Naskah 189
CALL FOR PAPERS PTPN X
PENELITIAN TEMBAKAU JEMBER
DIVERSIFIKASI TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) MELALUI
PRODUK GEL SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN ULKUS DIABETES
Diusulkan oleh :
Naskah 189
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN... i
DAFTAR ISI ... ii
ABSTRAK ... iii
BAB I LATAR BELAKANG ... 1
BAB II DESKRIPSI IDE YANG DIAJUKAN ... 4
2.1 Mekanisme Sintesis Gel Berbahan Dasar Ekstrak Tembakau ... 4
2.2 Mekanisme Kerja Gel Ekstrak Tembakau Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Ulkus Diebetes ... 6
BAB III DAMPAK INOVASI ... 9
BAB IV PELUANG APLIKATIF ... 11
BAB V KESIMPULAN ... 12
DAFTAR PUSTAKA ... vi
Naskah 189
ABSTRAK
Tembakau (Nicotiana tobacum L.) merupakan salah satu komoditi utama
penyumbang pajak di Indonesia sebesar Rp 131 dengan angka produksi
tembakau mencapai 260.183 ton pada tahun 2013 serta nilai rerata konsumsi
sebesar 0,148 kg/kapita/tahun. Tingginya akan konsumsi tembakau
mengakibatkan para produsen me ngimpor 121.218 ton tembakau pada
tahun tersebut. Angka tersebut menunjukkan penurunan jumlah import
tembakau di Indonesiea sebesar 11,79% dibanding tahun 2012. Tingginya
jumlah import tembakau tidak sesuai dengan jenis segmen produk yang
dihasilkan, dengan > 90% diantaranya merupakan rokok. Hal tersebut
memicu dikeluarkannya PP No 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan
yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.
Keluarnya PP tersebut mengakibatkan terkendalinya produksi, distribusi
maupun iklan terkait produk rokok yang hendak dipasarkan di Indonesia.
Oleh sebab itu diperlukannya diversifikasi produk yang mengandung
tembakau yang memiliki nilai ekonomis serta tidak berdampak negative bagi
kesehatan. Tembakau merupakan tumbuhan yang kaya akan metabolit
sekunder meliputi nikotin, solanesol, serta turunan flavonoid dan
poliskarida. Kandungan metabolit sekunder yang terkandung di dalam
tembakau memiliki manfaat sebagai anti-diabetes, anti-mikrobia maupun
anti-luka. Sehingga diperlukan suatu sistem penghantaran yang efektif
terhadap penyembuhan luka diabetes yaitu dalam sediaan gel. Tujuan utama
dari formulasi ekstrak ke dalam bentuk sediaan gel adalah meningkatkan
efektivitas ekstrak tembakau sebagai penutup luka dan inovasi terhadap
Naskah 189
sediaan yang telah beredar. Keuntungan dari gel dibandingkan dengan
bentuk sediaan topical lainnya diantaranya tidak lengket, mudah mengering,
dan membentuk lapisan film yang tipis sehingga mudah dicuci. Selain itu
formulasi ekstrak tembakau dalam bentuk gel bertujuan memberikan
kemudahan dalam pemakaian terutama pada daerah luka diabetes yang
hampir membusuk. Adanya formulasi dalam bentuk sediaan gel akan
menahan konsistensi ekstrak sehingga akan memberikan efek yang lebih
lama. Adapun formulasi yang digunakan dalam pembuatan gel tembakau
terebut yaitu ekstrak tembakau, karbopol, trietanolamin, natrium
metabisulfit, gliserin dan air sehingga membentuk gel. Mekanisme
penutupan luka diabetes oleh tembakau dipegang penting oleh sintesis
kolagen karena merupakan komponen utama jaringan ikan yang
memfasilitasi regenerasi jaringan lainnya termasuk proses angiogenesis.
Angiogenesis berperan dalam penyediaan suplai nutrisi dan oksigen yang
menstimulasi pembentukan jaringan baru pada faktor pertumbuhan (VEGF).
