• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA

MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

WAHYU EKO SYAHPUTRA NIM. 111000288

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA

MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

WAHYU EKO SYAHPUTRA NIM. 111000288

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015 Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Neuropati Perifer adalah gangguan pada saraf tepi yang dapat menimbulkan gejala seperti rasa terbakar, nyeri yang dirasakan dingin, tersengat listrik, kesemutan, nyeri seperti ditusuk jarum, matirasa, dan gatal. Penyebab neuropati perifer salah satunya adalah getaran. Getaran yang didapatkan pekerja berasal dari tempat duduk dan setir. Getaran yang memapari tubuh pekerja tidak hanya mengganggu kenikmatan kerja dan menyebabkan kelelahan namun dapat membahayakan kesehatan seperti neuropati perifer.

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.Populasi penelitian ini adalah seluruh supir angkutan kota trayek 95 kota Medan yang berjumlah 40 orang, dimana sampel penelitian diambil dengan cara total sampel yang berjumlah 40 orang.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel lama kerja memiliki nilai p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015. Untuk variabel masa kerja memiliki nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015.

Pengukuran getaran pada tempat duduk supir didapatkan hasil sebesar 118,64 µm dan pada setir didapatkan hasil sebesar 87,065 µm, dimana menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 getaran tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak nyaman untuk pekerja.

Neuropati perifer dapat mengganggu kualitas hidup dan mengganggu kenikmatan kerja seseorang dan cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengendalian getaran berupa mengganti bantalan tempat duduk yang sudah tipis dengan yang tebal, menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota, dan memelihara mesin angkutan kota dengan baik.

(6)

ABSTRACT

Peripheral neuropathy is disorder in the edge or periphery of nerve which can cause symptoms such as the feeling of inflammation, cold pain, electric shock, prickling sensation in a part of the body, pain as if pierced by needles, numb, and itchy. One of the causes of peripheral neuropathy is the shaking from the seats and steering wheels. Not only will the work comfort and fatigue of workers who are exposed to this shaking be disturbed but they can also be detrimental to peripheral neuropathic.

The research was an analytic survey with cross sectional design. The data were analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis with chi square test. The population was 40 drivers of urban transportation line 95 in Medan, and all of them were used as the samples, using total sampling technique.

The result of the research showed that the variable of work period was p > 0.05 which indicated that there was no correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015. The variable of the length of service was p < 0.05 which indicated that there was the correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015.

The shaking measurement of the drivers’ seats was 118.64 µm and of the drivers’ steering wheels was 87.065 µm. According to the Decree of the Minister of State for Environment No. 49/1996, this shaking could arouse uncomfortable reaction to workers.

Peripheral neuropathic can disturb one’s quality of life and work comfort. The best way to solve it is by controlling the shaking by changing the thin out seat cushions to the thicker ones, using shock absorber devices and standard suspension in order to lessen the buses’ shaking mechanism and to keep the machines in good condition.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, atas limpahan rahmat

dan rezekinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015” sebagai salah

satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penelitian ini

tidak akan terlaksana tanpa bimbingan, bantuan, dorongan dan partisipasi aktif

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa

hormat, terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MSselaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja.

3. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku dosen pembimbing I dan Isyatun

Mardhiyah, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing, mengarahkan,

memberi saran-saran dengan berdiskusi dan memperluas wawasan

berpikir dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.

4. Arfah Mardiana Lubis,SPsi, M.Psi selaku dosen pembimbing

akademik yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan dan

(8)

5. Dosen penguji Bapak dr.Muhammad Makmur Sinaga, MS dan Ibu Umi

Salmah, SKM, M.Kesatas masukkannya.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara untuk ilmu dan pengalaman

yang telah diberi kepada penulis selama ini.

7. Bapak Ricardo Hutahaean selaku sekretaris PU. Gajah Mada dan

Supir-supir angkutan kota trayek 95 atas kerjasamanya.

8. Teristimewa orang tua tercinta, Alm. Lainan Bangun dan Sumarni br.

Sitepu yang telah membesarkanku dengan cinta yang tulus, selalu

mengajarkanku untuk menjadi pejuang yang tangguh, pantang

menyerah, dan atas doanya skripsi ini dapat penulis selesaikan.

9. Kakak-kakak ku tersayang, Banci Muli br. Bangun, Juliana br. Bangun,

Leli Aida br. Bangun, Eka Imelda br. Bangun, yang telah memberi doa,

semangat, dan tempat berbagi suka dan duka terimakasih untuk

segalanya.

10.Seluruh keluarga besar penulis, terima kasih untuk dukungan moril dan

doa yang telah di beri.

11.Sahabat-sahabat terbaik (Yudi, Zakaria, Vebrian, Adib, Azmi, Riyadi,

Dwiky) atas doa dan dukungannya.

12.Elvira Siregar, Amdyang telah setia menemani, memberi semangat, dan

(9)

13.Rekan-rekan peminatan K3 (Meutia Reza Syahlefi, Winni Anggraini,

Jonri Silaban, Tommy P. Karo-karo, Freddy Rizky Tumanggor,

Fahrunnisa Hariningrum) terimakasih atas dukungannya.

14.Pak Yoe Anto Ginting, pelatih vocal terbaikku, terimakasih atas doa

dan dukungannya.

15.Bang Ripayandi AJP, pelatih drama musikal sekaligus tempat sharing

dalam hal bermusik, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

baik dari segi penulisan, isi, maupun penyajiannya. Penulis dengan penuh

kerendahan hati memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Juli 2015

Penyusun

(10)

DAFTAR ISI

2.2 Pengendalian Paparan Getaran ...20

(11)

2.6.4 Nyeri Neuropati Perifer...27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...31

3.2.1 Lokasi ...31 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ...39

4.2 Analisa Univariat ...40

4.3.1 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer ...43

4.3.2 Hubungan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer...44

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian...46

5.2 Karakteristik Nyeri Neuropati ...46

5.3 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer ...47

5.4Hubungan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer ...47

(12)

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ...51 6.2Saran ...51

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Uji Validitas Kuesioner Douleur Neurophatique (DN4) ...39

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Kuesioner Douleur Neurophatique (DN4) ...40

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Kerja ...40

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja...41

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Douleur Neurophatique (DN4) ...41

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Usia ... .42

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri...42

Tabel 4.8 HasilPengukuranGetaranPadaTempatDudukdanSetir……….43

Tabel 4.9 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer...44

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Mengambil Data Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 3. Surat Keterangan Pengukuran Getaran Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Master Pengolahan Data Lampiran 6. Hasil Pengolahan Statistik

(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Eko Syahputra

Tempat Lahir : Binjai

Tanggal Lahir : 08Juli 1991

Suku Bangsa : Karo

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm.Lainan Bangun

Suku Bangsa : Karo

Nama Ibu : Sumarni Br.Sitepu

Suku Bangsa : Karo

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat Tahun : SDN 016 Jati Mulya/2004

2. SMP/Tamat Tahun : SMPN 2 Pangkalan Berandan/2007

3. SMA/Tamat Tahun : SMAN 1 Pangkalan Berandan/2010

4. Akademi/Tamat Tahun : S1 Peminatan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja FKM USU/2011

5. Lama Studi di FKM USU : 3 tahun 10 bulan

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2012 : Pelatih di Medan Talent School

(17)

ABSTRAK

Neuropati Perifer adalah gangguan pada saraf tepi yang dapat menimbulkan gejala seperti rasa terbakar, nyeri yang dirasakan dingin, tersengat listrik, kesemutan, nyeri seperti ditusuk jarum, matirasa, dan gatal. Penyebab neuropati perifer salah satunya adalah getaran. Getaran yang didapatkan pekerja berasal dari tempat duduk dan setir. Getaran yang memapari tubuh pekerja tidak hanya mengganggu kenikmatan kerja dan menyebabkan kelelahan namun dapat membahayakan kesehatan seperti neuropati perifer.

