MODEL PENDIDIKAN KADER IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
(Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat-syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Disusun Oleh :
Beti Ernawati NIM: G000100051 NIRM: 10/X/02.2.1/T/5589
FAKULTAS AGAMA ISLAM
ABSTRAK
MODEL PENDIDIKAN KADER IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2014)
Pendidikan kader adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk me-revitalisasi kader yang dimilikinya dan diharapkan mampu meneruskan jalan roda organisasi dalam mencapai suatu tujuan. Pendidikan kader sangatlah penting bagi sebuiah organisasi, karena dengan adanya pendidikan kader maka sebuah organisasi memiliki aktivis yang mengembangkan organisasi tersebut. Oleh karena itu, bagaimana model pendidikan kader dapat dilihat dari materi dan metode yang diterapkan di IPM SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui model pendidikan kader IPM SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan keilmuan mengenai perkaderan pada umumnya dan perkaderan Muhammadiyah pada khususnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pendidikan kader yang ada di IPM SMP Muhammadiyah 8 Surakarta adalah pendikan kader formal dan non-formal. Pendidikan kader formal di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta yang terlaksana baru pada jenjang Pengkaderan Formal Utama yaitu Pelatihan Kader Taruna Melati 1. Sedangkan pendidikan kader non formal yaitu Sekolah Kader (SEKAD).
Materi pendidikan kader formal Pelatihan Taruna Melati 1 adalah ke-IPMan, keIslaman, kemuhammadiyahan, kepemimpinan dan paradigma kritis. Sedangkan dalam pendidikan kader non formal Sekolah Kader (SEKAD) materi yang disampaikan adalah mengulas materi yang pernah disampaikan dalam Pelatihan Kader Taruna Melati 1.
Metode yang digunakan dalam Dalam pendidikan kader formal Pelatihan Taruna Melati 1 metode yang digunakan yaitu pemanasan, ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus, curah pendapat (Brainstorming) dan ice breaker.Sedangkan alam pendidikan kader non formal Sekolah Kader (SEKAD) metode yang digunakan adalah metode ceramah.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah adalah
Gerakan Islam dan dakwah amar
ma’ruf nahi mungkar, beraqidah
Islam dan bersumber pada al-Qur’an
dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja
untuk terwujudnya masyarakat utama,
adil, makmur yang diridhai Allah
SWT, untuk melaksanakan fungsi dan
misi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi.1
Namun berbagai kesempatan,
akhir-akhir ini sering dilansir bahwa
perkembangan Muhammadiyah yang
amat pesat di bidang organisasi tidak
diimbangi oleh jumlah dan mutu
kader yang dihasilkan. Banyak kader
Muhammadiyah yang berganti
rumah dan meninggalkan baju
Muhammadiyah serta masuk ke
rumah dan menggunakan baju orang
lain. Tentu problem ini menunjukkan
adanya indikasi atas kegagagalan
Muhammadiyah dalam melakukan
1
Haedar Nashir, Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah (Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2007), hlm. 110.
pendidikan dan pembinaan kader
selama ini.2
Muhammadiyah memerlukan
aktivis yang berjuang menegakkan
Islam secara berkesinambungan,
patah tumbuh hilang berganti.
Karena itu, pembinaan kader di
dalam Muhammadiyah dilaksanakan
antara lain melalui sekolah dan
perguruan tinggi di lingkungan
Muhammadiyah. Salah satunya
melalui pembinaan angkatan muda
seperti, Ikatan Pelajar
Muhammadiyah selanjutnya disebut
IPM.
Layaknya sebuah organisasi
kondisi perkaderan yang terjadi di
Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta
mengalami pasang surut. Apakah hal
tersebut disebabkan karena model
perkaderannya yang kurang efektif
atau karena adanya faktor lainnya.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka dilakukan penelitian
ini dengan judul “Model Pendidikan
Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(Studi Kasus di SMP
2Deni al Asy’ari,
2
Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun
2014).
Rumusan Masalah
Bagaimana model pendidikan kader
Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada,
maka tujuan penelitian ini adalah
untuk :
Mengetahui model pendidikan kader
Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Manfaat teoritis: Menambah
wawasan keilmuan mengenai
perkaderan pada umumnya dan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta pada
khususnya.
