• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Ibukota Watampone dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 4.558 km2. Kabupaten Bone secara administratif terbagi kedalam 27 kecamatan, 329 desa dan 43 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Bonto Cani yaitu seluas 463,35 km2 sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tanete Riatang yaitu seluar 0,52 km2. Kabupaten Bone terletak pada posisi 4°13'- 5°6' LS dan antara 119°42'-120°40' BT dengan garis pantai sepanjang 138 km yang membentang dari selatan ke utara.

Kabupaten Bone secara langsung berbatasan dengan beberapa kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu:

 Sebelah Utara : Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng  Sebelah Selatan : Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Gowa  Sebelah Timur : Teluk Bone

 Sebelah Barat : Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru Kabupaten Bone ditinjau dari ketinggian tempat dapat diklasifikasikan kedalam 6 kategori dengan variasi ketiggian antara 0 hingga lebih dari 1.000 meter dpal. Kategori pertama (0-25 meter) yaitu seluas 81.925,2 Ha, kategori kedua (25-100 meter) seluas 101.620 Ha, kategori ketiga (100-250 meter) seluas 202.237,2 Ha, kategori keempat (250-750 meter) seluas 62.640,6 Ha, kategori kelima (750-1000 meter) seluas 40.080 Ha, dan kategori keenam (diatas 1.000 meter) seluas 6.900 Ha. Ketinggian wilayah di Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bone

No Kecamatan Ketinggian Wilayah

(meter dpal)

1. Bonto Cani 100 – > 1.000

2. Kahu 25 – 1.000

3. Kajuara 0 – 500

4. Salomekko 0 – 500

5. Tonra 0 – 500

6. Patimpeng 25 – 1.000

7. Libureng 100 – 1.000

8. Mare 0 – 1.000

9. Sibulue 0 – 500

10. Cina 0 – 500

11. Barebbo 0 – 500

12. Ponre 25 – 1.000

13. Lappariaja 25 – 1.000

14. Lamuru 25 – 1.000

15. Tellu Limpoe 100 - > 1.000

(2)

No Kecamatan Ketinggian Wilayah (meter dpal)

17. Ulaweng 100 – 500

18. Palakka 25 – 500

19. Awangpone 0 – 500

20. Tellu Siattinge 0 – 500

21. Amali 25 – 500

22. Ajangale 0 – 100

23. Dua Boccoe 0 – 500

24. Cenrana 0 – 100

25. T. R Barat 0 – 100

26. Tanette Riantang 0 – 100

27. T. R. Timur 0 - 25

Sumber: Bappeda Kabupaten Bone

Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Bone bervariasi mulai dari datar, landai hingga daerah kemiringan yang curam. Daerah yang memiliki kemiringan datar hingga landai banyak terdapat di daerah dengan kontur wilayah pantai atau dataran rendah, daerah ini terletak di sepanjang bagian timur Kabupaten Bone hingga di sebagian daerah bagian utara. Adapun daerah dengan kemiringan curam berada pada bagian Selatan dan Barat yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan.

Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembaban udara berkisar antara 95% - 99% dengan temperatur berkisar 260C – 430C. Pada periode April-September, bertiup angin timur yang membawa hujan. Sebaliknya pada Bulan Oktober-Maret bertiup Angin Barat, saat dimana mengalami musim kemarau di Kabupaten Bone. Selain kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu: Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur. Rata-rata curah hujan tahunan diwilayah Bone bervariasi, yaitu: rata-rata<1.750 mm; 1750-2000 mm; 2000-2500 mm dan 2500-3000 mm.

Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bone berasal dari jenis Alluvial, Gleihumus, Litosol, Regosol, Grumosol, Rasial dan Litosol, Mediteranian dan Latosol. Jenis tanah yang paling dominan di Kabupaten Bone adalah jenis Mediteranian dan Latosol yang tersebar hampir di seluruh kecamatan.

Potensi sumberdaya mineral yang terkandung di Kabupaten Bone termasuk besar baik kandungan mineral logam maupun non-logam. Kandungan mineral logam di Kabupaten Bone yang berhasil teridentifikasi antara lain:

1. Emas, terdapat di daerah Patimpeng, diindikasikan memiliki kandungan emas dengan luasan sebaran mencapai 20.000 ha.

2. Tembaga, terdapat di Kecamatan Libureng dengan indikasi sebaran mencapai 67,5 ha.

3. Mangan, terdapat di Kecamatan Ponre, Bontocani dan Salomekko dengan luasan sebaran mencapai 5.506,5 ha.

4. Endapan besi, terdapat di Kecamatan Bontocani dan Kahu dengan luas sebaran mencapai 10.200 ha.

(3)

Kabupaten Bone memiliki 19 sungai besar yang dikelola oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum. Sejumlah sungai tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat sebagai sumber pengairan untuk pertanian maupun sebagai sarana pengembangan perikanan air tawar. Beberapa nama sungai yang dikelola oleh PU antara lain: 1) Sungai Cenrana, 2) Sungai Walannae, 3) Sungai Palakka, 4) Sungai Pattiro, 5) Sungai Jaling, 6) Sungai Unyi, 7) Sungai Maradda, 8) Sungai Lerang, 9) Sungai Pallengoreng, 10) Sungai Bengo, 11) Sungai Malinrung, 12) Sungai Dekko, 13) Sungai Melle, 14) Sungai Seko Balle, 15) Sungai Coppo Bulu, 16) Sungai Tanette Buang, 17) Sungai Mico, 18) Sungai Paccing, dan 19) Sungai Corowali. Selain digunakan sebagai sarana pendukung perikanan dan pertanian, beberapa sungai di Kabupaten Bone juga akan digunakan sebagai sarana pembangkit listrik tenaga air, yaitu melalui PLTA dan PLTMH. Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air akan dilakukan di: 1) PLTA di sekitar DAS Walane dengan kapasitas 10.000 (sepuluh ribu) mega watt hour, 2) PLTMH 1 (Cenranae) di sekitar Sungai Cenranae dengan kapasitas 120 kilowatt hour, 3) PLTMH 2 (Ponre) di sekitar Sungai Ponre dengan kapasitas 120 kilowatt hour, 4) PLTMH 3 (Salomekko) di sekitar Sungai Salomekko dengan kapasitas 120 kilowatt hour.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Bone dilaksanakan dalam rangka peningkatan ekonomi. Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Bone Tahun 2012–2032 kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya sebagai berikut.

1. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi di Kabupaten Bone dibagi kedalam 2 kategori, yaitu hutan produksi dan hutan produksi terbatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 2.2

Rincian Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Berdasarkan Kecamatan

NO. KECAMATAN

HUTAN PRODUKSI TETAP

HUTAN PRODUKSI KONVERSI

HUTAN PRODUK. TERBATAS

LUAS (HA) % LUAS

(HA) % LUAS (HA) %

1 Kec. Tonra 8.093,83 49,63 - - 3.219,16 3,97

2 Kec. Sibulue 926,48 5,68 - -

3 Kec. Cina 222,64 1,37 - - 1.805,34 2,23

4 Kec. Ponre 695,35 4,26 - - 15.911,89 19,64

5 Kec. Lappariaja 951,10 5,83 - - 3.162,26 3,90

6 Kec. Ulaweng 395,25 2,42 - - 1.921,24 2,37

7 Kec. Salomekko 487,36 2,99 - - - -

8 Kec. Libureng 3.221,21 19,75 - - 3.753,47 4,63

9 Kec. Mare 1.316,52 8,07 - - 1.839,78 2,27

10 Kec. Kahu - - - - 737,77 0,91

11 Kec. Bontocani - - - - 32.741,75 40,42

12 Kec. Lamuru - - - - 13.193,42 16,29

(4)

14 Kec. Awangpone - - - - 470,10 0,58

15 Kec. Palakka - - - - 1.218,10 1,50

16 Kec. Barebbo - - - - 753,11 0,93

JUMLAH 16,309.73 100.00 - - 100.00

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Hutan produksi tetap di Kabupaten Bone adalah seluas 16.309,73 hektar yang tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Libureng dan sebagian wilayah Kecamatan Mare. Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Bone adalah seluas 81.011 hektar dengan sebaran wilayah di Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattingnge, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Palakka dan sebagian wilayah Kecamatan Barebbo.

