PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR DI KECAMATAN DUNGKEK KABUPATEN SUMENEP
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau serta garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. Kawasan pesisir pantai Indonesia yang memiliki kekayaan sangat besar tersebut harus dijaga kelestariannya dengan melakukan pemanfaatan fungsi wilayah secara terencana, serasi, seimbang dan bertanggung jawab dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Definisi dari kawasan pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Sedangkan menurut Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir (2001), pengertian dari kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya. Untuk memudahkan pembahasannya maka batasan dari kawasan pesisir dalam studi ini dibatasi berdasarkan batasan administrasi.
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Pengembangan wilayah pada kawasan pesisir sebagaimana pengembangan wilayah pada kawasan lainnya, tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui perencanaan pengembangan dalam suatu proses yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan yang harus diperhatikan.
1.2 Rumusan Masalah
Kawasan pesisir di Indonesia pada umumnya belum dikembangkan dengan baik oleh pemerintah, Hal ini disebabkan setiap pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem dengan skala tertentu. Pemanfaatan dengan tidak mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi dapat menurunkan mutu lingkungan dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan ekosistem wilayah pesisir yang bersangkutan.
Dengan demikian masalah utama dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir adalah pemanfaatan ganda terhadap sumberdaya tanpa adanya koordinasi. Oleh karenanya kawasan pesisir dalam pengelolaannya harus diarahkan kepada pemanfaatan bermacam sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu dan berkesinambungan (sustainable). 1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :
Inventarisasi data potensi dan masalah prasarana/sarana bidang permukiman pada Kawasan pesisir yang dapat dipergunakan sebagai bahan pengendalian dan antisipasi perkembangan kawasan pesisir
II. GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Gambaran Umum Kabupaten
Gugusan pulau-pulau yang ada di Sumenep, pulau yang paling Utara adalah Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dengan jarak ± 151 mil laut dari Pelabuhan Kalianget, dan pulau yang paling Timur adalah Pulau Sakala dengan jarak ± 165 miI laut dari Pelabuhan Kalianget.
Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Sumenep sebagai berikut :
Sebelah Selatan : Selat Madura
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Barat : Kabupaten Pamekasan Sebelah Timur : Laut Jawa
Wilayah Kabupaten Sumenep secara umum berada pada ketinggian 0 - 500 meter dpl dengan luas 208.697,40 Ha atau sekitar 99,72 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sumenep, sisanya pada ketinggian 500 - 1.000 meter dpl dengan luas hanya 578,42 Ha atau sekitar 0,28 %.
Jumlah penduduk Kabupaten Sumenep pada tahun 2013 terbanyak berada di Kecamatan Sumenep yaitu sebesar 70.722 jiwa. Dan apabila dikaitkan dengan luas wilayahnya, Kecamatan Sumenep sebagai Ibukota Kabupaten mempunyai angka kepadatan penduduk tertinggi yaitu 2.541 jiwa/km2.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di Kabupaten Sumenep dapat dilihat pada tabel dan peta
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sumenep Tahun 2013
25. Arjasa 61.447 241,99 254
26. Kangayan 21.930 204.,68 108
27. Masalembu 23.229 40,85 569
Jumlah 1.079.322 2.093,47 516
2.2 Gambaran Umum Kecamatan
Kecamatan Dungkek mempunyai luas total wilayah 63,35 km2 yang berarti 3,03% dari
luas Kabupaten Sumenep. Jumlah Desa di Kecamatan Dungkek sebanyak 15 desa dan 11 desa di antaranya merupakan desa pesisir yaitu antara lain Jadung, Romben Barat, Romben Rana, Romben Guna, Bicabbi, Dungkek, Lapa laok, Lapa daya, Lapa taman, Bancamara, dan Banraas. Secara administrasi wilayah Kecamatan Dungkek dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Laut Jawa Sebelah Timur : Laut Jawa
Sebelah Barat : Kecamatan Gapura.
lahan. Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor penting yang perlu dilihat dalam aspek topografi, karena beberapa peruntukan lahan memerlukan persyaratan kemiringan lahan. Secara umum kecamatan ini berada pada ketinggian antara 0-55 meter di atas permukaan laut. sedang tingkat kemiringan lahannya bervariasi antara 0 - > 30%.
