bergerak dirancang dan
dibuat,biasanya telah dijadikan pertimbangan sejauh mana mesin atau benda
bergerak tersebut menimbulkan getaran mekanis. Pada dasarnya getaran
mekanis yang terjadi oleh karena beroperasinya mesin atau peralatan yang
bergerak bukan bagian dari lingkungan kerja yang sengaja direncanakan atau
diciptakan. Selain tidak disukai atau adanya getaran getaran mekanis di luar
kepada kesehatan dan mengganggu pelaksanaanpekerjaan.Untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, perlu ditentukan batas paparan
getaran mekanis sehingga aman bagi tenaga kerja (Suma’mur,2009).
Transportasi darat merupakan salah satu sektor yang terus mengalami
perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan jenis kendaraan yang
semakin banyak dan arus lalu lintas yang semakin padat. Inovasi dalam
bidang ini berjalan terus menerus sesuai kebutuhan manusia akan daya
jangkau dan jelajah yang semakin besar. Namun, disisi lain apabila tidak
ditangani dengan baik teknologi ini dapat berubah menjadi mesin
pembunuh yang sangat berbahaya (Wibowo, 2011).
Ada beberapa faktor dalam lingkungan kerja, salah satunya adalah
faktor fisik yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana
transportasi darat berupa bus adalah paparan getaran yang berasal dari
mesin bus. Getaran ini memapari tubuh pekerja. Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. 51/Menaker/1999 Menyatakan tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisik di Tempat Kerja, getaran mekanis adalah gerakan yang teratur dari
benda atu sebuah media dengan arah bolak balik dari kedudukan
keseimbangan. Getaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Hand Arm
Vibration atau getaran tangan dan lengan pada umumnya dihubungkan
dengan penggunaan pekakas yang bergetar, dan (2) Whole Body Vibration
atau getaran seluruh tubuh, pada umumnya dialami oleh supir atau operator
yangdigunakan di pertanian, transportasi, pertambangan, dan kehutanan
(Joubert, 2001).
Angkutan umummerupakan salah satu alat transportasidarat yang
menggunakan mesin. Mesin pada angkutan umum letaknya tepat dibawah
tempat duduk supir yang merupakan sumber getaran. Angkutan umum yang
beroperasi pada trayek tetap di kota Medan terdiri atas mobil penumpang
umum (angkutan kota) ,bus kecil , bus sedang dan bus besar. Untuk
angkutan umum yang tidak bertrayek dilayani oleh taksi danbecak
mesin.Angkutan kota tertua di kota Medan disebut sudako. Sudako awalnya
adalah jenis minibus daihatsu S38, lalu muncul daihatsu hijet 55 wide dan
diikuti daihatsu hijet 1.000. Karena faktor usia perlahan jenis daihatsu S38
menghilang dan digantikan dengan minibus keluaran lebih baru (Asal usul
angkot medan yang disebut sudako, https://greentravelers.wordpress.com) .
Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan,Armansyah lubis
menegaskan, operasional angkutan kota tua di Medan tidak ada izinnya,
karena Dishub Medan tidak pernah lagi mengeluarkan perpanjangan speksi,
bahkan angkutan kota ini tidak pernah melakukan pengujian kendaraan
berkala. Seharusnya pengujian angkutan kota dilakukan 6 bulan sekali secara
berkala dan diperiksa kelayakan angkutan tersebut mulai dari mesin, rem
hingga pengujian emisinya. Hal ini bertujuan untuk kenyamanan supir dan
penumpang serta menghindari kecelakaan lalu lintas akibat masih
menumpuknya angkutan tua yang sudah tidak layak untuk beroperasi(Angkot
Kenyamanan transportasi tidak lepas dari getaranyangditimbulkan oleh
kondisi kendaraan dan kondisi jalan yang dilalui.Getaran yang berasal dari
kendaraan di pindahkan ke tubuh manusia melalui kaki, pada saat berdiri
maupun duduk,bokong pada saat duduk atau tempat – tempat penyangga
pada sandaran kursi. Keseluruhan media getaran diatas, dapat menyebabkan
getaran seluruh tubuh(Adhy, 2008).
Pemaparan pada vibrasi dapat menyebabkan akibat negatif yang
permanen bila dibiarkan tidak diperiksa dan tidak ditangani. Progress
pengaruh negatif dari getaran terhadap kesehatan bersifat lambat, pada
awalnya mulai terasa nyeri,saat pemaparan vibrasi berlangsung kontiniu, rasa
nyeri berkembang menjadi luka atau penyakit. Nyeri adalah kondisi awal
yang diamati dan harus diarahkan dalam rangka menghentikan akibat
negatif(Soedirman,2014).
Menurut Kvarnstrom (2003) nyeri yang tidak tertangani dengan baik
dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap berbagai aspek dalam hidup,
termasuk diantaranya psikologis dan kapasitas fungsi kehidupan sehari-hari.
Nyeri dan derajat beratnya nyeri memiliki hubungan yang bermakna dengan
gangguan fisik, fungsi emosional, fungsi peran sosial, gangguan tidur dan
penurunan kualitas hidup (Jensen, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adhy Dharma Adly pada
tahun 2007, didapatkan hasil pengukuran getaran yang memapari tubuh
helper rata-rata sebesar 7,24 m/det2 dan salesmen sebesar 6,12 m/det2.
menyebabkan reaksi yang sangat tidak nyaman bagi pekerja. Besarnya
keterpaparan helper disebabkan rambatan getaran mesin langsung diterima
melalui tempat duduk sebelum merambat menuju tempat duduk salesmen(
Adli, 2007).
