• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Pengaruh Keberadaan Pedagang (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Kasus Pengaruh Keberadaan Pedagang (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS : PENGARUH KEBERADAAN PEDAGANG KAKI

LIMA TERHADAP JUMLAH PENGUNJUNG TAMAN KOTA

DI MEDAN

Salmina W. Ginting

*)

*)

Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik USU

Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kehadiran pedagang kaki lima merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan jumlah pengunjung di taman kota. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pedagang kaki lima di sekitar taman sehingga dianggap mengganggu nilai estetika taman padahal pada kenyataannya kehadiran pedagang kaki lima telah membuat taman kota menjadi hidup dan disukai. Penelitian dilakukan pada tiga taman di kota Medan yaitu Taman Ahmad Yani, Taman Gajah Mada, dan Taman Sri Deli. Ketiga taman terletak di pusat kota Medan. Tiga elemen yang akan diteliti adalah posisi dan lokasi pedagang, jenis mata dagangan, dan desain gerobak atau tenda pedagang kaki lima. Jenis mata dagangan dan desain gerobak atau tenda pedagang relatif sama satu dengan lainnya di ketiga taman yang disurvai. Yang agak berbeda adalah lokasi berjualan pedagang. Di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tidak satu pun pedagang kaki lima berjualan di dalam taman. Semua pedgang mengambil lokasi di sisi luar taman dekat jalan raya yang melingkupinya. Di Taman Sri Deli, sebagian besar pedagang berjualan di dalam taman dan sisanya di luar taman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kehadiran pedagang kaki lima di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tidak secara signifikan meningkatkan minat warga mengunjungi taman kota. Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tetap ramai meskipun pada hari-hari dan jam tertentu jumlah pedagang kaki lima yang berjualan sangat sedikit. Tetapi di Taman Sri Deli pedagang kaki lima menjadi faktor yang signifikan dalam meningkatkan jumlah pengunjung. Hal ini terjadi karena pedagang rujak yang berjualan di dalam taman sudah sangat terkenal dan hanya terdapat di taman tersebut sehingga selalu dicari oleh warga kota.

Kata-kata kunci:Taman kota, Pedagang kaki lima, Lokasi, Jenis mata dagangan, Gerobak

Abstract

The aim of the research was to identify the influence of vendors in order increase or decrease people in town parks. Some argued that vendors always disturb people in parks, make noises, and dirty; but some else argued that vendors could enliven the environment of the park. Research was done in 3 parks in down town Medan. They were Ahmad Yani Park, Gajah Mada Park, and Sri Deli Park. Three elements were surveyed: position and location of vendors, type of goods, and design of stalls or wagons. Research found that type of goods and design of stalls or wagons from all vendors in the 3 parks was quite same. What’s different was the location of vendors. There were no vendors inside Ahmad Yani Park and Gajah Mada Park. All vendors took location outside parks at the street around park. In Sri Deli Park, many vendors took location inside park and just a little vendor located outside park. From the 3 elements surveyed, it could be concluded that vendors in Ahmad Yani Park and Gajah Mada Park were not the significant factor increasing the amount of people in parks. The two parks still crowded full of people eventhough in workday just a little vendor in parks. In Sri Deli Park, vendors absolutely increased people in park. The “rujak” vendors truly enliven park because people came to buy “rujak” they spent their time.

Keywords: Town park, Vendor, Location, Type of goods, Stalls and wagon

1. Pendahuluan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kehadiran pedagang kaki lima merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan jumlah pengunjung di taman kota. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya PKL di sekitar taman sehingga dianggap

mengganggu nilai estetika taman padahal pada kenyataannya kehadiran PKL telah membuat taman kota menjadi hidup dan disukai.