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.Populasi penelitian ini adalah seluruh supir angkutan kota trayek 95 kota Medan yang berjumlah 40 orang, dimana sampel penelitian diambil dengan cara total sampel yang berjumlah 40 orang.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel lama kerja memiliki nilai p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015. Untuk variabel masa kerja memiliki nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015.

Pengukuran getaran pada tempat duduk supir didapatkan hasil sebesar 118,64 µm dan pada setir didapatkan hasil sebesar 87,065 µm, dimana menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 getaran tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak nyaman untuk pekerja.

Neuropati perifer dapat mengganggu kualitas hidup dan mengganggu kenikmatan kerja seseorang dan cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengendalian getaran berupa mengganti bantalan tempat duduk yang sudah tipis dengan yang tebal, menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota, dan memelihara mesin angkutan kota dengan baik.

(18)

ABSTRACT

Peripheral neuropathy is disorder in the edge or periphery of nerve which can cause symptoms such as the feeling of inflammation, cold pain, electric shock, prickling sensation in a part of the body, pain as if pierced by needles, numb, and itchy. One of the causes of peripheral neuropathy is the shaking from the seats and steering wheels. Not only will the work comfort and fatigue of workers who are exposed to this shaking be disturbed but they can also be detrimental to peripheral neuropathic.

The research was an analytic survey with cross sectional design. The data were analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis with chi square test. The population was 40 drivers of urban transportation line 95 in Medan, and all of them were used as the samples, using total sampling technique.

The result of the research showed that the variable of work period was p > 0.05 which indicated that there was no correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015. The variable of the length of service was p < 0.05 which indicated that there was the correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015.

The shaking measurement of the drivers’ seats was 118.64 µm and of the drivers’ steering wheels was 87.065 µm. According to the Decree of the Minister of State for Environment No. 49/1996, this shaking could arouse uncomfortable reaction to workers.

Peripheral neuropathic can disturb one’s quality of life and work comfort. The best way to solve it is by controlling the shaking by changing the thin out seat cushions to the thicker ones, using shock absorber devices and standard suspension in order to lessen the buses’ shaking mechanism and to keep the machines in good condition.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses industrialisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin

meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian

bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan

peralatan kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan

peralatan kerja mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu gerakan yang

teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan

keseimbangannya. Getaran ini menyebar ke lingkungan dan merupakan

bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis.

Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan

kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat di tempat kerja dan

lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2009) .

Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari suatu mesin atau

benda bergerak merupakan sesuatu hal yang tidak disukai,tidak

dikehendaki.Ketika mesin atau benda yang bergerak dirancang dan

dibuat,biasanya telah dijadikan pertimbangan sejauh mana mesin atau benda

bergerak tersebut menimbulkan getaran mekanis. Pada dasarnya getaran

mekanis yang terjadi oleh karena beroperasinya mesin atau peralatan yang

bergerak bukan bagian dari lingkungan kerja yang sengaja direncanakan atau

diciptakan. Selain tidak disukai atau adanya getaran getaran mekanis di luar

(20)

kepada kesehatan dan mengganggu pelaksanaanpekerjaan.Untuk melindungi

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, perlu ditentukan batas paparan

getaran mekanis sehingga aman bagi tenaga kerja (Suma’mur,2009).

Transportasi darat merupakan salah satu sektor yang terus mengalami

perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan jenis kendaraan yang

semakin banyak dan arus lalu lintas yang semakin padat. Inovasi dalam

bidang ini berjalan terus menerus sesuai kebutuhan manusia akan daya

jangkau dan jelajah yang semakin besar. Namun, disisi lain apabila tidak

ditangani dengan baik teknologi ini dapat berubah menjadi mesin

pembunuh yang sangat berbahaya (Wibowo, 2011).

Ada beberapa faktor dalam lingkungan kerja, salah satunya adalah

faktor fisik yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana

transportasi darat berupa bus adalah paparan getaran yang berasal dari

mesin bus. Getaran ini memapari tubuh pekerja. Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No. 51/Menaker/1999 Menyatakan tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisik di Tempat Kerja, getaran mekanis adalah gerakan yang teratur dari

benda atu sebuah media dengan arah bolak balik dari kedudukan

keseimbangan. Getaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Hand Arm

Vibration atau getaran tangan dan lengan pada umumnya dihubungkan

dengan penggunaan pekakas yang bergetar, dan (2) Whole Body Vibration

atau getaran seluruh tubuh, pada umumnya dialami oleh supir atau operator

(21)

yangdigunakan di pertanian, transportasi, pertambangan, dan kehutanan

(Joubert, 2001).

Angkutan umummerupakan salah satu alat transportasidarat yang

menggunakan mesin. Mesin pada angkutan umum letaknya tepat dibawah

tempat duduk supir yang merupakan sumber getaran. Angkutan umum yang

beroperasi pada trayek tetap di kota Medan terdiri atas mobil penumpang

umum (angkutan kota) ,bus kecil , bus sedang dan bus besar. Untuk

angkutan umum yang tidak bertrayek dilayani oleh taksi danbecak

mesin.Angkutan kota tertua di kota Medan disebut sudako. Sudako awalnya

adalah jenis minibus daihatsu S38, lalu muncul daihatsu hijet 55 wide dan

diikuti daihatsu hijet 1.000. Karena faktor usia perlahan jenis daihatsu S38

menghilang dan digantikan dengan minibus keluaran lebih baru (Asal usul

angkot medan yang disebut sudako, https://greentravelers.wordpress.com) .

Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan,Armansyah lubis

menegaskan, operasional angkutan kota tua di Medan tidak ada izinnya,

karena Dishub Medan tidak pernah lagi mengeluarkan perpanjangan speksi,

bahkan angkutan kota ini tidak pernah melakukan pengujian kendaraan

berkala. Seharusnya pengujian angkutan kota dilakukan 6 bulan sekali secara

berkala dan diperiksa kelayakan angkutan tersebut mulai dari mesin, rem

hingga pengujian emisinya. Hal ini bertujuan untuk kenyamanan supir dan

penumpang serta menghindari kecelakaan lalu lintas akibat masih

menumpuknya angkutan tua yang sudah tidak layak untuk beroperasi(Angkot

(22)

Kenyamanan transportasi tidak lepas dari getaranyangditimbulkan oleh

kondisi kendaraan dan kondisi jalan yang dilalui.Getaran yang berasal dari

kendaraan di pindahkan ke tubuh manusia melalui kaki, pada saat berdiri

maupun duduk,bokong pada saat duduk atau tempat – tempat penyangga

pada sandaran kursi. Keseluruhan media getaran diatas, dapat menyebabkan

getaran seluruh tubuh(Adhy, 2008).