Faktor perumbuhan yang berperan penting dalam sintesis jaringan kulit baru
yaitu transforming growth factor beta (TGF-ß) yang mengatur fungsi-fungsi
seluler pada semua fase penyembuhan luka baik fase inflamasi, proliferasi
maupun remodeling serta dapat meningkatkan pembentukan jaringan
granulasi dan jaringan kolagen dalam proses penyembuhan luka. Inovasi
diversifikasi tembakau dalam bidang kesehatan sampai saat ini masih belum
banyak dilakukan. Oleh karena itu, untuk memperluas pemanfaatannya, cara
pengolahan dengan menjadikannya sebagai produk adlaah cara yang paling
memungkinkan. Promosi melalui produk kesehatan yang telah
Naskah 189
terstandarisasi akan lebih banyak diminati oleh berbagai perusahaan farmasi.
Semakin banyak permintaan perusahaan akan produk ini, maka industri
tembakau akan semakin berkembang. Inovasi ini membuka peluang bagi
sektor tembakau untuk semakin dikembangkan. Semakin banyak permintaan
akan gel maka permintaan bahan baku juga akan semakin bertambah. Sektor
pertembakauan akan memiliki semakin banyak relasi kerja yaitu tujuan
dimana produk tembakau akan disalurkan pasca panen.
Naskah 189
BAB I
LATAR BELAKANG
Tembakau (Nicotiana tobacum L.) merupakan salah satu komoditi utama
penyumbang pajak di Indonesia sebesar Rp 131 (PT Ernest & Young
Indonesia, 2015). Hal tersebut senada dengan tingginya angka produksi
tembakau mencapai 260.183 ton pada tahun 2013 dengan nilai rerata
konsumsi sebesar 0,148 kg/kapita/tahun. Tingginya akan konsumsi tembakau
mengakibatkan para produsen me ngimpor 121.218 ton tembakau pada
tahun tersebut. Angka tersebut menunjukkan penurunan jumlah import
tembakau di Indonesiea sebesar 11,79% dibanding tahun 2012 (KemenPer,
2014).
Tingginya jumlah import tembakau tidak sesuai dengan jenis segmen
produk yang dihasilkan, dengan > 90% diantaranya merupakan rokok. Hal
tersebut memicu dikeluarkannya PP No 109 tahun 2012 tentang pengamanan
bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi
kesehatan. Keluarnya PP tersebut mengakibatkan terkendalinya produksi,
distribusi maupun iklan terkait produk rokok yang hendak dipasarkan di
Indonesia. Oleh sebab itu diperlukannya diversifikasi produk yang
mengandung tembakau yang memiliki nilai ekonomis serta tidak berdampak
negative bagi kesehatan.
Tembakau merupakan tumbuhan yang kaya akan metabolit sekunder
meliputi nikotin (Kazeem ,dkk., 2014), solanesol (Asif dan Kaushik, 2014),
2
Naskah 189
metabolit sekunder yang terkandung di dalam tembakau memiliki manfaat
sebagai anti-diabetes, anti-mikrobia maupun anti-luka (Kazeem, dkk., 2014;
Xanthoulea, dkk., 2013; Zaidi, dkk., 2012; Ru, dkk., 2012).
Penelitan Ru, dkk (2012) menunjukkan bahwa senyawa flavonoid dan
polisakarida yang terkandung di dalam tembakau efektif dalam menangani
radikal bebas serta berperan sebagai antioksidan kuat. Penelitian lebih lanjut,
menunjukkan bahwa nikotin yang terkandung di dalam tembakau dengan
dosis 200 µg dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri seperi E. coli,
P. aureginoase, dan S. faecalis (Zaidi, dkk., 2012). Kedua penelitian tersebut
memicu Xanthouela, dkk (2014) untuk mengujikan efek nikotin pada kulit
yang terluka dan diperoleh bahwa nikotin dapat menurunkan faktor
pertumbuhan platelet (Platelet Derivate Growth Factors/ PDGF), faktor
pertumbuhan endothelial vascular (Vascular Endothelial Growth Factors/
VEGF), serta TGF-β1 pada kedua makrofag sel sumsum tulang. Penelitian-
penelitian tersebut membuktikan bahwa kandungan flavonoid, polisakarida
serta nikotin yang terkandung di dalam tembakau sangat potensial untuk
memperbaiki sel kulit yang mengalami.