(2)

secara signifikan mempengaruhi kualitas taman kota tersebut.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang jenis dagangan yang biasanya muncul di sekitar taman, posisi dan lokasinya terhadap taman (pada pintu masuk, pada pintu keluar, di dalam taman, dsb), desain warung/tenda makanan, bagaimana dagangan tersebut disajikan (lesehan, dengan kursi/bangku, diantar ke taman, dsb), serta konsumen terbesarnya (anak-anak, orang tua, remaja, dsb). Penelitian akan berujung pada panduan

(guideline) desain taman yang akomodatif terhadap keberadaan pedagang kaki lima.

Masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah keberadaan PKL mendorong orang untuk mengunjungi taman kota? 2. Faktor apa saja yang mendorong PKL

muncul di taman kota?

3. Bagaimana hubungan PKL dengan perancangan elemen fisik taman kota?

2. Tinjauan Pustaka

Sektor informal adalah usaha ekonomi yang yang pembentukan dan operasionalnya tidak melalui bentuk-bentuk perizinan/peraturan tertentu. Wujud kegiatan dan fisik serta profesi dari sektor ini beraneka ragam mulai dari usaha transportasi (misalnya tukang ojek, tukang sampan, dan lain-lain), usaha jasa (kuli bangunan, pembantu rumah tangga), usaha dagang (pedagang asongan), dan sebagainya.

Devas dan Rakodi (1992) menulis sektor informal muncul akibat persaingan pasar yang tidak fair dan merata bahkan bersifat kaptalistik. Sektor informal pertama kali didokumentasikan tahun 1970-an dan segera menjadi program di ILO. Awalnya sektor informal dianggap ilegal, berbahaya bagi persaingan bisnis “legal”, tidak baik bagi kesehatan, dsb. Kemudian diyakini bahwa sektor informal memberi sumbangan besar bagi ekonomi kota dan melarangnya adalah ibaratkilling the goose that laying the golden eggs.

2.1 Pengertian Istilah Pedagang Kaki Lima (PKL)

Istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada zaman Hindia Belanda, tepatnya pada saat Gubernur Jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pedagang

informal membuat jarak sejauh 5 kaki atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota (Danisworo, 2000). Peraturan ini diberlakukan untuk melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan kesempatan kepada pedagang informal untuk berdagang. Tempat pedagang informal yang berada 5 kaki dari bangunan formal di pusat kota inilah yang kelak dikenal dengan dengan “kaki lima” dan pedagang yang berjualan pada tempat tersebut dikenal dengan sebutan “pedagang kaki lima” atau PKL.

Pada saat ini istilah PKL bukan lagi ditujukan kepada pedagang informal yang berada 5 kaki dari suatu bangunan formal tetapi telah meluas pengertiannya menjadi istilah untuk menyatakan seluruh pedagang yang berjualan secara informal. Dinas Tata Kota Kodya Bandung (2000) mencatat beberapa ciri umum yang dapat digunakan untuk mendefinisikan keberadaan pedagang kaki lima yaitu:

§ Dilakukan dengan modal kecil oleh masyarakat ekonomi lemah.

§ Biasanya dilakukan perseorangan atau keluarga tanpa suatu kongsi dagang.

§ Selalu berada dekat dengan jalur sirkulasi atau lokasi yang paling sibuk.

§ Menggunakan fasilitas publik sebagai lokasi berjualan seperti trotoar, badan jalan, dan lain-lain.

§ Menggunakan gerobak atau tenda sederhana yang cukup fleksibel untuk dipindah-pindahkan.

2.2 Pedagang Kaki Lima di Taman Kota

Pada awalnya pedagang kaki lima dianggap “merusak” keberadaan taman kota karena dianggap kotor, ilegal, dan memicu timbulnya kriminalitas. Marcus (1992) menulis pada tahun 1960-an di AS muncul pandangan baru terhadap keberadaan pedagang kaki lima. Mulai tahun tersebut pedagang kaki lima disinyalir dapat meningkatkan pengunjung taman, membuat sebuah kawasan menjadi lebih hidup, dan karena menambah ramai bahkan membuat sebuah tempat menjadi lebih aman.