Penggunaan lahan di Kecamatan Dungkek di dominasi oleh Tanah Ladang dan kebun, masing-masing 3.432Ha dan 1.040Ha, dimana komoditas utama di wilayah ini adalah perkebunan kelapa dan siwalan.
Penggunaan lahan lainnya adalah permukiman dengan 828 Ha, Sawah Tadah Hujan 802 Ha, Belukar 149 Ha, Empang/Tambak 109 Ha, Sawah Irigasi 16 Ha, untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada Tabel berikut.
Tabel 2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Dungkek
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Permukiman 828
2 Sawah Tadah Hujan 802
3 sawah Irigasi 16
4 Tanah Ladang 3432
5 Rumput 14
6 Penggaraman 7
7 Pasir Pantai 5
8 Pasir Darat 29
9 Kebun 1040
10 Empang 109
11 Belukar 149
12 Air Tawar 11
Sumber : Kecamatan Dungkek Dalam Angka Th. 2012
Tabel 3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Dungkek 2013
No Desa Penduduk (jiwa)*Jumlah WilayahLuas (Km)
9 Lapa daya 875 4,27 205
10 Lapa laok 2322 3,88 598
11 Lapa taman 1807 6,78 267
12 Rombenbarat 1516 1,32 1.148
13 Rombenguna 3861 4,49 860
14 Rombenrana 1515 1,27 1.193
15 tTamansare 2292 6,49 353
JUMLAH 36221 63,35 572
Sumber : Kecamatan Dungkek Dalam Angka Tahun 2014
Jumlah penduduk Kecamatan Dungkek berdasarkan kelompok pekerjaan lebih banyak di dominasi di bidang pertanian. Hal ini sesuai dengan dominasi penggunaan lahannya yaitu untuk kegiatan pertanian.
Selain itu jika melihat letak Kecamatan Dungkek yang berbatasan langsung dengan selat Madura dan Laut Jawa, maka tumpuan hidup masyarakatnya di wilayah pesisir pasti akan cendrung untuk kegiatan perikanan, yaitu nelayan.
Tabel 4 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Pekerjaan Kec. Dungkek 2014
NO DESA
Jenis Mata Pencaharian Pemerintah
an Industri Konstruksi Swasta Wiraswasta Perdagangan
Pertanian/ Peternaka n/Perikan
an
Jasa Kemasyarakat
an Lainnya
1 JADUNG 21 - - 54 129 23 996 12 360
2 ROMBEN BARAT 21 - - 22 87 10 349 9 419
3 ROMBEN RANA 19 - - 15 25 19 607 11 281
4 ROMBEN GUNA 19 - - 147 77 22 419 36 254
5 BICABBI 22 - 1 128 141 31 341 42 702
6 DUNGKEK 60 24 - 277 150 91 1189 32 404
7 LAPA LAOK 20 - 1 249 134 12 413 15 441
8 LAPA DAYA 19 - - 21 84 12 254 5 72
9 LAPA TAMAN 21 1 - 207 119 12 250 47 195
10 BUNGIN-BUNGIN 15 - - 65 23 9 54 11 14
11 BUNPENANG 20 - - 19 82 15 549 8 87
12 TAMAN SARE 21 4 - 43 137 22 816 22 126
13 CANDI 23 - - 236 157 29 601 41 327
14 BANCAMARA 15 1 - 29 187 35 858 7 165
15 BANRA AS 18 - - 9 114 32 760 6 260
JUMLAH 334 30 2 1521 1646 374 8456 304 4107
2.3 Kondisi Eksisting
Fasilitas Perumahan
Berdasarkan data BPS Sumenep diketahui jumlah rumah di Kecamatan Dungkek berjumlah 11.680 unit dengan dominasi berjenis rumah tembok.
