• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER DAN KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA

SEKOLAH

(Survei Pada Kepala SD Swasta se-Kecamatan Rawalumbu)

Voullin Hamzah1),Yayat Suharyat2),dan Abd. Jabbar Madjid3)

1)

Alumni Program Studi S2 Manajemen Pendidikan, UnismaBekasi

2)

Pembimbing I, Dosen Program Pascasarjana UnismaBekasi

3)

Pembimbing II, Dosen Program Pascasarjana UnismaBekasi

ABSTRACTThe objective of this research to find out of the relationship visioner leadership

and emotional quotient with decision making og principle’s school. This research is

classified into a correlation research with consist of two independent variable namely visioner leadership and emotional quotient and one independenttt variable namely decision

making.This research was conducted in Elementery School in Distric of Rawalumbu Bekasi,

in 2014 amount of 26 people. The applied research methods are survey method and data analysis technical using the correlation and simple linier regressions as well as correlation and double linier regression test. The research produces three main conclusions namely: First, there is significant correlation betweenvisioner leadership (X1) with decision making

(Y) . Second, there is significant correlation between emotional quotient (X2) with decision

making (Y). Third, there is significant correlation between visioner leadership (X1) and emotional quotient (X2) with decision making (Y) Based on the result above, it could be concluded that decision making could be improved through the visioner leadership and emotional quotient.

Keywords : Visioner Leadership, Emotional Quotient, Decision Making

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepemimpinan relasional relasi dan

kecerdasan emosional dengan sekolah pengambilan keputusan. Penelitian ini tergolong penelitian korelasi dengan terdiri dari dua variabel bebas yaitu kepemimpinan visioner dan kecerdasan emosi dan satu variabel independen yaitu pengambilan keputusan. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar di Kecamatan Rawalumbu Bekasi, tahun 2014 sejumlah 26 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan teknik analisis data menggunakan korelasi dan regresi linier sederhana serta uji korelasi dan regresi linier berganda. Penelitian menghasilkan tiga kesimpulan utama yaitu: Pertama, ada hubungan yang signifikan antara kepemimpian kepemimpinan (X1) dengan pengambilan keputusan (Y). Kedua, ada hubungan yang signifikan antara emotional quotient (X2) dengan pengambilan keputusan (Y). Ketiga, ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan visioner (X1) dan emotional quotient (X2) dengan pengambilan keputusan (Y) Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan visioner dan kecerdasan emosional.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam era desentralisasi, kepala sekolah yang dibutuhkan adalah kepala sekolah yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan berbagai permasalahan yang perwujudannya adalah

ketepatan dalam mengambil keputusan. Karena salah satu tolak ukur untuk mengukur efektifitas kepemimpinan sesorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam suatu organisasi adalah kemampuan dan kemahirannya mengambil keputusan.

Meningkatkan kemampuan membuat keputusan juga akan menambah efektifitas kerja kepala sekolah. Karena membuat keputusan banyak sekali memakan waktu, maka hal ini mendorong mereka berusaha meningkatkan kemampuan agar bisa membuat keputusan yang lebih baik dan dalam waktu yang singkat.

Tetapi dalam kenyataanya banyak kepala sekolah yang belum mengerti dan

memahami cara melakukan pemgambilan keputusan yang efektif dan efesien sesuai dengan informasi yang tersedia dan saran

yang hendak dicapai. Tanpa disadari banyak keputusan dalam arti yang luas adalah ketepatan memilih alternatif dari semua alternatif keputusan dengan menggunkan model dan teknik yang mungkin dipakai serta ketepatan waktu penetapannya.

Ketidaktahuan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan yang bermutu di antaranya karena tidak pernah mendapat latihan tentang teori dan teknik pembuatan keputusan, tidak pernah bekerja sama dengan seseorang yang ahli dan berpengalaman dengan metode-metode pembuatan keputusan dan kesibukkan kerja yang tidak memungkinkan untuk belajar meningkatkan keterampilan dalam membuat keputusan yang bermutu.

