• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Telecommuting di Indonesia (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Telecommuting di Indonesia (1)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi

Telecommuting

di Indonesia

Oleh: Catur Setiawan

P r o g r a m C h ie f In fo r ma t i o n O ffice r 8 A MTI U n iver sita s G a d ja h Ma d a

ca tu r .c io .8 a @ ma i l.u g m.a c.id

Sejarah dan Perkembangan

Istilah telecommuting dan telework

sendiri digagas oleh seorang bernama Jack Nilles dan mulai berkembang pada tahun 1973. Jack Nilles adalah seorang yang telah mengembangkan dan mengevaluasi ratusan proyek telecommuting di Amerika Serikat dan telah membuat beberapa buku tentang

telecommuting. Saat ini semakin banyak dunia bisnis yang membuktikan bahwa

telecommuting menguntungkan baik bagi perusahaan maupun karyawan. Ketika sebuah perusahaan semakin tidak membutuhkan kehadiran karyawan untuk hadir di kantor untuk melakukan pekerjannya, atau ketika ruangan atau tempat kerja terbatas sehingga menjadi masalah, maka telecommuting adalah jawabannya. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi apabila telecommuting akan digunakan.

Implementasi telecommuting sangat dipengaruhi oleh kultur masyarakat itu sendiri. Lalu timbulah pertanyaan, mungkinkah telecommuting dapat diimplementasikan secara optimal di Indonesia, melihat realita bahwasannya masyarakat Indonesia masih kuat menganut budaya kerja sama dan gotong royong dan lebih mengutamakan komunikasi secara langsung (face to face). Menurut Sutriadi (2010), telecommuting dapat dijadikan sebagai alternatif di dalam penyelesaian permasalahan kota besar tetapi dengan berbagai persyaratan.

Pada dasarnya wacana telecommuting merupakan bagian dari berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam empat hal Audirac dalam Sutriadi (2010): 1). Transportasi yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT-based transportation); 2). Outsourcing dari layanan dan produksi (services and production outsourcing); 3). Perjalanan yang diakibatkan dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi (ICT-induced travel); 4). Pengembangan kawasan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT-intensive districts).

Definisi dan Konsep

Telecommuting atau Telework adalah model atau perjanjian kerja di mana karyawan memperoleh fleksibilitas bekerja dalam hal tempat dan waktu kerja dengan bantuan teknologi telekomunikasi.

Dengan kata lain, kegiatan bepergian ke kantor atau tempat kerja digantikan dengan hubungan telekomunikasi. Dengan sistem ini, banyak karyawan yang pada akhirnya bekerja di rumah, sementara lainnya, yang lazim disebut pekerja nomaden (nomad workers) atau web commuters menggunakan teknologi komunikasi untuk bekerja dari kafe atau tempat lain yang nyaman bagi mereka. Telework, di sisi lain, merupakan istilah yang bermakna lebih luas lagi.

Telework merujuk pada penggantian segala bentuk teknologi telekomunikasi yang terkait

(2)

dengan pekerjaan yang perlu bepergian, yang pada akhirnya mengurangi hambatan jarak dengan telecommuting. Seseorang yang ber-telecommuting biasa disebut dengan

“telecommuter”. Menurut Leonhard (1995) dalam wikipedia, motto yang sering

didengungkan oleh para telecommuter adalah “pekerjaan adalah sesuatu yang kita lakukan,

bukan dan bukan tujuan bepergian.”

Agar telecommuting dapat berjalan dengan baik, diperlukan gaya manajemen yang baik, yang didasarkan dan ditujukan pada hasil, bukan pengamatan yang mendetil dari masing-masing karyawan secara individual. Hal ini menunjuk pada manajemen berbasis tujuan (management by objectives) yang bertolakbelakang dengan manajemen berbasis observasi (management by observation).

Manfaat telecommuting antara lain mengurangi biaya transportasi karena tidak perlu pergi ke kantor, mengurangi kemacetan jalan, sekaligus mampu meningkatkan working life balance.

Aspek Pendukung

Melakukan telecommuting, masalah teknologi seperti keamanan, akses, kehandalan sangat penting. Program telecommuting harus direncanakan dengan baik, dilaksanakan dan dikelola, dan membutuhkan komunikasi yang menyeluruh, dukungan perusahaan, standardisasi teknologi, proses didefinisikan dengan baik, pelatihan yang berkelanjutan dan alat implementasi yang kuat. Menentukan tujuan dari telecommuting, bisnis apa yang akan di proses, aplikasi apa saja yang perlu dimobilisasi, dan bagaimana mengukur keberhasilannya.

Pertimbangan Teknis IT, mengidentifikasi staf TI yang memahami atau dapat dilatih pada teknologi mobile sehingga mereka dapat mengevaluasi peralatan dan vendor.

Telecommuter akan memerlukan teknologi yang mungkin termasuk komputer, telepon, modem, printer dan perangkat lunak seperti sistem operasi, aplikasi, firewall, tombol pengaman, software backup dan alat diagnostik. Tentukan apa yang perusahaan bersedia untuk menyediakan, anggaran pembelian, mengkonfigurasi dan pengiriman peralatan, dan perawatannya.

