Kemiskinan dan
Kesenjangan
Pengertian
dan Tinjauan
Kemiskinan dan Distribusi
Pendapatan
Merupakan 2 masalah besar di banyak
Negara Berkembang tidak terkecuali
Indonesia
Dikatakan besar karena bila kedua
masalah ini dibiarkan berlarut-larut dan
parah, bisa menimbulkan konsekuensi
politik dan sosial yang besar (ex:
Cont’d
Fokus utama dalam kebijakan dan
perencanaan pembangunan Indonesia
pada awal pembangunan s/d akhir
1970-an adalah pertumbuh1970-an ekonomi y1970-ang
tinggi
Pembangunan ekonomi di pusatkan di Jawa
(infrastruktur memadai), terpusatkan pada
beberapa sektor saja yang menghasilkan nilai
tambah bruto yg tinggi
Trickle-down efect
dari pembangunan
Cont’d
Fokus utama dalam kebijakan dan
perencanaan pembangunan Indonesia
pada awal pembangunan s/d akhir
1970-an adalah pertumbuh1970-an ekonomi y1970-ang
tinggi
Pembangunan ekonomi di pusatkan di Jawa
(infrastruktur memadai), terpusatkan pada
beberapa sektor saja yang menghasilkan nilai
tambah bruto yg tinggi
Trickle-down efect
dari pembangunan
Cont’d
Namun sepanjang 40 tahun pembangunan ekonomi Indonesia,
efek menetes tersebut sangatlah kecil
Laju pertumbuhan
ekonomi tinggi, tetapi jumlah orang miskin tetap banyak dan
kesenjangan sosial semakin melebar
Akhir 1970-an, strategi pembangunan PELITA III dirubah bukan
lagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi peningkatan
kesejahteraan masyarakat
Perhatian mulai diperhatikan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat misalnya lewat pengembangan industri padat karya,
pembangunan perdesaan, dan modernisasi sektor pertanian
Program yang diarahkan langsung untuk pengentasan
kemiskinan dan ketimpangan sosial misal Inpres Desa
Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan nasional merupakan
indikator yang mencerminkan merata atau
timpangnya pendapatan nasional suatu
negara di kalangan penduduknya.
KETIDAK MERATAAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN
Ketidakmerataan pendapatan dapat terjadi
antara lapisan pendapatan masyarakat:
•
Antara daerah ( kota dan desa)
•
Antara wilayah (regional propinsi atau
kabupaten)
TEORI KUZNETS
Proses transisi dari ekonomi
perdesaan/tradisional (pertanian) menjadi
ekonomi perkotaan/modern (industri) pada
mulanya memperparah distribusi pendapatan
(karena urbanisasi dan industrialisasi), namun
setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih
tinggi ketimpangan akan menurun (pada saat
Metode
Pengukuran:
-
Kemiskinan
-
Distribusi
KEMISKINAN
Head-count Index
Persentase penduduk yang berada di bawah
Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan
:
Penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk
CONT’D
Head-count Index
Garis Kemiskinan Makanan
:
Nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket
komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi
Garis Kemiskinan Non Makanan
:
Kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
CONT’D
Indeks Kedalaman Kemiskinan (
Poverty
Gap Index
)
Merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan.
CONT’D
Indeks Keparahan Kemiskinan (
Poverty
Severity Index
)
Memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin
✏
Semakin tinggi nilai kedua indeks di suatu negara
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Pendapatan Per-kapita
Pendapatan perkapita yaitu rata-rata
pendapatan penduduk suatu negara yang
diukur dengan membandingkan antara
pendapatan nasional dengan jumlah penduduk
Pendapatan perkapita seringkali dijadikan
CONT’D
Kurve Lorenz (Lorenz curve)
Kurve yang menggambarkan distribusi kumulatif
pendapatan nasional dikalangan lapisan penduduk.
Kurve ini terletak dalam suatu garis bujur sangkar
dimana sisi tegaknya (
vertica
l) melambangkan
presentase kumulatif pendapatan nasional,
sedangkan sisi mendatar (
horizontal
)
melambangkan persentase kumulatif penduduk.
Garis diagonal melambangkan distribusi
Todaro
A = desil 1
B = desil 1+2
C = desil 1+2+3
D = desil
1+2+3+4
E = desil
1+2+3+4+5
F = desil 1+2+…
+6
G = desil 1+2+…
+7
H = desil 1+2+…
+8
CONT’D
Indeks atau ratio Gini (coefsien Gini)
Suatu koefsien (nilai) berkisar antara 0 sampai
dengan 1 (0 < G < 1)yang menjelaskan kadar ketidak
merataan. Semakin kecil koefsiennnya atau
mendekati nol semakin merata distribusi
pendapatannya, semakin mendekati 1 semakin tidak
merata.