Manfaat praktis: 1) Bahan masukan
bagi persyarikatan Muhammadiyah
pada umumnya dan Ikatan Pelajar
Muhammadiyah SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta pada
khususnya. 2) Bahan pertimbangan
untuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah
SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
dalam menciptakan kader yang
mempunyai kemampuan intelektual
yang memadai dan religius.
LANDASAN TEORI Tinjuan Pustaka
1. Penelitian yang dilakukan oleh
Suratman (UMS, 2009)3 , dengan
judul “ Pendidikan Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Studi Kasus di IMM Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Periode 2007-2008”.
2. Penelitian yang dilakukan oleh
Edi Rukman (UMS, 2012)4
dengan judul “Pendidikan Kader
Muhammadiyah (Studi Empiris di
Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Surakarta). 3. Penelitian yang dilakukan oleh
Ma’unah Wahyu Hidayati (UNY,
3
Suratman, Pendidikan Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Studi Kasus di
IMM Komisariat Muhammad Abduh
Fakultas Agama Islam Universita s
Muhammadiyah Surakarta Periode
2007-2008), (Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009).
4 Edi Rukman, Pendidikan Kader
Muhammadiyah (Studi Empiris di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
2001)5 dengan judul “Peran
Muhammadiyah Dalam Pengembangan Masyarakat Melalui Pendidikan (Studi Terhadap Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
Yogyakarta”.
4. Penelitian yang dilakukan oleh
Siti Sulastri (UNY, 2000)6 dengan
judul “Peran Madrasah
Mu’allimat Muhammadiyah
Yogyakarta Dalam Bidang
Pendidikan dan Dakwah”.
Tinjauan Teoritik
1. Penegasan Arti Judul
a. Model
Model adalah
visualisasi atau kontruksi
konkret dari suatu konsep
yang akan dibangun atau
dikembangkan sesuai tujuan
5 Ma’unah Wahyu Hidayati, Peran
Muhammadiyah Dalam Pengembangan
Masyarakat Melalui Pendidikan (Studi Terhadap Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Yogyakarta),
(Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2001).
6 Siti Sulastri, Peran Madrasah
Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta Dalam Bidang Pendidikan dan Dakwah ( Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2000).
atau sasaran yang telah
ditetapkan.7
Adapun yang
dimaksud dengan model di
sini adalah model
pendidikan kader IPM yang
terdapat dalam sistem
perkaderan.
b. Pendidikan Kader
Pendidikan kader
terdiri dari dua kata yaitu
pendidikan dan kader.
Adapun Pendidikan
menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan
Nasional (UU sisdiknas)
Nomor 20 Tahun 2003,
pada Pasal 1 ayat (1)
disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana
belajar dan proses
pembelajaran agar anak
didik secara aktif
mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual
7
Nana Rukmana , Strategi
4
keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan
Negara.8
Kader adalah anggota inti
yang menjadi bagian terpilih
dalam lingkup dan lingkungan
pimpinan serta mendampingi di
sekitar pemimpin. Kader bisa
berarti pula sebagai jantung
suatu organisasi. Jika kader
dalam sebuah kepemimpinan
lemah, maka seluruh kekuatan
kepemimpinan juga akan
lemah. Berpijak dari pengertian
pendidikan dan kader di atas
dapat diketahui bahwa
pendidikan kader adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh
sebuah organisasi untuk
me-revitalisasi kader yang
dimilikinya dan diharapkan
mampu meneruskan jalan roda
organisasi dalam mencapai
suatu tujuan.
c. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
8 Agus Wibowo, Pendidikan
Karakter Berbasis Sastra (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 3.
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) berdiri
pada tanggal 18 Juli 1961.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
lahir bertujuan sebagai usaha:
“Terbentuknya remaja muslim
yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.”9
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah merupakan
wadah aktualisasi bagi
kader-kader Muhammadiyah yang
berusia remaja atau usia
sekolah dari kader-kader
Muhammadiyah masuk dalam
organisasi otonom dengan
harapan bisa menjadi penerus
gerakan Muhammadiyah.10
Adapun Ikatan Pelajar
Muhammadiyah yang
dimaksudkan di sini adalah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
di SMP Muhammadiyah 8
Surakarta.