Selanjutnya dominasi peran kepala sekolah yang mendominasi dalam pengambilan keputusan masih sangat kuat, secara empirik hal ini dapat diketahui dari visi dan misi sekolah yang disusun oleh kepala sekolah atau guru tertentu yang ditunjuk atau pada proses penyusunan program tahunan sekolah yang belum melalui pengkajian yang melibatkan banyak pihak. Sehingga visi dan misi yang dimiliki

sekolah tidak dapat mengarahkan langkah-langkah kebijakan kepala sekolah pada arah dan tujuan yang benar.

(3)

keputusan karena data-data yang dikelola belum digunakan secara optimal sebagai informasi penunjang pengambilan keputusan. Jika tidak terorganisirnya akses informasi akan menjadi kendala dalam pengambilan keputusan.

Dari latar belakang di atas perlu kiranya dilakukan suatu penelitian secara akurat untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan pengambilan keputusan kepala sekolah.

Deskripsi Teoritis

1. Pengambilan Keputusan Kepala

Sekolah

Pengambilan keputusan menurut Siagian (1985: 196) adalah suatu pendekatan yang istimatis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang di hadapi dan mengambil tindakan yang

menurut perhitungan memerlukan tindakan yang paling tepat. Dari definisi ini terlihat bahwa dalam pengambilan keputusan ini terdapat kerangka dasar dalam pemecahan masalah yang dihadapi sebagai tujuan bersama memilih dan melakukannya.

Pengambilan keputusan merupakan tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara alternatif-alternatif yang

mungkin.Sebagaimana yang dikatakan oleh Salusu (1996: 45) bahwa pengambilan keputusan merupakan proses cara bertindak dalam memilih alternatif memalui metode

yang efisien sesuai dengan situasi.”

Stoner dan Freeman (1991: 248) juga mendefinisikan pengambilan keputusan dengan mengindentifikasikan dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentu atau mengambil

keuntungan dari suatu keputusan (…the

process of identitying and selecting a course of action to solve a specificproblem or take advantage of an opportunity).Pengambilan keputusan dirancang menyangkut keseimbangan biaya dan keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu diperlukan tingkat kecerdasan yang tinggi dalam membuat analisis sehingga diperoleh pengambilan keputusan yang lebih cepat.

Hal senada dikatakan pula oleh

(4)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan kepala sekolah adalah cara kepala sekolah dalam memutuskan suatu masalah dengan memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif dengan melalui tahapan-tahapan tertentu berdasarkan fakta/informasi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan indikator: menetapkan tujuan dan sasaran, identifikasi masalah, mengumpulkan informasi, memilih alternatif terbaik, melaksanakan keputusan, kualitas hasil keputusan dan evaluasi hasil keputusan.

2. Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi

arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Kartanegara, 2003: 268).

Kepemimpinan visioner adalah suatu konsep yang dapat diuraikan terperinci dan dipahami melalui literatur dan teori. Namun arti yang lebih besar dari kepemimpinan adalah tindakan nyata, cara bekerja, dan serangkaian peristiwa. Pada bagian ini, kepemimpinan visioner dapat dilihat kerangka pergerakan, perubahan, dan waktu.

Jelasnya, tindakan kepemimpinan visioner berbeda dari talking atau analyzing hal tersebut, media yang dipergunakan di sini akan menjadi sesuatu yang penting untuk ditulis. Hal ini menjadi penting bagi para pembaca bahwa memadukan apa yang terjadi dalam kenyataan dengan teori haruslah menjadi keharusan, karena kepemimpinan visioner tidak dinilai dari sudut pendekatan teoretis atau ideologi semata.

Harper menyatakan bahwa kepemimpinan menghadapi suatu era perubahan pesat atau "accelerating" perubahan. Karenanya, waktu merupakan faktor penting untuk menjadikan seorang pemimpin visioner. Guna menghadapi perubahan pesat ini dengan baik, pemimpin harus memiliki serangkaian kompetensi yang pokok seperti kemampuan antisipasi, kecepatan, agility dan persepsi.