Penelitian Kazeem, dkk (2014) menunjukkan bahwa ekstrak tembakau
sangat potensial dalam menurunkan kadar gula darah pada uji a-Amylase
inhibitory assay dan uji a-Glucosidase inhibitory assay. Hasil menunjukkan
bahwa mekanisme kerja dari tembakau menyerupai metformin yaitu
menurunkan kadar gula post-prandial pada saluran penceranaan melalui
enzim a-Amylase dan a-Glucosidase, serta memperbaiki fungsi dari sel β-
Naskah 189
memperbaiki luka terutama pada keadaan diabetes. Sehingga diperlukan
suatu sistem penghantaran yang efektif terhadap penyembuhan luka
diabetes.
Gel merupakan salah satu bentuk sediaan obat yang dapat diberikan
secara transdermal melalui kulit (Anief, 1999) yang umumnya digunakan
sebagai terapi penyembuhan luka, seperti pada gel esktrak batang pohon
pisang ambon terhadap penyembuhan luka pada mencit (Prasetyo, dkk.,
2010), gel ekstrak etanol lidah buaya secara topikal terhadap ketebalan epitel
(Yante, 2010) pada penyembuhan luka sayat. Sehingga sediaan gel sangat
potensial digunakan sebagai penghantar dalam penyembuhan luka diabetes.
Oleh sebab itu penulis bermaksud untuk mengembangkan produk gel
4
BAB II
DESKRIPSI IDE YANG DIAJUKAN
2.1 Mekanisme Sintesis Gel Berbahan Ekstrak Tembakau
Upaya diversifikasi merupakan salah satu upaya yang diterapkan
oleh pemerintah Republik Indonesia dalam mengendalikan lajunya
produksi rokok yang mengandung zat adiktif seperti nikotin. Upaya
diversifikasi tersebut memiliki beberapa dampak negatif bagi industri
rokok, hal tersebut ditunjukkan dengan menurunnya jumlah pabrik
rokok yang pada tahun 2009 mencapai 3.255 perusahan menjadi 600
perusahan pada tahun 2014. Hal tersebut berdampak buruk pada
perekonomian Indonesia terutama pada para pekerja yang harus di-
PHK secara paksa. Padahal, perusahaan rokok tersebut dapat
mendiversifikasikan jenis usaha rokoknya menjadi usaha gel dari
tembakau.
Adapun formulasi yang digunakan dalam pembuatan gel
tembakau terebut yaitu ekstrak tembakau, karbopol, trietanolamin,
natrium metabisulfit, gliserin dan air sehingga membentuk gel.
Karbopol merupakan bahan pembentuk gel yang sifatnya dapat
mengentalkan dan menahan hilangnya zat aktif atau fraksi dari kulit
(Rowe, dkk., 2009). Fungsi gliserin adalah sebagai emolien dan
humektan yang dapat menyebabkan gel terasa lembut dan lembab di
kulit sehingga terasa nyaman dipakai (Voight, 1994). Natrium
metabisulfit merupakan pengawet yang berfungsi mencegah adanya
Naskah 189
kontaminasi oleh jamur yang diakibatkan adanya kandungan air dalam
jumlah besar pada sediaan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995). Trietanolamin (TEA) dalam sediaan gel berfungsi sebagai agen
pengalkalis yang dapat menetralkan sediaan gel yang menjadi asam
akibat penambahan karbopol. Selain itu TEA juga berfungsi sebagai
peningkat konsistensi gel (Rowe, dkk., 2009). Aquades yang digunakan
berfungsi sebagai pelarut dan pembawa sediaan. Karbopol
dikembangkan dengan sebagian aquades panas dikarenakan karbopol
lebih mudah larut dalam air panas. Dimasukkan trietanolamin tetes
demi tetes ke dalam karbopol yang telah dikembangkan (campuran A).