Pada efek mekanis,sel - sel jaringan mungkin akan rusak atau
metabolismenya terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi
mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada sistim autonom. Kedua
mekanisme ini terjadi secara bersama-sama. Getaran seperti ini dapat
mengganggu kenikmatan kerja, pekerjaan terganggu karena kelelahan dan
dapat berbahaya terhadap kesehatan seperti neuropati perifer pada nervus
medianus didalam terowongan karpal pada pergelangan tangan (Suma’mur,
1996).
Insiden neuropati perifer pada penduduk Amerika diperkirakan diatas
20 juta. Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih
sering pada orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8-9% penderita
yang berobat ke fasilitas kesehatan di Amerika memiliki neuropati perifer
baik sebagai diagnosis primer maupun sekunder. Biaya tahunan yang
dikeluarkan pemerintah Amerika dalam memberikan pelayanan kesehatan
terhadap kerusakan saraf ini mencapai 3,5 miliar dolar ( Wiryana, 2013 ).
Menurut Bennet (1978) dan Tolisson (1998), di Amerika serikat
terdapat kira-kira 75-80 juta penderita nyeri kronik, dengan 25 juta
diantaranya penderita artritis. Diperkirakan ada 600.000 penderita artritis
dari total penduduk diluar nyeri punggung bawah. Untuk nyeri punggung
bawah sendiri diperkirakan 15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995).
Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum diketahui, tetapi diperkirakan
operasi dan trauma penyebab utama nyeri akut (Loeser, 1999).
Di Cina, Chen dkk (2012) melaporkan sebanyak 126 (45,8%) dari
275 pasien pernah mengalami nyeri neuropati dengan durasi bervariasi
antara antara 3 bulan sampai 30 tahun. Sebagian besar pasien mengeluhkan
intensitas nyeri berat (55,5%) dan intensitas sedang (38,9%), dengan
karakteristik nyeri seperti rasa kesemutan (54,8%), rasa seperti terbakar
(24,6%), rasa seperti tersetrum listrik (9,5%), rasa seperti ditekan (8,7%)
dan seperti tersayat (2,4%) (Patricia,2014).
Berdasarkan penelitian Ernesta Patricia Ginting pada tahun 2014, ada
hubungan yang bermakna antara nyeri neuropati dengan terganggunya
kualitas hidup penderita Morbus Hansen. Karakteristik nyeri neuropati pada
penderita Morbus Hansen didapatkan dengan tipe nyeri terbanyak adalah
rasa kesemutan (89,3%), intensitas nyeri terbanyak adalah intensitas ringan
(60,7%), lokasi nyeri terbanyak pada telapak tangan dan kaki (75%), dan
dengan rata-rata durasinya 5,5 bulan ( Patricia, 2014 ).
Saraf perifer memiliki fungsi yang sangat khusus pada bagian tertentu
tubuh, hal ini menyebabkan timbulnya beragam gejala apabila terjadi
kerusakan.Penderita akan mengalami rasa kaku, dingin, pedas, gatal,
kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan diatas kapas,
mungkin akan merasakan gejala yang lebih ekstrem seperti nyeri
terbakarterutama pada malam hari ( Wiryana, 2013).
Angkutan kota trayek 95 merupakan salah satu jenis angkutan umum
tertua yang ada di kota Medan, beradadibawah naungan PU. Gajah Mada
yang beralamat di jalan Veteran No.15 Pulo Brayan Bengkel Baru.
Angkutan kota trayek 95 adalah minibus jenis daihatsu hijet 1000.
Angkutan kota trayek 95 terdiri dari 30 unit dan mulai beroperasi pada
tahun 1984.Penumpang angkutan kota trayek 95 terdiri dari anak sekolah
dan ibu – ibu yang pergi berbelanja ke pajak.
Angkutan kota trayek 95 memiliki 40 pekerja(supir). Supir angkutan
kota trayek 95 mulai mengendarai angkutan kota pukul 05.00-18.00 WIB,
berarti supir terpapar dengan getaran selama 13 jam dalam sehari. Jumlah
ini berakumulasi setiap harinya. Padahal, lamanya seseorang bekerja dengan
baik dalam sehari pada umumnya 6-8 jam. Rute daripada angkutan kota
trayek 95 ini adalah:Pasar IV – Metal – Alumunium –Pasar bengkel – Brayan –
Simpang BW(Cemara).Dari survey pendahuluan yang dilakukan, kondisi dari
angkutan kota trayek 95 sebenarnya sudah tidak layak beroperasi.Dilihat dari
kondisi bantalan tempat duduk supir yang tipis, setir yang sudah tidak
memiliki kulit pelapis, pijakan kaki dankondisi mesin yang tidak baik. Hal
ini tentu akan memperbesarpemaparan getaran terhadap tubuh supir
angkutan kota trayek 95. Disamping itu kondisi jalan yang tidak rata dan
Semakin lama waktukerja dan masa kerja seseorang dengan terpapar
getaran berarti jumlah paparan getaran yang dialami akan berakumulasi
setiap harinya, yang akan menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan.
Dengan melihat permasalahan diatas peneliti ingin melihatapakahada
hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati perifer pada
supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah dianggap penting untuk diteliti, karena dampak getaran yang
mungkin tidak disadari oleh supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan,
yang mengakibatkan gangguan kesehatan, kemungkinan salah satunya adalah
neuropati perifer yang waktu ke waktu akan mempengaruhi derajat
kesehatan supir sesuai dengan lama dan masa kerjanya.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati
perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat getaran pada tempat duduk supir dan setir pada
angkutan kota trayek 95.