Standardisasi, inti dari telecommuting adalah membuat WAN menjadi LAN dimana bundel teknologi telekomunikasi adalah VPN (Virtual Private Network). VPN terdiri dari semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendapatkan akses berwenang untuk sumber daya perusahaan dan dapat mencakup token keamanan, hardware atau software berbasis enkripsi data, otentikasi kunci bersama, dan jalan dikonfigurasikan untuk server berwenang. Standarisasi akan membantu mengurangi waktu dan biaya, dan memastikan setiap orang bekerja dengan peralatan yang sama.

Keamanan, host server dapat memeriksa untuk memastikan bahwa komputer pengguna memiliki up-to-date firewall dan anti-virus software. Selain itu file yang akan di download/upload dari server oleh pengguna dapat di enkripsi terlebih dahulu. Untuk keamanan tambahan, pastikan sistem anda menyediakan otentikasi user dimana seseorang menggunakan perangkat perusahaan harus menerima akses ke sumber daya perusahaan lebih dari seseorang yang menggunakan perangkat pribadi atau tidak terdaftar.

(3)

berlomba-lomba mencari pelanggan. Saat ini teknologi yang banyak di pakai adalah 3G (HSDPA) dan CDMA EV-DO.

Masalah teknis yang timbul seperti masalah back up data. Jika komputer pengguna gagal, membantu mereka memulihkan data yang hilang terkadang sangat susah. Pergunakan back up otomatis, begitu pula server dibuat redundant active. Mengharapkan telecommuter

untuk memback up datanya secara teratur sangatlah susah. Untuk penerapan telecommuting,

kalau di rasa tidak mampu kita bisa bekerja sama dengan vendor yang ada. Para mitra/vendor dapat menawarkan praktik terbaik, skala ekonomi dan infrastruktur stabil aman untuk bekerjasama.

Kesimpulan

Bagi penduduk Indonesia, bekerja dari rumah atau tempat lain diluar kantor masih sulit dilakukan. Hal ini selain disebabkan karena belum menjadi kebiasaan, budaya selama ini bahwa bekerja haruslah di kantor dan berinteraksi secara langsung dengan kolega kerja dan atasan. Proses pengambilan keputusan juga mayoritas dilakukan secara kolektif. Sehingga ketika melakukan telecommuting dimana diharuskan mengambil keputusan individual secara cepat, kemungkinan akan mengalami kesulitan.

Selain itu, secara umum manajer kurang memiliki kepercayaan terhadap bawahannya. Mereka lebih puas kalau melihat proses kerja secara langsung. Hal ini dikarenakan kebanyakan manajer belum dapat menerapkan management by objective secara utuh, entah itu dikarenakan sifat atau jenis pekerjaannya atau karena faktor individual.

Pada bagian akhir ini dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengimplementasikan

telecommuting di Indonesia butuh kesiapan prosedur dan proses pengukuran yang tepat. Selain itu diperlukan pula peranan manajer untuk memastikan prosedur dan tindakan berbasis hasil (management by objective) guna membantu telecommuter dan menumbuhkan saling pengertian.

Referensi

 JALA International, the telework, telecommuting, and applied futures research expert ". http://wwww.jala.com. Tanggal akses 10/10/2013

 Sutriadi. R, Marendraputra.P (2010). “Telecommuting”: Bekerja di Rumah! Optimalkan Pemanfaatan Handphone dan Internet. Opsi bagi Penyelesaian Permasalahan Kota Besar”.

http://sudforum.penataanruang.net/library/sgcptec2.pdf. Tanggal akses 01/10/2013

 http://vkoolindonesia.wordpress.com/2011/03/03/mengapa-telecommuting-tidak-hanya-bagus-untuk-bisnis-tetapi-juga-sekaligus-baik-untuk-lingkungan/ . Tanggal akses 01/07/2013  http://www.telecommuter.com/index.cfm?tabsOff&article=fortune500BestPractices. Tanggal

akses 27/06/2013

 http://id.wikipedia.org/wiki/Telecommuting. Tanggal akses 01/10/2013.

.

Referensi

Dokumen terkait

Kartu kanban yang digunakan adalah kartu kanban production instruction (PI-Kanban) yang akan memberikan perintah produksi core dan kartu kanban part withdrawal (PW-Kanban)

Metode yang digunakan hanya terbatas pada metode bercerita dengan buku cerita bergambar pada anak didik di TK Nurud Dholam, dengan rumusan masalah “Apakah cerita

Dari ketentuan tersebut diperoleh t tabel sebesar 1,894 (untuk uji dua arah) Dalam perhitungan SPSS yang tertera pada tabel Coefficients di atas dimana t hitung adalah untuk

McLeod, Jr., (2001: 15) menyatakan bahwa data terdiri dari fakta- fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sebagai contoh, jumlah jam kerja pegawai,

Berdasarkan Gambar 6, ketersediaan sumberdaya (SD) menjadi faktor pembatas yang berkepentingan pertama terkait kriteria/aspek sosial dan budaya bila suatu model

Tingkat kemampuan berfikir abstraksi peserta didik pada suatu kelas berbeda- beda. Berpikir abstrak dalam hal ini adalah suatu kemampuan menemukan cara- cara dalam

Transmisi virus rabies dari hewan ke manusia hanya bisa terjadi jika virus rabies pada saliva hewan mengalami kontak dengan luka terbuka pada kulit atau membran mukosa utuh

Puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Profil Protein Ekstrak Biji