Pemaparan pada vibrasi dapat menyebabkan akibat negatif yang

permanen bila dibiarkan tidak diperiksa dan tidak ditangani. Progress

pengaruh negatif dari getaran terhadap kesehatan bersifat lambat, pada

awalnya mulai terasa nyeri,saat pemaparan vibrasi berlangsung kontiniu, rasa

nyeri berkembang menjadi luka atau penyakit. Nyeri adalah kondisi awal

yang diamati dan harus diarahkan dalam rangka menghentikan akibat

negatif(Soedirman,2014).

Menurut Kvarnstrom (2003) nyeri yang tidak tertangani dengan baik

dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap berbagai aspek dalam hidup,

termasuk diantaranya psikologis dan kapasitas fungsi kehidupan sehari-hari.

Nyeri dan derajat beratnya nyeri memiliki hubungan yang bermakna dengan

gangguan fisik, fungsi emosional, fungsi peran sosial, gangguan tidur dan

penurunan kualitas hidup (Jensen, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adhy Dharma Adly pada

tahun 2007, didapatkan hasil pengukuran getaran yang memapari tubuh

helper rata-rata sebesar 7,24 m/det2 dan salesmen sebesar 6,12 m/det2.

(23)

menyebabkan reaksi yang sangat tidak nyaman bagi pekerja. Besarnya

keterpaparan helper disebabkan rambatan getaran mesin langsung diterima

melalui tempat duduk sebelum merambat menuju tempat duduk salesmen(

Adli, 2007).

Pada efek mekanis,sel - sel jaringan mungkin akan rusak atau

metabolismenya terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi

mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada sistim autonom. Kedua

mekanisme ini terjadi secara bersama-sama. Getaran seperti ini dapat

mengganggu kenikmatan kerja, pekerjaan terganggu karena kelelahan dan

dapat berbahaya terhadap kesehatan seperti neuropati perifer pada nervus

medianus didalam terowongan karpal pada pergelangan tangan (Suma’mur,

1996).

Insiden neuropati perifer pada penduduk Amerika diperkirakan diatas

20 juta. Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih

sering pada orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8-9% penderita

yang berobat ke fasilitas kesehatan di Amerika memiliki neuropati perifer

baik sebagai diagnosis primer maupun sekunder. Biaya tahunan yang

dikeluarkan pemerintah Amerika dalam memberikan pelayanan kesehatan

terhadap kerusakan saraf ini mencapai 3,5 miliar dolar ( Wiryana, 2013 ).

Menurut Bennet (1978) dan Tolisson (1998), di Amerika serikat

terdapat kira-kira 75-80 juta penderita nyeri kronik, dengan 25 juta

diantaranya penderita artritis. Diperkirakan ada 600.000 penderita artritis

(24)

dari total penduduk diluar nyeri punggung bawah. Untuk nyeri punggung

bawah sendiri diperkirakan 15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995).

Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum diketahui, tetapi diperkirakan

operasi dan trauma penyebab utama nyeri akut (Loeser, 1999).

Di Cina, Chen dkk (2012) melaporkan sebanyak 126 (45,8%) dari

275 pasien pernah mengalami nyeri neuropati dengan durasi bervariasi

antara antara 3 bulan sampai 30 tahun. Sebagian besar pasien mengeluhkan

intensitas nyeri berat (55,5%) dan intensitas sedang (38,9%), dengan

karakteristik nyeri seperti rasa kesemutan (54,8%), rasa seperti terbakar

(24,6%), rasa seperti tersetrum listrik (9,5%), rasa seperti ditekan (8,7%)

dan seperti tersayat (2,4%) (Patricia,2014).

Berdasarkan penelitian Ernesta Patricia Ginting pada tahun 2014, ada

hubungan yang bermakna antara nyeri neuropati dengan terganggunya

kualitas hidup penderita Morbus Hansen. Karakteristik nyeri neuropati pada

penderita Morbus Hansen didapatkan dengan tipe nyeri terbanyak adalah

rasa kesemutan (89,3%), intensitas nyeri terbanyak adalah intensitas ringan

(60,7%), lokasi nyeri terbanyak pada telapak tangan dan kaki (75%), dan

dengan rata-rata durasinya 5,5 bulan ( Patricia, 2014 ).

Saraf perifer memiliki fungsi yang sangat khusus pada bagian tertentu

tubuh, hal ini menyebabkan timbulnya beragam gejala apabila terjadi

kerusakan.Penderita akan mengalami rasa kaku, dingin, pedas, gatal,

kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan diatas kapas,

(25)

mungkin akan merasakan gejala yang lebih ekstrem seperti nyeri

terbakarterutama pada malam hari ( Wiryana, 2013).

Angkutan kota trayek 95 merupakan salah satu jenis angkutan umum

tertua yang ada di kota Medan, beradadibawah naungan PU. Gajah Mada

yang beralamat di jalan Veteran No.15 Pulo Brayan Bengkel Baru.

Angkutan kota trayek 95 adalah minibus jenis daihatsu hijet 1000.

Angkutan kota trayek 95 terdiri dari 30 unit dan mulai beroperasi pada

tahun 1984.Penumpang angkutan kota trayek 95 terdiri dari anak sekolah

dan ibu – ibu yang pergi berbelanja ke pajak.

Angkutan kota trayek 95 memiliki 40 pekerja(supir). Supir angkutan

kota trayek 95 mulai mengendarai angkutan kota pukul 05.00-18.00 WIB,

berarti supir terpapar dengan getaran selama 13 jam dalam sehari. Jumlah

ini berakumulasi setiap harinya. Padahal, lamanya seseorang bekerja dengan

baik dalam sehari pada umumnya 6-8 jam. Rute daripada angkutan kota

trayek 95 ini adalah:Pasar IV – Metal – Alumunium –Pasar bengkel – Brayan –

Simpang BW(Cemara).Dari survey pendahuluan yang dilakukan, kondisi dari

angkutan kota trayek 95 sebenarnya sudah tidak layak beroperasi.Dilihat dari

kondisi bantalan tempat duduk supir yang tipis, setir yang sudah tidak

memiliki kulit pelapis, pijakan kaki dankondisi mesin yang tidak baik. Hal

ini tentu akan memperbesarpemaparan getaran terhadap tubuh supir

angkutan kota trayek 95. Disamping itu kondisi jalan yang tidak rata dan

(26)

Semakin lama waktukerja dan masa kerja seseorang dengan terpapar

getaran berarti jumlah paparan getaran yang dialami akan berakumulasi

setiap harinya, yang akan menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan.