Antisipasi berarti bahwa kepemimpinan visioner harus secara pro aktif mengamati lingkungan guna menemukan perubahan yang secara negatif maupun positif mempengaruhi organisasi. Pemimimpin harus secara aktif mendukung pekerja untuk bersiap setiap saat menghadapi perubahan pesat lingkungan, dan untuk mempertahankan pemimpin dan para manajer selalu menaruh perhatian atas hal

(5)

innovative” dalam lingkungan yang berubah pesat akan memberikan manfaat bagi organisasi. Sebagai tambahan, praktek menggunakan skenario “what if” menguntungkan bagi para pemimpin. Secara rutin, mempertimbangkan dan mendiskusikan kemungkinan seluruh skenario yang mungkin dapat terjadi pada masa depan,menjaga pemimpin visioner untuk memfokuskan dan menyiapkan beragam kemungkinan. Penciptaan rencana-rencana darurat dapat berguna untuk beberapa skenario.

Kepemimpinan visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus, yaitu:

1) Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan

manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan

guidance, encouragement, and motivation.”

2) Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang

kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan). 3) Seorang pemimpin harus memegang

peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).

4) Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan

"ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan

konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.

(6)

anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Dalam tindakannya seorang pemimpin visioner haruslah menjalankan perannya sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih agar visi organisasi atau institusi dapat dicapai.

3. Kecerdasan Emosional

Istilah “kecerdasan emosional” berasal

dari Emotional Intelligence. Secara umum Intelensi berarti kemampuan untuk berfikir abstrak, menangkap hubungan-hubungan dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang situasi-situasi baru. (Munandar, 1992: 19)

Sedangkan emosi mempunyai akar kata movere dalam bahasa latin yang artinya

“menggerakkan” Secara harfiyah berarti

yang menggerakkan manusia meraih

sasaran, emosi menandai bahan bakar untuk motivasi kita, motivasi kita pada gilirannya menggerakkan persepsi dan membentuk tindakan-tindakan kita. (Goleman, 1999: 170)

Kecerdasan emosional diartikan oleh Goleman (1999: 34) sebagai kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri dan tahan menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, mengatur keadaan jiwa

dari area kemampuan berfikir, empati dan harapan-harapan.

Dari uraian ini terlihat bahwa emosiitu sangat dekat berhubungan dengan motif kehidupan manusia karena tingkat kepuasan atau ketidakpuasan manusia akan membutuhkan suatu hal tertentu menghasilkan reaksi emosi.

Menurut Cooper dan Sawafkecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi dan pengaruh yang manusiawi.

Kecerdasan emosional menurut pemilikan perasaan, untuk belajar mengikuti, menghargai perasaan pada diri dan orang lain, serta menerapkan energy emosi tersebut dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Kepala sekolah sebagai pemimpin perlu mempelajari secara

teoritis tentang kecerdasan emosional, agar memahami dan diharapkan mampu mengimplementasikannya dalam berperilaku.

(7)

terbuka dan jujur, e) kerja sama dan hubungan saling mempercayai, f) loyalitas konsumen dan g) kreativitas dan inovasi.

Sedangkan kecerdasan emosional menurut Shapiro (2001: 8) adalah sebagai himpunan bagian dari kecerdasan social yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi yang baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, untuk membedakan antara mereka, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.