Tabel 5 Jenis dan Jumlah Rumah Kec. Dungkek Tahun 2014
No. Desa / Kelurahan Jenis Rumah (Unit) Jumlah Rumah(Unit)
Permanen Non Permanen
1 Bancamara 858 78 936
2 Banraas 824 76 900
3 Bicabi 867 63 930
4 Bungin Bungin 84 53 137
5 Bunpenang 556 81 637
6 Candi 714 53 767
7 Dungkek 1267 40 1307
8 Jadung 911 46 957
9 Lapa Daya 260 53 313
10 Lapa Laok 939 52 991
11 Lapa Taman 744 66 810
12 Romben Barat 519 75 594
13 Romben Guna 778 352 1130
14 Romben Rana 452 62 514
15 Taman Sare 674 83 757
Jumlah 10447 1233 11680
Sumber : Kecamatan Dungkek Dalam Angka 2014
Fasilitas Pendidikan
Jenis fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah Kecamatan Dungkek sampai dengan tahun 2014 sudah cukup lengkap yaitu dari tingkat TK sampai dengan tingkat SMA/sederajad, dengan kategori Negeri maupun Swasta.
Tabel 6 Jumlah Fasilitas Sekolah Kec. Dungkek 2013
6. Candi 1 3 1 1 puskesmas, puskesmas pembantu, poskesdes, , praktek dokter, praktek bidan, dan praktek mantri kesehatan.
Pada umumnya masyarakat telah memanfaatkan keberadaan fasilitas Kesehatan tersebut, namun biasanya masyarakat lebih sering berobat di Puskesmas yang terdapat di IKK Kecamatan, yaitu desa Dungkek, dengan asumsi ketersediaan tenaga medis dan alat medis lebih lengkap.
Transportasi
a. Prasarana Jalan
Keberadaan prasarana jalan di Kecamatan Dungkek sangat mempengaruhi pergerakan orang dan barang baik kedalam maupun keluar kecamatan. Selain itu, keberadaan prasarana jalan tersebut juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah setempat.
Dari data terakhir pada tahun 2013, panjang seluruh jalan di Kecamatan Dungkek yaitu sepanjang 88,78 km dimana klasifikasi jalan yang terdapat di wilayah ini hanya jalan kabupaten dan jalan desa, dengan panjang jalan kabupaten 48,57 km, dan jalan desa 40,21 km. Untuk jelasnya mengenai jalan dan kondisinya di wilayah studi dapat di lihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel 7 Kondisi Jalan di Kec. Dungkek 2013
No. Klasifikasi Jalan Kondisi Jalan
b. Sarana Transportasi
Terdapat 2 macam sarana transportasi di wilayah Kecamatan Dungkek, yaitu alat transportasi darat yang didominasi oleh sepeda motor dan alat transportasi laut. Adanya alat transportasi laut karena keberadaan kecamatan lain yang berada disisi timur Kecamatan Dungkek dan terpisah oleh laut.
Gambar disamping menunjukaan transportasi laut, untuk melayani kebutuhan dalam Kecamatan Dungkek, mengingat kecamatan ini memiliki daratan kepulauan yaitu pulau gili iyang, dimana kehidupan sehari-hari masyarakat pulau Gili Iyang menuju ke Kecamatan Dungkek, baik sebagai profesi pekerjaan, pendidikan maupun keperluan hidup sehari-hari.
c. Sarana Prasana Permukiman Bidang perumahan
Perumahan di Kecamatan Dungkek dibangun mengikuti jalan utama dan sebagian besar pola permukimannya dibangun berdekatan dengan perkebunan atau pertanian miliknya dengan berklaster-klaster ikatan keluarga. Jumlah rumah di Kecamatan Dungkek menurut data adalah sebesar 11.680 unit dengan jumlah penduduk 36.222 jiwa, maka dapat diasumsikan bahwa 1 unit rumah dihuni oleh 3 jiwa.
Air Bersih
Tabel 8 Jumlah rumah dan sarana air bersih Kec. Dungkek
No. Desa / Kelurahan Sarana Air Bersih (Unit)
Sumur Non Sumur adalah ranting pohon dan dedaunan. Tidak jarang sampah yang mereka kumpulkan khususnya ranting pohoh dapat dijual kembali, dijadikan bahan bakar untuk pengolahan industri siwalan dan kerupuk yang diproduksi skala rumah tangga. Akan tetapi, terdapat titik-titik dimana tumpukan sampat terlihat seperti yang terlihat di pelabuhan, Pasar Induk Dungkek, dan terminal menuju pelabuhan, sampah-sampah tersebut kemudian dibuang begitu saja ke pantai.