2. Kawasan Pertanian

Kawasan pengembangan untuk pertanian di Kabupaten Bone terbagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1) Pertanian tanaman pangan, 2) pertanian holtikultura, 3) perkebunan, dan 4) peternakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3

Rincian Kawasan Peruntukan Pertanian Berdasarkan Kecamatan

(5)

18 Kec. Tanete Riattang 276.04 0.23 574,14 0,31

19 Kec. TR. Barat 908.28 0.76 1.507,82 0,81

20 Kec. TR. Timur 1,209.87 1.01 431,07 0,23

21 Kec. Tellusiattinge 1,915.77 1.61 12.963,93 6,97

22 Kec. Tonra 7,284.82 6.11 5.876,43 3,16

23 Kec. Ulaweng 1,249.96 1.05 19.400,73 10,44

JUMLAH 119,216.19 100.00 185.881,18 100.00

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Selanjutnya kawasan perkebunan tanaman rakyat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4

Rincian Kawasan Perkebunan Tanaman Rakyat Berdasarkan Kecamatan

NO. KECAMATAN JENIS KOMODITAS

DIKEMBANGKAN/DIUSAHAKAN 1 Kec. Ajangale

kopi, jambu mente, kemiri, tebu, vanili, kelapa, kakao, lada, dan kelapa hibrida 2 Kec. Awangpone

3 Kec. Barebbo 4 Kec. Bontocani 5 Kec. Cenrana 6 Kec. Cina 7 Kec. Duaboccoe 8 Kec. Kahu 9 Kec. Kajuara 10 Kec. Lamuru 11 Kec. Lappariaja 12 Kec. Libureng 13 Kec. Mare 14 Kec. Palakka 15 Kec. Ponre 16 Kec. Salomekko 17 Kec. Sibulue

18 Kec. Tanete Riattang 19 Kec. Tanete Riattang Barat 20 Kec. Tanete Riattang Timur 21 Kec. Tellusiattinge

22 Kec. Tonra 23 Kec. Ulaweng

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

(6)

Tabel 2.5

Rincian Kawasan Perkebunan Tanaman Khusus Berdasarkan Kecamatan

NO KECAMATAN JENIS KOMODITI PERUNTUKAN

1

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bone adalah seluas 119.216 (seratus sembilan belas ribu dua ratus enam belas) hektar ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja dengan luasan 5.765 (lima ribu tujuh ratus enam puluh lima) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Libureng dengan luasan 19.732 (sembilan belas ribu tujuh ratus tiga puluh dua) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Mare dengan luasan 3.885 (tiga ribu delapan ratus delapan puluh lima) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Palakka dengan luasan 10.311 (sepuluh ribu tiga ratus sebelas) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Ponre dengan luasan 1.700 (seribu tujuh ratus) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko dengan luasan 8.915 (delapan ribu sembilan ratus lima belas) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue dengan luasan 6.009 (enam ribu sembilan) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang dengan luasan 276 (dua ratus tujuh puluh enam) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat dengan luasan 908 (sembilan ratus delapan) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur dengan luasan 1.210 (seribu dua ratus sepuluh) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattinge dengan luasan 1.916 (seribu sembilan ratus enam belas) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tonra dengan luasan 7.285 (tujuh ribu dua ratus delapan puluh lima) hektar dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng dengan luasan 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) hektar.

(7)

wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng.

Kawasan untuk perkebunan tersebar di daerah sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng.

Kawasan peruntukan peternakan diperuntukan pengembangan ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Kawasan tersebut ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattinge, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng.

3. Kawasan Perikanan

Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten Bone dibagi kedalam 4 kategori utama, yaitu: 1) kawasan perikanan tangkap, 2) kawasan perikanan budidaya, 3) kawasan pengolahan ikan, dan 4) kawasan pelabuhan perikanan. Kawasan peruntukan perikanan tangkap ditetapkan pada kawasan pesisir dan laut Kecamatan Kajuara, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Salomekko, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tonra, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Mare, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Sibulue, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Barebbo, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang Barat, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang Timur, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Awangpone, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tellusiattinge, dan kawasan pesisir dan laut Kecamatan Cenrana dengan wilayah penangkapan mencakup kawasan perairan Teluk Bone berdasarkan cakupan batas wilayah kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(8)

sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagain wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagain wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, dan sebagian wilayah Kecamatan Kajuara. Kawasan pengolahan ikan akan dikembangkan secara terpadu dan terintegrasi sebagai kawasan minapolitan di sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, dan sebagian wilayah Kecamatan Barebbo. Pelabuhan perikanan dikembangkan dalam dua kategori, yaitu Pelabuhan Perikanan Ancu di Kecamatan Kajuara, Pelabuhan Perikanan Bulu-Bulu di Kecamatan Tonra, dan Pelabuhan Perikanan LonraE di Kecamatan Tanete Riattang Timur; dan Rencana pembangunan Pelabuhan Perikanan ditetapkan di Kecamatan Cenrana, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Ajangale, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Mare, Kecamatan Tonra, Kecamatan Salomekko, dan Kecamatan Kajuara.

4. Kawasan Pertambangan

Kawasan pengembangan pertambangan di Kabupaten Bone dibedakan kedalam 2 kategori penambangan, yaitu: pertambangan mineral dan batubara tersebar di daerah Kecamatan Libureng dan sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, Kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Bontocani dan sebagian wilayah Kajuara, Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Palakka. Pertambangan minyak dan gas tersebar dalam beberapa blok, yaitu: Blok Bone, Blok Sengkang, dan Blok Kambuno ditetapkan di wilayah perairan laut Kabupaten Bone yang meliputi sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagain wilayah Kecamatan Sibulue, sebagain wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagain wilayah Kecamatan Salomekko,sebagian wilayah Kecamatan Kajuara dan sebagian wilayah Kecamatan Dua Boccoe

5. Kawasan Industri

Kawasan pengembangan industri di Kabupaten Bone diklasifikasikan kedalam dua kategori industri, yaitu industri besar dan industri rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6

Rincian Kawasan Industri

NO KAWASAN INDUSTRI LOKASI

A. Industri Besar

1 Pabrik Gula Camming Kecamatan Libureng

2 Pabrik Gula Arasoe Kecamatan Cina

3 Pengolahan Alkohol/Spritus Kecamatan Cina

B. Industri Kecil dan Rumah

Tangga

(9)

NO KAWASAN INDUSTRI LOKASI Industri Rumah tangga, dengan

Kegiatan Usaha :

- Pengolahan hasil pertanian

- Industri Makanan

- Industri kerajinan

Industri Meubel dan Pertukangan

Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe, Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan

Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare,

Kecamatan Palakka, Kecamatan Ponre, Kecamatan

Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra,

Kecamatan Amali, Kecamatan Bengo, Kecamatan

Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan Kecamatan

Ulaweng.