Marcus juga mencatat bahwa pedagang kaki lima yang berhasil menghidupkan kawasan umumnya dikendalikan dengan berbagai peraturan misalnya tentang lokasi, ukuran dan desain gerobak/tenda, jenis mata dagangan yang dijual, dan uang perijinan (permit fees). Desain gerobak/tenda hendaknya:

§ Menambah warna dan vitalitas taman.

§ Menyediakan shelter dan peneduh.

§ Memberi kontras terhadap skala ruang di sekitarnya.

§ Menambah visibility pada pintu masuk.

(3)

2.3 Pengendalian dan Pengaturan Pedagang Kaki Lima

Keberadaan PKL dapat memberikan keuntungan kepada semua pihak yang bersangkutan jika PKL tersebut “dikendalikan”. Daripada berusaha untuk menghapuskan PKL, lebih baik membuat suatu peraturan sebagai kepastian bagi PKL sehingga dapat menjadi potensi yang baik.

Keuntungan dari PKL yang telah “dikendalikan” adalah:

- Keramahtamahan PKL, keunikan dari gerobak dan aktivitas yang ditimbulkan, seperti duduk-duduk sambil belajar, membaca, berbicara dengan teman, berdiskusi dan lain-lain dapat menciptakan suatu suasana dengan karakter yang hidup.

- Dengan pengembangan desain yang tidak mahal, gerobak PKL dapat menjadi warna-warna yang menarik pada areal ruang basis kegiatan dan ruang kegiatan umum.

- PKL juga menarik karena menawarkan pelayanan yang tidak diberikan pada toko-toko atau restoran besar, seperti harga yang lebih murah dan suasana yang lebih terbuka.

- PKL dapat memelihara kawasan di sekitar tempatnya berjualan, memungut sampah, dan melaporkan kerusakan fasilitas-fasilitas umum.

- Mereka memberikan petunjuk jalan bagi orang baru pertama kali datang dan mengawasi keamanan di areal ia berjualan.

- Keberadaan dapat menambah rasa aman bagi pejalan kaki hingga malam hari. - PKL sering kali dapat membangkitkan

aktivitas positif pada suatu daerah yang tidak terpakai dengan baik di mana sering terdapat aktivitas atau kegiatan ilegal.

- PKL juga dapat memberikan kontribusi berupa kutipan sebagai uang pemeliharaan dan berbagai program manajemen lainnya untuk kesinambungan program penataan PKL.

3. Taman Kota di Medan

Taman kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau. Jenis ruang terbuka hijau lainnya adalah jalur hijau di tengah jalan, taman segitiga pengarah jalan (taman rotonde), jalur hijau pada tegangan tinggi

SUTT, jalur hijau sepanjang sungai, dan areal pemakaman atau pekuburan.

Data dari Dinas Pertamanan Kota Medan (1999) menunjukkan terdapat taman kota dan taman segitiga seluas 30,2 hektar yang tersebar di 21 kecamatan. Taman kota dan taman segitiga dilengkapi dengan satu atau banyak elemen pelengkap taman seperti lampu, bangku, patung, tugu, pagar, dan sebagainya. Luas taman sendiri yang hanya 30 hektar berarti baru 0,01% dari luas lahan terbangun (built up area) Medan yang mencapai 30 ribu hektar.

Taman Ahmad Yani

Taman Ahmad Yani terletak di kecamatan Medan Baru di pusat kota Medan berada di antara Jl. Sudirman, Jl. Slamet Ryadi, Jl. Imam Bonjol, dan Jl. Misbah serta RS Elizabeth.

Fungsi-fungsi di sekitar taman adalah permukiman menengah atas, sarana pendidikan, dan fasilitas umum seperti kantor pos, rumah sakit, gereja, dan lain-lain.

Secara umum dapat dikatakan bahwa taman ini cukup teduh. Ini terbukti dengan banyaknya pohon angsana yang rindang dan melingkupi taman, selain pohon jenis cemara, mahoni,felicium, dan lain-lain. Sayangnya di beberapa tempat misalnya di Jl. Sudirman fungsi trotoar/pedestrian karena akar pohon yang besar dan rindang tersebut berada persis di tengah-tengah trotoar.