Drainase
III. PEMBAHASAN
Ditinjau dari letaknya, Kecamatan Dungkek yang terdiri dari 15 desa mempunyai kawasan pesisir sebanyak 11 desa, yaitu dari :
1. Desa Jadung.
2. Desa Romben Barat. 3. Desa Romben Rana. 4. Desa Romben Guna. 5. Desa Bicabi.
6. Desa Dungkek 7. Desa Lapa Laok 8. Desa Lapa Daya 9. Desa Lapa Taman 10. Desa Bancamara 11. Desa Banraas.
Kecamatan Dungkek mempunyai total luas wilayah 63,35 km2, dari luas wilayah tersebut 44,69 km2 merupakan wilayah kawasan pesisir dengan persentase perbandingan antara kawasan pesisir dan non pesisir 70% banding 30%.
3.1 Rencana Pengembangan Kawasan berdasarkan Pendekatan Kebijakan
Salah satu misi dari Pemerintah Daerah Jawa Timur dan Kabupaten Sumenep adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan buatan diarahkan pada pengembangan keanekaragaman pemanfaatan sumberdaya alam dan buatan; pengembangan energi; pendayagunaan sumberdaya alam, pendayagunaan sumberdaya alam tak-terbarukan; pengembangan potensi sumberdaya kelautan; serta penanganan kebencanaan. Untuk menjalankan misi ini, maka salah satu kebijakan yang ditempuh adalah mengarahkan pembangunan pada sektor kelautan dan perikanan.
1. Pengelolaan sumberdaya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara efisien, dan lestari berbasis masyarakat.
2. Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi laut, dan rehabilitasi habitat ekosistem yang rusak seperti terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, dan estuaria.
3. Peningkatan dan penguatan peranan sumberdaya manusia beserta kelembagaannya di bidang kelautan.
4. Pengembangan ekonomi kelautan secara sinergis, optimal, dan berkelanjutan. 5. Optimalisasi pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
6. Peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir.
7. Peningkatan keselamatan, mitigasi bencana pesisir dan pencemaran laut. 3.1.1 Kebijakan Struktur Ruang Kecamatan Dungkek
Fungsi Kecamatan Dungkek berdasarkan Sistem Perkotaan di Kabupaten Sumenep adalah PPK yaitu Pusat Pegiatan Lokal, dengan fungsi pelayanan adalah pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, pertanian dan pengembangan permukiman perkotaan.
Untuk Kawasan Perkotaan Kecamatan Dungkek berada di Desa Dungkek dan Desa Lapa Laok, sedangkan perdesaannya meliputi desa Jadung, Romben Barat, Romben Rana, Romben Guna, Bicabi, Lapadaya, Lapataman, Bungin-bungin, Bunpenang, Tamansare, Candi, Bancamara dan desa Banraas.
3.1.2 Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Kabupaten Sumenep termasuk bagian dari pengembangan wilayah Madura dan kepulauan yang memiliki peran penting dalam skala nasional dan regional. Dengan demikian pengembangan Kabupaten Sumenep sangat berkaitan dengan berbagai pengembangan infrastruktur pendukungnya yang meliputi :
a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi Jalan Raya
1) Pengembangan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan wilayah, dapat dicapai melalui strategi :
Sumenep, Kalianget (sebelah Timur), Mandong, Dasuk, Ambunten, dan Pasongsongan (sebelah Utara).