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan industri besar saat ini tersebar pada 3 perusahaan besar utama, yaitu: 1) Kawasan pabrik gula Camming yang terletak di Kecamatan Libureng, 2) Kawasan pabrik gula Arasoe ditetapkan di Kecamatan Cina, dan 3) Kawasan pabrik pengolahan alkohol/spritus ditetapkan di Kecamatan Cina. Adapun kawasan industri yang dikategorikan dalam industri rumah tangga merupakan industri kerajinan dan industri pengolahan hasil-hasil pertanian ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattinge, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng.

6. Kawasan Pariwisata

Kawasan pengembangan wisata di Kabupaten Bone dikategorikan kedalam 3 kategoti pariwisata, yaitu pariwisata alam, pariwisata budaya dan pariwisata buatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.7

Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Alam

No. Obyek Wisata Alam Lokasi

1. Kawasan Tanjung Palette Kecamatan Tanete Riattang Timur 2. Kawasan Dermaga BajoE Kecamatan Tanete Riattang Timur

3. Kawasan Gua Jepang Kecamatan Barebbo

4. Kawasan Goa Janci Kecamatan Awangpone;

(10)

8. kawasan Lagole Kecamatan Tellu Siattinge 9. kawasan Permandian alam Otting Kecamatan Tellu Siattinge

10. Kawasan Gua Mampu Kecamatan Dua Boccoe

11. Kawasan Sumpang Labbu Kecamatan Ulaweng

12. kawasan Air terjun Baruttung Kecamatan Ulaweng 13. kawasan Permandian alam Alinge Kecamatan Ulaweng 14. Kawasan Permandian alam Taretta Kecamatan Amali

15. Kawasan Goa Lagaroang Kecamatan Bengo

16. Kawasan Air Terjun Ladenring Kecamatan Lamuru

17. Kawasan Goa Bola Batu Kecamatan Mare

18. Kawasan Pantai Bone Lampe Kecamatan Tonra 19. kawasan Pasir putih Gareccing Kecamatan Tonra 20. Kawasan Pantai Ancu Allapurangeng Kecamatan Kajuara 21. kawasan Permandian Waetuwo Kecamatan Kajuara 22. Kawasan Bendungan sanrego Kecamatan Kahu 23. Kawasan Air terjun Ulu Ere Kecamatan Bontocani 24. Kawasan Mata air Panassaweng Kecamatan Ponre

25. Kawasan Uttang Menroja Kecamatan Tanete Riattang Barat 26. Kawasam Bendungan Salomekko Kecamatan Salmekko

27. Kawasan Permandian Alam Duppamatae Kecamatan Palakka

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan pariwisata budaya di Kabupaten Bone tersebar di beberapa kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8

Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Budaya

No. Obyek Wisata Budaya Lokasi

1. Kawasan Museum Arajange Kecamatan Tanete Riattang 2. Kawasan Manurunge di Matajang Kecamatan Tanete Riattang

3. Kawasan Bola Soba Kecamatan Tanete Riattang

4. Kawasan Tana Bangkalae Kecamatan Tanete Riattang 5. Kompleks Makam Kalokkoe Kecamatan Tanete Riattang

6. Kawasan Bubungtello Kecamatan Tanete Riattang

7. Kawasan Masjid Raya Watampone Kecamatan Tanete Riattang 8. Komplek Mesjid tua Lalebata Kecamatan Tanete Riattang 9. Kawasan Museum Lapawawoi Kecamatan Tanete Riattang Barat 10. kawasan Makam Laummasa Kecamatan Tanete Riattang Barat 11. kawasan Kuburan Petta Betae Kecamatan Tanete Riattang Barat

12. kawasan Sungai Jeppe’E Kecamatan Tanete Riattang Barat

13. kawasan Bubung ParaniE Kecamatan Tanete Riattang Barat 14. Kawasan Manurunge ri Toro Kecamatan Tanete Riattang Timur 15. kawasan Perkampungan Suku Bajo Kecamatan Tanete Riattang Timur 16. Kawasan Kompleks Makam Petta PonggawaE Kecamatan Awangpone

(11)

20. Kawasan Petta Makkarame Kecamatan Tellu Siattinge 21. Kawasan Permainan Rakyat Sijujju’ Solo’ Kecamatan Tellu Siattinge 22. Kawasan Makam Lapatau Matannatikka Kecamatan Cenrana 23. Kawasan Tugu Malamungpatu Kecamatan Ajangale 24. Kawasan Kerajinan Perak dan Kuningan Kecamatan Ajangale 25. Kawasan Pembuatan Baju Bodo Kecamatan Ajangale 26. Kawasan Makam Raja-Raja Watang Lamuru Kecamatan Lamuru

27. Kawasan Serewara Kecamatan Lamuru

28. Kawasan Mangngiri Kecamatan Lamuru

29. Kawasan Makam Datu Salomekko Kecamatan Salomekko 30. Kawasan Kerajinan Tangan Anemmi Kecamatan Barebbo

31. Kawasan Ajjongang Kecamatan Patimpeng

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan pariwisata buatan di Kabupaten Bone tersebar di beberapa kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.9

Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Buatan

No. Obyek Wisata Budaya Lokasi

1. Kawasan Wisata Waterboom Tanjung Palatte Kecamatan Tanete Riattang Timur 2. Kawasan Wisata Kuliner Pusat Jajan Tanete Riatang Barat

3. Kawasan Wisata Kuliner Pantai Kering Kecamatan Tanete Riattang Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

7. Kawasan Permukiman

Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Bone menurut RTRW Kabupaten Bone dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan merupakan kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan non agraris dengan tatanan kawasan permukiman yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, serta prasarana wilayah perkotaan lainnya. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.10

Rincian Kawasan Permukiman

No. Kawasan Permukiman Lokasi

A. Perkotaan

1. Kawasan Perkotaan Watampone Sebagian Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, dan sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur

(12)

6. Kawasan Perkotaan Lalebbata Kecamatan Lamuru 7. Kawasan Perkotaan Componge Kecamatan Awangpone

8. Perkotaan Pompanua Kecamatan Ajangale

9. Kawasan Perkotaan Bojo Kecamatan Kajuara

B. Perdesaan

1. Kawasan Bulu-Bulu Kecamatan Tonra

2. Kawasan Kada Kecamatan Mare

3. Kawasan Tanete Harapan Kecamatan Cina

4. Kawasan Appala Kecamatan Barebbo

5. Kawasan Lonrong Kecamatan Ponre

6. Kawasan Passippo Kecamatan Palakka

7. Kawasan Kahu Kecamatan Bontocani

8. Kawasan Manera Kecamatan Salomekko

9. Kawasan Latobang Kecamatan Patimpeng

10. Kawasan Tujue Kecamatan Tellu Limpoe

11. Kawasan Bengo Kecamatan Bengo

12. Kawasan Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge

13. Kawasan Taretta Kecamatan Amali

14. Kawasan Uloe Kecamatan Dua Boccoe

15. Kawasan Ujung Tanah Kecamatan Cenrana

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan peruntukan permukiman perdesaan merupakan kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk yang rendah dan kurang intensif dalam pemanfaatan daerah terbangun.

8. Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya meliputi, 1) kawasan peruntukan perdagangan, 2) kawasan peruntukan olahraga, 3) kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan, dan 4) kawasan keselamatan operasi penerbangan. Kawasan peruntukan olahraga ditetapkan di Kawasan Sstadion La Patau di Kecamatan Tanete Riattang Barat.