Dengan melihat permasalahan diatas peneliti ingin melihatapakahada

hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati perifer pada

supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dianggap penting untuk diteliti, karena dampak getaran yang

mungkin tidak disadari oleh supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan,

yang mengakibatkan gangguan kesehatan, kemungkinan salah satunya adalah

neuropati perifer yang waktu ke waktu akan mempengaruhi derajat

kesehatan supir sesuai dengan lama dan masa kerjanya.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati

perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat getaran pada tempat duduk supir dan setir pada

angkutan kota trayek 95.

2. Untuk mengetahui intensitas nyeri pada supir angkutan kota trayek 95.

3. Untuk mengetahui proporsi nyeri neuropati perifer pada supir angkutan

(27)

4. Untuk mengetahui tipe nyeri terbanyak yang dialami supir angkutan kota

trayek 95.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir

angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

2.Ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir

angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

1.5Manfaat Penelitian

1. Untuk menginformasikan kepada supir dan memberi masukan upaya

pencegahan dampak negatif pemaparan getaran terhadap kesehatan.

2. Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.

3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentangpenyakit

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Getaran

2.1.1 Pengertian getaran

Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linear(atas – bawah),maju-

mundur,kanan- kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap

suatu titik.Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan

antar bagian mesin atau putaran mesin. Sumber pemaparan biasanya berasal dari

peralatan kerja, mesin kendaraan(forklift), mesin gergaji, mesin bor, gerinda dan

lain-lain. Getaran yang ditimbulkan oleh peralatan dan mesin yang bergetar

dapat memapari tubuh tenaga kerja. Getaran ini akan menjalar pada bagian

tubuh yang terpapar, sehingga bagian tubuh yang terpapar getaran dapat ikut

bergetar. Menurut T Matoba (1982) lamanya waktu pemajanan perhari dapat

meningkatkan keparahan gejala yang diderita pekerja akibat terpapar getaran.

2.1.2 Baku Tingkat Getaran Getaran

BerdasarkanKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No.49/KEP/1996Baku tingkat getaran adalah batas maksimal tingkat getaran

yang diperbolehkan, sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap

(29)

Tabel 1.Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan Frekuensi

(Hz)

Nilai Tingkat Getaran, dalam micron (10-6 meter )

Tidak

Mengganggu

Mengganggu Tidak Nyaman Menyakitkan

4 <100 100-500 >500-1000 >1000

5 <80 80-350 >350-1000 >1000

6,3 <70 70-275 >275-1000 >1000

8 <50 50-160 >160-500 >500

10 <37 37-120 >120-300 >300

12,5 <32 32-90 >90-220 >220

16 <25 25-60 >60-120 >120

20 <20 20-40 >40-85 >85

25 <17 17-30 >30-50 >50

31,5 <12 12-20 >20-30 >30

40 <9 9-15 >15-20 >20

(30)

63 <6 6-9 >9-12 >12

2.1.3 Parameter Getaran

Pada getaran ada 4 parameter utama,yaitu:frekuensi, akselerasi atau

percepatan(accelaration),kecepatan(velocity), dan simpangan(displacement).

a. Frekuensi adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan perdetik.

b. Simpangan (displacement) diukur dalam satuan m(meter).

c. Kecepatan(velocity) adalah laju perubahan displacement dalam satuan waktu.

Satuan kecepatan adalah(m/detik).

d. Akselarasi (percepatan adalah laju perubahan velocity dalam satuan

waktu.Satuan akselarasi adalah ( m/det2).

Parameter yang menyebabkan gangguan kesehatan tubuh akibat terpapar

getaran adalah sebagai berikut:

a. lamanya waktu pemaparan

Bila tubuh tenaga kerja terpapar oleh getaran dalam waktu lama, maka

gangguan kesehatan yang ditimbulkan akan semakin parah.

b. Frekuensi getaran, satuannya hertz(Hz).

Efek vibrasiterhadap tubuh akan berbeda pada frekuensi yang

berbeda.Umumnya frekuensi yang sering dijumpai ditempat kerja adalah 1 Hz-

5000 atau 10.000 Hz.

(31)

Diukur dalam kecepatan (m/det) atau percepatan(m/det2).

2.1.4 Getaran mekanis

Proses industrialisasi dan modernisasi teknologi selalu disertai mesin

-mesin atau – alat mekanis lain yang dijalankan dengan suatu motor. Sebagian

dari kekuatan mekanis ini disalurkan kepada tubuh pekerja atau lainnya,maka

perlu diketahui lebih lanjut tentang efek buruk dan batas – batas getaran yang

aman bagi tenaga kerja. Sebab – sebab dari gejala akibat getaran adalah:

a. Efek mekanis kepada jaringan.

b. Rangsangan reseptor syaraf di dalam jaringan.

2.1.5 Jenis – Jenis Getaran

Ada 2 jenis getaran yang dapat memapari tenaga kerja di tempat kerja

yaitu:

a. Hand Arm Vibration

Alat manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan mengakibatkan

getaran mekanis pada tangan dan lengan banyak terdapat dan digunakan di

perusahaan. Selama pekerjaan dengan alat manual demikian sifatnya hanya

sekali atau kadang – kadang saja atau jarang, sedangkan getarannya tidak

seberapa, peralatan seperti itu dapat dikatakan tidak akan mendatangkan

gangguan kesehatan atau kecelakaan.

Hand Arm Vibration atau getaran lengan tangan, sering disebut juga

(32)

tangan pekerja. Bagian tubuh yang terpapar adalah lengan dan tangan.

Biasanya getaran jenis ini dapat menyebabkan Hand Arm Vibration

Syndrome(HAVS) pada frekuensi 5 Hz-1500 Hz,dan sering juga terjadi pada

frekuensi 125 – 300 Hz. Peralatan yang dapat menimbulkan terjadinya Hand

Arm Vibrationyaitu:mesin gergaji, mesin bor atau martil pneumatik dan lain

lain.

Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran

tangan – lengan masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin

atau alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal,kelainan yang disebabkan

getara tangan – lengan keadaannya memburuk sekali, sehingga kapasitas kerja

sama sekali terganggu dan tenaga kerja harus berhenti dari pekerjaannya. Dari

sudut kecacatan akibat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding

dengan hilangnya perasaan tangan dan tangan yang tidak dapat digunakan

sebagai mestinya. Hal ini terutama benar bagi tenaga kerja yang bekerja

dengan tangan kanan dan memerlukan ketelitian terutama dengan menggunakan

alat kecil yang berputar.Otot – otot menjadi lemah biasanya abduktor jari

kelingking,otot – otot interossea (antar tulang) dan fleksor dari jari-jari.

Parameter besarnya resiko bahaya getaran mekanis berfrekuensi rendah

adalah tenaga yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekuensi

30 Hz. Maka terdapat kesulitan, oleh karena untuk pencegahan dan

(33)

tulang dianjurkan frekuensi yang lebih tinggi.Maka dari sudut energi getaran(E

= a2w2), dapat ditinggikan frekuensi dengan dikurangi amplitudo.Tetapi peralatan

sering memberikan suatu amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil

kerja tetap pada kondisi yang sebaik-baiknya.