Di dalam taman terdapat cukup banyak pohon dari jenis palem yang berfungsi sebagai pengarah. Terdapat pula bangku taman yang terbuat dari beton, mainan anak-anak sepeti ayunan, perosotan, jumpat-jampit, gazebo, dan sclupture berbentuk pahlawan revolusi Jenderal Ahmad Yani berwarna putih.

Selain menampung kegiatan rutin olahraga dan rekreasi, taman ini digunakan pula oleh murid-murid yang bersekolah di yayasan pendidikan di sekitar taman untuk melakukan olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, pengunjung dan keluarga pasien RS Elizabeth juga menggunakan taman untuk duduk atau mengobrol.

Gambar 1: PKL di Taman Ahmad Yani

(4)

lain. Salah satu yang cukup berhasil adalah penjualan tanaman hias dan hewan peliharaan. Kegiatan ini berlangsung cukup lama sekitar 1-2 bulan dan berlangsung setiap hari. Beberapa klub fotografi juga memanfaatkan taman untuk tempat bertemu atau berlatih.

Taman Gajah Mada

Taman Gajah Mada terletak di pusat kota dilingkupi Jl. Gajah Mada, Jl. Sei Bekala, Jl. D.I. Panjaitan, dan Jl. Sei Batang Serangan. Kegiatan utama di taman adalah olahraga pagi dan rekreasi terutama untuk anak-anak. Olahraga pagi yang banyak dilakukan di taman ini adalah jogging mengitari taman, basket, badminton, dan aerobik oleh sekelompok ibu-ibu.

Kegiatan olehraga yang cukup menarik adalah pada bulan Ramadan. Usai melaksanakan shalat subuh di Mesjid Muslimun yang terletak persis di sebelah barat taman, jamaah langsung melakukan kegiatan olahraga atau sekedar duduk-duduk di taman tersebut.

Kegiatan ini pada umumnya dilakukan pada hari Minggu pagi dan secara perlahan menyurut menjelang siang. Sore hari, meskipun tidak seramai Minggu pagi, taman ini digunakan pula untuk olahraga dan rekreasi. Kegiatan di luar hari Minggu hanyalah kegiatan duduk-duduk oleh segelintir remaja yang menggunakan taman sebagai tempat berkencan/berpacaran.

Gambar 2: PKL di Taman Gajah Mada

Elemen fiktif taman umumnya relatif tertata dengan baik. Terdapat cukup banyak pohon peneduh dari jenis angsana, juga palem di dalam taman yang berfungsi sebagai pengarah. Bangku taman terbuat dari beton dan tersebar merata di seluruh taman. Pot tanaman dirancang cukup rendah sehingga sesekali dapat digunakan untuk duduk. Beragam lapangan olahraga: voli, badminton, basket, dan jogging track

disediakan di taman ini.

Taman Sri Deli

Taman Sri Deli pada awalnya dinamai dengan nama Taman Tengku Chadijah sesuai dengan nama istri Sultan Amaluddin Seni Perkasa Alamsyah yang menjadi Sultan Deli antara 1924 hingga 1945. Taman ini kemudian mulai terbengkalai dan tidak terawat seiring memudarnya dinasti sultan setelah revolusi sosial tahun 1946. Fokus utama taman ini adalah kolam yang terdapat di tengah-tengah taman. Pergola di sepanjang sisi kolam dirancang sebagai tempat beristirahat keluarga sultan pada sore hari sambil menunggu waktu shalat magrib yang dilakukan di Mesjid Raya di depan taman. Tahun 90-an taman ini digunakan sebagai pusat jajan dengan restoran-restoran kecil yang ditempatkan di sekeliling kolam. Tiap kios menempati ruang sekitar 12 m2 sedangkan kursi dan meja untuk pelanggan disebar merata di sekeliling kolam dan taman.