(13)

Tokaseng di Kecamatan Tellu Siattinge; kawasan Taretta di Kecamatan Amali; kawasan Uloe di Kecamatan Dua Boccoe; dan kawasan Ujung Tanah di Kecamatan Cenrana.

Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang merupakan aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI Negara Kesatuan Republik Indonesia. Element yang terbentuk dalam kesatuan ini antara lain:

1) Kantor Kepolisian Resort (KAPOLRES) di Kecamatan Tanete Riattang Timur; 2) Kantor Komando Resort Militer (KOREM) 141Toddopuli di Kecamatan Tanete

Riattang;

3) Kantor Komando Distrik Militer (KODIM) 1407 Bone di Kecamatan Tanete Riattang;

4) Kantor Kepolisian Sektor (KAPOLSEK) ditetapkan akan ditempatkan di Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe, Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare, Kecamatan Palakka, Kecamatan Ponre, Kecamatan Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra, Kecamatan Amali, Kecamatan Bengo, Kecamatan Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan Kecamatan Ulaweng;

5) Kantor Komando Rayon Militer (KORAMIL) ditetapkan akan ditempatkan di Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe, Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare, Kecamatan Palakka, Kecamatan Ponre, Kecamatan Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra, Kecamatan Amali, Kecamatan Bengo, Kecamatan Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan Kecamatan Ulaweng;

6) kawasan Komando Pendidikan dan latihan tempur Bancee di Kecamatan Libureng;

7) kawasan Kompi Senapan (Kipan) B Yonif 726 Tamalatea di Lappacenrana Kecamatan Bengo;

8) kawasan Kompi Senapan (Kipan) C Yonif 726 Tamalatea di Kecamatan Mare; dan

9) kawasan latihan Militer Rawa Laut di Kecamatan Tonra

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) merupakan kawasan udara sekitar bandar udara Kabupaten Bone berupa ruang udara bagi keselamatan pergerakan pesawat kawasan ini berada di sebagian wilayah Kecamatan Awangpone.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

(14)

meliputi: kawasan rawan banjir; kawasan rawan angin puting beliung; dan kawasan rawan tanah longsor.

1. Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang potensial terjadinya perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Kawasan ini ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Dua Boccoe, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, dan sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja.

2. Kawasan rawan angin puting beliung terdapat di Kecamatan Amali, Sibulue, dan Libureng.

3. Kawasan rawan tanah longsor adalah kawasan yang potensial terjadinya perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Kawasan ini ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, dan sebagian wilayah Kecamatan Ponre.

2.1.4. Demografi

Penduduk Kabupaten Bone menurut hasil Pendataaan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Tahun 2012 sebanyak 728.737 jiwa yang terdiri dari laki-laki 347.707 jiwa dan perempuan 381.030 jiwa. Ini berarti bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki dengan perbandingan 47,71% penduduk laki-laki dan 52,29 penduduk perempuan. Seluruh penduduk Kabupaten Bone terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan jumlah sebanyak 163.621 KK. Rata-rata anggota keluarga sebesar 4,43 jiwa, artinya setiap keluarga memiliki anggota rata-rata 4 jiwa.

Kepadatan penduduk Kabupaten Bone menurut luas wilayah pada Tahun 2011 rata-rata sebesar 166 jiwa/km2. Tiga kecamatan dengan kepadatan penduduk paling banyak, yakni Kecamatan Tanete Riattang sekitar 2.077 jiwa/km2, disusul Kecamatan Tanete Riattang Timur sekitar 1.003/km2, kemudian Kecamatan Tanete Riattang Barat sekitar 833 jiwa/km2. Sementara itu kepadatan penduduk paling rendah terdapat di Kecamatan Bontocani sebesar 33 jiwa/km2, disusul Kecamatan Tellu Limpoe sebesar 44 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Ponre sebesar 46 jiwa/km2. Data terinci mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.11

(15)

No Kecamatan Jumlah Desa/Kel.

Luas Km2

Jumlah Penduduk Kepadatan

Km2

6 Libureng 20 344,25 14.734 14.723 29.457 85

7 Mare 18 263,5 12.518 13.214 25.732 97

8 Sibulue 20 155,8 15.599 17.656 33.255 212

9 Cina 12 147,5 12.360 13.461 25.821 174

10 Barebbo 18 114,2 12.546 14.286 26.832 234

11 Ponre 9 293 6.570 6.883 13.453 46

12 Lappariaja 9 138 11.199 12.227 23.426 169

13 Lamuru 12 208 11.473 13.074 24.547 118

14 Ulaweng 15 161,67 11.484 13.104 24.588 152

15 Palakka 15 115,32 10.361 11.934 22.295 193

16 Tanete Riattang 8 23,79 23.530 26.357 49.887 2.077

17 Awangpone 18 110,7 13.352 15.541 28.893 260

18 Dua Boccoe 22 144,9 13.857 16.186 30.043 207

19 Tellu Siattinge 17 159,3 18.543 21.325 39.868 250

20 Ajangale 14 139 12.656 14.640 27.296 196

21 Cenrana 16 143,6 11.250 12.413 23.663 164

22 Tanete R.Barat 8 53,68 21.848 23.481 45.329 833

23 Tanete R.Timur 8 48,88 20.683 20.767 41.450 840

24 Amali 15 119,13 9.387 11.229 20.616 173

25 Tellu LimpoE 11 318,1 6.918 6.982 13.900 44

26 Patimpeng 10 130,47 7.744 8.270 16.014 122

27 Bengo 9 164 12.211 13.125 25.336 154

JUMLAH 372 4.559 347.707 381.030 728.737 7.557

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bone Tahun 2013

Masyarakat Kabupaten Bone, sebagaimana masyarakat kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya, merupakan pemeluk Agama Islam yang taat, kehidupan mereka selalu diwarnai oleh keadaan yang serba Religius. Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya tempat-tempat ibadah dan Pendidikan Agama Islam. Sekalipun demikian Penduduk Kabupaten Bone yang mayoritas pemeluk agama Islam, tetapi di kota Watampone juga ada Gereja dan Wihara dalam arti pemeluk agama lain cukup leluasa untuk menunaikan Ibadahnya. Keadaan ini memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan keagamaan karena mereka saling hormat menghormati dan menghargai satu dengan lainnya. Disamping itu peran pemuka agama teruatama para alim ulama sangat dominan dalam kehidupan keagamaan bahkan alim ulama merupakan figur kharismatik yang menjadi panutan masyarakat. Data jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.12

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama di Kabupaten Bone Tahun 2011

No Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha

1 Bontocani 15.443 0 0 0 0

2 Kahu 37.739 0 0 0 0

3 Kajuara 35.054 0 0 0 0

(16)

No Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha

5 Tonra 13.021 12 0 0 0

6 Libureng 29.227 39 86 0 0

7 Mare 25.485 39 0 0 0

8 Sibulue 33.048 0 0 0 0

9 Cina 25.534 68 75 12 0

10 Barebbo 26.679 0 0 0 0

11 Ponre 13.363 2 0 0 0

12 Lappariaja 23.282 60 0 0 0

13 Lamuru 24.442 19 0 0 0

14 Ulaweng 24.559 0 0 0 0

15 Palakka 22.182 41 0 0 0

16 Tanete Riattang 48.711 0 269 29 23

17 Awangpone 28.774 0 10 0 0

18 Dua Boccoe 29.991 8 8 0 0

19 Tellu Siattinge 39.821 0 0 0 0

20 Ajangale 27.247 16 0 0 0

21 Cenrana 23.554 6 0 0 0

22 Tanete R.Barat 43.493 504 556 4 143

23 Tanete R.Timur 41.081 0 0 0 0

24 Amali 20.591 0 0 0 0

25 Tellu LimpoE 13.853 0 0 0 0

26 Patimpeng 15.894 0 0 0 0

27 Bengo 25.260 45 0 0 0

JUMLAH 722.426 1.264 1.004 45 166

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bone Tahun 2012

Berdasarkan sebaran penduduk perwilayahan pemeluk agama Islam tersebar merata di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone, sedangkan pemeluk agama Kristen terdapat di 15 (Limabelas) kecamatan, Katolik 6 (Enam) kecamatan dan pemeluk agama Hindu 3 (tiga) kecamatan dan Budha hanya terdapat 2(Dua) kecamatan dengan jumlah yang relatif sedikit.