2. Untuk mengetahui intensitas nyeri pada supir angkutan kota trayek 95.
3. Untuk mengetahui proporsi nyeri neuropati perifer pada supir angkutan
4. Untuk mengetahui tipe nyeri terbanyak yang dialami supir angkutan kota
trayek 95.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir
angkutan kota trayek 95 di kota Medan.
2.Ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir
angkutan kota trayek 95 di kota Medan.
1.5Manfaat Penelitian
1. Untuk menginformasikan kepada supir dan memberi masukan upaya
pencegahan dampak negatif pemaparan getaran terhadap kesehatan.
2. Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.
3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentangpenyakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Getaran
2.1.1 Pengertian getaran
Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linear(atas – bawah),maju-
mundur,kanan- kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap
suatu titik.Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan
antar bagian mesin atau putaran mesin. Sumber pemaparan biasanya berasal dari
peralatan kerja, mesin kendaraan(forklift), mesin gergaji, mesin bor, gerinda dan
lain-lain. Getaran yang ditimbulkan oleh peralatan dan mesin yang bergetar
dapat memapari tubuh tenaga kerja. Getaran ini akan menjalar pada bagian
tubuh yang terpapar, sehingga bagian tubuh yang terpapar getaran dapat ikut
bergetar. Menurut T Matoba (1982) lamanya waktu pemajanan perhari dapat
meningkatkan keparahan gejala yang diderita pekerja akibat terpapar getaran.
2.1.2 Baku Tingkat Getaran Getaran
BerdasarkanKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.49/KEP/1996Baku tingkat getaran adalah batas maksimal tingkat getaran
yang diperbolehkan, sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
Tabel 1.Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan Frekuensi
(Hz)
Nilai Tingkat Getaran, dalam micron (10-6 meter )
Tidak
Mengganggu
Mengganggu Tidak Nyaman Menyakitkan
4 <100 100-500 >500-1000 >1000
5 <80 80-350 >350-1000 >1000
6,3 <70 70-275 >275-1000 >1000
8 <50 50-160 >160-500 >500
10 <37 37-120 >120-300 >300
12,5 <32 32-90 >90-220 >220
16 <25 25-60 >60-120 >120
20 <20 20-40 >40-85 >85
25 <17 17-30 >30-50 >50
31,5 <12 12-20 >20-30 >30
40 <9 9-15 >15-20 >20
63 <6 6-9 >9-12 >12
2.1.3 Parameter Getaran
Pada getaran ada 4 parameter utama,yaitu:frekuensi, akselerasi atau
percepatan(accelaration),kecepatan(velocity), dan simpangan(displacement).
a. Frekuensi adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan perdetik.
b. Simpangan (displacement) diukur dalam satuan m(meter).
c. Kecepatan(velocity) adalah laju perubahan displacement dalam satuan waktu.
Satuan kecepatan adalah(m/detik).
d. Akselarasi (percepatan adalah laju perubahan velocity dalam satuan
waktu.Satuan akselarasi adalah ( m/det2).
Parameter yang menyebabkan gangguan kesehatan tubuh akibat terpapar
getaran adalah sebagai berikut:
a. lamanya waktu pemaparan
Bila tubuh tenaga kerja terpapar oleh getaran dalam waktu lama, maka
gangguan kesehatan yang ditimbulkan akan semakin parah.
b. Frekuensi getaran, satuannya hertz(Hz).
Efek vibrasiterhadap tubuh akan berbeda pada frekuensi yang
berbeda.Umumnya frekuensi yang sering dijumpai ditempat kerja adalah 1 Hz-
5000 atau 10.000 Hz.
Diukur dalam kecepatan (m/det) atau percepatan(m/det2).
2.1.4 Getaran mekanis
Proses industrialisasi dan modernisasi teknologi selalu disertai mesin
-mesin atau – alat mekanis lain yang dijalankan dengan suatu motor. Sebagian
dari kekuatan mekanis ini disalurkan kepada tubuh pekerja atau lainnya,maka
perlu diketahui lebih lanjut tentang efek buruk dan batas – batas getaran yang
aman bagi tenaga kerja. Sebab – sebab dari gejala akibat getaran adalah:
a. Efek mekanis kepada jaringan.
b. Rangsangan reseptor syaraf di dalam jaringan.
2.1.5 Jenis – Jenis Getaran
Ada 2 jenis getaran yang dapat memapari tenaga kerja di tempat kerja
yaitu:
a. Hand Arm Vibration
Alat manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan mengakibatkan
getaran mekanis pada tangan dan lengan banyak terdapat dan digunakan di
perusahaan. Selama pekerjaan dengan alat manual demikian sifatnya hanya
sekali atau kadang – kadang saja atau jarang, sedangkan getarannya tidak
seberapa, peralatan seperti itu dapat dikatakan tidak akan mendatangkan
gangguan kesehatan atau kecelakaan.
Hand Arm Vibration atau getaran lengan tangan, sering disebut juga
tangan pekerja. Bagian tubuh yang terpapar adalah lengan dan tangan.
Biasanya getaran jenis ini dapat menyebabkan Hand Arm Vibration
Syndrome(HAVS) pada frekuensi 5 Hz-1500 Hz,dan sering juga terjadi pada
frekuensi 125 – 300 Hz. Peralatan yang dapat menimbulkan terjadinya Hand
Arm Vibrationyaitu:mesin gergaji, mesin bor atau martil pneumatik dan lain –
lain.
