BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat
melakukan perdagangan dengan sistem barter, yaitu suatu sistem perdagangan
dengan pertukaran antara barang dengan barang, jasa dengan jasa, barang dengan
jasa, atau sebaliknya. Bahkan hingga saat ini barter itu masih dilakukan, namun
praktiknya yang terkesan membuang waktu dan tenaga, seringkali membuat tidak
banyak perdagangan mungkin dilaksanakan.2 Perlahan praktik barter ditinggalkan
sebab sudah tidak lagi sesuai dengan keadaan.
Terdapat beberapa kendala yang sering terjadi dalam sistem barter, antara
lain sebagai berikut.3
1. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barangnya yang sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan.
2. Sulit untuk menentukan nilai barang yang akan ditukarkan terhadap barang
yang diinginkan.
3. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barangnya dengan jasa yang
dimiliki atau sebaliknya.
4. Sulit untuk menemukan kebutuhan yang mau ditukarkan pada saat yang
cepat sesuai dengan keinginan. Artinya untuk memperoleh barang yang
diinginkan memerlukan waktu yang terkadang relatif lama.
2
Stephen M. Goldfeld dan Lester V. Chandler, Ekonomi Uang dan Bank, Bina Aksara, Jakarta, 1988, hlm. 6.
3
Beberapa kendala dari praktik barter tersebut memberikan pengaruh besar
bagi masyarakat sebagai pelakunya. Tujuan utama dari pertukaran adalah agar
terpenuhi kebutuhan masing-masing pihak, namun barter dengan segala
kekurangannya justru mengakibatkan pertukaran kebutuhan menjadi memakan
waktu bahkan bisa berakhir dengan gagalnya pertukaran. Dengan tujuan
mempermudah transaksi perdagangan, maka kemudian muncul alat tukar yang
jauh lebih efisien yang dikenal dengan sebutan Uang.
Uang memberikan kemudahan dalam setiap proses pemenuhan kebutuhan
hidup manusia karena diterima secara luas oleh masyarakat. Dalam perekonomian
yang semakin modern seperti sekarang ini, uang memainkan peranan yang sangat
penting bagi semua kegiatan masyarakat. Uang sudah merupakan suatu
kebutuhan, bahkan saat ini, uang telah menjadi salah satu penentu stabilitas dan
kemajuan perekonomian di suatu negara.4
Peran uang dalam kehidupan manusia semakin hari semakin meningkat.
Semakin tingginya kebutuhan hidup manusia umumnya sejalan dengan
peningkatan kebutuhan akan uang. Hal ini mendorong masyarakat untuk
melakukan tindakan, yang sering kali justru bertentangan dengan hukum, sebagai
upaya untuk mencari dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Salah
satunya adalah dengan cara melakukan pemalsuan uang.
Karena peredaran uang palsu yang begitu cepat, kejahatan pemalsuan uang
dapat dianggap sebagai salah satu jenis kejahatan dengan dampak kerugian besar
yang tak terbatas lingkupnya. Negara sebagai otoritas yang berwenang dalam
4Ibid
mencetak dan mengedarkan uang akan merugi. Masyarakat sebagai penerima dan
pengguna uang juga akan menjadi korban apabila karena kurang teliti atau tanpa
sepengetahuannya telah mendapatkan uang palsu dari transaksi yang telah mereka
lakukan sebelumnya.
Modus peredaran uang palsu saat ini semakin beragam dan hasil dari proses
pemalsuan uang (uang palsu) juga semakin baik. Secara sekilas bahkan tampak
seperti uang asli. Peralatan canggih hasil dari perkembangan teknologi
memungkinkan para pelaku kejahatan untuk menciptakan uang palsu yang
semakin baik kualitasnya.
Meskipun Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang
dalam melakukan pengeluaran, pengedaran, dan/atau pencabutan dan penarikan
Rupiah telah melakukan berbagai bentuk sosialisasi terkait ciri dari Rupiah asli,
tetap saja masyarakat sering tertipu karena kualitas dari uang palsu yang mereka
terima hampir serupa dengan uang asli pada umumnya. Tingkat peredaran uang
palsu terus saja meningkat dari waktu ke waktu.