Nilai Ambang Batas getaran mekanis untuk pemaparan tangan –lengan

dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 meter/detik2

atau 0,40 gravitasi (SNI 16-7063-2004). Dalam hal intensitas getaran mekanis

tangan – lengan melebihi NAB-nya, dapat dilakukan upaya pengendalian dengan

mengurangi waktu pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan getaran

mekanis pada lengan tangan.

Alat untuk mengukur percepatan getaran mekanis pada tangan-lengan

yang dikarenakan oleh pekerjaan yang menggunakan mesin atau peralatan yang

bergetar adalah akselerometer atau transducer yaitu sensor untuk mengukur

percepatan yang disebabkan oleh getaran. Bekerjanya alat pengukur adalah

merubah energi percepatan getaran menjadi energi listrik. Kemudian energi

listrik dalam bentuk arus menggerakan jarum skala atau alat digital dan dengan

demikian perubahan angka yang ditunjukkan jarum dapat langsung dibaca.

Sebelum digunakan akseleramator harus dikalibrasi. Frekuensi yang alat

tersebut peka untuk mengukurnya adalah 5 -1500 Hz.Akseleramator dipasang

pada pegangan tangan atau alat. Pengukuran percepatan dilakukan pada 2 atau 3

(34)

basisentris. Sistem basisentris menunjukkan arah percepatan pada pegangan alat

atau mesin, sedangkan sistem biodinamis menunjukkan arah percepatan pada

tangan.

b.Whole Body Vibration

Getaran seluruh tubuh dapat terjadi bila seluruh tubuh dirambati oleh

getaran. Getaran akan merambat tubuh pada posisi duduk di kursi, saat berdiri

atau pada posisi terlentang di lantai/ tempat yang bergetar. Pada umumnya

getaran seluruh tubuh mempunyai frekuensi 1-80 Hz.

Pajanan vibrasi pada seluruh tubuh umumnya disebabkan oleh

mesinindustri/konstruksi,pertanian, atau peralatan transportasi, dapat dibagi

menjadi:

a. Vibrasi frekuensi rendah, misalnya peralatan transportasi darat(bus,truk,kereta

api).

b.Vibrasi frekuensi tinggi, misalnya mesin industri,alat-alat

berat(forklift,traktor,traktor roda gigi,derek, skop elektrik, motor

gandeng,bulldozer), peralatan transportasi udara/laut(helikopter, kapal laut).

c.Syok, peralatan transportasi darat yang berjalan di jalanan yang tidak

rata/berlubang.

Menurut BS (1987) dan ISO(1985) , digunakan standar nilai ambang

batas pajanan vibrasi pada seluruh tubuh yang ditransmisikan dari permukaan

(35)

akan lebih besar maka resultan akselerasinya merupakan hasil penjumlahan

vektor ketiga sumbu gerak(ax,ay,az).

Dari eksperimen yang dilakukan, diperoleh fakta efek getaran seluruh

tubuh dapat terjadi pada frekeuensi di bawah 20 Hz dan pada frekuensi 100

Hz, tergantung pada faktor amplitudo,akselerasi, durasi dan arah (vertical atau

lateral) dari getaran. Sumber yang menyebabkan terjadinya getaran seluruh

tubuh adalah kendaraan bermotor seperti forklift,traktor, high dum truck atau

berada di sekitar mesin yang bergetar dan lain-lain.

2.1.6 Efek getaran terhadap kesehatan

a. Getaran lengan dan tangan (Hand Arm Vibration)

Tenaga kerja normal yaitu yang tidak mengalami gangguan getaran

pada tangannya memperlihatkan sedikit saja penurunan suhu kulit tangan tepat

sesudah bekerja mengalami getaran dan suhu kulit tangannya akan naik 1- 2

derajat sesudah terpapar getaran selama 5 menit.

Bila tenaga kerja terpapar oleh getaran lengan tangan,efek dalam

jangka waktu pendek yang akan timbul adalah kelelahan dan ketidaknyamanan

saat bekerja serta turunnya produktivitas kerja. Pemaparan dalam jangka waktu

yang lama dapat menyebabkan terjadinya carpal tunnelsyndrome(CTS).

Gejala yang timbul akibat hand arm vibration syndrome adalah: mati

(36)

aktivitas kerja. Selanjutnya ujung jari memutih, ada rasa sakit jika aliran

darah kembali normal.

Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran

yang menyebabkan fenomin Raynaud.Frekuensi sekitar 30-40 Hz adalah penyebab

terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari 35

Hz. Frekuensi diatas 160 Hz mengakibatkan bukan gejala demikian, melainkan

gejala iritasi saraf.

Vibrasi dapat menyebabkan perubahan dalam tendon,otot, tulang dan

sendi, dan dapat mempengaruhi sistem saraf. Secara kolektif, efek vibrasi

tangan lengan dikenal denganhand arm vibration syndrome(HAVS).

Tenaga kerja yang mengalami HAVS akan mengalami:

a. Serangan pemutihan(blancing) satu jari atau lebih bila juga terpapar dingin.

b. Rangsangan nyeri seperti disengat (tingling) dan kehilangan rasa di jari.

c. Kehilangan rasa rabaan lembut.

d. Sensasi nyeri dan dingin diantara serangan jari menjadi putih(white finger).

e. Kehilangan kekuatan menggemgam.

f. Struktur tulang membentuk kista di jari dan pergelangan tangan.

Perkembangan dari HAVS bersifat bertahan dan keparahan semakin lama

semakin meningkat. HAVS mungkin menjadi dapat diamati secara klinis

setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Pada pemaparanhand armvibration,

(37)

mengakibatkanwhite finger dalam lingkungan dingin. Keparahan dari sindrom

hand arm vibration tergantung dari beberapa faktor seperti karakteristik dari

pemaparan vibrasi, pelaksanaan kerja, riwayat perorangan, dan kebiasaan.

Sindrom getaran tangan lengan juga dikenal dengan fenomena raynaud

akibat kerja. Fenomena raynaud disebabkan oleh kondisi aliran darah ke

ekstremitas terganggu.Faktor lingkungan kerja berperan dalam terjadinya fenomena

tersebut, dimana hal ini biasanya berarti terjadinya konstriksi saluran darah di

tangan yang mengarah ke gejala seperti nyeri, nyeri seperti disengat, serta

pemucatan jari dan ibu jari.

b.Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration)

Suma’mur (1996) menyatakan bahwa efek dari paparan whole body

vibrationberbeda – beda tergantung pada tingkatan akselerasi,frekuensi, dan cara

pemaparannya keseluruh tubuh. Secara umum,whole body vibration dapat

menyebabkan nyeri, penglihatan kabur dan gemetaran (shakeness) kerusakan

organ bagian dalam serta nyeri tulang belakang.