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran
tangan – lengan masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin
atau alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal,kelainan yang disebabkan
getara tangan – lengan keadaannya memburuk sekali, sehingga kapasitas kerja
sama sekali terganggu dan tenaga kerja harus berhenti dari pekerjaannya. Dari
sudut kecacatan akibat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding
dengan hilangnya perasaan tangan dan tangan yang tidak dapat digunakan
sebagai mestinya. Hal ini terutama benar bagi tenaga kerja yang bekerja
dengan tangan kanan dan memerlukan ketelitian terutama dengan menggunakan
alat kecil yang berputar.Otot – otot menjadi lemah biasanya abduktor jari
kelingking,otot – otot interossea (antar tulang) dan fleksor dari jari-jari.
Parameter besarnya resiko bahaya getaran mekanis berfrekuensi rendah
adalah tenaga yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekuensi
30 Hz. Maka terdapat kesulitan, oleh karena untuk pencegahan dan
tulang dianjurkan frekuensi yang lebih tinggi.Maka dari sudut energi getaran(E
= a2w2), dapat ditinggikan frekuensi dengan dikurangi amplitudo.Tetapi peralatan
sering memberikan suatu amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil
kerja tetap pada kondisi yang sebaik-baiknya.
Nilai Ambang Batas getaran mekanis untuk pemaparan tangan –lengan
dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 meter/detik2
atau 0,40 gravitasi (SNI 16-7063-2004). Dalam hal intensitas getaran mekanis
tangan – lengan melebihi NAB-nya, dapat dilakukan upaya pengendalian dengan
mengurangi waktu pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan getaran
mekanis pada lengan tangan.
Alat untuk mengukur percepatan getaran mekanis pada tangan-lengan
yang dikarenakan oleh pekerjaan yang menggunakan mesin atau peralatan yang
bergetar adalah akselerometer atau transducer yaitu sensor untuk mengukur
percepatan yang disebabkan oleh getaran. Bekerjanya alat pengukur adalah
merubah energi percepatan getaran menjadi energi listrik. Kemudian energi
listrik dalam bentuk arus menggerakan jarum skala atau alat digital dan dengan
demikian perubahan angka yang ditunjukkan jarum dapat langsung dibaca.
Sebelum digunakan akseleramator harus dikalibrasi. Frekuensi yang alat
tersebut peka untuk mengukurnya adalah 5 -1500 Hz.Akseleramator dipasang
pada pegangan tangan atau alat. Pengukuran percepatan dilakukan pada 2 atau 3
basisentris. Sistem basisentris menunjukkan arah percepatan pada pegangan alat
atau mesin, sedangkan sistem biodinamis menunjukkan arah percepatan pada
tangan.
b.Whole Body Vibration
Getaran seluruh tubuh dapat terjadi bila seluruh tubuh dirambati oleh
getaran. Getaran akan merambat tubuh pada posisi duduk di kursi, saat berdiri
atau pada posisi terlentang di lantai/ tempat yang bergetar. Pada umumnya
getaran seluruh tubuh mempunyai frekuensi 1-80 Hz.
Pajanan vibrasi pada seluruh tubuh umumnya disebabkan oleh
mesinindustri/konstruksi,pertanian, atau peralatan transportasi, dapat dibagi
menjadi:
a. Vibrasi frekuensi rendah, misalnya peralatan transportasi darat(bus,truk,kereta
api).
b.Vibrasi frekuensi tinggi, misalnya mesin industri,alat-alat
berat(forklift,traktor,traktor roda gigi,derek, skop elektrik, motor
gandeng,bulldozer), peralatan transportasi udara/laut(helikopter, kapal laut).
c.Syok, peralatan transportasi darat yang berjalan di jalanan yang tidak
rata/berlubang.
Menurut BS (1987) dan ISO(1985) , digunakan standar nilai ambang
batas pajanan vibrasi pada seluruh tubuh yang ditransmisikan dari permukaan
akan lebih besar maka resultan akselerasinya merupakan hasil penjumlahan
vektor ketiga sumbu gerak(ax,ay,az).
Dari eksperimen yang dilakukan, diperoleh fakta efek getaran seluruh
tubuh dapat terjadi pada frekeuensi di bawah 20 Hz dan pada frekuensi 100
Hz, tergantung pada faktor amplitudo,akselerasi, durasi dan arah (vertical atau
lateral) dari getaran. Sumber yang menyebabkan terjadinya getaran seluruh
tubuh adalah kendaraan bermotor seperti forklift,traktor, high dum truck atau
berada di sekitar mesin yang bergetar dan lain-lain.
2.1.6 Efek getaran terhadap kesehatan
a. Getaran lengan dan tangan (Hand Arm Vibration)
Tenaga kerja normal yaitu yang tidak mengalami gangguan getaran
pada tangannya memperlihatkan sedikit saja penurunan suhu kulit tangan tepat
sesudah bekerja mengalami getaran dan suhu kulit tangannya akan naik 1- 2
derajat sesudah terpapar getaran selama 5 menit.
Bila tenaga kerja terpapar oleh getaran lengan tangan,efek dalam
jangka waktu pendek yang akan timbul adalah kelelahan dan ketidaknyamanan
saat bekerja serta turunnya produktivitas kerja. Pemaparan dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan terjadinya carpal tunnelsyndrome(CTS).