Pembahasan mengenai aturan hukum terkait pemalsuan uang sangat
diperlukan. Dengan keberadaan hukum maka akan terciptalah keamanan dalam
kehidupan masyarakat. Hukum memberi petunjuk tentang apa yang harus
diperbuat dan tidak diperbuat, sehingga segala sesuatunya dapat berjalan tertib
dan teratur.5 Dengan begitu, pembahasan terhadap aturan hukum tindak pidana
pemalsuan uang adalah penting mengingat keberadaan aturan hukum merupakan
5
salah satu instrumen penting dalam memberantas dan mengurangi tingkat
kejahatan pemalsuan uang.
Praktik pemalsuan uang yang kerap berkembang secara pesat, harus terus
diimbangi dengan perkembangan peraturan hukum. Selain dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sekarang permasalahan tindak pidana pemalsuan
uang juga dibahas secara khusus dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Aturan mengenai pemalsuan uang dalam KUHP terdapat pada buku kedua,
tentang kejahatan, tepatnya pada bab X. Tindak pidana pemalsuan uang, atau
pemalsuan objek lainnya, dapat di golongkan sebagai bentuk penyerangan
terhadap kepercayaan atas kebenaran sesuatu hal yang di yakini sebagai asli.
Dibentuknya aturan mengenai kejahatan pemalsuan pada pokoknya ditujukan bagi
perlindungan hukum atas kepercayaan masyarakat terhadap kebenaran sesuatu:
keterangan di atas sumpah, atas uang sebagai alat pembayaran, materai dan
merek, serta surat-surat. Karena kebutuhan hukum masyarakat terhadap
kepercayaan atas kebenaran pada objek-objek tadi, maka Undang-Undang
menetapkan bahwa kepercayaan itu harus dilindungi dengan cara mencantumkan
perbuatan berupa penyerangan tadi sebagai suatu larangan dengan disertai
ancaman pidana.6
Dalam Pasal 4 bagian kedua Kitab Undang-Undang Hukum Pidana juga
diterangkan bahwa pada kejahatan terhadap mata uang (uang logam) dan uang
kertas Indonesia (Rupiah) yang dilakukan diluar wilayah Indonesia, berlaku
6
ketentuan pidana sebagaimana yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Indonesia (asas universaliteit). Hal ini mengindikasikan bahwa
pemalsuan uang adalah kejahatan yang berat dan dianggap serius oleh pembuat
hukum.
Sementara itu pada aturan hukum terbaru, yaitu dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, pada bagian
penjelasan umum di sebutkan bahwa tindakan pemalsuan uang dapat mengancam
kondisi moneter dan perekonomian nasional. Hal ini merupakan salah satu alasan
mendasar terciptanya aturan yang lebih khusus mengenai tindak pidana
pemalsuan uang tersebut.
Dengan lahirnya aturan hukum baru yang lebih bersifat khusus dalam
mengatur kejahatan pemalsuan uang, maka perlu untuk diperhatikan mengenai
aplikasi dari aturan hukum itu sendiri. Pada salah satu kasus pemalsuan uang yang
terjadi dan telah diputus di tahun 2013, kepada pelaku telah diberikan dakwaan,
tuntutan, dan hukuman atas dasar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2011 tentang Mata Uang (Putusan Nomor 1129/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Tim).
Pembahasan yang lebih merinci tentang putusan dari kasus tersebut diatas dirasa
penting untuk mengetahui bagaimana penerapan aturan hukum pemalsuan uang
yang baru dan pertimbangan hukum hakim terhadap dalam menjatuhkan sanksi
pidana pada Putusan Nomor 1129/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Tim.
Berdasarkan uraian-uraian yang sudah disebutkan sebelumnya, maka dapat
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi yang berjudul Kajian
Hukum Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Uang (Studi Putusan No.
1129/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Tim) adalah:
1. Apakah perbedaan antara pengaturan tindak pidana pemalsuan uang dalam
KUHP dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang?
2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pada tindak
pidana pemalsuan uang (Studi Putusan No. 1129/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Tim)?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan tindak
pidana pemalsuan uang di Indonesia dan perbedaan antara masing-masing
aturan tersebut.