9
Mu’arif dkk, Bermuhammadiyah Secara Kultural ( Yogyakarta: Surya Sarana Utama Devisi Grafika, 2004), hlm 37-38.
2. Model Pendidikan Kader
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Model pendidikan kader
IPM terdapat dalam sistem
perkaderan. Sistem perkaderan
tersebut merupakan acuan
utama dalam pelaksanaan
pendidikan kader pada IPM,
sehingga proses pencapaian
tujuan IPM, yaitu
“Terbentuknya remaja muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dalam rangka mencapai Muhammadiyah11 dapat terlaksana dengan baik. Dalam
sistem perkaderan IPM
pendidikan kader ada yang
bersifat formal dan non
formal.12
a. Pendidikan kader formal
Pendidikan kader
formal yaitu usaha kaderisasi
yang dilaksanakan oleh IPM
dalam bentuk pendidikan,
pelatihan dan pendampingan
yang diselenggarakan secara
11 Ibid
12
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.2.
terprogram, terpadu, terarah
dan bertujuan untuk mencapai
tujuan perkaderan IPM.13
Perkaderan formal dalam
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
memiliki komponen sebagai
berikut:
1) Pengkaderan Formal Utama,
disebut Pelatihan Kader Taruna
Melati (TM), yaitu meliputi:
a) Pelatihan Kader Taruna
Melati I (TM I)
(1) Materi
al-Islam,
Kemuhammadiyahan,
ke-IPM-an, psikologi remaja
(aspek hati nurani), sosial
masyarakat, dan muatan
lokal.14
(2) Metode
pemanasan, ceramah dan
tanya jawab, diskusi
kelompok, bermain peran
(role play), simulasi (simulation), diskusi pleno, studi kasus, curah
pendapat
13 Pimpinan Pusat Remaja
Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.6.
14
6
(brainstorming), ice breaker dan praktek lapangan.15
(3) Pelaksanaan
Pelatihan Kader Taruna
Melati I dilaksanakan di
daerah Ranting, Desa atau
Kecamatan. Pemilihan
lokasi atau tempat pelatihan
mempertimbangkan fasilitas
yang memumgkinkan untuk
proses latihan. Pelatihan
berlangsung selama 5 hari
terdiri dari kegiatan :
(a) Perjalanan datang dan
pulang.
(b) Pembukaan dan
penutupan.
(c) Belajar dan berlatih. 16
b) Pelatihan Kader Taruna
Melati II (TM II)
(1) Materi
al-Islam,
kemuhammadiyahan,
ke-IPM-an, komunikasi
efektif, sosial
masyarakat,
15
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 27-28.
16
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 29.
kepemimpinan dan
muatan lokal.17
(2) Metode
pemanasan, ceramah dan
tanya jawab, diskusi
kelompok, bermain peran
(role play), simulasi (simulation), diskusi pleno, studi kasus (case study),
curah pendapat (
brainstorming), ice breaker
dan praktek lapangan. 18
(3) Pelaksanaan
Pelatihan Kader Taruna
Melati II dilaksanakan di
tingkat Daerah. Pemilihan
lokasi atau tempat pelatihan
mempertimbangkan fasilitas
yang memungkinkan untuk
proses pelatihan. Pelatihan
berlangsung selama 7 hari
terdiri dari kegiatan:
(a)Perjalanan datang dan
pulang.
(b)Pembukaan dan
penutupan.
17
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 61.
18
(c)Belajar dan berlatih. 19
c) Pelatihan Kader Taruna
Melati III (TM III)
(1) Materi
al-Islam,
kemuhammadiyahan,
ke-IPM-an, filsafat dan
logika,
ideologi-ideologi sosial,
metodologi analisis
sosial, praktek sosial
dan muatan lokal.20
(2) Metode
pemanasan, ceramah
dan tanya jawab,
diskusi kelompok,
bermain peran (role play), simulasi (simulation), diskusi pleno, studi kasus (case study), curah pendapat (brainstorming), ice breaker dan praktek lapangan.21
(3) Pelaksanaan
19
PimpinanPusat Ikatan Remaja
Muhammadiyah , Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 67.
20
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm. 99.