Natrium metabisulfit dilarutkan dalam sebagian gliserin dikarenakan
natrium metabisulfit tersebut lebih mudah larut dalam gliserin.
Kemudian dimasukkan sisa gliserin dan diaduk hingga homogen
(campuran B). selanjutnya digerus sedikit basis (campuran A) ke dalam
lumpang, kemudian dimasukkan ekstrak tembakau dan digerus
homogen. Masukkan sisa basis (campuran A) sedikit demi sedikit
sambil digerus homogen (campuran C). Masukkan campuran B ke
dalam campuran C sambil diaduk.Kemudian masukkan sisa aquades
dan diaduk hingga membentuk massa gel yang homogen (Sari dan
Isadiartuti, 2006).
Tujuan utama dari formulasi ekstrak ke dalam bentuk sediaan gel
adalah meningkatkan efektivitas ekstrak tembakau sebagai penutup
luka dan inovasi terhadap sediaan yang telah beredar. Keuntungan dari
6
Naskah 189
tidak lengket, mudah mengering, dan membentuk lapisan film yang
tipis sehingga mudah dicuci (Voigt, 1994). Selain itu formulasi ekstrak
tembakau dalam bentuk gel bertujuan memberikan kemudahan dalam
pemakaian terutama pada daerah luka diabetes yang hampir
membusuk. Adanya formulasi dalam bentuk sediaan gel akan menahan
konsistensi ekstrak sehingga akan memberikan efek yang lebih lama.
Menurut Nugraha (2011) fungsi dengan adanya pengubahan ke dalam
bentuk gel yaitu basis yang ada dapat menahan hilangnya konsistensi
ekstrak pada kulit akibat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh
pemakai. Dengan demikian, sediaan ekstrak tembakau akan lebih
efektif dan bertahan lebih lama dalam memberikan terapi
penyembuhan terutama terhadap bakteri S. aureus dan P. aureginosae.
Selain itu, formulasi dalam bentuk gel akan membuat sediaan lebih
mudah diterima bagi konsumen, sehingga enak untuk digunakan
karena sediaan farmasi untuk penyembuh luka harus mudah diterima
pasien dan mudah untuk digunakan bagi semua kalangan.
2.2 Mekanisme Kerja Gel Esktrak Tembakau Sebagai Terapi
Komplementer Pada Pasien Ulkus Diebets
Tembakau merupakan tanaman yang umumnya hanya digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan rokok karena mengandung nikotin.
Namun, selain digunakan sebagai zat adisi pada rokok, nikotin juga
Naskah 189
akan nikotin, tembakau juga mengandung metabolit sekunder seperti
flavonoid dan polisakarida.
Gambar 1. Struktur Nikotin
Nikotin (Gambar 1) yang terkandung di dalam tembakau secara
farmakologi dapat merangsang migrasi, proliferasi dan pembentukan
sel-sel endothelial yang termasuk ke dalam proses angiogenesis.
Nikotin diduga mengaktivasi endotel nitrit oksida sintase dan
melepaskan prostasiklin di dalam sel-sel endotelial. Selain itu, nikotin
diketahui dapat menginduksi perubahan-perubahan hormone
pertumbuhan seperti FEGV dan TGF. Lebih lanjut bahwa nikotin dan
turunannya memiliki efek yang baik pada peluruhan plak-plak
arteroskleoris serta tumor. Terdapat juga nAChRs (endothelial nicotinic
acetylcholine receptors) yaitu suatu reseptor yang akan terikan pada ligan
pada proses proliferasi sehingga akan mempercepat proses
penyembuhan luka yang terjadi pasca mengalami luka terutama pada
8
Naskah 189
Gambar 2. Struktur Flavonoid
Flavonoid (Gambar 2) serta polisakarida yang terkandung di
dalam ekstrak tembakau memengaruhi faktor pertumbuhan (VEGF)
dan TGFß-1 di daerah luka yang mendorong fibroblas menghasilkan
matriks ekstraseluler (EM) pada daerah yang mengalami luka dan
meningkatkan sekresi kolagen. Ketiga senyawa yang terkandung di
dalam esktrak tembakau menunjukkan bahwa tembakau sangat
potensialuntuk digunakan dalam terapi penanganan luka diabetes.