Stein dan Book (1999: 31)

menambahkan bahwa:“kecerdasan

emosional biasanya kita sebut sebagai

“street smarts (pintar)”, atau kemampuan khusus yang kita sebut “akal sehat” terkait

dengan kemampuan membaca linngkungan politik dan social dan menatanya kembali, kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain,

kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya didambakan orang lain”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kepekaan emosi sebagai sumber energy dan sebagai kemampuan intelektual yang mendorong dalam kehidupan.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Survei pada umumnya dilakukan untuk mencari informasi yang jelas secara empirik dan akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara Peran

Kepemmpinan Visioner dengan Kemampuan Pengambilan Keputusan

Penetahuan diperlukan manuasia untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Berkembangnya kebutuhan, masalah dan hal-hal lain yang dihadapi setiap hari oleh seseorang, menyebabkan

(8)

Kememimpinan yang visioner dari seorang kepala sekolah sangat membantu sekali dalam proses pengelolaan sekolah, baik yang bersifat admistrasi maupun pengelolaan yang bersifat operasional dalam pendidikan. Pola kepemimpinan visioner yang ditunjukan seorang kepala sekolah memberi arti pada kerja dan usaha yang diperlukan bersama-sama oleh para guru dan karyawan dengan cara memberikan arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas.

Mampu atau tidaknya seorang kepala sekolah dalam memajukan sekolahnya serta melaksanakan program yang baik, tergantung pada sejauh mana kepala sekolah memahami visi dan mencari terobosan baru dalam mencapai visi tersebut secara efisien dan efektif serta mengkombinasikannya dengan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia untuk mencapai keberhasilan

sekolah. Lebih lanjut sekolah adalah suatu organisasi (lembaga) yang melibatkan sekelompok orang dalam mencapai tujuan bersama.Oleh karena itu untuk menata lembaga tersebut secara maksimal, perlu mengadakan suatu perencanaan yang baik, penyedian sarana dan prasarana yang memadai, pengorganisasian yang rapi, dan pengawasan yang efektif.

Apabila diperhatikan secara mendalam hal tersebut diatas, maka akan terlihat letak

pentingnya posisi dan peranan seorang pemimpin. Jadi kepemimpinan dan pelaksanaan tugas kepala sekolah akan sangat menentukan kualitas lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Dalam perannya kepala sekolah sebagai pemimpin organiasasi dan sebagai titik sentral penggerak kehidupan sekolah dituntut agar memiliki kepedulian kepada guru, staf dan siswa serta memahami benar fungsi dan tugasnya untuk keberhasilan organisasi sekolah yang dikelolanya. Dari sudut kepemimpinan tersebut, tolok ukur keberhasilan sekolah terletak pada bagaimana kepala sekolah mengambil keputusan dalam menentukan titik pusat kebijakan dan irama organisasi sekolah yang dipimpinnya.

Ketepatan pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam menjalankan

(9)

mencapai visi yang telah ditentukan dengan langkah-langkah yang efektif dan efisien.

Berdasarkan analisa diatas, diduga terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner dengan pengambilan keputusan kepala sekolah.Dengan perkataan lain makin tinggi kemampuan kepala sekolah dalam menjabarkan visi dalam bentuk kerja, maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah.

2. Hubungan antara Kecerdasan

Emosional dengan Kemampuan

Pengambilan Keputusan

Kecerdasan emosional menggambarkan tingkat kematangan dan perasaan yang mempengaruhi emosi seseorangdalam mewujudkan perilaku. Kecerdasan emosional terwujud dalam kemampuan dalam mengendalikan diri untuk mencapai keberhasilan, mengendalikan emosi, menunda kepuasan, dan mengatur keadaan

jiwa. Kecerdasan emosional memiliki daya adaptasi dalam semua aspek kegiatan. Kecerdasan emosional yang dimiliki, seorang kepala sekolah dapt memahami kemampuan akan dirinya sehingga dapat diandalkan untuk menuntun dalam pengambilan keputusan yang baik.

Selain itu pentingnya kepala sekolah memiliki kecerdasan emosional berdampak baik bagi seluruh personil sekolah yang dipimpinnya. Karena dengan demikian

seorang kepala sekolah dapat menyadari perasaan diri sendiri ketika bertindak, menyadari dan empati dengan perasaan guru, pegawai dan siswa, tetap optimis dalam menghadapi rintangan, tidak takut gagal dalam mengambil keputusan serta dapat berinteraksi dengan rekan sesame kepala sekolah.