21
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.103-104.
Pelatihan Kader Taruna
Melati III dilaksanakan di
tingkat wilayah, yaitu di
daerah kabupaten/kota
atau ibukota propinsi.
Pemilihan lokasi/tempat
pelatihan
mempertimbangkan
fasilitas yang
memungkinkan untuk
proses pelatihan. Pelatihan
berlangsung selama
minimal 7 hari terdiri dari
kegiatan:
(a)Perjalanan datang dan
pulang.
(b)Pembukaan dan
penutupan.
(c)Belajar dan berlatih. 22
d) Pelatihan Kader Taruna
Melati Utama (TM U)
(1) Materi
al-Islam,
kemuhammadiyahan,
ke-IPM-an, filsafat dan
logika, ideologi-ideoligi
sosial, metodologi analisis
sosial, praktek sosial dan
22
8
muatan lokal (isue actual).
23
(2) Metode
pemanasan, ceramah dan
tanya jawab, diskusi
kelompok, bermain peran
(role play), simulasi (simulation), diskusi pleno, studi kasus, curah
pendapat
(brainstorming), ice breaker, workshop dan praktek lapangan.24
(3) Pelaksanaan
Pelatihan Kader Taruna
Melati Utama
dilaksanakan di tingkat
pimpinan wilayah terpilih
berdasarkan SK
penunjukan dari PP IPM.
Pemilihan lokasi atau
tempat pelatihan
mempertimbangkan
fasilitas yang
memungkinkan untuk
proses pelatihan. Lama
pelatihan tergantung dari
23
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.145.
24
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.149-150.
hasil proses need assessment Pelatihan Kader Taruna Melati
Utama. 25
2) Pengkaderan Formal
Pendukung meliputi:
a) Pelatihan Fasilitator dan
Pendampingan Tingkat I
(PFP I)
b) Pelatihan Fasilitator dan
Pendampingan Tingkat II
(PFP II)
3) Pelatihan Formal Pelengkap
Adalah model pelatihan dan
atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh IPM
dalam bentuk kursus-kursus
singkat sebagai pelengkap
dari pelatihan kader utama
dan pendukung. Jenis
pelatihannya disesuaikan
dengan hasil evaluasi pasca
pelatihan dan need asessment
(output).26
b. Pendidikan Kader non formal
25
Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Perkaderan IRM (Yogyakarta: LaPSI, 2004), hlm.151.
26
Pendidikan kader non formal
yaitu segala kegiatan di luar
perkaderan formal yang diikuti
oleh simpatisan dan atau
anggota yang dapat menunjang
proses kaderisasi.
Aspek-aspek perkaderan
non formal meliputi:
1) Melalui pendidikan atau
pelatihan.
misalnya: Pelatihan Motivator
Kelompok Ilmiah Remaja
(PMKIR).
2) Melalui aktifitas
METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dilihat dari sumber datanya,
maka penelitian ini termasuk field research (penelitian lapangan).
Adapun pendekatan dalam
penelitian ini dengan cara
pendekatan deskriptif kualitatif.
Tempat, Subyek dan Obyek Penelitian
Tempat
Penelitian ini mengambil
tempat di SMP Muhammadiyah 8
Surakarta.
Subyek
Adapun yang menjadi subyek
penelitian ini adalah siswa yang
menjadi anggota, pengurus dan
pembina Ikatan Pelajar
Muhammadiyah di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta.
Obyek
Adapun obyek penelitian
adalah pokok masalah yang menjadi
pertanyaan penelitian, yaitu model
pendidikan kader Ikatan Pelajar
Muhammadiyah di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun
2014.
Metode Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah
teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan pada
subyek penelitian, tetapi melalui
dokumen.
2. Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah
sebuah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab dengan
bertatap muka antara
pewawancara dengan responden
atau orang yang diwawancarai,
10
menggunakan pedoman (guide) wawancara.27
3. Metode Observasi
Observasi adalah teknik
pengumpulan data dengan cara
mengamati secara langsung
maupun tidak langsung tentang
hal-hal yang diamati dan
mencatatnya pada alat
observasi
Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data yang
terkumpul penulis menggunakan
metode deduktif yaitu perolehan data
yang besifat umum, kemudian diolah
untuk mendapat rincian yang bersifat
khusus. Umum yang dimaksud disini
adalah teori yang digunakan, dalam
hal ini adalah teori tentang
pengkaderan IPM. Sedangkan khusus
adalah data yang diperoleh di
lapangan. Adapun langkah-langkah
dalam menganalisis data adalah
sebagai berikut: pertama, setelah pengumpulan data selesai dilakukan
maka langkah selanjutnya adalah
reduksi data, yaitu menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan pengorganisasian sehingga
27 Burhan Bungin, Metodologi
Penelitian kuantitatif ( Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 136.
data terpilah-pilah. Kedua, data akan disajikan dalam bentuk narasi.
Ketiga, akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada data yang
telah dilakukan baik melalui
dokumentasi, wawancara dan
observasi bahwasanya model
pendidikan kader di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta
dilakukan dengan dua model, yaitu
model pendidikan kader formal dan
non formal. Hal ini dapat dilihat dari
teori perkaderan IPM.
Model pendidikan kader
IPM SMP Muhammadiyah 8
Surakarta adalah sebagai berikut:
A.Model Pendidikan Kader
1. Pendidikan Kader Formal
Di dalam perkaderan
formal ini terdiri dari beberapa
jenjang pertama: Pengkaderan
Formal Utama disebut
Pelatihan Kader Taruna Melati
(TM) yang meliputi: Pelatihan
Kader Taruna Melati 1 (TM I),
II (TM II), Pelatihan Kader
Taruna Melati III (TM III) dan
Pelatihan Kader Taruna Melati
Utama (TM U). Kedua:
pengkaderan Formal
Pendukung yang meliputi:
Pelatihan Fasilitator dan
Pendampingan Tingkat I (PFP
I) dan Pelatihan Fasilitator dan
Pendampingan Tingkat II (PFP
II). Ketiga: Pelatihan Formal
Pelengkap.
Sedangkan data di
lapangan Pendidikan kader
formal di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta
yang terlaksana baru pada
jenjang Pengkaderan Formal
Utama yaitu Pelatihan Kader
Taruna Melati 1 yang
dilaksanakan di SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta
Jl. Kerinci 16 Sekip Rt 08/VII
Kadipiro, Banjarsari Surakarta
pada tanggal 23-25 Desember
2013. Sedangkan jenjang
pengkaderan yang lain belum
terlaksanakan.
2. Pendidikan Kader Non Formal
Pendidikan kader non
formal ini dalam
penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan non formal hanya
sebagai pelengkap dan
spesialisasi yang merupakan
komponen tidak wajib atau
tidak tersruktur dalam
perkaderan. Pendidikan kader
non formal dapat dilaksanakan
melalui pendidikan atau
pelatihan dan aktifitas.
Pendidikan kader non
formal yang telah dilaksanakan
yaitu Sekolah Kader (SEKAD)
sebagai penunjang dari
pendidikan kader formal.
B. Materi
1. Pendidikan Kader Formal
Dalam sistem
perkaderan materi yang
dipakai adalah al-Islam,
kemuhammadiyahan,
ke-IPMan, psikologi remaja
aspek hati nurani, sosiologi
masyarakat dan muatan lokal.
Dalam Pelatihan
Kader Taruna Melati 1 ada
lima materi yaitu, ke-IPMan,
keIslaman,
kemuhammadiyahan,
kepemimpinan dan paradigma
12
dalam Pelatihan Kader Taruna
Melati I, sebagian besar
mengacu pada sistem
perkaderan IPM, namun juga
mengalami
perubahan-perubahan meski tidak terlalu
banyak. Pada sistem
perkaderan ada materi
psikologi remaja aspek hati
nurani, sosiologi masyarakat
dan muatan lokal, dalam
Pelatihan Kader Taruna Melati
I materi mengalami perubahan
dengan menyajikan materi
kepemimpinan dan paradigma
kritis.
2. Pendikan Kader Non Formal
Materi yang
disampaikan dalam Sekolah
Kader (SEKAD) adalah
mengulas materi yang pernah
disampaikan dalam Pelatihan
Kader Taruna Melati 1.