Ada beberapa efek getaran seluruh tubuh terhadap kesehatan,seperti:

a. Getaran seluruh tubuh dapat menyebabkan kelelahan, sulit tidur, sakit kepala

dan “gemetar” secara singkat setelah atau selama pemaparan. Gejala yang sama

terhadap kesehatan tersebut kebanyakan orang setelah mengalami perjalanan

panjang dengan mobil atau kapal. Setelah seharian mengalami pemaparan

(38)

b. Orang – orang dibawah usia 20 tahun khususnya rentan terhadap

pengaruh-pengaruh getaran.Efek – efek getaran yang merugikan dipertinggi dengan adanya

disfungsi otonom, penyakit pembuluh dan syaraf perifer.

c. Efek vibrasi dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini didapatkan

sebesar–besarnya pada frekuensi alami yang menyebabkan resonansi.Leher dan

kepala, pinggul dan perineum, serta kesatuan otot – otot dan tulang terdiri dari

jaringan lemah dengan bagian keras bersama, dan beresonansi baik terhadap 10

Hz. Pharynx beresonansi terhadap 13-15 Hz.Getaran – getaran kuat menyebabkan

perasaan sakit yang luar biasa.

d. Sistim peredaran darah dipengaruhi hanya oleh getaran – getaran dengan

intensitas tinggi. Tekanan darah,denyut jantung, pemakaian oksigen dan volume

perdenyut berubah sedikit pada intensitas 0,6 g tetapi berubah banyak pada

1,2 g dengan frekuensi 6-10 Hz. Dari semua alat badan, mata paling banyak

dipengaruhi oleh getaran mekanis . Pada frekuensi sampai dengan 4 Hz, mata

masih dapat mengikuti getaran – getaran antara kepala dan sasaran, sedangkan

untuk frekuensi selanjutnya, tidak dapat lagi mata mengikutinya. Pada frekuensi

tinggi, Penglihatan juga terganggu, manakala amplitudo lebih besar dari jarak

dua kali retina. Pengaruh getaran dibawah 16 Hz kepada cochlea belum

diketahui secara pasti dan masih dalam penelitian.

e. Saat seluruh pekerjaan terpapar, sensitifitas setiap individu beraneka macam

(39)

Mengenal dan memahami berbagai aspek penyakit akibat kerja sebagai

salah satu aspek resiko akibat pekerjaan atau lingkungan kerja, merupakan

langkah awal guna meminimalisasi akibat yang tidak dikehendaki. Sikap

menunggu atau membiarkan seorang pekerja menderita penyakit akibat kerja,

jelas merupakan tindakan yang sangat merugikan (Budiono,2003).

Habsari (2003) Pengendalian yang perlu dilakukan untuk mengurangi paparan

getaran mekanis dengan cara pengendalian teknis seperti:

a. Memelihara mesin angkutan kota dengan baik, selalu mengganti bagian

bagian mesin yang rusak dan pemberian pelumas yang teratur.

b. Perlu juga diperhatikan kondisi angkutan kota seperti ban harus dipompa

dengan baik.

c. Menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga

dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota.

d. Sedangkan bentukpenyediaan Alat PelindungDiri berupa modifikasi bentuk

tempat duduk supir yang berfungsi juga untuk mengurangi paparan

getarandirasa sangat dibutuhkan akan tetapi untuk memenuhinya memerlukan

biaya yang sangat besar karena harusmendesain ulang bentuk tempat duduk

dan menggunakan peredam berupa bantalan yang tebal.

e. Membuat kartu pemeriksaan atau laporan rutin tentang kondisi angkutankota

tiap bulan sehingga dapat dipakai untuk pemeliharaan angkutan kota secara

(40)

serta meningkatkan produktivitas kerja sehingga pekerja dapat melakukan

aktivitasnya dalam keadaan selamat dan sehat.

2.3 Saraf

2.3.1 Pengertian Saraf

Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan

sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dan antar bagian

sistem saraf dengan lainnya. Neuron kadang disebut sebagai sel-sel saraf meski

istilah ini sebenarnya kurang tepat karena banyak sekali neuron yang tidak

membentuk saraf.

Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa

sinyal sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal

dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar. Sinyal tersebut

seringkali disebut impuls saraf.

2.3.2 Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem yang terdiri dari otak, sumsum tulang

belakang, dan jaringan kompleks neuron. Sistem ini bertanggungjawab untuk

mengirim, menerima, dan menafsirkan informasi dari semua bagian tubuh.

Sistem saraf memonitor dan mengkoordinasikan fungsi organ internal dan

merespon perubahan dalam lingkungan eksternal. Sistem ini dapat dibagi

menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.

(41)

motorik) ke sistem saraf pusat. Sel-sel sistem saraf sensorik mengirim

informasi ke sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari rangsangan

eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik membawa informasi dari sistem saraf

pusat ke organ, otot, dan kelenjar. Saraf perifer meliputi 12 saraf kranial, saraf

tulang belakang, dan saraf otonom yang mengatur otot jantung, otot-otot di

dinding pembuluh darah, dan kelenjar.

Sistem saraf pusat adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari otak

dan sumsum tulang belakang. Sistem ini adalah salah satu dari dua bagian

utama sistem saraf, yang lainnya adalah sistem saraf perifer yang berada diluar

otak dan sumsum tulang belakang.

2.4Saraf Perifer

Saraf perifer terdiri dari saraf kranial dan spinal yang menghubungkan

otak dan medula spinalis ke jaringan tepi. Medula spinalis terdiri dari 31

pasang saraf spinal yang mengandung campuran serabut-serabut sensorik dan

motorik. Dalam saraf tepi, serabut disusun dalam berkas terpisah yang dikenal

dengan fascikel. Kurang dari setengah saraf dilapisi oleh lapisan myelin.

Serabut-serabut yang tak bermyelin berjalan sepanjang permukaan sel-sel

schwann. Tiap sel schwann dikelilingi jaringan serabut-serabut kolagen

retikuler, yaitu endoneurium.

Sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem

(42)

kontraksi otot atau sekresi kelenjar sedangkan serabut aferen biasanya

menghantarkan rangsang sensorik dari kulit, selaput lendir dan struktur yang

lebih dalam (Groot,1997).

Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf tepi yang selanjutnya akan

dihantarkan oleh sistem saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke sistem

saraf pusat. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk

kemudian jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi

menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf

yang membawa jawaban atau respon adalah sistem saraf motorik. Jawaban

yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter)

dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban

volunter melibatkan sistem saraf somatik sedangkan yang involunter melibatkan

sistem saraf otonom. Efektor dari sistem saraf somatik adalah otot rangka

sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot

jantung dan kelenjar sebasea (Ganong, 2003).

2.5 Gangguan Neurologis Akibat Kerja

Agen – agen yang menyebabkan gangguan neurologis akibat kerja dapat

mengenai sistem saraf perifer. Salah satu gangguan neurologis akibat kerja

adalah Neuropati perifer yang salah satu penyebabnya adalah getaran.Paparan

jangka panjang atau menengah yang tidak terkendali terhadap getaran dapat

(43)

Salah satu gangguan neurologis adalah cedera saraf tepi. Cedera saraf

tepi biasanya sebagai akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, laserasi oleh

benda tajam, penetrasi trauma, trauma peregangan, fraktur dan luka tembak.