Penyebaran jumlah penduduk dalam suatu wilayah berkorelasi langsung dengan tingkat ketersediaan fasilitas peribadatan, sehingga semakin mayoritas suatu agama maka sebaran fasilitas peribadatannya dapat ditemui setiap tempat.

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diperuntukan bagi seluruh masyarakat indonesia dan salah satu tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan penduduk secara maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan pendidikan. Oleh karena itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika penduduk dan masalah yang ditemui dalam masyarakat akan sangat mempengaruhi pendidikan. Dengan demikian, aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pendidikan. Data keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel berikut.

(17)

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan (7 Tahun ke atas) di Kabupaten Bone Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Penduduk (7 tahun ke atas) Jumlah Persentase (%)

1 Belum Pernah Sekolah 82.709 13.35

Sumber : Profil Pendidikan Tahun 2010/2011 Dinas Pendidikan Kab. Bone, Tahun 2011

Tingkat pendidikan penduduk 7 tahun ke atas yang dirinci menjadi 9 kategori dapat digambarkan sebagai berikut; 1) belum pernah sekolah sebanyak 82.709 orang (13,35%), 2) belum tamat SD sebanyak 99.861 orang (16,12%), 3) Tamat SD/MI 191.853 orang (30,97%), 4) Tamat SMP/MTs sebanyak 76.688 orang (12,70%), 5) Tamat SMA sebanyak 52.274 orang (9,24%), 6) Tamat SMK sebanyak 11.043 orang (1,78%), 7) Tamat Diploma I/II sebanyak 16.709 orang (2,70%), 8) Tamat Diploma III/Sarmud sebanyak 6.195 orang (1,00%), 9) Tamat Sarjana sebanyak 20.259 orang (3,27%).

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1.Pertumbuhan Product Domestic Regional Bruto (PDRB)

PDRB Kabupaten Bone dalam kurun waktu lima tahun (2008-2012) atas dasar harga berlaku mengalami perkembangan rata-rata sebesar 17,67% yaitu dari Rp. 5.348 triliun pada Tahun 2008 dan pada Tahun 2012 diproyeksikan menjadi Rp. 10.250 triliun. PDRB atas dasar harga konstan mengalami pertumbuhan rata-rata 7,78% dari Rp. 2.776 triliun pada tahun 2008 dan mencapai Rp. 3.746 triliun pada Tahun 2012 sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.14

Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

2012** 10.250.173,72 16,34 3.746.344,06 8,16

Rata-Rata 17,67 7,78

Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone

(18)

PDRB dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB harga konstan digunakan untk mengukur pertumbuhan ekonomi karena tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat besar dan struktur ekonomi suatu daerah. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB dari tahun ketahun terus meningkat termasuk proyeksi sampai tahun 2012 sebagaimana grafik berikut ini :

Grafik 2.1

Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

Peningkatan PDRB ini tidak terlepas dari kontribusi sembilan sektor lapangan usaha. Pada tahun 2009, sektor pertanian berkontribusi 49,94% bagi peningkatan PDRB Kabupaten Bone, dan mengalami kenaikan pada tahun 2010 dengan nilai kontribusi 50,87%, namun diprediksikan akan menurun di tahun 2011 sampai mencapai 48,81%. Sektor lainnya yang berkontribusi cukup besar bagi PDRB Kabupaten Bone adalah sektor jasa-jasa, perdagangan/hotel/restoran dan Industri yaitu masing-masing berkontribusi sebesar 17,87%, 7,14% dan 6,98% pada tahun 2009 sedangkan pada tahun 2010 berkontribusi sebesar 17,01%, 7,17% dan 6,69%. Secara keseluruhan kontribusi sektor lapangan usaha terhadap PDRB 2010 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan Tahun 2009, demikian pula halnya dengan proyeksi PDRB pada tahun 2011 yang akan terus meningkat khususnya sektor pertanian dan jasa. Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.15

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009-2011 Atas Dasar Harga Berlaku

No Sektor 2009 2010 2011* Rp (Jt) % Rp (Jt) % Rp (Jt) %

(19)

9 Jasa-jasa 1.145.792,66 17,87 1.327.088,35 17,01 1.556.772,24 18,62 PDRB 6.412.649,40 100,00 7.803.369,81 100,00 8.360.464,39 100,00 Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone 2011

*) angka sementara (proyeksi)

2.Inflasi

Perkembangan barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup penduduk. Jika harga-harga secara umum meningkat maka bisa terjadi daya beli penduduk menurun. Hal tersebut dialami Kabupaten Bone pada tahun 2008 di mana tingkat inflasi mencapai 12,99%. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah dalam mengatasi inflasi tersebut, sehingga pada tahun 2010 inflasi Kabupaten Bone menurun menjadi 9,13% dan pada tahun 2011 tingkat inflasi Kabupaten Bone diproyeksikan berada pada kisaran 8,53%. Penurunan tingkat Inflasi juga dipengaruhi oleh faktor stabilitas ekonomi terhadap kebutuhan pokok masyarakat. Gambaran tingkat Inflasi Kabupaten Bone dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 2.2

Tingkat Inflasi Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone, diolah

3.Penduduk Miskin

Kemiskinan merupakan permasalahan yang multidimensi yang masih dihadapi Kabupaten Bone. Berdasarkan Garis Kemiskinan Daerah (GKD) sumber data BPS, jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bone mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2008 sebesar 17,4%, angka ini menurun pada tahun 2009 menjadi 15,09% demikian pula pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 14,08% dan tahun 2011 menjadi 12,69 %.

Penurunan angka kemiskinan tersebut menunjukkan bahwa intervensi program/kegiatan yang selama ini dilakukan telah berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bone tetap konsisten untuk mengakselerasi pencapaian target penurunan angka kemiskinan sampai tahun 2015 sebesar 9%. Berbagai strategi kebijakan telah dilakukan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2010 2011* 2012* 2013*

9,13

8,53

7,56

(20)

terutama penguatan implementasi kebijakan penanggulangan kemiskinan dari pemerintah pusat, antara lain program PPLS yang berbasis rumah tangga, program pemberdayaan masyarakat dan program pengembangan ekonomi kecil dan mikro.

Grafik 2.3

Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Bone Tahun 2002-2012

Sumber : Data Olah Bappeda Tahun 2013

Berdasarkan hasil PPLS tahun 2011, jumlah penduduk miskin Kabupaten Bone yang masuk kedalam kategori I (sangat miskin) sebanyak 92.002 jiwa yang tersebar di 27 kecamatan. Kecamatan Sibulue, merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk sangat miskin tertinggi sebanyak 5.213 jiwa, kemudian Kecamatan Tellu Limpoe sebanyak 4.873 jiwa, Kecamatan Awangpone 4.671 jiwa sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk sangat miskin terkecil adalah Kecamatan Tanete Riattang sebanyak 1.825 jiwa.