2. Untuk mengetahui pertimbangan hukum yang dilakukan oleh hakim
terhadap pertanggungjawaban pidana berdasarkan Studi Putusan Nomor
1129/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Tim.
D. Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis, yaitu: memberikan informasi kepada semua kalangan bahwa
dampak besar berupa kerugian bagi negara sebagai pihak yang berwenang
dalam mencetak dan mengedarkan uang, juga bagi masyarakat sebagai
pengguna uang.
2. Secara praktis, yaitu: hasil dari penilitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi dalam proses penyelesaian perkara pemalsuan uang di Indonesia.
E. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan
Uang (Studi Putusan No. 1129/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Tim)” sepengetahuan penulis
belum pernah dikemukakan oleh penulis lain, dan hal ini telah dikonfirmasikan
kepada Sekretariat Departemen Pidana.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana merupakan salah satu pengertian dari istilah „Strafbaar Feit‟.
Istilah ini berasal dari bahasa Belanda yang terdiri dari penggabungan kata
Strafbaar dan Feit. Strafbaar yang berarti dapat dihukum,7 dan Feit yang berarti
kejadian, peristiwa, keadaan.8
Tidak terdapatnya di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Indonesia penjelasan mengenai definisi dari tindak pidana menimbulkan lahirnya
berbagai pendapat dari sarjana .
7
Google Translate., https://translate.google.com/#nl/id/Strafbaar., diakses pada tanggal 8 November 2014.
8
Hazewinkel-Suringa misalnya, telah membuat suatu rumusan yang bersifat
umum dari ‘strafbaar feit’ sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu saat
tertentu telah ditolak didalam pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai
perilaku yang harus dibedakan oleh hukum pidana dengan menggunakan
sarana-sarana bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya.9
Van Hamel merumuskan ‘strafbaar feit’ sebagai „suatu serangan atau suatu
ancaman terhadap hak-hak orang lain‟.10
Menurut Pompe, ‘strafbaar feit’ adalah suatu tindakan yang menurut suatu
rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.11
2. Pengertian Uang, Jenis Uang, dan Fungsi Uang
A. Pengertian Uang
Uang adalah segala sesuatu yang secara umum diterima di dalam
pembayaran untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta untuk
pembayaran hutang-hutang.12
Uang sebagaimana dimaksud dalam aturan hukum pidana Indonesia
dalam bagian pemalsuan uang, dibedakan menjadi 2 macam, yaitu mata
uang dan uang kertas. Keduanya memiliki pengertian yang berbeda.
Mata uang diartikan sebagai jenis uang yang terbuat dari logam,
berbentuk koin, dan umumnya memiliki nilai nominal yang kecil.
Sedangkan uang kertas adalah uang yang terbuat dari bahan berupa kertas.
9
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Adya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 181.
B. Jenis Uang
Adapun jenis-jenis uang dapat dilihat dari berbagai sisi.13
a) Berdasarkan bahan
Jika dilihat dari bahan untuk membuat uang maka jenis uang
terdiri dari 2 macam, yaitu uang logam dan uang kertas.
Uang logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat
dari logam, baik dari aluminium, emas, perak, atau perunggu dan
bahan lainnya. Biasanya uang yang terbuat dari logam bernominal
kecil.
Uang kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas
atau bahan sejenis kertas. Uang dari kertas biasanya dalam nominal
yang besar sehingga mudah dibawa untuk keperluan sehari-hari. Uang
jenis ini terbuat dari kertas yang berkualitas tinggi, yaitu bahan yang
tahan terhadap air, tidak mudah robek atau luntur.
b) Berdasarkan nilai
Jenis uang ini dapat dilihat dari nilai yang terkandung pada uang
tersebut, apakah nilai intrinsiknya (bahan uang) atau nilai nominalnya
(nilai yang tertera dalam uang tersebut). Uang jenis ini terbagi
kedalam dua jenis, yaitu uang bernilai penuh (full bodied money) dan
uang tidak bernilai penuh (representatif full bodied money).
13
Uang bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang
nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya, sebagai contoh uang
logam, di mana nilai bahan untuk membuat uang tersebut sama
dengan nominal yang tertulis di uang.