Ekstrak tembakau juga memiliki aktivitas sebagai anti-mikrobia
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang terkandung di
dalam luka pasien diabetes seperti P. aureginoase. Efek dari
penghambatan pertumbuhan bakteri pada pasien luka diabetes dapat
mempercepat penyembuhan pasien. Hal tersebut disebabkan karena
bakteri pada luka diabetes mengakibatkan luka menjadi lebih lama
mongering, sehingga dengan menghambat pertumbuhan bakteri
mengakibatkan luka menajdi lebih cepat mongering dan meminimalisir
potensi untuk diamputasi.
Mekanisme penutupan luka diabetes oleh tembakau dipegang
Naskah 189
jaringan ikan yang memfasilitasi regenerasi jaringan lainnya termasuk
proses angiogenesis. Angiogenesis berperan dalam penyediaan suplai
nutrisi dan oksigen yang menstimulasi pembentukan jaringan baru
pada faktor pertumbuhan (VEGF). Faktor perumbuhan yang berperan
penting dalam sintesis jaringan kulit baru yaitu transforming growth
factor beta (TGF-ß) yang mengatur fungsi-fungsi seluler pada semua fase
penyembuhan luka baik fase inflamasi, proliferasi maupun remodeling
serta dapat meningkatkan pembentukan jaringan granulasi dan jaringan
10
BAB III
DAMPAK INOVASI
Produk gel sebagai terapi komplementer pasien ulkus diabetes akan
memberi berbagai dampak positif dalam beberapa sektor seperti industri
tembakau mentah, industri olahan tembakau dalam bentuk gel, petani
tembakau, masyarakat pengguna produk, serta kesehatan. Bagi industri
tembakau, permintaan akan tembakau akan semakin meningkat dan
berujung pada penambahan pemasukan keuangan industri tersebut. Semakin
banyak permintaan, negara akan semakin memperhatikan kebutuhan
produksi. Tidak menutup kemungkinan, perusahaan lain akan semakin
banyak menanamkan modal usahanya.
Tercetusnya produk gel ini akan membuka peluang dibangunnya
industri baru yaitu khusus pengolahan gel sebagai terapi komplementer.
Dengan adanya industri baru ini, masyarakat akan lebih banyak dibutuhkan
sebagai tenaga kerja. Tentunya industri akan bekerjasama dengan dinas
kesehatan dn pemerintah. Bila seluruh prosedur berjalan dengan baik,
harapannya adalah masalah ulkus diabetes yang merupakan masalah serius
bagi penderita diabetes dapat teratasi.
Inovasi diversifikasi tembakau dalam bidang kesehatan sampai saat ini
masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, untuk memperluas
pemanfaatannya, cara pengolahan dengan menjadikannya sebagai produk
adlaah cara yang paling memungkinkan. Promosi melalui produk kesehatan
yang telah terstandarisasi akan lebih banyak diminati oleh berbagai
11
Naskah 189
perusahaan farmasi. Semakin banyak permintaan perusahaan akan produk
ini, maka industri tembakau akan semakin berkembang. Sampai saat ini
industri tembakau sangat erat kaitannya dengan industri rokok. Oleh sebab
itu, andaikata industri rokok akan dibatasi oleh pemerintah, industri
tembakau akan tetap berjalan karena kebutuhan akan tembakau tidak hanya
ditujukan kepada industri rokok, namun juga industri farmasi dnegan
mengolahnya menjadi gel terapi ulkus diabetes.