Berdasarkan hal tersebut, pengembangan jalan provinsi / kolektor primer di wilayah
Sumenep meliputi ruas-ruas jalan : Kecamatan / Perkotaan Dungkek dan Pantai Lombang – Kecamatan / Perkotaan Batang-batang – Kecamatan / Perkotaan Gapura – Kecamatan / Perkotaan Sumenep – Kecamatan / Perkotaan Manding – Kecamatan / Perkotaan Dasuk – Kecamatan / Perkotaan Ambunten – Kecamatan / Perkotaan Pasongsongan menuju ke arah barat
Pengembangan jalan lokal primer pada semua jalan penghubung utama antar kecamatan dan penghubung dengan fungsi utama di Kabupaten Sumenep yang tidak terletak di jalan arteri maupun kolektor;
2) Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah berupa terminal, dapat dicapai melalui strategi :
Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai; Peningkatan terminal utama tipe A (terminal Arya Wiraraja) di Perkotaan Sumenep;
Pengembangan terminal tipe C di terminal cargo/kolor, terminal Batuan, Terminal Pamolokan, Terminal Bangkal, Terminal Dungkek, terminal Kalianget, Terminal Talango dan terminal Ambunten.
3) Pengembangan infrastruktur permukiman pendukung pengembangan wilayah Kecamatan Dungkek
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kawasan pesisir Kecamatan Dungkek, maka perlu dikembangkan infrastruktur permukiman yang telah ada, terutama untuk pelayanan air bersih, perbaikan di sektor persampahan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya untuk mengantisipasi kekumuhan pada permukiman kawasan pesisir, serta merawat jalur drainase yang sudah ada.
3.2 Penentuan Kawasan Pesisir Potensial di Kecamatan Dungkek
Pada dasarnya kegiatan pembangunan semestinya ditujukan dan dilakukan oleh masyarakat lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan yang memerlukan penyesuaian dengan kapasitas dan keadaan lingkungan sumberdayaalamnya. Dengan demikian,pendekatan pembangunan di masa sekarang dan di masa datang adalah pembangunan ekonomi yang berbasis komunitas lokal ( Local Community-Based Economy ).
Pembangunan yang berbasis sumberdaya domestik ( Domestik Resource-Based Economy ). Reorientasi pendekatan pembangunan saat ini memerlukan diterapkannya pendekatan pembangunan wilayah yang berbasis sumberdaya domestik.Sumberdaya domestik yang dimaksud mencakup sumber daya dalam pengertian yang luas mencakup sumberdaya fisik-alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, dan sumberdaya sosial.
Dengan demikian pengembangan sektor kawasan pesisir haruslah benar-benar didasarkan atas potensi alam domestik, sumberdaya manusia lokal, beserta hasil-hasil pembangunan lokal selama ini termasuk ketersediaan infrastruktur fisik dan sosial (kelembagaan) domestik yang ada.
Sektor potensial yang akan dipergunakan dalam studi kawasan pesisir Kecamatan Dungkek merupakan ekonomi penggerak wilayah setempat, yaitu dari :
1. Perikanan 2. Perkebunan. 3. Peternakan.
4. Home industry (gula siwalan dan krupuk)
tolak penilaian dari tingkat kemajuan kawasan dalam pemilihan lokasi Kawasan pesisir terpilih di Kecamatan Dungkek adalah :
1. Mempunyai potensi SDM
2. Mempunyai Kawasan sebagai lokasi yang memiliki aksesbilitas tertinggi dari sub wilayah (desa) lainnya dalam satu wilayah kawasan pesisir di sekitarnya
3. Memiliki tingkat intensitas kegiatan dan fasilitas penunjang perkembangan kawasan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, kawasan pesisir prioritas di Kecamatan Dungkek terdapat di Desa Dungkek dan Lapa Laok.
3.3 Identifikasi Potensi dan Masalah Wilayah Pesisir Prioritas Kecamatan Dungkek
Kecamatan Dungkek merupakan salah satu sentral kegiatan perekonomian dari sektor perikanan dan kelautan bagi Kabupaten Sumenep, sehingga demi kelangsungan kegiatan tersebut disediakan PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Dungkek yang terletak disebelah selatan kecamatan Dungkek atau tepat digaris perbatasan antar Desa Dungkek dan Desa Lapa Laok. Wilayah laut Kecamatan Dungkek menyimpan banyak potensi terutama pada basis perikanan yang saat ini masih belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Adapun jenis-jenis ikan hasil laut diwilayah Kecamatan Dungkek meliputi : Layur, tongkol, layang, lemuru, selar, cakalang, udang rebon, cucut, tuna, manyung, kakap, kerapu dan udang barong.