Relevansi dan efektifitas program merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan program yang mengitegrasikan antara kebijakan pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah. Tingkat kemiskinan Kabupaten Bone mulai tahun 2008-2011 relevan dengan tingkat kemiskinan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Hal ini berarti dampak kebijakan program penanggulangan kemiskinan dari Pemerintah Pusat untuk ditindaklanjuti ditingkat provinsi dan daerah berkontribusi positif untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah.

Sejauhmana relevansi dampak intevensi program Pro Poor antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten terhadap penurunan garis kemiskinan daerah , dapat dilihat uraian gambar berikut :

Grafik 2.4

112600107400114200

130900131600 121900

107300 100990

92002 82137

16,56 15,66 16,38 18,78 18,84 17,35 15,1914,08174918

12,69 11,24 0 10 20 30 40 50

0 50.000 100.000 150.000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat

Kemiskinan

Kab. Bone Tahun 2003 - 2012

(21)

Analisis Relevansi Tingkat Kemiskinan Kabupaten Bone tahun 2002 – 2010

Sumber data : Olahan Data PPLS 2011, Bappeda & Statistik, 2013

Mencermati gambar tersebut menunjukkan bahwa angka kemiskinan Kabupaten Bone mulai tahun 2005 – 2011 capaiannya di atas rata-rata provinsi dan nasional. Kondisi tersebut menginsyaratkan pada Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan seluruh program/kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi positif terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Misalnya meningkatkan proporsi anggaran dalam mendukung 3 kluster program percepatan penanggulangan kemiskinan, antara lain (1) Program perlindungan sosial berbasis rumah tangga, (2) Program Pemberdayaan masyarakat, dan (3) Program pengembangan ekonomi kecil dan mikro.

4.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bone selama kurun waktu 2008 - 2012 mengalami penurunan yang baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Bone sebesar 8,27% menjadi 3,15% di tahun 2012.

Grafik 2.5

Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

Sumber : Data Olah Bappeda Tahun 2013

8,27

5,54

4,29

3,7 3,15

0 2 4 6 8 10

2008 2009 2010 2011 2012

(22)

Sejauhmana relevansi intervensi program/kegiatan yang telah dilaksanakan di daerah ini dapat dilihat pada uraian analisis berikut :

Grafik 2.6

Analisis Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Bone tahun 2002 - 2011

Sumber : Data TNP2K dan Disnakertrans Kab. Bone, 2012.

Persentase tingkat pengangguran di Kabupaten Bone periode tahun 2008 – 2011, mengalami fluktuasi khususnya pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari 4,29% tahun 2010 naik menjadi 5,53% tahun 2011. Besarnya tingkat pengangguran di daerah ini lebih rendah dibandingkan dengan angka provinsi dan nasional, namun perlu diantisipasi melalui intervensi program nyata dan langsung berkontribusi terhadap upaya pengurangan angka pengangguran. Misalnya program padat karya, terciptanya lapangan kerja baru, dst.

Arah kebijakan pemerintah daerah 5 tahun ke depan adalah bagaimana Angka Pengangguran Terbuka (TPT) dapat terus diturunkan agar berimplikasi terhadap peningkatan income perkapita masyarakat.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui atau menilai sejauhmana keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan suatau Negara atau daerah. IPM memiliki 3 (tiga) aspek utama, antara lain : Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat pendidikan, serta daya beli riil per kapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak.

(23)

Kabupaten Bone dalam hal pendidikan, kesehatan dan pengeluaran belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup layak.

Tantangan Pemerintah Kabupaten Bone 5 tahun ke depan adalah mengkaselerasi pertumbuhan pencapaian IPM agar target capainnya dapat diwujudkan. Capaian IPM dari tahun ke tahun belum menggembirakan dibandingkan dengan capaian beberapa kabupaten tetangga , provinsi ataupun capaian nasional. Beberapa faktor mendasar yang mempengaruhi kondisi tersebut, salah satu diantaranya adalah rendahnya angka rata-rata lama sekolah serta tingginya angka buta aksara di Kabupaten Bone terutama usia yang tidak produktif lagi. Lebih jelasnya capaian IPM Bone terhadap provinsi dan nasional.

Grafik 2.7

Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2008-2011

Salah satu bukti nyata capaian IPM Bone yang kurang memuaskan adalah IPM Kabupaten Bone peringkat ke 17 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.16

Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 – 2011

Kode Provinsi / Kabupaten IPM

7309 Pangkajene Kepulauan 68,30 69,07 69,43 69,89

(24)

7312 Soppeng 70,76 71,26 71,89 72,23

7313 Wajo 68,72 69,44 70,22 71,04

7314 Sidenreng Rappang 71,74 72,06 72,37 72,74

7315 Pinrang 71,91 72,61 73,21 73,80

7316 Enrekang 73,76 74,19 74,55 74,84

7317 Luwu 72,96 73,59 73,98 74,42

7318 Tana Toraja 73,15 73,65 74,32 74,69

7322 Luwu Utara 71,73 72,29 72,79 73,1

7325 Luwu Timur 71,73 72,29 72,79 73,1

7326 Toraja Utara 68,41 68,92 69,56 70,15 7371 Kota Makasar 77,92 78,24 78,79 79,11 7372 Kota Pare Pare 76,97 77,45 77,78 78,19 7373 Kota Palopo 75,80 76,11 76,55 76,85 Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

Sebagaimana uraian tersebut, ada 3 aspek utama tentang IPM, antara lain :

1. Angka Melek Huruf (AMH)

Angka melek huruf memberikan gambaran mengenai seberapa banyak penduduk berusia 15 tahun ke atas pada suatu daerah dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Angka melek huruf Kabupaten Bone dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 menunjukkan peningkatan dari 84,85 % pada tahun 2009, sebesar 84,86% pada tahun 2010, dan 86,41% pada tahun 2011. Tetapi pencapaian Angka melek huruf Kabupaten Bone tersebut menempati ranking 16 dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan berarti perlu kerja keras untuk mengimbangi pencapaian beberapa kabupaten/kota diwilayah provinsi Sulsel.

Tabel 2.17

Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 – 2011

No Provinsi Angka Melek Huruf (%) 2009 2010 2011 SULAWESI SELATAN 87,02 87,75 88,07

1. Selayar 89,23 89,23 90,86

2. Bulukumba 85,35 85,35 85,45

3. Bantaeng 77,51 78,98 79,03

4. Jeneponto 77,2 77,27 77,31

5. Takalar 80,75 81,8 81,85

6. Gowa 80,27 81,92 82,32

7. Sinjai 86,45 86,45 86,59

8. Maros 82,9 82,97 83,1

9. Pangkajene Kepulauan 86,86 87,55 87,59

10. Barru 88,48 89,23 89,25

11. Bone 84,85 84,86 86,41

12. Soppeng 85,08 86,67 86,71

13. Wajo 82,69 83,53 84,97

14. Sidenreng Rappang 89,57 89,63 89,77

15. Pinrang 89,74 89,9 91,48

16. Enrekang 90,44 90,44 90,49

17. Luwu 91,48 91,48 91,63

18. Tana Toraja 85,45 86,28 87,76

(25)