Berdasarkan uraian diatas dapat diduga terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan. Dengan kata lain makin tinggi kecerdasan emosional maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah.

3. Hubungan antara Kepemimpinan Visioner dan Kecerdasan Eemosional

Secara Bersama-sama dengan

Kemampuan Pengambilan Keputusan Peran pemimpin visioner yang meliputi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatihdiharapkan dapat menentukan sasaran dan merumuskannya, mengatur struktur organisasi, melatih dan memberi memotivasi bawahannya serta memantau atau mengoreksi kegiatan yang menyimpang. Dengan demikian peran kepemimpin visioner yang dimiliki

kepala sekolah, akan mempermudah proses identifikasi, menganalisis dan merumuskan

pengambilan keputusan serta untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan pengambilan keputusan kepala sekolah.

(10)

disebabkan oleh ketidakmampuannya memahami diri sendiri, kurang perhatian terhadap orang lain dan kurang control diri. Dengan kecerdasan emosional yang dimilikinya, diyakini kepala sekolah dapat merasakan, memahami, mengendalikan dan secara efektif mengaplikasikannya dalam lingkungan organisasi sekolah secara lebih mendalam dan utuh. Jadi bila dua hal ini, yaitu kepemimpinan visioner dan kecerdasan emosional telah dimiliki maka dimungkinkan kepala sekolah akan mudah dalam pengambilan keputusan dengan tepat. Dengan demikian diduga terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner dan kecerdasan emosional secara bersama-sama dengan pengambilan keputusan. Dengan kata lain makin tinggi kepemimpinan visioner dan makin tingginya kecerdasan emosional yang dimiliki oleh kepala sekolah maka makin tepat

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner dengan pengambilan keputusan. Dengan kata lain peran pemimpin yang visioner sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan kepala sekolah.

2. Terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan

kemampuan pengambilan keputusan. Dengan kata lain makin tinggi kecerdasan emosional maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah. 3. Terdapat hubungan positif antara

kepemimpinan visioner dan kecerdasan emosional secara bersama-sama dengan pengambilan keputusan. Dengan kata lain makin tinggi kepemimpinan visioner dan makin tinggi kecerdasan emosional maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah.

Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Swasta se-Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi. Penelitian dilaksanakan bulan April sampai dengan bulan Juni 2014.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah Dasar Swasta di wilayah Kecamatan Rawalumbu Kota

(11)

HASIL PENELITIAN

1. Pengambilan Keputusan

Variabel pengambilan keputusan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk angket yang terdiri dari 34 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan memiliki skala skor (rating scale) 1 sampai 4. Dengan demikian, rentang skor teoretis pengambilan keputusan berkisar

antara 34 sampai 136.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Skor Pengambilan

Keputusan (Y)

2. Kepemimpinan Visioner

Variabel kepemimpinan visioner dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

instrumen penelitian yang terdiri dari 27 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan memiliki skor 1 sampai dengan 4. Dengan demikian rentang skor teoretis kepemimpinan visioner berkisar antara 27 sampai 108.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Visioner (X1)

3. Kecerdasan Emosional

Variabel kecerdasan emosional dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari 31 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan memiliki skor 1 sampai 4. Dengan demikian rentang skor teoritis untuk variabel tersebut berkisar antara 31 sampai 124

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Emosional (X2)

Pengujian Persyaratan Analisis

Tabel 4

Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data

Absolut Relatif (%) Kumulatif (%)

Absolut Relatif (%) Kumulatif (%)

No Variabel Statistik Pengujian Kesimpulan Lhitung Ltabel (=0,05)

1 Y 0,110 0,174 Normal 2 X1 0,096 0,174 Normal

(12)

6 111 – 116 3 11,54 100,0 0 Total 26 100,00

Berdasarkan hasil perhitungan seperti tercantum dalam tabel di atas, diperoleh Lhitung untuk pengambilan keputusan (Y) sebesar 0,110, Lhitung untuk kepemimpinan visioner (X1) sebesar 0,096, dan Lhitung untuk kecerdasan emosional (X2) sebesar 0,135. Ketiga nilai Lhitung tersebut dinyatakan lebih

kecil dibandingkan Ltabel = 0,174 pada  =

0,05. Dengan demikian, H0 yang dinyatakan bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal diterima dan H1

menyatakan bahwa data diambil dari populasi yang tidak berdistribusi normal

ditolak.