Cedera saraf sebagian besar terjadi pada ekstremitas atas dan sebagian besar

mengenai saraf ulnar, radial, dan digital.

Kerusakan saraf akibat trauma tergantung pada jenis, letak serta

besarnya cedera pada saraf yang bersangkutan. Terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan timbulnya cedera saraf tepi, namun tiga penyebab paling sering

yang menimbulkan cedera adalah luka terbuka, traksi, patah tulang, serta

cedera sendi.

Studi pada 938 pasien di turki dengan cedera saraf dan distribusi cedera

saraf menunjukkan bahwa cedera saraf tepi sebesar 1165, cedera Pleksusus

Brakhialis sebesar 76, dan cedera Pleksus lumbalis sebesar 7. Cedera saraf

yang paling sering adalah cedera saraf ulnar pada ekstremitas atas dan cedera

saraf iskhiadikus pada ekstremitas bawah (Eser dkk, 2009).

2.6Neuropati Perifer

2.6.1 Pengertian Neuropati Perifer

Neuropati periferdidefinisikan sebagai kerusakan dari sistem saraf

perifer,jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang

belakang (sistem saraf pusat) ke setiap bagian tubuh lainnya dan sebaliknya.

(44)

Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada

orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8 – 9 % penderita yang berobat

ke fasilitas kesehatan di Amerika memiliki neuropati perifer baik sebagai

diagnosis primer maupun sekunder.

Neuropati perifer dapat diturunkan (herediter) ataupun didapat(acquired).

Penyebab dari neuropati periferyang didapat termasuk didalamnya cedera

fisik(trauma) pada saraf.

2.6.2 Jenis – jenis Neuropati Perifer

a. Pembagian menurut berat ringannya:

1.Ringan : Jika hanya ada keluhan sensorik subjektif saja.

2.Sedang: Jika ada keluhan sensorik, motorik dan penurunan refleks.

3.Berat : Jika ada keluhan sensorik,motorik, refleks dan atrofi otot

b. Pembagian menurut jumlah saraf yang terlibat:

1.Mononeuropati

Gangguan pada satu saraf perifer, dapat terjadi karena adanya gangguan

kompressi, lipatan atau tarikan dari jaringan sekitarnya terhadap individu saraf

tepi yang bersangkutan, terutama jika ia melalui aluran yang sempit. Penyebab

dari neuropati perifer untuk jenis mononeuropati adalah getaran. Contoh

mononeuropati yang paling sering terjadi adalah sindrom terowongan karpal.

2.Polineuropati

(45)

2.6.3 Gejala Neuropati Perifer

a. Gangguan Sensorik

Keterlibatan serabut saraf sensorik menyebabkan rasa kaku ,dingin,pedas,

gatal dan kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan

diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada kaki.Perasaan

– perasaan tersebut pertama kali terasa pada daerah ujung tangan dan kaki.

b. Gangguan Motorik

Kelemahan bersifat lower motor neuron.Mula – mula gejala awal pasien

kesulitan untuk memutar pintu kunci, membuka kancing baju, memutar tutup

botol dan gerakan tangkas lainnya.

2.6.4 Nyeri Neuropati

Nyeri didefinisikan oleh Internasional Association for Study of Pain

(IASP), adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Nyeri terdiri atas dua komponen

utama yaitu komponen sensorik (fisik) dan komponen emosional (psikogenik).

Nyeri bisa bervariasi berdasarkan: waktu dan lamanya berlangsung (transien,

intermitten, persisten), intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tajam, tumpul,

dan terbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal, atau difus). Disamping

itu, nyeri pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang

digambarkan sebagai penderitaan.

(46)

menghasilkan disetesia, ketidaknyamanan, dan sensasi yang berbeda dari sensasi

nyeri biasa. Jenis nyeri disetesia ini kadang dideskripsikan sebagai sensasi

terbakar, kesemutan, rasa kebal/tak dapat merasakan apapun, sensasi seperti

ditekan, diperas, dan gatal-gatal dan sering dinyatakan sebagai sensasi yang

sangat tidak enak atau bahkan tidak tertahankan.

Nyeri neuropati dapat bersifat konstan dan menetap. Selain nyeri yang

terus menerus, juga dapat terjadi nyeri yang tumpang tindih, hilang-muncul

(intemiten), nyeri seperti syok, yang seringkali dicirikan dengan sensasi nyeri

yang tajam, seperti tersengat listrik/elektrik, mengejutkan, seperti disobek/robek,

atau kejang. Pasien dengan nyeri neuropati juga dapat menunjukkan hilangnya

sensasi, nyeri yang dipicu, disfungsi simpatis atau motorik, dan abnormalitas

refleks. Pasien dengan nyeri yang dipicu kembali (evoked pain) menunjukkan

perubahan ambang batas nyeri dan mungkin mengalami hiperalgesia, allodinia,

hiperestesia (yaitu peningkatan sensitivitas terhadap stimulasi), dan hiperpatia

(misalnya sindroma nyeri yang sangat, ditandai dengan peningkatan reaksi,

seringkali eksplosif, terhadap stimulus).

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian LAMA KERJA

MASA KERJA

(47)

2.8 Definisi Operasional 2.8.1 Lama kerja

Lama kerja adalah lamanya seseorang bekerja secara baik pada

umumnya 6 – 8 jamsehari.Sisanya(16-18 jam)dipergunakan untuk kehidupan

dalam keluarga dan masyarakat,istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang

waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi

yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta

kecenderungan timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan.Dalam

seminggu,seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40 – 50 jam.

Lebih dari itu, terlihat kecenderungan tumbuhnya hal – hal yang negatif. Makin

lama kerja seseorang, makin besar kemungkinan terjadinya hal – hal yang tak

diingini(Suma’mur, 1996).

2.8.2 Masa kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja

di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun

negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya

masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.

Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya

masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja.

Menurut M.A. Tulus (1992:121) Masa kerja dikategorikan menjadi 3

(48)

2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun

3. Masa kerja lama : > 10 tahun

Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin sering terpapar

getaran dan paparan getaran yang dialami oleh pekerja akan berakumulasi

setiap harinya yang akan berdampak buruk terhadap kesehatannya.

2.8.3Neuropati Perifer

Neuropati perifer didefinisikan sebagai kerusakan dari sistem saraf

perifer, jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum

tulang belakang (sistem saraf pusat) ke setiap bagian tubuh lainnya dan

sebaliknya.

Gejala yang umum ditimbulkan oleh neuropati perifer seperti rasa kaku

,dingin,pedas, gatal dan kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum,rasa terbakar,

rasa berjalan diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada

kaki.Perasaan – perasaan tersebut pertama kali terasa pada daerah ujung tangan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan

crossectional untuk mengetahui apakah ada hubungan lama kerja dan masa kerja dengan

neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95.

3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan diPangkalan pasar IV.Adapun alasan mengambil

lokasi ini karena pangkalan pasar IV adalah tempat berkumpulnya supir angkutan kota

trayek 95.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulanMei - Juni 2015.