C.Metode
1. Pendidikan Kader Formal
Metode yang dipakai
dalam sistem perkaderan
adalah pemanasan, ceramah
dan tanya jawab, diskusi
kelompok, bermain peran
(role play), simulasi
(simulation), diskusi pleno, studi kasus, curah pendapat
(brainstorming), ice breaker
dan praktek lapangan.
Metode yang
diterapkan dalam Pelatihan
Kader Taruna Melati I
diantaranya: pemanasan,
ceramah dan tanya jawab,
diskusi kelompok, studi kasus,
curah pendapat
(Brainstorming) dan ice breaker.
Metode yang
digunakan dalam Pelatihan
Kader Taruna Melati I,
sebagian besar mengacu pada
sistem perkaderan IPM,
namum juga mengalami
perubahan-perubahan meski
tidak terlalu banyak. Pada
sistem perkaderan ada metode
bermain peran (role play), simulasi (simulation), diskusi pleno dan praktek lapangan.
Dalam Pelatihan Kader
Taruna Melati I metode yang
digunakan hanya, pemanasan,
ceramah dan tanya jawab,
diskusi kelompok, studi kasus,
(brainstorming) dan ice breaker.
2. Pendidikan Kader Non Formal
Metode yang digunakan
dalam Sekolah Kader
(SEKAD) untuk
menyampaikan materi yang
pernah disampaikan dalam
Pelatihan Kader Taruna Melati
1 adalah metode ceramah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan dan analisis data yang
telah diperoleh, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Model Pendidikan Kader.
Pendidikan kader yang
diterapkan adalah pendidikan
kader formal dan non formal.
Pendidikan kader formal di
SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
yang terlaksana baru pada jenjang
Pengkaderan Formal Utama yaitu
Pelatihan Kader Taruna Melati 1.
Sedangkan pendidikan kader non
formal yaitu Sekolah Kader
(SEKAD).
2. Materi Pendidikan Kader
Dalam pendidikan kader
formal Pelatihan Taruna Melati 1
materi yang sampaikan ada lima
materi yaitu, ke-IPMan,
keIslaman, kemuhammadiyahan,
kepemimpinan dan paradigma
ktitis.
Sedangkan dalam
pendidikan kader non formal
Sekolah Kader (SEKAD) materi
yang disampaikan adalah
mengulas materi yang pernah
disampaikan dalam Pelatihan
Kader Taruna Melati 1.
3. Metode Pendidikan Kader
Dalam pendidikan kader
formal Pelatihan Taruna Melati
1 metode yang digunakan yaitu
pemanasan, ceramah dan tanya
jawab, diskusi kelompok, studi
kasus, curah pendapat
(Brainstorming) dan ice breaker.
Dalam pendidikan kader
non formal Sekolah Kader
(SEKAD) metode yang
digunakan adalah metode
ceramah.
Saran
Berpijak dari kesimpulan di atas,
14
penulis sampaikan, diantaranya
yaitu:
1. Untuk IPM perlu adanya
evaluasi diri kenapa sistem
perkaderan yang terlaksana
baru pada jenjang perkaderan
formal utama.
2. Untuk peneliti selanjutnya,
perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai kenapa sistem
perkaderan yang terlaksana
baru pada jenjang perkaderan
formal utama.
DAFTAR PUSTAKA
Al Asy’ari, Deni. 2010. Selamatkan Muhammadiyah.: Agenda
Mendesak Warga
Muhammadiyah. Yogyakarta: Naufan Putaka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Bunging, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Pranada Media Group.
Hikmat. 2011. Manajemen
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Mardalis. 2006. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara.
Mu’arif dkk. 2004. Ber-Muhammadiyah Secara Kultural. Yogyakarta: PT. Surya Sarana Utama.
Nashir, Haedar. 2007. Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Malang : UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Putra, Nusa. 2011. Research & Development: Penelitian dan Pengembangan Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pimpinan Pusat IRM. 2004. Sistem Perkaderan IRM . Yogyakarta: LaPSI.
Pendidikan Berbasis Kemitraan. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Prenada Media Group.
Sukaca, Agus. 2010.
Mengembangkan Misi Muhammadiyah: Mewujudkan Masyarakat Islam Yang sebenar-Benarnya. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.