No Provinsi Angka Melek Huruf (%) 2009 2010 2011

20. Luwu Timur 93,24 93,24 93,28

21. Toraja Utara 83,03 83,8 83,83

22. Kota Makasar 96,68 96,79 96,82

23. Kota Pare Pare 97,06 97,16 97,17

24. Kota Palopo 97,32 97,33 97,34

Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

2. Angka Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bone pada tahun 2011 baru mencapai 6,72 tahun. Berarti rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Bone baru kelas 2 jenjang Sekolah Dasar. Capaian ini jauh tertinggal dibandingkan capaian Provinsi Sulawesi Selatan yang telah mencapai 7,92 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk kabupaten Bone tergolong rendah dibanding kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan. Capaian rata-rata lama sekolah Kabupaten Bone termasuk 5 terendah dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 2.18

Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 – 2011

Kode Provinsi

Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

2009 2010 2011 SULAWESI SELATAN 7.41 7.84 7.92

1. Selayar 6.75 6.95 7.07

2. Bulukumba 6.69 6.97 7.11

3. Bantaeng 5.87 5.97 6.1

4. Jeneponto 5.88 6.2 6.23

5. Takalar 6.23 6.42 6.46

6. Gowa 6.57 6.83 7.23

7. Sinjai 6.71 6.74 7.07

8. Maros 6.5 6.62 6.9

9. Pangkajene Kepulauan 6.61 6.73 6.94

10. Barru 7.39 7.61 7.62

11. Bone 6.38 6.7 6.72

12. Soppeng 6.98 7.25 7.28

13. Wajo 6.06 6.22 6.51

14. Sidenreng Rappang 7.24 7.25 7.27

15. Pinrang 7.22 7.61 7.62

16. Enrekang 8.25 8.3 8.32

17. Luwu 7.71 7.74 7.8

18. Tana Toraja 7.46 7.7 7.74

19. Luwu Utara 7.04 7.46 7.49

20. Luwu Timur 7.75 8.17 8.18

21. Toraja Utara 7.03 7.22 7.67

22. Kota Makasar 10.6 10.82 10.85

23. Kota Pare Pare 9.63 9.63 9.76

24. Kota Palopo 9.73 10.03 10.04

(26)

3. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Indeks usia harapan hidup digunakan nilai maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai usia 85 tahun dan terendah adalah usia 25 tahun (BPS Indonesia, 2009). Tingkat perkembangan usia harapan hidup di Kabupaten Bone tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8, dan AHH Kabupaten Bone masih menempati posisi ke 19 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

Tabel 2.19

Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 – 2011

No Provinsi Angka Harapan Hidup (Tahun) 2009 2010 2011 SULAWESI SELATAN 69.8 70 70

1. Selayar 67.61 67.74 67.88

2. Bulukumba 71.62 71.94 72.13

3. Bantaeng 73.12 73.6 73.96

4. Jeneponto 64.85 65 65.15

5. Takalar 69.17 69.52 69.89

6. Gowa 71.43 71.61 71.78

7. Sinjai 71.61 71.99 72.24

8. Maros 71.71 72.3 72.76

9. Pangkajene Kepulauan 68.62 68.79 68.96

10. Barru 68.54 68.85 69.05

11. Bone 69.35 69.73 70

12. Soppeng 71.52 71.63 71.74

13. Wajo 70.4 70.94 71.37

14. Sidenreng Rappang 72.07 72.5 72.81

15. Pinrang 71.72 72.06 72.28

16. Enrekang 74.66 74.99 75.19

17. Luwu 73.25 73.7 74.04

18. Tana Toraja 74.13 74.17 74.22

19. Luwu Utara 71.34 71.56 71.68

20. Luwu Timur 70.84 70.95 71.06

21. Toraja Utara 73.49 73.54 73.58

22. Kota Makasar 73.24 73.59 73.82

23. Kota Pare Pare 73.92 74.27 74.49

24. Kota Palopo 72.25 72.47 72.59

Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

4. Indeks Pembangunan Gender

Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah Indeks komposit yang dihitung dari beberapa variabel untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia dengan memperhatikan disparitas gender. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan.

(27)

mengurangi disparitas gender disetiap tahapan dan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan. Gambaran IPG Kabupaten Bone terhadap provinsi dan nasional, lebih jelasnya dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 2.8

Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2008-2011

Grafik tersebut menunjukkan bahwa IPG Kabupaten Bone mengalami kenaikan yang tidak telalu signifikan dan menempati peringkat ke 17 dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Lebih jelasnya pada uraian tabel 2.9.

Tabel 2.20

Perbandingan IPG Kabupaten Bone

dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 – 2011

(28)

No Provinsi / Kabupaten IPG

2008 2009 2010 2011

19. Luwu Utara 52,89 53,30 54,13 54,71

20. Luwu Timur 56,29 56,66 57,88 58,18

21. Toraja Utara 60,56 - 63,92 64,72

22. Kota Makasar 72,03 72,23 72,49 73,04

23. Kota Pare Pare 66,82 67,08 67,80 68,43

24. Kota Palopo 69,15 69,72 70,01 70,54

Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

Peningkatan IPG di Kabupaten Bone selama ini dipengaruhi oleh peningkatan beberapa komponen IPG itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.21

IPG menurut komponen yang mempengaruhi Di Kabupaten Bone tahun 2010

Angka Harapan Hidup (Tahun)

Angka Melek Huruf (%)

Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

Pengeluaran Per Kapita

L P L P L P L P

67,81 71,77 87,47 83,54 7,21 5,89 69,93 30,07

Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2012

Dari tabel tersebut terlihat bahwa level AHH yang dicapai penduduk laki-laki masih dibawah level AHH yang dicapai perempuan. Penyebab rendahnya AHH laki, salah satunya mengungkapkan bahwa banyaknya kejadian kematian pada laki-laki umumnya bersifat prematur termasuk perilaku dan kemampuan bertahan hidup laki-laki yang cenderung lebih buruk daripada perempuan. Dari sisi AMH, perempuan masih lebih rendah dibanding laki-laki, namun suatu hal yang menggembirakan adalah peningkatan AMH perempuan sekitar 4% lebih cepat dibandingkan dengan AMH laki-laki yang hanya berkisar 1,7%. Seperti halnya komposisi AMH, untuk rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki secara umum lebih tinggi pada kisaran 1 tahun dibanding rata-rata lama sekolah penduduk perempuan. Sedangkan pengeluaran per kapita sangat dpengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah adanya perbedaan upah yang diterima laki-laki dan perempuan. Salah satu faktor yang berpengaruh pada perbedaan tingkat upah adalah tingkat pendidikan. Kecenderungan pendidikan perempuan lebih rendah dibanding pendidikan laki-laki jelas berpengaruh pada perbedaan upah yang diterima antara laki-laki dan perempuan. Faktor lain juga erat kaitannya dengan faktor lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan.

5. Indeks Pemberdayaan Gender

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang mengukur peran aktiv perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. IDG Kabupaten Bone dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan perkembangan yang positif, dari sebesar 60,02 pada tahun 2008 menjadi sebesar 60,68 pada tahun 2009, sebesar 65,54 pada tahun 2010 dan sebesar 65,37 pada tahun 2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran aktif penduduk perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik semakin baik.