Uang tidak bernilai penuh (representatif full bodied money)
merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai
nominalnya. Sebagai contoh uang yang terbuat dari kertas. Uang jenis
ini sering disebut „uang bertanda‟ atau token money. Kadangkala nilai
intrinsiknya jauh lebih rendah dari nilai nominal yang terkandung di
dalamnya.
c) Berdasarkan lembaga
Berdasarkan lembaga maksudnya adalah badan atau lembaga
yang menerbitkan atau mengeluarkan uang. Jenis uang yang
diterbitkan berdasarkan lembaga terdiri dari uang kartal dan uang
giral.
Uang kartal merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank
Sentral, baik uang logam maupun uang kertas.
Uang giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank umum
seperti cek, bilyet giro, traveller cheque, dan credit card.
Perbedaan mendasar antara uang kartal dan uang giral antara
1. Uang kartal berlaku dan digunakan di seluruh lapisan
masyarakat, sedangkan uang giral hanya digunakan dan berlaku
di kalangan masyarakat tertentu saja.
2. Nominal dalam uang kartal sudah tertera dan terbatas,
sedangkan nominal dalam uang giral harus ditulis lebih dulu
sesuai dengan kebutuhan dan nominalnya tidak terbatas.
3. Uang kartal dijamin oleh pemerintah tertentu, sedangkan uang
giral hanya dijamin oleh bank yang mengeluarkan saja.
4. Uang kartal memeiliki kepastian pembayaran seperti yang
tertera dalam nominal uang, sedangkan uang giral belum ada
kepastian pembayaran, hal ini masih tergantung dari beberapa
hal termasuk lembaga yang mengeluarkannya.
d) Berdasarkan kawasan
Uang jenis ini dilihat dari daerah atau wilayah berlakunya suatu
uang. Artinya bisa saja suatu jenis mata uang hanya berlaku dalam
satu wilayah tertentu dan tidak berlaku di daerah lainnya atau berlaku
di seluruh wilayah.
Jenis uang berdasarkan kawasan bisa di bedakan dalam bentuk
Uang Lokal, Uang Regional, dan Uang Internasional.
Uang Lokal merupakan uang yang berlaku di suatu negara
Uang Regional merupakan uang yang berlaku di kawasan
tertentu yang lebih luas cakupannya daripada uang lokal, seperti untuk
kawasan benua Eropa berlaku mata uang tunggal Eropa, yaitu Euro.
Uang Internasional merupakan uang yang berlaku antar negara
seperti US Dollar dan menjadi standar pembayaran internasional.
Dalam pembahasan mengenai pemalsuan uang, yang merupakan objek
dari pemalsuan uang adalah uang kartal, yaitu uang yang dikeluarkan oleh
bank sentral dan dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Uang
kartal yang dimaksud dapat berupa uang logam maupun uang kertas.
C. Fungsi Uang
Pada awalnya fungsi uang hanyalah sebagai alat guna memperlancar
pertukaran. Namun, seiring dengan perkembangan zaman fungsi uang pun
sudah beralih dari alat tukar ke fungsi yang lebih luas. Uang sekarang ini
telah memiliki berbagai fungsi sehingga benar-benar dapat memberikan
banyak manfaat bagi pengguna uang. Beragamnya fungsi uang berakibat
penggunaan uang yang semakin penting dan semakin dibutuhkan dalam
berbagai kegiatan masyarakat luas.
Fungsi dari uang secara umum yang ada dewasa ini adalah sebagai
berikut.14
a) Alat tukar-menukar
Dalam hal ini uang digunakan sebagai alat untuk membeli atau
menjual suatu barang maupun jasa. Dengan kata lain, uang dapat
14Ibid.,
dilakukan untuk membayar terhadap barang yang akan dibeli atau
diterima sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa. Maksudnya
penggunaan uang sebagai alat tukar dapat dilakukan terhadap segala
jenis barang dan jasa yang ditawarkan.