Selain itu potensi yang ada dikawasan pesisir Khususnya terdapat Pelabuhan Negara dan rakyat sehingga mudah terjangkau, transportasi umum menuju desa dan pelabuhan yang ada di Dungkek dan ke Lapa Laok tersedia namun pelur adanya peremajaan angkutan untuk lebih baik.
Belum optimalnya pemanfaatan hasil laut selama ini, karena aktifitas nelayan yang tersebar di 2 Desa pesisir utama yaitu Desa Dungkek dan Desa Lapa Laok masih mengandalkan peralatan dan alat tangkap tradisional seperti payang, gill net, trammel net dan pancing perawe. Karena itu, sebagian besar nelayan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan degan hanya bisa melaut jika saat gelombang pantai dan cuaca 'bersahabat'.
Beberapa masalah yang terdapat di kawasan pesisir Kecamatan Dungkek, yaitu : • Nelayan masih memakai alat tangkap tradisional, karena sulitnya adanya bantuan
sehingga hasil tangkap relative sedikit dibandingkan dengan nelayan dari luar Kecamatan Dungkek yang menggunakan peralatan yang lebih modern.
• Belum adanya penataan parkir perahu, sehingga sering terjadi masalah atau keributan antara nelayan local dengan nelayan tendon karena berebut tempat parkir.
• Banyak lahan masyarakat pesisir yang terkikis laut, dikarenakan belum optimalnya tembok penahan yang kuat .
3.4 Identifikasi Potensi dan Masalah Sarana dan Prasarana Bidang Permukiman Air Bersih
Identifikasi potensi sarana dan prasarana air bersih meliputi :
Jumlah rumah yang telah memiliki sumur yaitu 3.523 unit atau 30,16 %
dari rumah yang ada.
Kedalaman air tanah relatif dangkal yaitu antara 5 – 10 meter, dengan
kualitas air yang relative baik, kecuali disepanjang pesisir.
Sarana Drainase
Identifikasi potensi sarana dan prasarana drainase meliputi :
Luas area resapan air hujan masih sangat luas, karena sebagian besar lahan sekitar 80% masih merupakan lahan terbuka.
Kondisi topografi memungkinkan untuk menerapkan sistem aliran secara gravitasi sehingga memudahkan dalam mengatur arah aliran air hujan.
Identifikasi potensi sarana dan prasarana sanitasi meliputi :
Tersedianya lahan pekarangan yang cukup luas pada setiap rumah sangat
memudahkan penduduk untuk membuat jamban keluarga.
Dari 11.680 unit rumah yang ada 2.489 rumah telah memiliki jamban,
walaupun tidak semuanya menggunakan sistem leher angsa, terdapat pula yang masih menggunakan sistem cubluk.
Sarana Jalan Lingkungan
Identifikasi potensi sarana dan prasarana jalan, meliputi :
Jalan di wilayah Kecamatan Dungkek yang telah diaspal sepanjang 10,6 Km dengan lebar jalan yang ada berkisar antara 3 - 5 meter.
Untuk jalan makadam sepanjang 12,2 km sehingga memudahkan untuk pengaspalan.
Sarana Perumahan
Identifikasi potensi sarana dan prasarana perumahan, meliputi :
Jumlah rumah yang ada 11.680 unit, sedangkan jumlah penduduk
berjumlah 36.222 jiwa sehingga tingkat hunian hanya 3- 4 jiwa/unit.
Pola pemukiman yang ada adalah linier disepanjang jalan terutama
jalan-jalan utama.
Sebagian besar jenis rumah yang ada adalah rumah permanen yaitu
berjumlah 10.447 unit atau 89,44 %.
Sarana Persampahan
Identifikasi potensi sarana dan prasarana persampahan meliputi:
Tersedianya lahan terbuka yang masih cukup luas di masing-masing
rumah warga memungkinkan masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga di lahan pekarangannya sendiri-sendiri secara on-site (ditumpuk, dibakar, ditimbun).