Grafik 2.9

(29)

Tahun 2008-2011

Capaian IDG Kabupaten Bone menduduki posisi ke 5 dari 24 kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selata, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.22

Perbandingan IDG Kabupaten Bone dengan Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 – 2011

No Provinsi / Kabupaten IDG

9. Pangkajene Kepulauan 54.58 55.39 55.64 58.93

(30)

No Provinsi / Kabupaten IDG

2008 2009 2010 2011

19. Luwu Utara 38.89 39.03 39.27 39.29

20. Luwu Timur 43.34 43.72 54.13 43.12

21. Toraja Utara 43.32 43.83 61.69 62.83

22. Kota Makasar 57.48 57.81 64.49 65.26

23. Kota Pare Pare 58.70 58.92 62.60 62.80

24. Kota Palopo 57.42 57.68 61.21 68.38

Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib 1. Pendidikan

Upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui pembangunan pendidikan. Tujuan Pembangunan Bidang Pendidikan adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, menjadikan pendidikan murah, bermutu dan berdaya saing tinggi. Penyelenggaraan Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama baik melalui penyelenggaraan pendidikan formal maupun penyelenggaraan pendidikan non formal.

Upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui pembangunan pendidikan. Tujuan Pembangunan Bidang Pendidikan adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, menjadikan pendidikan murah, bermutu dan berdaya saing tinggi. Penyelenggaraan Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama baik melalui penyelenggaraan pendidikan formal maupun penyelenggaraan pendidikan non formal.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, PP No. 48 tahun 2008, tentang Pendanaan Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan merupakan dasar pelaksanaan pembangunan pendidikan bagi pemerintah baik Pusat maupun Daerah.Ketentuan dalam peraturan tersebut harus diacu oleh pemerintah darah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pendidikan baik formal maupun non formal. Upaya untuk memenuhi ketentuan perundangan tersebut merupakan pekerjaan yang tidak mudah melihat kondisi pendidikan pada umumnya banyak yang masih belum memenuhi criteria atau standar yang telah ditentukan. Tentu saja hal ini menjadikan pemerintah Kabupaten/Kota harus bekerja keras dengan menyusun perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan kondisi keuangan daerah dan kondisi pembangunan pendidikan di daerah.

(31)

kehidupan bermasyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Kesetaraan dimaksudkan bahwa pelayanan pendidikan berkualitas adalah setara untuk warga negara Indonesia dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya, ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya; Keterjaminan dimaksudkan bahwa pelayanan pendidikan menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.

Kondisi pembangunan pendidikan Kabupaten Bone digambarkan dengan pengelompokkan kelima aspek tersebut. Kondisi pendidikan Kabupaten Bone digambarkan sebagai berikut:

a Ketersediaan Pelayanan Pendidikan 1) PAUD

Pendidikan anak usaia dini (PAUD) memiliki fungsi strategis dalam rangka menanamkan nilai-nlai kebajikan serta budi pekerti luhur sejak awal. Pelayanan PAUD di Kabupaten Bone relative cukup berkembang. Gambaran kondisi PAUD di Kabupaten Bone terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.23

Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Bone tahun 2012

No PAUD

Jumlah Lembaga (TK. RA, BA)/KB,

TPA SPS

Jumlah Anak terlayani

Guru / Pendidik

1 Formal 452 22.402 1.792

2 Non Formal 234 2.242 2.194

3 Informal 51 1.336 153

Jumlah 737 25.980 4.139

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Bone, 2012

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah lembaga PAUD di Kabupaten Bone pada tahun 2012 sebanyak 737 lembaga. Angka tersebut belum menunjukkan upaya akselerasi pencapaian target APK PAUD usia 0-6 tahun sebesar 75 % tahun 2013, sementara APK PAUD usia 0-6 tahun tahun 2012 sebesar 56,15 % dan APK usia 4-6 tahun sebesar 36,35%.

2) Pendidikan Dasar

Jumlah SD/MI di Kabupaten Bone pada tahun 2012 sebanyak 751 Unit. Jumlah tersebut relative mampu melayani pendidikan dasar di Kabupaten Bone. Sedangkan Jumlah SMP/MTs baik negeri maupun swasta di Kabupaten Bone sebesar 199 Unit. Ketersediaan SMP/MTs merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Bone.

Gambaran Kondisi sarana dan prasarana baru SD dan SMP di Kabupaten Bone selama kurun waktu 2008 – 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.24

(32)

No Sarana dan Prasarana Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 A. SD/MI

1 Setiap sekolah memiliki minimal 6 ruang kelas (%)

73,83 78,46 85,76 90,71 93,25

2 Setiap sekolah memiliki ruang guru lengkap dengan prabotnya (%)

10,25 34,46 37,61 40,27 43,44

3 Setiap sekolah memiliki perpustakan lengkap dengan prabotnya (%)

7,43 20,47 25,12 32,37 38,9

4 Setiap ruang kelas dalam kondisi baik dan layak

6 Setiap sekolah memiliki alat peraga IPA (%)

23,69 38,86 47,58 56,72 68

7 Setiap Sekolah memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi (%)

7,43 20,47 25,12 32,37 38

B SMP/MTs

1 Rasio Rombel / Kelas 1 : 1 (%) 77,42 80,65 70.97 74,19 87,45

2 Setiap sekolah memiliki ruang guru lengkap dengan prabotnya (%)

78,38 82,57 82,57 82,57 88

3 Setiap sekolah memiliki perpustakan lengkap dengan prabotnya (%)

73,23 76,45 86,77 90,00 93

4 Setiap sekolah memiliki Lab ipa lengkap dengan prabotnya (%)

67,56 69,28 75,49 75,49 78%

5 Setiap sekolah memiliki Lab Komputer lengkap dengan prabotnya (unit)

5,6 10,45 27,49 32,48 34

6 Setiap ruang kelas dalam kondisi baik dan layak

8 Setiap sekolah memiliki alat peraga IPA (%)

78

9 Setiap Sekolah memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi(%)

25,96 50,96 62,50 69,23 84

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa kondisi sarana-prasarana sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI masih belum memadai. Perlu upaya keras untuk mewujudkan sarana dan prasarana sesuai dengan standard Pelayanan Minimal. Untuk Jenjang SMP/MTs juga demikian. Sarana dan prasarana yang dimiliki belum memenuhi standar pelayanan minimal dan untuk memenuhinya memerlukan upaya keras dari pemerintah Kabupaten Bone.

(33)

Grafik 2.10

Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI Kabupaten Bone tahun 2008 – 2011

Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone

Gambar tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anak bersekolah jenjang SD/MI sudah mencapai angka yang cukup maksimal. Hal ini berarti bahwa anak usia 7-12 tahun sudah mendapat layanan pendidikan meskipun ada sekitar 2,3 persen anak yang masuk jenjang sekolah di bawah usia 7 tahun.

Relevansi capain APK jenjang SMP/MTs , dapat dilihat uraian berikut :

Grafik 2.11

(34)

Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone

Capai APM jenjang SMP/MTs di Kabupaten Bone tahun 2008-20011 mengalami fluktuasi masih perlu ditingkatkan agar dukungan pencapaian target dapat diwujudkan bersama.

Gambar 2.12

Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA Kabupaten Bone terhadap Nasional tahun 2008 –2011

Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone

Gambar

Tabel 2.8 Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Budaya
Tabel 2.10
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama
Tabel 2.13
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal

Peserta lelang yang diundang agar dapat membawa dokumen asli atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan copy 1 (satu) rangkap sesuai dengan

[r]

3 Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada teknik analisis model Miller dan Huberman yang terdiri dari tiga tahap, 4 yaitu :.

Selain hal itu, untuk menindaklanjuti Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 188.34-5466 Tahun 2016 tentang Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 3

[r]

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan pada Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, terutama yang berkaitan dengan pengaruh anggaran

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : (1) Bagaimana keterkaitan