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997).Populasi dalam penelitian

ini berjumlah 40 orang.

3.3.2 Sampel

Padapenelitianini,pengambilansampeldilakukansecaratotalsampel

dimanaseluruhpopulasidijadikansampelpenelitian, karena seluruh supir beresiko

mengalami paparan getaran setiap hari dalam waktu yang lama sehingga

(50)

Pengukuran dilakukan dengan cara:

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan adalah Douleur Neurophatique en 4 question (DN4),

yaitu salah satu alat bantu diagnostik untuk menentukan adanya nyeri neuropati, yang

menggunakan gabungan antara wawancara dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik

ini relatif sederhana dan mudah untuk dikerjakan. DN4 terdiri dari 7 item deskripsi

sensoris dan 3 item pemeriksaan disfungsi sensoris. Nilai empat atau lebih

menunjukkan suatu nyeri neuropati.

Cara kerja dan peralatan :

a. Lama kerja dan Masa kerja didapatkan dari wawancara dengan pekerja.

b. Wawancara dengan pekerja mengenai gejala nyeri yang dirasakan.

c. Mengukur penurunan rasa raba (hipestesi) dengan menggunakan kuas halus.

-Pekerja diminta untuk menutup mata pada saat pemeriksaan berlangsung.

-Ujung kuas disapukan pada permukaan tangan dan kaki pekerja.

-Pekerja diminta untuk merespon apakah terasa sentuhan tersebut atau tidak.

d. Mengukur penurunan rasa nyeri tekan / tusuk dengan menggunakan jarum pentol.

-Pekerja diminta untuk menutup mata pada saat pemeriksaan berlangsung.

-Rangsangan berganti-ganti antara ujung yang tajam dan ujung yang tumpul.

-Mintalah responden untuk membedakan bermacam-macam rangsangan tersebut.

-Mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak kearah yang normal.

Kemudian responden diminta untuk menunjukkan kapan mulai merasakan ketajaman

yang lebih jelas, yang perlu dicatat adalah perubahan sensasi. Sensasi ini paling baik

dalam menentukan batas gangguan sensorik dibandingkan dengan sensasi yang lain.

(51)

b. Tidak = 0

Kemudian nilai total yang didapatkan dari jawaban responden dikategorikan

menjadi 2 yaitu:

a. 0-3 = Nyeri Nosiseptif

b. ≥4 = Nyeri Neuropati

2. Pengukuran intensitas nyeri

Intensitas nyeri digunakan untuk mengetahui seberapa parah tingkat nyeri yang

dirasakan oleh penderita. Pengukuran intensitas nyeri pada penelitian ini menggunakan

Visual Analog Scale (VAS) yang terdiri dari skala 0-10. Angka 0 menunjukkan tidak

adanya nyeri dan angka 10 menunjukkan yang paling nyeri.

Cara kerja dan peralatan:

a.Buat garis lurus sepanjang 10 cm dan berikan tanda 0 pada ujung kiri garis dan 10

pada ujung kanan.

b.Instruksikan pada pasien untuk membuat tanda ( I ) yang memotong rentang garis

dengan skala 0-10 cm.

c.Ukurlah dengan penggaris dari titik 0 kearah tanda garis yang dibuat pasien.

d.Penilaian.

Setelah dilakukan pengukuran, skala pada VAS dikategorikan menjadi :

a.0-1 :Tidak nyeri

b.2-3 :Nyeri ringan

c.4-6 :Nyeri sedang

d.7-8 :Nyeri berat

e.9-10 :Nyeri sangat berat

(52)

Cara kerja dan peralatan:

a. Pilih sensor atau tranducer untuk getaran seluruh tubuh (sensor piringan

hitam).

b. Sambungkan kabel konektor sensor dengan unit vibrationmeter.

c. Posisikan sensor pada titik yang ditentukan(kaki,punggung, atau tempat duduk).

d. Pastikan kondisi baterai baik.

e. Hidupkan alat dengan cara menekan bersama –sama tombol “pause” dan “start”.

f. Tekan tombol Menu/ Enter untuk memilih setting yang diinginkan.

g. Rekam hasil pengukuran dengan cara manual atau otomatis.

h. Untuk memulai Pengumpulan data secara otomatis tekan tombol “start”-“stop”.

i. Untuk menghentikan pengumpulan data sementara tekan tombol “pause”.

j. Mengakhiri pengumpulan data tekan tombol “start’-“stop”.

k. Mematikan alat,tekan tombol “Pause” dan “start - stop” bersamaan sampai alat OFF.

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner dan pengukuran secara langsung.

Kuesioner yang digunakan adalah Douleur Neurophatique (DN4). DN4 ini memiliki

sensitivitas 84% dan spesitifitas 90% dalam menentukan suatu nyeri neuropati.

Alat ukur DN4 ini dibuat di Perancis dan telah diterjemahkan keberbagai

bahasa (Bennet dkk, 2004). Realibilitas DN4 dalam versi bahasa Indonesia sudah

cukup pernah dilakukan dan dinyatakan dapat dipercaya (reliable) dengan koefisien

kappa 0,86 (Lestari dkk, 2013).

Pengukuran getaran mesin kendaraan dengan menggunakan alat vibration meter

Gambar

Tabel 1.Baku  Tingkat  Getaran  Untuk  Kenyamanan  dan  Kesehatan
Gambar  1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1 UjiValiditasKuesionerDouleurNeurophatique(DN4)
Tabel 4.5DistribusiFrekuensiDouleurNeurophatique(DN4)PadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi  W-O (Weakness-Opportunities)  merupakan  strategi  di  mana  suatu  perusahaan  berada  pada  kuadran  III.  Pada  kuadran  ini  perusahaan  perusahaan 

Setelah melakukan penelitian dengan objek penilaian Computer Self Efficacy pasca adaptasi software Mozaik sebagai software teller baru yang diterapkan CIMB Niaga

 Sel anak dianggap dapat menjadi sel tipe I, jadi dapat merupakan sumber utama pembentukan sel baru yang melapisi alveoli. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan

Inilah Rosululloh bersabda dalam riwayat al-Bukhori, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan al-Hakim, “Tidaklah dua orang saling mencintai karena Alloh, kecuali yang paling

Pelaksanaan pembelajaran musik Gordang sambilan dengan tidak menggunakan model TGT di kelas Kontrol tidak semua siswa dianggap aktif dan semangat dalam menerima pembelajaran, serta

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa nilai hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 3 SMA Negeri 22 Makassar setelah diajar menggunakan Model pembelajaran

Penelitian ini merupakan upaya menganalisis putusan Pengadilan Agama Salatiga nomor: 0666/Pdt.G/2011/PA.Sal tentang pengajuan gugatan perceraian dengan alasan

D I(epemilikan asing atas SBI mengalami penurunan. Bulan Oktober 2012, nilai kepemilikan asing atas SBI sebesar /DR 710 milyar turun sebesar lOR 1,540 trilyun dari bulan sebelumnya