Sekitar tahun 1995 taman ini dikosongkan kembali karena seorang pengusaha keturunan dari Medan merencanakan membangun hotel di tapak tersebut. Belakangan, karena dianggap tidak menghargai warisan keluarga sultan, kegiatan pembangunan hotel tertunda pelaksanaannya. Taman Sri Deli dibatasi oleh Jl. Mesjid Raya, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Semarang dan Jl. Mahkamah. Terdapat tigaentrance menuju taman yaitu melalui Jl. Sisingamangaraja, Jl. Mesjid Raya, dan pojok (pertemuan antara Jl. Mesjid Raya dan Jl. Mahkamah. Kondisi saat ini menunjukkan hanya

satu entrance dari pojok Jl. Mahkamah dan Jl.

Mesjid Raya dengan lebar jalan sekitar 6,5 meter. Dominasi penggunaan lahan di sekitar taman umumnya adalah kegiatan perdagangan. Di sebelah tenggara taman terdapat pusat perbelanjaan yaitu Yuki Simpang Raya Plaza. Di sebelah selatan taman terdapat Mesjid Raya yang menjadi kebanggaan warga Medan. Mesjid ini merupakan mesjid tertua di kota Medan dan bersama Istana Maimun dan Taman Sri Deli menjadi tiga serangkai monumen kebanggan warga Melayu di Medan. Di sebelah utara taman yaitu Jl. Semarang merupakan ruas jalan yang ramai sepanjang hari selama hampir 24 jam. Kegiatan di kawsan ini adalah pertokoan, perawatan mobil, dan pada malam hari merupakan pusat jajan dan makanan yang hidup sampai pagi.

(5)

Gambar 3: PKL di Taman Sri Deli

4. Lokasi, Mata Dagangan, dan

Desain Gerobak Pedagang

Kaki Lima

Taman Ahmad Yani

Lokasi pedagang kaki lima di Taman Ahmad Yani hanya terkonsentrasi pada satu tempat yaitu pada sisi taman yang berseberangan dengan RS Elizabeth. Hal ini disebabkan karena terdapat cukup banyak orang pada lokasi tersebut yang potensial menjadi konsumen pedagang. Lokasi berjualan di luar taman agak jauh dari pintu masuk.

Khusus penjual bunga hidup yang tidak secara rutin berjualan di taman Ahmad Yani, mengambil lokasi di dalam taman. Meskipun tidak setiap hari diadakan bazaar

penjual bunga, penampilan Taman Ahmad Yani sangat berubah menjadi jauh lebih baik dengan kehadiran penjual bunga tersebut. Lokasi berjualan yang juga diminati pedagang adalah lokasi di depan sekolah Harapan. Pada saat jam masuk dan pulang sekolah, lokasi ini menjadi tempat menjual mainan dan makanan untuk anak-anak termasuk menarik minat penjemput/orangtua. Tetapi lokasi ini tidak digunakan lagi selepas anak-anak sekolah Harapan pulang.

Konsumen terbesar pedagang kaki lima di Taman Ahmad Yani adalah pengunjung RS Elizabeth dan anak sekolah serta orangtua/ penjemput sekolah Harapan yang terdapat di seberang taman.

Desain gerobak atau warung di Taman Ahmad Yani tidak menampakkan kekhususan dibanding gerobak atau warung di tempat lain. Gerobak biasanya merupakan wadah bagi barang dagangan sedangkan untuk kursi dan meja pembeli dibawa terpisah. Gerobak makanan biasanya terbuat dari kayu beroda dua atau tiga yang dapat dipindah-pindahkan.

Cara penyajian makanan dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Pedagang menyediakan meja dan kursi untuk pembeli dan pembeli dapat memesan makanan di tempat itu dan menikmatinya.

2. Pedagang yang tidak menyediakan tempat duduk sehingga pembeli harus makan di taman atau membawanya pulang.

Yang cukup menarik adalah bahwa pengunjung taman Ahmad Yani dapat memesan makanan (misalnya nasi soto) untuk dinikmati di dalam taman sambil mengawasi anak-anak atau sambil ngobrol dengan teman atau kerabat. Pedagang akan membawa pesanan ke dalam taman dan setelah selesai akan membawa kembali piring dan mangkuk bekas makanan tersebut ke warungnya.