Gejala yang timbul akibat hand arm vibration syndrome adalah: mati
aktivitas kerja. Selanjutnya ujung jari memutih, ada rasa sakit jika aliran
darah kembali normal.
Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran
yang menyebabkan fenomin Raynaud.Frekuensi sekitar 30-40 Hz adalah penyebab
terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari 35
Hz. Frekuensi diatas 160 Hz mengakibatkan bukan gejala demikian, melainkan
gejala iritasi saraf.
Vibrasi dapat menyebabkan perubahan dalam tendon,otot, tulang dan
sendi, dan dapat mempengaruhi sistem saraf. Secara kolektif, efek vibrasi
tangan lengan dikenal denganhand arm vibration syndrome(HAVS).
Tenaga kerja yang mengalami HAVS akan mengalami:
a. Serangan pemutihan(blancing) satu jari atau lebih bila juga terpapar dingin.
b. Rangsangan nyeri seperti disengat (tingling) dan kehilangan rasa di jari.
c. Kehilangan rasa rabaan lembut.
d. Sensasi nyeri dan dingin diantara serangan jari menjadi putih(white finger).
e. Kehilangan kekuatan menggemgam.
f. Struktur tulang membentuk kista di jari dan pergelangan tangan.
Perkembangan dari HAVS bersifat bertahan dan keparahan semakin lama
semakin meningkat. HAVS mungkin menjadi dapat diamati secara klinis
setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Pada pemaparanhand armvibration,
mengakibatkanwhite finger dalam lingkungan dingin. Keparahan dari sindrom
hand arm vibration tergantung dari beberapa faktor seperti karakteristik dari
pemaparan vibrasi, pelaksanaan kerja, riwayat perorangan, dan kebiasaan.
Sindrom getaran tangan lengan juga dikenal dengan fenomena raynaud
akibat kerja. Fenomena raynaud disebabkan oleh kondisi aliran darah ke
ekstremitas terganggu.Faktor lingkungan kerja berperan dalam terjadinya fenomena
tersebut, dimana hal ini biasanya berarti terjadinya konstriksi saluran darah di
tangan yang mengarah ke gejala seperti nyeri, nyeri seperti disengat, serta
pemucatan jari dan ibu jari.
b.Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration)
Suma’mur (1996) menyatakan bahwa efek dari paparan whole body
vibrationberbeda – beda tergantung pada tingkatan akselerasi,frekuensi, dan cara
pemaparannya keseluruh tubuh. Secara umum,whole body vibration dapat
menyebabkan nyeri, penglihatan kabur dan gemetaran (shakeness) kerusakan
organ bagian dalam serta nyeri tulang belakang.
Ada beberapa efek getaran seluruh tubuh terhadap kesehatan,seperti:
a. Getaran seluruh tubuh dapat menyebabkan kelelahan, sulit tidur, sakit kepala
dan “gemetar” secara singkat setelah atau selama pemaparan. Gejala yang sama
terhadap kesehatan tersebut kebanyakan orang setelah mengalami perjalanan
panjang dengan mobil atau kapal. Setelah seharian mengalami pemaparan
b. Orang – orang dibawah usia 20 tahun khususnya rentan terhadap
pengaruh-pengaruh getaran.Efek – efek getaran yang merugikan dipertinggi dengan adanya
disfungsi otonom, penyakit pembuluh dan syaraf perifer.
c. Efek vibrasi dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini didapatkan
sebesar–besarnya pada frekuensi alami yang menyebabkan resonansi.Leher dan
kepala, pinggul dan perineum, serta kesatuan otot – otot dan tulang terdiri dari
jaringan lemah dengan bagian keras bersama, dan beresonansi baik terhadap 10
Hz. Pharynx beresonansi terhadap 13-15 Hz.Getaran – getaran kuat menyebabkan
perasaan sakit yang luar biasa.
d. Sistim peredaran darah dipengaruhi hanya oleh getaran – getaran dengan
intensitas tinggi. Tekanan darah,denyut jantung, pemakaian oksigen dan volume
perdenyut berubah sedikit pada intensitas 0,6 g tetapi berubah banyak pada
1,2 g dengan frekuensi 6-10 Hz. Dari semua alat badan, mata paling banyak
dipengaruhi oleh getaran mekanis . Pada frekuensi sampai dengan 4 Hz, mata
masih dapat mengikuti getaran – getaran antara kepala dan sasaran, sedangkan
untuk frekuensi selanjutnya, tidak dapat lagi mata mengikutinya. Pada frekuensi
tinggi, Penglihatan juga terganggu, manakala amplitudo lebih besar dari jarak
dua kali retina. Pengaruh getaran dibawah 16 Hz kepada cochlea belum
diketahui secara pasti dan masih dalam penelitian.
e. Saat seluruh pekerjaan terpapar, sensitifitas setiap individu beraneka macam
Mengenal dan memahami berbagai aspek penyakit akibat kerja sebagai
salah satu aspek resiko akibat pekerjaan atau lingkungan kerja, merupakan
langkah awal guna meminimalisasi akibat yang tidak dikehendaki. Sikap
menunggu atau membiarkan seorang pekerja menderita penyakit akibat kerja,
jelas merupakan tindakan yang sangat merugikan (Budiono,2003).