Masih dominannya sampah alami seperti daun-daunan, kulit buah dan
kompos. IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan sarana dan prasarana permukiman yang terdapat pada desa-desa pesisir prioritas di Kecamatan Dungkek, maka untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sosial ekonomi dikawasan pesisir diperlukan perluasan sarana dan prasarana kawasan. Program sarana prasarana permukiman yang dapat dikembangkan di Kecamatan Dungkek diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sarana Perumahan dan Jalan Lingkungan
- Perbaikan rumah dari non permanen (RTLH) menjadi permanen.
- Pembuatan rumah permanen/rumah sehat bagi Kepala Keluarga yang belum memiliki tempat tinggal.
- Perbaikan jalan atau peningkatan kualitas perkerasan jalan. 2. Sarana Air Bersih
- Bantuan penambahan prasarana air bersih berupa sumur gali bagi Kepala Keluarga yang belum memperoleh pelayanan air bersih.
3. Sarana Sanitasi
- Menambah jamban keluarga untuk rumah-rumah yang belum memiliki prasarana sanitasi tersebut.
- Menambah pembangunan sanimas di kelompok pemukiman
- Penambahan kran umum/Tandon untuk sistem perpipaan dari Wslick. 4. Sarana Persampahan
Sistem persampahan pada kawasan pesisir hingga saat ini belum menggambarkan permasalahan yang serius sehingga pada pengembangan selanjutnya hanya memerlukan pengelolaan sistem yang selama ini telah ada sebagai upaya penyehatan terhadap lingkungan sekitar.
Berikut ini adalah beberapa bentuk pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di desa kawasan pesisir prioritas yaitu:
b. Dibakar, yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar dan hal ini dapat dilakukan perorangan.
c. Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengelolaan sampah organik menjadi pupuk tanaman yang dapat dipakai sendiri untuk pertanian, dalam pengelolaan sampah jenis ini memerlukan lahan yang jauh dari permukiman penduduk.
d. Penyediaan TPS untuk kawasan pelabuhan, TPI dan pasar.
Selain itu juga perlu diperhatikan hal-hal lain yang dapat untuk dijadikan sebagai rekomendasi dalam pelaksanaan pembangunan untuk wilayah pesisir di Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep, yaitu sebagai berikut :
1. Penerapan peraturan secara konsisten demi menjaga keberlangsungan perkembangan wilayah pesisir di Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep serta melibatkan peran semua stakeholder (pelaku).
2. Peningkatan kapasitas kelembagaan dari tingkatan desa hingga tingkat kecamatan melalui pelatihan-pelatihan ataupun sosialisasi-sosialisasi pengelolaan wilayah pesisir terutama dari sektor perikanan dan kelautan.
3. Peningkatan kualitas taraf hidup masyarakat wilayah pesisir, terutama mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk dewasa maupun anak-anak
4. Menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan wilayah pesisir demi keberlanjutan (kontinyuitas) ekosistem melalui pengendalian lingkungan wilayah pesisir. Adapun aspek-aspek yang perlu menjadi point utama untuk dikendalikan adalah sebagai berikut.
a. Kerusakan Lingkungan Perumahan b. Kualitas Air Laut
c. Kerusakan Terumbu Karang d. Kerusakan Ekosistem Mangrove e. Pengendalian Bangunan Bermasalah
diolah di tempat lain. Hanya sebagian kecil ikan hasil tangkapan yang dilakukan pengolahan seperti : pemindangan, pengasinan dan diproduksi menjadi kerupuk dan terasi.
Jenis ikan yang diolah ini pun merupakan ikan yang nilai jualnya tidak begitu tinggi atau ikan yang merupakan hasil sampingan dari target penangkapan. Dengan tersedianya potensi ikan laut di wilayah pantai Selatan Kabupaten Sumenep yang belum dimanfaatkan secara optimal, maka di masa mendatang produksi tangkapan ikan laut tentunya dapat ditingkatan semaksimal mungkin.
Meningkatnya hasil tangkapan ikan laut ini harus disertai adanya kegiatan penanganan dan pengolahan ikan yang secara keseluruhan diharapkan dapat memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian wilayah Kecamatan Dungkek pada umumnya dan wilayah Desa Dungkek dan Desa Lapa Laok pada khususnya