Jenis dagangan yang disediakan adalah:

1. Kios kecil non-makanan yaitu kios atau warung kecil atau kereta dorong yang menjual rokok, korek, permen, pulpen, koran, dan lain-lain. 2. Warung minum yang menyajikan segala jenis

minuman panas atau dingin. 3. Warung mi sop atau mi ayam.

4. Penjual bakpao, yaitu makanan roti khas cina yang dalamnya diisi dengan kacang atau daging. Banyak dibeli oleh pengunjung dan keluarga pasien RS Elizabeth.

5. Penjual rujak dan es. 6. Warung.

Gambar 4: Lokasi PKL di Taman Ahmad Yani

Taman Gajah Mada

Lokasi pedagang kaki lima di Taman Gajah Mada:

1. Pada pintu masuk: warung kopi, warung nasi, penjual duku manis, dan warung makanan. 2. Pada pintu keluar: warung minuman.

(6)

4. Pada sisi samping/di seberang taman: kios pisang bakar dan burger, warung mi sop, warung mi ayam, warung bakso, kios kecil, penjual es buah/es teng-teng Jenis dagangan yang terdapat di Taman Gajah Mada antara lain:

1. Penjual duku, biasanya menggunakan gerobak sorong dengan cara penjualan per kilogram. Kadang-kadang selain duku dijual pula buah-buahan lain misalnya rambutan. Sebagian pedagang melengkapi dagangannya dengan air mineral kemasan botol.

2. Penjual pisang bakar dan burger. Selain kedua jenis makanan tersebut dijual pula roti bakar. Umumnya pedagang tidak menyediakan minuman.

3. Warung kopi. Warung ini menjual minuman panas dan dingin dengan bahan dasar teh dan kopi. Makanan pelengkap yang disediakan adalah mie instant

rebus/goreng atau nasi gurih.

4. Warung nasi yang menjual nasi soto, nasi campur, nasi sop, dan nasi kari. Warung nasi umumnya tidak menyediakan minuman khusus kecuali air putih.

5. Warung mi sop dan mi ayam.

6. Warung minuman, tidak menjual makanan apapun melainkan hanya menjual aneka minuman dari buah-buahan ataujuice dan sirup.

7. Warung bakso.

8. Warung jajanan, menjual aneka makanan di luar yang dijual oleh warung nasi misalnya mi (bihun, kwetiaw, dll.) goreng, nasi goreng, pecel, rujak, dll. 9. Penjual es buah/es teng-teng

Lokasi pedagang kaki lima di Taman Gajah Mada tersebar merata di keempat sisi luar taman. Di sisi utara terdapat pedagang kaki lima yang menjual warung makan, warung kopi, dan warung nasi. Pada sisi selatan terdapat pedagang duku dan penjual es kelapa. Pada sisi timur terdapat kios kecil, warung kopi, dan warung nasi. Pada sisi barat terdapat pedagang burger, warung nasi, warung kopi, dan pedagang es. Pada sisi barat inilah paling bayak terdapat pedagang kaki lima. Begitu banyaknya pedagang kaki lima di taman ini sehingga pintu masuk dan keluar taman tidak terlihat dengan jelas. Tidak satu pun pedagang kaki lima berjualan di dalam taman.

Desain gerobak atau tenda pedagang kaki lima di Taman Gajah Mada tidak memiliki kekhususan dibanding gerobak atau tenda di tempat lain. Meskipun demikian, dari segi

penempatannya deretan warung dan gerobak di taman ini reelatif teratur, rapi, dan tertata.

Cara penyajian dagangan, seperti yang terjadi di Taman Ahmad Yani, adalah dengan kursi dan meja pembeli dan tanpa kursi dan meja. Seperti yang terjadi di Taman Ahmad Yani, pengunjung Taman Gajah Mada juga dapat memesan makanan agar diantar oleh pedagang kaki lima ke dalam taman.