Tabel 5

Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Varians

Kelompok Skor Y atas Xi

No Varians 2 Nilai Pengujian Kesimpulan

hit 2tab (=0,05)

1 Y atas X1 12,159 12,592 Homogen

2 Y atas X2 10,512 12,592 Homogen

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperlihatkan dalam tabel di atas, diperoleh

nilai statistik 2 hasil perhitungan untuk

varians skor Y atas X1 adalah 12,159 lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai statistik 2

dapat disimpulkan bahwa untuk kedua pengujian homogenitas tersebut, hipotesis yang menyatakan kelompok skor variabel Y memiliki varians yang homogen (H0) diterima, artinya skor variabel Y yang dikelompokkan berdasarkan nilai X yang sama memiliki varians yang homogen.

2. PENGUJIAN HIPOTESIS DAN

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Kepemimpinan

Visioner dengan Pengambilan

Keputusan

Tabel 6

Tabel ANAVA untuk Pengujian Signifikansi dan Linearitas Regresi Yˆ= 4,901 + 1,203X1

RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat JK : Jumlah Kuadrat

(13)

Fhitung sebesar 10,306 yang lebih besar

daripada Ftabel7,77 pada  = 0,01. Hal ini

berarti regresi sangat signifikan. Hasil pengujian linearitas regresi memperlihatkan Fhitung pada baris tuna cocok sebesar 2,072 yang lebih kecil daripada Ftabel = 2,76 pada  = 0,05. Dengan demikian, dapat

dinyatakan bahwa persamaan regresi tersebut linear.

Interpretasi dari model persamaan

regresi Yˆ= 4,901 + 1,203X1 adalah setiap perubahan skor kepemimpinan visioner sebesar satu unit, pengambilan keputusan akan meningkat sebesar 1,203 unit pada arah yang sama dengan konstanta 4,901. Sebagai contoh, apabila skor kepemimpinan visioner X = 50 maka skor pengambilan keputusan dapat diprediksikan dengan menggunakan model

persamaan regresi linear yaitu sebesar Yˆ= 4,901 + 1,203 (50) = 65,051.

Tabel 7

Koefisien Korelasi antara Kepemimpinan

Visioner

dan Pengambilan Keputusan

Keterangan :

*) : Koefisien korelasi sangat signifikan

(thitung 3,210 > ttabel2,49) pada  = 0,01

Hasil perhitungan yang dirangkum dalam tabel di atas memperlihatkan kadar hubungan antara kepemimpinan visioner dengan pengambilan keputusan sebesar 0,548. Hasil pengujian signifikansi (uji-t) terhadap nilai r menunjukkan bahwa

koefisien korelasi sangat signifikan pada  =

0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner dengan pengambilan keputusan

“diterima”. Kesimpulan tersebut

menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemimpinan visioner maka makin tepat

pengambilan keputusan kepala sekolah. Tafsiran lain dari nilai r dapat dijelaskan

dengan nilai koefisien determinasi yang besarnya sama dengan r2 dinyatakan dalam persen. Koefisien determinasi 0,300 menunjukkan bahwa 30,0% variasi yang terjadi dalam pengambilan keputusan dapat dijelaskan oleh kepemimpinan visioner.