b) Satuan hitung
Fungsi uang sebagai satuan hitung menunjukkan nilai dari
barang dan jasa yang dijual atau dibeli. Besar kecilnya nilai yang
dijadikan sebagai satuan hitung dalam menentukan harga barang dan
jasa secara mudah. Dengan adanya uang akan mempermudah
keseragaman dalam satuan hitung.
c) Penimbun kekayaan
Dengan menyimpan uang berarti kita menyimpan atau
menimbun kekayaan sejumlah uang yang disimpan, karena nilai uang
tersebut tidak akan berubah. Uang yang disimpan menjadi kekayaan
dapat berupa uang tunai atau uang yang disimpan di bank dalam
bentuk rekening. Menyimpan atau memegang uang tunai di samping
sebagai penimbun kekayaan juga memberikan manfaat lainnya.
Memegang uang tunai biasanya memiliki beberapa tujuan seperti
untuk memudahkan melakukan transaksi, berjaga-jaga atau
melakukan spekulasi. Kemudian dengan menyimpan uang di bank
justru akan menambah kekayaan karena akan memperoleh uang jasa
d) Standar pencicilan utang
Dengan adanya uang akan mempermudah menentukan standar
pencicilan utang piutang secara tepat dan cepat, baik secara tunai
maupun secara angsuran. Begitu pula dengan adanya uang, secara
mudah dapat ditentukan berapa besar nilai utang piutang yang harus
diterima atau di bayar sekarang atau di masa yang akan datang.
3. Pengertian Pemalsuan Uang
Pemalsuan uang adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
kumpulan orang dengan cara meniru atau memalsu uang yang menghasilkan uang
yang tidak asli (uang palsu). Objek dari kejahatan pemalsuan uang adalah uang
kartal, yaitu mata uang dan uang kertas. Dalam KUHP, yang dimaksud dengan
mata uang adalah uang yang terbuat dari bahan logam, sedangkan uang kertas
merupakan uang yang terbuat dari bahan berupa kertas.
Kejahatan pemalsuan uang dapat dipahami sebagai suatu bentuk
penyerangan terhadap kepentingan hukum atas kepercayaan terhadap uang
sebagai alat pembayaran yang sah.15 Masyarakat sebagai pengguna uang harus
memperoleh jaminan akan keaslian uang yang mereka gunakan sebagai alat
pembayaran, untuk itulah kejahatan pemalsuan uang diatur dalam hukum pidana
Indonesia.
15
G. Metode Penelitian
Dalam penyusunan serta penulisan suatu karya ilmiah atau skripsi haruslah
didukung dengan bukti, data, dan fakta yang akurat. Metode penelitian yang
penulis pergunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif, yaitu penelitian
hukum dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan suatu karya ilmiah atau skripsi dapat
dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Pada
skripsi ini, penulis memilih pengumpulan data dengan cara penelitian
kepustakaan.
Penelitian kepustakaan, adalah teknik penelitian dengan cara
mengumpulkan data dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah,
makalah, serta internet, yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.
2. Sumber Data
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum berupa Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang dan peraturan hukum lain yang
tingkatannya berada di bawah Undang Undang.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum berupa buku, hasil penelitian,
laporan-laporan, artikel, majalah, jurnal, hasil-hasil seminar, dan situs
internet yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder seperti kamus,
3. Analisis Data
Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara kualitatif,
yaitu semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada berdasarkan
asas-asas, pengertian, serta sumber-sumber hukum yang ada untuk mencapai kejelasan
dari permasalahan yang akan dibahas.
H. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN
DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG
Bab ini menguraikan penjelasan mengenai peraturan hukum yang
terkait dengan tindak pidana pemalsuan uang, baik yang di atur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), juga yang di atur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang. Bab ini juga memuat bahasan tentang perbedaan
BAB III : PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN SANKSI
PADA TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG (STUDI PUTUSAN
NO. 1129/PID.SUS/2013/PN.JKT.TIM)
Bab ini menguraikan sebuah putusan pengadilan terkait tindak pidana
pemalsuan uang (Putusan No. 1129/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Tim) dan
analisa terhadap pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pada
kasus tindak pidana pemalsuan uang tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang inti dari
pembahasan pada bab-bab sebelumnya dalam bentuk kesimpulan dan