Konsumen pedagang kaki lima di Taman Gajah Mada adalah pengunjung taman, tukang beca yang mangkal di sekitar taman, pekerja kantoran di sekitar Jl. Gajah Mada, dan pengendara yang lewat di jalan dekat taman.

Gambar 5: Lokasi PKL di Taman Gajah Mada

Taman Sri Deli

Jenis mata dagangan yang biasa dijual pedagang kaki lima di Taman Sri Deli adalah:

1. Rujak aceh, yaitu campuran berbagai jenis buah dengan bumbu rujak dari bahan kacang tanah dan sedikit pisang mentah yang dihaluskan. Rujak aceh Taman Sri Deli merupakan salah satu rujak khas Medan yang cukup dikenal. 2. Warung minuman: kopi, teh, jus, dan lain-lain. 3. Warung sate padang.

4. Warung kerang rebus.

5. Warung bakso dan soto, termasuk mi sop dan mi ayam.

Posisi dan lokasi pedagang kaki lima menyebar tidak merata. Ada yang terdapat di pintu masuk taman, ada pada sisi timur (belakang) taman, dan sebagian pedagang mengambil lokasi di dalam taman.

(7)

Taman ini sekarang terlihat kurang diperhatikan, karena itu pedagang bebas memilih lokasi berjualan di dalam atau di luar taman tanpa pengawasan dari pemilik taman.

Desain warung atau tenda di taman ini bermacam-macam tanpa keseragaman dan tidak teratur. Tetapi yang paling banyak adalah gerobak sorong rujak uleg/aceh dengan kombinasi kaca dan kayu yang tingginya biasanya lebih rendah dari gerobak pedagang soto atau warungjuice.

Cara penyajian dagangan, seperti yang terjadi di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada, adalah dengan kursi dan meja pembeli atau tanpa kursi dan meja. Seperti yang terjadi di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada, pengunjung Taman Sri Deli juga dapat memesan makanan agar diantar oleh pedagang kaki lima ke dalam taman.

Gambar 6: Lokasi PKL di Taman Sri Deli

Konsumen terbesar pedagang kaki lima di Taman Sri Deli adalah konsumen rujak uleg atau rujak aceh. Mereka biasanya bukan pengunjung taman melainkan konsumen yang lewat dengan kendaraan roda dua atau empat yang khusus datang untuk membeli rujak yang khas ini.

5. Kesimpulan dan Saran

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah pengunjung Taman Ahmad Yani yang meningkat pada waktu-waktu tertentu tidak disebabkan oleh kehadiran pedagang kaki lima di taman tersebut. Kenaikan jumlah pengunjung taman lebih disebabkan oleh fungsi-fungsi di sekitar taman yaitu RS Elizabeth dan sekolah Harapan. Pengunjung taman sebagian besar adalah orang-orang yang berkepentingan dengan RS Elizabeth dan sekolah Harapan dan datang ke taman bukan karena magnet pedagang kaki lima di taman tersebut.

Tetapi sebuah catatan perlu digarisbawahi yaitu pada saat digelar bazaar pedagang bunga hias di Taman Ahmad Yani. Pada event ini dapat disimpulkan bahwa jumlah pengunjung taman meningkat tajam karena terdapat pedagang bunga hias di taman tersebut.

Taman Gajah Mada dapat dikatakan sukses sebagai ruang publik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan dilakukan di taman ini terutama pada hari libur. Pedagang kaki lima tidak memberi pengaruh yang signifikan karena kegiatan di taman tetap hidup meskipun pada hari-hari Senin-Jumat hanya terdapat sedikit pedagang kaki lima di taman. Dengan kata lain, pedagang kaki lima, sebaliknya, menjadi lebih banyak pada hari Sabtu-Minggu karena kehadiran pengunjung taman yang datang untuk berolahraga atau rekreasi ringan bersama keluarga.