2. Hubungan Kecerdasan Emosional

dengan Pengambilan Keputusan

Tabel 8

Tabel ANAVA untuk Pengujian

Signifikansi dan Linearitas

N

Koefisien Uji Signifikansi

ry1 ry12 t hitung

t tabel

(=0,05)

t tabel

(=0,01)

(14)

Regresi Yˆ= 56,947 + 0,523X2

RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat JK : Jumlah Kuadrat

Berdasarkan hasil pengujian yang diperlihatkan dengan menggunakan tabel ANAVA diperoleh Fhitung pada baris regresi sebesar 8,458 yang lebih besar daripada

Ftabel = 7,77 pada  = 0,01. Berdasarkan

kriteria pengujian dapat dinyatakan bahwa model persamaan regresi yang menunjukkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan yang signifikan. Hasil pengujian linearitas regresi dengan menggunakan Fhitung pada baris tuna

cocok diperoleh sebesar 1,349 yang lebih

kecil daripada Ftabel yaitu 2,76 pada  =

0,05. Sesuai dengan kriteria pengujian dapat dinyatakan bahwa persamaan regresi tersebut linear.

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi dan linearitas di atas, maka persamaan regresi dapat digunakan sebagai model yang memperlihatkan bentuk hubungan antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan. Interpretasi

dari model persamaan regresi Yˆ= 56,947 + 0,523X2adalah apabila variabel kecerdasan

emosional (X2) dan pengambilan keputusan

(Y) diukur dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka setiap

perubahan skor kecerdasan emosional sebesar satu unit, pengambilan keputusan

yang akan meningkat sebesar 0,523 unit pada arah yang sama dengan konstanta 56,947. Sebagai contoh jika skor kecerdasan emosional X =

50 maka skor pengambilan keputusan dapat diprediksikan dengan menggunakan model persamaan regresi linear yaitu sebesar

Yˆ= 56,947 + 0,523(50)= 83,097.

Tabel 9

Koefisien Korelasi antara Kecerdasan Emosional

dan Pengambilan Keputusan

n

(15)

Keterangan :

*) : Koefisien korelasi sangat signifikan

(thitung2,908> ttabel2,49) pada  = 0,01

Berdasarkan hasil perhitungan yang dirangkum dalam tabel di atas koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan sebesar 0,510. Hasil pengujian signifikansi (uji-t) menunjukkan bahwa koefisien korelasi

signifikan pada  = 0,01. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusanditerima. Makin tinggi kecerdasan emosionalyang dimiliki oleh kepala sekolah maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah. Tafsiran lain dari nilai r dapat dijelaskan

dengan koefisien determinasi yang besarnya sama dengan r2 dinyatakan dalam persen. Koefisien determinasi 0,261 menunjukkan bahwa 26,1% variasi yang terjadi dalam pengambilan keputusan dapat dijelaskan oleh kecerdasan emosional.

3. Hubungan antara Kepemimpinan

Visioner dan Kecerdasan

Emosionalsecara Bersama-sama dengan Pengambilan Keputusan

Tabel 10

Tabel ANAVA untuk Pengujian Signifikansi Regresi Ganda Yˆ= -1,114 + 0,878X1 + 0,341X2

Keterangan :

*) : Regresi sangat signifikan (Fhitung =

7,320 > Ftabel = 5,66) pada  = 0,01

dk : derajat kebebasan

RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat JK : Jumlah Kuadrat

Pengujian signifikansi model regresi ganda berdasarkan tabel Anava diperoleh nilai statistik Fhitung sebesar 7,320 lebih besar

dibandingkan dengan nilai Ftabel5,66 pada 

= 0,01. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa model regresi sangat signifikan. Interpretasi dari model

persamaan dan regresi Yˆ= -1,114 + 0,878X1 + 0,341X2 adalah apabila kepemimpinan visioner (X1), kecerdasan emosional (X2), dan pengambilan keputusan (Y) diukur dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka pengambilan keputusan dapat diprediksikan dengan menggunakan persamaan regresi

tersebut. Sebagai contoh jika skor kepemimpinan visioner X1 = 50, kecerdasan

emosional X2 = 50, maka prediksi skor pengambilan keputusan dengan menggunakan persamaan tersebut di atas

adalah Yˆ= -1,114 + 0,878(50) + 0,341(50) = 59,836

Tabel 11

(16)