Hal ini tentu lebih berdampak baik bagi masyarakat karena jumlah
penderita ulkus diabetes yang semakin meningkat. Selain itu, terapi
tambahan maupun komplementer akan sangat dibutuhkan sebagai perbaikan
Naskah 189 12
BAB IV
PELUANG APLIKATIF
Inovasi terbaru dalam pemanfaatan daun tembakau sebagai bahan
dasar pembuatan gel terapi komplementer pasien ulkus diabetes merupakan
inovasi alternatif dan aplikatif bagi masyarakat. Tenaga kesehatan tentunya
akan sangat terbantu dengan adanya regimen terapi yang potensial sebagai
pelengkap terapi yang selama ini diberikan kepada pasien, karena
keberhasilan capaian bagi tenaga kesehatan adalah kesembuhan dan
kesejahteraan pasien. Oleh sebab itu, untuk merealisasikan inovasi ini,
diperlukan suatu kerjasama dari pihak produsen tembakau dengan tenaga
ahli kefarmasian dalam membuat formulasi gel hingga kerjasama dengan
dinas kesehatan yang akan mengesahkan suatu produk terapi baru.
Inovasi ini membuka peluang bagi sektor tembakau untuk semakin
dikembangkan. Semakin banyak permintaan akan gel maka permintaan
bahan baku juga akan semakin bertambah. Sektor pertembakauan akan
memiliki semakin banyak relasi kerja yaitu tujuan dimana produk tembakau
Naskah 189
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi masalah dan ide yang telah dipaparkan, maka
dapat disimpulkan bahwa diversifikasi tembakau yang diolah menjadi gel
terapi bagi penderita ulkus diabetes berpotensi untuk dikembangkan dan
direalisasikan mengingat angkat penderita ulkus diabetes yang besar. Selain
itu, terapi ini juga dibutuhkan karena kandungan tembakau telah terbukti
mampu memperbaiki jaringan luka ulkus diabetes. Bila produk terus
dibutuhkan, maka industri tembakau akan tetap terus berjalan dan
berkembang, yaitu tidak hanya dalam bidang industri rokok, namun juga
Naskah 189
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Asif, Mohammad dan Sunil K. 2014. A Mini Review of Solanesol : A
Trisesquiterpenoid Alcohol of Nicotiana tabacum. International Jpurnal of
Current Pharmaceutical Sciences, 1(1).
Jacobi, Johannes., dkk. 2002. Nicotine Accelerates Angiogenesis and Wound
Healing in Genetically Diabetic Mice. American Journal of Pathology,
161(1).
Kazeem, Mutiu Idowu., dkk. 2014. In Vitro Study on The Hypoglycemic
Potential of Nicotiana tabacum Leaf Extracts. Bangladesh J. Pharmacol,
9(2014).
Kementerian Pertanian. 2014. Outlook Komoditi Tembakau.
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan
yang Menganduk Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan.
Prasetyo, Bayu Febram., I. Wientarsih dan B.P. Priosoeryanto. 2010. Aktivitas
Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon dalam Proses
Penyembuhan Luka pada Mencit. Jurnal Veteriner: 11(2): 70-73.
PT Ernst & Young Indonesia. 2015. Kajian Singkat Potensi Dampak Ekonomi
Industri Rokok di Indonesia.
Naskah 189
Ru, Qiao-Mei., dkk. 2012. In Vitro Antioxidant Properties of Flavonoids and
Polysaccharides Extract from Tobacco (Nicotiana tabacum L.) Leaves.
Molecules, 17.
Sari, R. dan Isadiartuti, D. 2006. Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan
Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.). Majalah Farmasi Indonesia: 17(4): 163-
169.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah: Soendani, Noerono.
Edisi kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Xanthoulea, Sofia., dkk. 2013. Nicotine effect on inflammatory and growth
factor responses in murine cutaneous wound healing. International
Immunopharmacology, 17(2013).
Zaidi, Muhammad Idrees., dkk. 2012. Antibacetial Activities of Nicotine And
Its Zinc Complex. African Journal of Microbiology Research, 6(24).