Habsari (2003) Pengendalian yang perlu dilakukan untuk mengurangi paparan
getaran mekanis dengan cara pengendalian teknis seperti:
a. Memelihara mesin angkutan kota dengan baik, selalu mengganti bagian
bagian mesin yang rusak dan pemberian pelumas yang teratur.
b. Perlu juga diperhatikan kondisi angkutan kota seperti ban harus dipompa
dengan baik.
c. Menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga
dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota.
d. Sedangkan bentukpenyediaan Alat PelindungDiri berupa modifikasi bentuk
tempat duduk supir yang berfungsi juga untuk mengurangi paparan
getarandirasa sangat dibutuhkan akan tetapi untuk memenuhinya memerlukan
biaya yang sangat besar karena harusmendesain ulang bentuk tempat duduk
dan menggunakan peredam berupa bantalan yang tebal.
e. Membuat kartu pemeriksaan atau laporan rutin tentang kondisi angkutankota
tiap bulan sehingga dapat dipakai untuk pemeliharaan angkutan kota secara
serta meningkatkan produktivitas kerja sehingga pekerja dapat melakukan
aktivitasnya dalam keadaan selamat dan sehat.
2.3 Saraf
2.3.1 Pengertian Saraf
Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan
sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dan antar bagian
sistem saraf dengan lainnya. Neuron kadang disebut sebagai sel-sel saraf meski
istilah ini sebenarnya kurang tepat karena banyak sekali neuron yang tidak
membentuk saraf.
Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa
sinyal sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal
dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar. Sinyal tersebut
seringkali disebut impuls saraf.
2.3.2 Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem yang terdiri dari otak, sumsum tulang
belakang, dan jaringan kompleks neuron. Sistem ini bertanggungjawab untuk
mengirim, menerima, dan menafsirkan informasi dari semua bagian tubuh.
Sistem saraf memonitor dan mengkoordinasikan fungsi organ internal dan
merespon perubahan dalam lingkungan eksternal. Sistem ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
motorik) ke sistem saraf pusat. Sel-sel sistem saraf sensorik mengirim
informasi ke sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari rangsangan
eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik membawa informasi dari sistem saraf
pusat ke organ, otot, dan kelenjar. Saraf perifer meliputi 12 saraf kranial, saraf
tulang belakang, dan saraf otonom yang mengatur otot jantung, otot-otot di
dinding pembuluh darah, dan kelenjar.
Sistem saraf pusat adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang. Sistem ini adalah salah satu dari dua bagian
utama sistem saraf, yang lainnya adalah sistem saraf perifer yang berada diluar
otak dan sumsum tulang belakang.
2.4Saraf Perifer
Saraf perifer terdiri dari saraf kranial dan spinal yang menghubungkan
otak dan medula spinalis ke jaringan tepi. Medula spinalis terdiri dari 31
pasang saraf spinal yang mengandung campuran serabut-serabut sensorik dan
motorik. Dalam saraf tepi, serabut disusun dalam berkas terpisah yang dikenal
dengan fascikel. Kurang dari setengah saraf dilapisi oleh lapisan myelin.
Serabut-serabut yang tak bermyelin berjalan sepanjang permukaan sel-sel
schwann. Tiap sel schwann dikelilingi jaringan serabut-serabut kolagen
retikuler, yaitu endoneurium.
Sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem
kontraksi otot atau sekresi kelenjar sedangkan serabut aferen biasanya
menghantarkan rangsang sensorik dari kulit, selaput lendir dan struktur yang
lebih dalam (Groot,1997).
Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf tepi yang selanjutnya akan
dihantarkan oleh sistem saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke sistem
saraf pusat. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk
kemudian jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi
menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf
yang membawa jawaban atau respon adalah sistem saraf motorik. Jawaban
yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter)
dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban
volunter melibatkan sistem saraf somatik sedangkan yang involunter melibatkan
sistem saraf otonom. Efektor dari sistem saraf somatik adalah otot rangka
sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot
jantung dan kelenjar sebasea (Ganong, 2003).
2.5 Gangguan Neurologis Akibat Kerja
Agen – agen yang menyebabkan gangguan neurologis akibat kerja dapat
mengenai sistem saraf perifer. Salah satu gangguan neurologis akibat kerja
adalah Neuropati perifer yang salah satu penyebabnya adalah getaran.Paparan
jangka panjang atau menengah yang tidak terkendali terhadap getaran dapat
Salah satu gangguan neurologis adalah cedera saraf tepi. Cedera saraf
tepi biasanya sebagai akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, laserasi oleh
benda tajam, penetrasi trauma, trauma peregangan, fraktur dan luka tembak.
Cedera saraf sebagian besar terjadi pada ekstremitas atas dan sebagian besar
mengenai saraf ulnar, radial, dan digital.
Kerusakan saraf akibat trauma tergantung pada jenis, letak serta
besarnya cedera pada saraf yang bersangkutan. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya cedera saraf tepi, namun tiga penyebab paling sering
yang menimbulkan cedera adalah luka terbuka, traksi, patah tulang, serta
cedera sendi.
Studi pada 938 pasien di turki dengan cedera saraf dan distribusi cedera
saraf menunjukkan bahwa cedera saraf tepi sebesar 1165, cedera Pleksusus
Brakhialis sebesar 76, dan cedera Pleksus lumbalis sebesar 7. Cedera saraf
yang paling sering adalah cedera saraf ulnar pada ekstremitas atas dan cedera
saraf iskhiadikus pada ekstremitas bawah (Eser dkk, 2009).
2.6Neuropati Perifer
2.6.1 Pengertian Neuropati Perifer
Neuropati periferdidefinisikan sebagai kerusakan dari sistem saraf
perifer,jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang
belakang (sistem saraf pusat) ke setiap bagian tubuh lainnya dan sebaliknya.
Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada
orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8 – 9 % penderita yang berobat
ke fasilitas kesehatan di Amerika memiliki neuropati perifer baik sebagai
diagnosis primer maupun sekunder.
Neuropati perifer dapat diturunkan (herediter) ataupun didapat(acquired).
Penyebab dari neuropati periferyang didapat termasuk didalamnya cedera
fisik(trauma) pada saraf.
2.6.2 Jenis – jenis Neuropati Perifer
a. Pembagian menurut berat ringannya:
1.Ringan : Jika hanya ada keluhan sensorik subjektif saja.
2.Sedang: Jika ada keluhan sensorik, motorik dan penurunan refleks.
3.Berat : Jika ada keluhan sensorik,motorik, refleks dan atrofi otot
b. Pembagian menurut jumlah saraf yang terlibat:
1.Mononeuropati
Gangguan pada satu saraf perifer, dapat terjadi karena adanya gangguan
kompressi, lipatan atau tarikan dari jaringan sekitarnya terhadap individu saraf
tepi yang bersangkutan, terutama jika ia melalui aluran yang sempit. Penyebab
dari neuropati perifer untuk jenis mononeuropati adalah getaran. Contoh
mononeuropati yang paling sering terjadi adalah sindrom terowongan karpal.
2.Polineuropati
2.6.3 Gejala Neuropati Perifer
a. Gangguan Sensorik
Keterlibatan serabut saraf sensorik menyebabkan rasa kaku ,dingin,pedas,
gatal dan kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan
diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada kaki.Perasaan
– perasaan tersebut pertama kali terasa pada daerah ujung tangan dan kaki.
b. Gangguan Motorik
Kelemahan bersifat lower motor neuron.Mula – mula gejala awal pasien
kesulitan untuk memutar pintu kunci, membuka kancing baju, memutar tutup
botol dan gerakan tangkas lainnya.
2.6.4 Nyeri Neuropati
Nyeri didefinisikan oleh Internasional Association for Study of Pain
(IASP), adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Nyeri terdiri atas dua komponen
utama yaitu komponen sensorik (fisik) dan komponen emosional (psikogenik).
Nyeri bisa bervariasi berdasarkan: waktu dan lamanya berlangsung (transien,
intermitten, persisten), intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tajam, tumpul,
dan terbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal, atau difus). Disamping
itu, nyeri pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang
digambarkan sebagai penderitaan.
menghasilkan disetesia, ketidaknyamanan, dan sensasi yang berbeda dari sensasi
nyeri biasa. Jenis nyeri disetesia ini kadang dideskripsikan sebagai sensasi
terbakar, kesemutan, rasa kebal/tak dapat merasakan apapun, sensasi seperti
ditekan, diperas, dan gatal-gatal dan sering dinyatakan sebagai sensasi yang
sangat tidak enak atau bahkan tidak tertahankan.
Nyeri neuropati dapat bersifat konstan dan menetap. Selain nyeri yang
terus menerus, juga dapat terjadi nyeri yang tumpang tindih, hilang-muncul
(intemiten), nyeri seperti syok, yang seringkali dicirikan dengan sensasi nyeri
yang tajam, seperti tersengat listrik/elektrik, mengejutkan, seperti disobek/robek,
atau kejang. Pasien dengan nyeri neuropati juga dapat menunjukkan hilangnya
sensasi, nyeri yang dipicu, disfungsi simpatis atau motorik, dan abnormalitas
refleks. Pasien dengan nyeri yang dipicu kembali (evoked pain) menunjukkan
perubahan ambang batas nyeri dan mungkin mengalami hiperalgesia, allodinia,
hiperestesia (yaitu peningkatan sensitivitas terhadap stimulasi), dan hiperpatia
(misalnya sindroma nyeri yang sangat, ditandai dengan peningkatan reaksi,
seringkali eksplosif, terhadap stimulus).
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian LAMA KERJA
MASA KERJA
2.8 Definisi Operasional 2.8.1 Lama kerja
Lama kerja adalah lamanya seseorang bekerja secara baik pada
umumnya 6 – 8 jamsehari.Sisanya(16-18 jam)dipergunakan untuk kehidupan
dalam keluarga dan masyarakat,istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang
waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi
yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta
kecenderungan timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan.Dalam
seminggu,seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40 – 50 jam.
Lebih dari itu, terlihat kecenderungan tumbuhnya hal – hal yang negatif. Makin
lama kerja seseorang, makin besar kemungkinan terjadinya hal – hal yang tak
diingini(Suma’mur, 1996).
2.8.2 Masa kerja
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja
di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.
Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya
masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja.
Menurut M.A. Tulus (1992:121) Masa kerja dikategorikan menjadi 3
2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun
3. Masa kerja lama : > 10 tahun
Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin sering terpapar
getaran dan paparan getaran yang dialami oleh pekerja akan berakumulasi
setiap harinya yang akan berdampak buruk terhadap kesehatannya.
2.8.3Neuropati Perifer
Neuropati perifer didefinisikan sebagai kerusakan dari sistem saraf
perifer, jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum
tulang belakang (sistem saraf pusat) ke setiap bagian tubuh lainnya dan
sebaliknya.
Gejala yang umum ditimbulkan oleh neuropati perifer seperti rasa kaku
,dingin,pedas, gatal dan kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum,rasa terbakar,
rasa berjalan diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada
kaki.Perasaan – perasaan tersebut pertama kali terasa pada daerah ujung tangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan
crossectional untuk mengetahui apakah ada hubungan lama kerja dan masa kerja dengan
neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95.