Secara Bersama-sama dengan Y

N

Koefisien Uji Signifikansi

Ry.12 Ry.122 Fhit (0,05) Ftab (=0,05)

Ftab

(=0,01 )

26 0,62

4 0,389 7,320* 3,42 5,66

Keterangan :

*) : Koefisien korelasi ganda sangat signifikan

(Fhitung7,320>Ftabel5,66) pada  = 0,01

Berdasarkan hasil perhitungan yang dirangkum dalam tabel di atas dapat dinyatakan bahwa kadar hubungan antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y adalah sebesar 7,320. Hasil pengujian signifikansi (uji-F) terhadap nilai R menunjukkan bahwa koefisien

korelasi sangat signifikan pada  = 0,01.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner (X1) dan kecerdasan emosional (X2) secara

bersama-sama dengan pengambilan keputusan (Y) diterima. Makin baik

kepemimpinan visioner dan tingginya kecerdasan emosional maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah.

Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi R = 0,624. Koefisien determinasi R2 = 0,389 menunjukkan bahwa 38,9% variasi yang terjadi dalam pengambilan keputusan dapat dijelaskan oleh kepemimpinan visioner (X1) dan kecerdasan emosional (X2) secara

bersama-sama melalui persamaan regresi Yˆ

= -1,114 + 0,878X1 + 0,341X2.

DAFTAR PUSTAKA

Cook, Steve dan Nigel Slack, (1991), Making Management Decision, New York: Prentice Hall.

Cooper, Robert K. Dan Ayman Sawaf, (2002), Kecerdasan Emosional dalam

Kepemimpinan dan Organisasi, Terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Cooper, Robert K. Dan Ayman Sawaf, (2002), Kecerdasan Emosional dalam

Kepemimpinan dan Organisasi, Terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel, (1999), Kecerdasan

Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

J. Salusu, (1996), Pengambil Keputusan Stratejik untuk Organisasi Nonprofit, Jakarta: Garsindo.

(17)

Munandar, S.C Utami, (1992),

Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Siagian, S.P., (1997), Teori dan Praktek

Pengambilan Keputusan, Jakrta: PT Toko Gunung Agung.

Stoner, James A.F., (1982), Management, New York: Practice Hall International, Inc.

Gambar

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan
Tabel ANAVA untuk Pengujian
Tabel 9 signifikansi dan linearitas di atas, maka Koefisien Korelasi antara Kecerdasan

Referensi

Dokumen terkait

kasus : Adanya kerusakan pada roda gigi-pinyon pompa tarum timur unit 6, Informasi dilapangan yang telah dikumpulkan diantaranya : Bahan, Gambar, Posisi Kerusakan, Buku

Karena wilayah kerja Gemeente Kediri yang begitu kecil dan tugasnya sangat terbatas oleh pemerintah Jepang daerahnya diperluas menjadi daerah kota sekarang daerah Kediri

Pengobatan Penyakit Wasir Tanpa Operasi yaitu menggunakan obat herbal yang secara khusus di formulasikan untuk menangani penyakit wasir atau ambeien.. Obat herbal ambejoss

Abstract: this study discussed the purpose of political education for the Regional Leadership Council of the Indonesian Democratic Party of struggle in West Java Province, the

informacijos, leidþianèios nustatyti liudytojà, atskleidimas paskutiniuose (ámanomuose) baudþiamojo proceso eta- puose (veiksmuose) ir/arba atskleidimas tik tam tikrø duomenø

[r]

Penelitian dengan judul “Faktor – Faktor Yang Berperanan Dalam Meningkatkan Performance Karyawan Pada Harian Surya Jember” oleh Faozen jurusan Manajemen

Pemohon yang Pemohonannya dilolak dapal me.gajukan gugalan k€ Penqadilm Niaga dalan waklo paling lama 3 (tiga) bulan lefiilung selak langgal penqniman pembeilahuan