Angka ratio Gini dihitung dari kurve Lorenz yaitu
dengan membagi antara luas garis melengkung
x
y
x
G
10000
2
Rumus Gini
Koefsien:
dimana:
Nilai Koefsien
Gini
Pendapatan
Distribusi
< 0,4
Tingkat ketimpangan
rendah
0,4 - 0,5
Tingkat ketimpangan
sedang
Country
1st
2nd
3rd
4th
5th
Brazil
2.1
4.9
8.9
16.8
67.3
Bangladesh
9.4
13.5
17.2
22.0
37.9
India
9.2
13.0
16.8
21.7
39.3
Pakistan
8.4
12.9
16.9
22.2
39.7
World
1.4
1.8
2.3
31.8
62.7
GINI Coeffient (Brazil)
2
10
00
0
2
10
00
0
2
10
00
0
å
(20-2.1)20-0 + (40-7)40-20 +
(60-15.9)60-40 + (80-32)80-60 +
(100-100)100-80
å
(17.9)20 + (33)20 + (44.1)20 +
(47.3)20 + (0)20
(2846)
= 0.5692
Cont’d
Kriteria Bank Dunia (World Bank)
Untuk mengukur distribusi pendapatan
Bank Dunia membagi porsi pendapatan
nasional yang dinikmati oleh lapisan
penduduk:
40% penduduk berpendapatan terendah
40% penduduk menengah
20% penduduk berpendapatan tertinggi
Ketimpangan atau ketidak merataan jika:
Parah
40 % penduduk menikmati < 12 %
pendapatan nasional
Moderat/sedang
40 % penduduk menikmati 12% - 17 %
pendapatan nasional
Lunak
40 % penduduk menikmati , > 17 %
pendapatan nasional
Data
Kemiskinan
1970 1978 1981 1987 1993 1996 1999 2001 2003 2005 2007 2009 4060 3 4096 9 4133 4 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Jumlah Penduduk Miskin 1970 - 2013(juta orang)
Kota Desa Kota+Desa
Krisis
Moneter
Kemiskinan
19
70
19
78
19
81
19
87
19
93
19
96
19
99
20
01
20
03
20
05
20
07
20
09
40
60
3
40
96
9
41
33
4
0
10
20
30
40
50
60
70
Persentase Penduduk Miskin 1970 - 2013
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.450
Koefsien Gini Indonesia
Provinsi 1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Aceh 0.259 0.240 (1 0,299
(2 0.268 0.270 0.290 0.300 0.330 0.320 0.341
Sumatera Utara 0.301 0.254 0.288 0.327 0.307 0.310 0.320 0.350 0.350 0.330 0.354 Sumatera Barat 0.278 0.256 0.268 0.303 0.305 0.290 0.300 0.330 0.350 0.360 0.363 Riau 0.300 0.224 0.292 0.283 0.323 0.310 0.330 0.330 0.360 0.400 0.374 Kepulauan Riau n.a n.a n.a 0.274 0.302 0.300 0.290 0.290 0.320 0.350 0.362 Jambi 0.246 0.240 0.260 0.311 0.306 0.280 0.270 0.300 0.340 0.340 0.348 Sumatera Selatan 0.300 0.260 0.291 0.311 0.316 0.300 0.310 0.340 0.340 0.400 0.383 Kepulauan Bangka
Provinsi 1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Bali 0.309 0.270 0.298 0.330 0.333 0.30 0.31 0.37 0.41 0.43 0.403 Nusa Tenggara Barat 0.286 0.261 0.266 0.318 0.328 0.33 0.35 0.40 0.36 0.35 0.364 Nusa Tenggara Timur 0.296 0.267 0.292 0.351 0.353 0.34 0.36 0.38 0.36 0.36 0.352 Kalimantan Barat 0.300 0.271 0.301 0.310 0.309 0.31 0.32 0.37 0.40 0.38 0.396 Kalimantan Tengah 0.271 0.237 0.245 0.283 0.297 0.29 0.29 0.30 0.34 0.33 0.350 Kalimantan Selatan 0.292 0.264 0.292 0.279 0.341 0.33 0.35 0.37 0.37 0.38 0.359 Kalimantan Timur 0.318 0.277 0.304 0.318 0.334 0.34 0.38 0.37 0.38 0.36 0.371 Sulawesi Utara 0.344 0.272 0.270 0.323 0.324 0.28 0.31 0.37 0.39 0.43 0.422 Gorontalo n.a n.a 0.241 0.355 0.388 0.34 0.35 0.43 0.46 0.44 0.437 Sulawesi Tengah 0.302 0.286 0.283 0.301 0.320 0.33 0.34 0.37 0.38 0.40 0.407 Sulawesi Selatan 0.323 0.296 0.301 0.353 0.370 0.36 0.39 0.40 0.41 0.41 0.429 Sulawesi Barat n.a n.a n.a n.a 0.310 0.31 0.30 0.36 0.34 0.31 0.349 Sulawesi Tenggara 0.311 0.276 0.270 0.364 0.353 0.33 0.36 0.42 0.41 0.40 0.426 Maluku 0.269 0.241 (1 0.258 0.328 0.31 0.31 0.33 0.41 0.38 0.370
Maluku Utara n.a n.a n.a 0.261 0.332 0.33 0.33 0.34 0.33 0.34 0.318 Papua 0.386 0.360 (1 0.389 0.412 0.40 0.38 0.41 0.42 0.44 0.442