3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat
Penelitian ini dilaksanakan diPangkalan pasar IV.Adapun alasan mengambil
lokasi ini karena pangkalan pasar IV adalah tempat berkumpulnya supir angkutan kota
trayek 95.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulanMei - Juni 2015.
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997).Populasi dalam penelitian
ini berjumlah 40 orang.
3.3.2 Sampel
Padapenelitianini,pengambilansampeldilakukansecaratotalsampel
dimanaseluruhpopulasidijadikansampelpenelitian, karena seluruh supir beresiko
mengalami paparan getaran setiap hari dalam waktu yang lama sehingga
Pengukuran dilakukan dengan cara:
1. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan adalah Douleur Neurophatique en 4 question (DN4),
yaitu salah satu alat bantu diagnostik untuk menentukan adanya nyeri neuropati, yang
menggunakan gabungan antara wawancara dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
ini relatif sederhana dan mudah untuk dikerjakan. DN4 terdiri dari 7 item deskripsi
sensoris dan 3 item pemeriksaan disfungsi sensoris. Nilai empat atau lebih
menunjukkan suatu nyeri neuropati.
Cara kerja dan peralatan :
a. Lama kerja dan Masa kerja didapatkan dari wawancara dengan pekerja.
b. Wawancara dengan pekerja mengenai gejala nyeri yang dirasakan.
c. Mengukur penurunan rasa raba (hipestesi) dengan menggunakan kuas halus.
-Pekerja diminta untuk menutup mata pada saat pemeriksaan berlangsung.
-Ujung kuas disapukan pada permukaan tangan dan kaki pekerja.
-Pekerja diminta untuk merespon apakah terasa sentuhan tersebut atau tidak.
d. Mengukur penurunan rasa nyeri tekan / tusuk dengan menggunakan jarum pentol.
-Pekerja diminta untuk menutup mata pada saat pemeriksaan berlangsung.
-Rangsangan berganti-ganti antara ujung yang tajam dan ujung yang tumpul.
-Mintalah responden untuk membedakan bermacam-macam rangsangan tersebut.
-Mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak kearah yang normal.
Kemudian responden diminta untuk menunjukkan kapan mulai merasakan ketajaman
yang lebih jelas, yang perlu dicatat adalah perubahan sensasi. Sensasi ini paling baik
dalam menentukan batas gangguan sensorik dibandingkan dengan sensasi yang lain.
b. Tidak = 0
Kemudian nilai total yang didapatkan dari jawaban responden dikategorikan
menjadi 2 yaitu:
a. 0-3 = Nyeri Nosiseptif
b. ≥4 = Nyeri Neuropati
2. Pengukuran intensitas nyeri
Intensitas nyeri digunakan untuk mengetahui seberapa parah tingkat nyeri yang
dirasakan oleh penderita. Pengukuran intensitas nyeri pada penelitian ini menggunakan
Visual Analog Scale (VAS) yang terdiri dari skala 0-10. Angka 0 menunjukkan tidak
adanya nyeri dan angka 10 menunjukkan yang paling nyeri.
Cara kerja dan peralatan:
a.Buat garis lurus sepanjang 10 cm dan berikan tanda 0 pada ujung kiri garis dan 10
pada ujung kanan.
b.Instruksikan pada pasien untuk membuat tanda ( I ) yang memotong rentang garis
dengan skala 0-10 cm.
c.Ukurlah dengan penggaris dari titik 0 kearah tanda garis yang dibuat pasien.
d.Penilaian.
Setelah dilakukan pengukuran, skala pada VAS dikategorikan menjadi :
a.0-1 :Tidak nyeri
b.2-3 :Nyeri ringan
c.4-6 :Nyeri sedang
d.7-8 :Nyeri berat
e.9-10 :Nyeri sangat berat
Cara kerja dan peralatan:
a. Pilih sensor atau tranducer untuk getaran seluruh tubuh (sensor piringan
hitam).
b. Sambungkan kabel konektor sensor dengan unit vibrationmeter.
c. Posisikan sensor pada titik yang ditentukan(kaki,punggung, atau tempat duduk).
d. Pastikan kondisi baterai baik.
e. Hidupkan alat dengan cara menekan bersama –sama tombol “pause” dan “start”.
f. Tekan tombol Menu/ Enter untuk memilih setting yang diinginkan.
g. Rekam hasil pengukuran dengan cara manual atau otomatis.
h. Untuk memulai Pengumpulan data secara otomatis tekan tombol “start”-“stop”.
i. Untuk menghentikan pengumpulan data sementara tekan tombol “pause”.
j. Mengakhiri pengumpulan data tekan tombol “start’-“stop”.
k. Mematikan alat,tekan tombol “Pause” dan “start - stop” bersamaan sampai alat OFF.
3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner dan pengukuran secara langsung.
Kuesioner yang digunakan adalah Douleur Neurophatique (DN4). DN4 ini memiliki
sensitivitas 84% dan spesitifitas 90% dalam menentukan suatu nyeri neuropati.
Alat ukur DN4 ini dibuat di Perancis dan telah diterjemahkan keberbagai
bahasa (Bennet dkk, 2004). Realibilitas DN4 dalam versi bahasa Indonesia sudah
cukup pernah dilakukan dan dinyatakan dapat dipercaya (reliable) dengan koefisien
kappa 0,86 (Lestari dkk, 2013).
Pengukuran getaran mesin kendaraan dengan menggunakan alat vibration meter