Kasus yang berbeda terdapat di Taman Sri Deli. Tanpa kehadiran pedagang rujak di taman tersebut, hampir tidak ada pengunjung datang ke taman. Penjual rujak memberi pengaruh yang signifikan terhadap meningkatnya jumlah pengunjung taman. Yang penting untuk dicermati adalah karena pengunjung yang datang ke taman hanyalah datang untuk membeli rujak dan belum menghabiskan waktu di taman tersebut. Hampir tidak ada pengunjung di taman tersebut pada saat pedagang rujak belum datang ke taman. Jadi untuk Taman Sri Deli dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima menjadi faktor yang signifikan terhadap peningkatan jumlah pengunjung taman.

Daftar Pustaka

Ashihara, Yoshinobu. 1981. The Basic Concept of Exterior Space. VanNostrand Reinhold, New York.

Bentley, Ian; Alcock, Alan; Murrain, Paul; McGlynn, Sue; Smith, Graham. 1985.

Responsive Environment, The Architectural

Press, London.

(8)

Tata Ruang Kota”, Makalah pada

Diskusi Panel Pedagang Kaki Lima,

ITB, Bandung.

Devas, Nick dan Carole Rakodi. 1992.

Managing Fast Growing Cities.

Oxford, Pergamon.

Dinas Tata Kota Kodya Bandung. 2000. “Penanganan Sektor Informal (PKL) dalam Kebijaksanaan Tata Ruang”, Makalah pada Diskusi Panel Pedagang Kaki Lima, ITB, Bandung. Ginting, Salmina W. 2000. “Taman Kota di

Surabaya: Tempat di Tengah Kota yang Berfungsi sebagai Ruang Publik”,

Tesis S-2. ITS. Surabaya.

Marcus, Claire Cooper and Francis, Carolyn. 1998. People Places, Van Nostrand, New York.

Gehl, Jan. 1987. Life Between Buildings,

Van Nostrand Reinhold, New York Project for Public Spaces, Inc. 1984.

Managing Downtown Public Spaces, Planners Press,Chicago.

Sudradjat, Iwan. 1999. “Metodologi Riset Arsitektur”, Hand out ke-7 kuliah AR-501, ITB, Bandung.

Whyte, William H. 1980. The Social Life of

Small Urban Space, The Conservation

Gambar

Gambar 1: PKL di Taman Ahmad Yani
Gambar 2: PKL di Taman Gajah Mada
Gambar 4: Lokasi PKL di Taman Ahmad Yani
Gambar 6: Lokasi PKL di Taman Sri Deli

Referensi

Dokumen terkait

Isi penelitian tersebut membahas mengenai bagaimana tingkat kesadaran pemberian zakat perdagangan, bagaimana gambaran kesejahteraan. masyarakat miskin, adakah dampak

• Aset tetap dengan biaya perolehan Rp 100 000 dan • Aset tetap dengan biaya perolehan Rp 100.000 dan akumulasi penyusutan Rp 55.000 dilakukan revaluasi dan menghasilkan g nilai Rp

Retno Kusuma Astuti, 2017, Pengaruh Bentuk Penampang Spesimen terhadap Hubungan Tegangan dan Regangan pada High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete (HVFA-SCC),

Tujuan ini adalah tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan tertentu, baik berkaitan dengan cita-cita pembangunan suatu bangsa, ataupun bakat kemampuan peserta

Sistem selanjutnya akan meneruskan ke proses eksekusi perintah dengan data audio yang di- sintesa pada proses Speech to Text, nama perilaku robot, dan koordinat posisi yang didapat

Rubik merupakan permainan puzzle mekanik berbentuk kubus yang mempunyai enam warna yang berbeda pada setiap sisinya.. Ditemukan pada tahun 1974 oleh Profesor

The results showed that there is a high significance of positive and negative correlations in skin response to allergens in the same group and with allergens of different

Dalam penelitian ini, yang menjadi fase (A1) atau baseline yaitu adalah kemampuan awal anak kesulitan belajar X dalam kemampuan mengenal konsep angka sebelum menggunakan