iv ABSTRAK
DAYA REPELEN MINYAK ATSIRI DAUN SELASIH (Ocimum basilicum L.), MINYAK KEDELAI (Glycine max) DAN KOMBINASI KEDUANYA
TERHADAP NYAMUK AEDES SP.
Maria K Kanina A, 2015. Pembimbing I : Prof., Dr. Susy Tjahjani,dr., M.Kes Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes
Kasus demam berdarah di Indonesia terus meningkat dan mengakibatkan kematian. Salah satu cara untuk menurunkan peningkatan kasus tersebut dengan menggunakan repelen sintetik yaitu DEET (N,N-Diethyl-meta-toluamide). DEET memiliki banyak efek samping sehingga perlu dicari repelen alami dari tumbuh-tumbuhan yang aman dan efektif salah satunya minyak kedelai / soybean oil dan daun selasih (Ocimum basilicum L.)
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kombinasi minyak atsiri daun selasih (Ocimum basillicum L.) dan minyak kedelai berfungsi sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes sp dan membandingkannya dengan DEET 12,5%
Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan yang bersifat komparatif. Penelitian ini menggunakan rancangan one side test model penelitian Joel Coats dan Chris Peterson. Metode ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Daya repelen yang diuji terdiri atas 5 kelompok (n=50, r=5) berturut-turut diberi perlakuan kelompok I (Akuades), II (DEET 12.5%), III (SBO 100%), IV (daun selasih), V (SBO 50%: selasih 50%) dengan masing – masing kelompok terdiri dari 50 ekor nyamuk Aedes sp.
Data yang dihitung adalah jumlah nyamuk yang melewati garis tengah setelah pemberian bahan uji selama 10 menit. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata –rata Tukey HSD dengan α = 0,01. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBO 100%, Selasih 100% dan SBO 50%: Selasih 50% dengan kontrol negatif memiliki perbedaan yang sangat signifikan, yaitu dengan nilai masing-masing p=0.000, serta selasih 100% dan SBO50%:selasih50% memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan pembanding (p=0.325 dan p=0.085)
Simpulan dari penelitian adalah soybean oil 100%, daun selasih 100% dan kombinasi keduanya dapat digunakan sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes sp. dan kombinasi soybean oil dan selasih memiliki potensi setara DEET 12.5%
Kata kunci : soybean oil, Ocimum basilicum, Aedes sp., repelen.
v ABSTRACT
REPELLENCY EFFECT OF BASIL LEAF ESSENTIAL OIL(Ocimum basilicum L.), SOYBEAN OIL (Glycine max) AND THEIR COMBINATION
AGAINTS AEDES SP.
Maria K Kanina A, 2015 ; 1st Adviser: Prof., Dr. Susy Tjahjani,dr., M.Kes 2st Adviser: Sijani Prahastuti, dr., M.Kes
Dengue Fever cases in Indonesia still increasing and causes many deaths. The way to decreased incidence cases of using a synthetic repellent is DEET (N,N-Diethyl-meta-toluamide). Unless DEET has many indications, so it must to be figured it out a natural repellent that from herbs which is safe and effective, one of them are soybean oil (SBO) and basil (Ocimum basilicum L.).
This research is concerning on combination of essential oil on basil (Ocimum basilicum L.) with soybean oil (SBO) function as repellent on mosquito and to compare with DEET 12,5%.
The design on real experimental prospective research which is comparative. The research makes use of one test side plan, Joel Coats’s and Chris Peterson’s research prototype. This method is using completely randomized design (CRD). The power of repellent which is experimented on consist of 5 group (n=50, r=5) is gradually given a treat to group I (aquades), II (DEET 12,5%), III (100% SBO), IV (100% Basil), V (50% SBO : 50% Basil) with every group consist of 50 mosquitos (Aedes sp.).
The data which is has been counted is amount of mosquito that cross along midline after giving a sample test about 10 minute. Data analysis is using direct-way ANAVA test continued on Tukey HSD with α= 0.01.
The result of this research showed that SBO 100%, Basil 100% and SBO 50%:Basil 50% have very significant difference compared with negative control (p=0.000). Whereas basil 100% and SBO 50%: Basil 50% were non significant compared to DEET 12,5% (p=0,325 and p=0,085).
It was concluded that SBO 100%, basil 100% and both combination SBO 50%:basil 50% have repellent effect to Aedes sp. and combination SBO 50%:basil 50% have the same effect as DEET 12,5%.
Keyword: soybean oil, Ocimum basilicum, Aedes sp., repellent
viii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ...iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1
1.2Identifikasi Masalah ...3
1.3Maksud dan Tujuan ...3
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ...4
1.5Kerangka Pemikiran ...4
1.6Hipotesis ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk secara umum ...6
2.2 Siklus hidup... 7
2.3 Nyamuk Aedes aegypti... 9
2.3.1 Taksonomi Aedes aegypti ...9
2.3.2 Telur Aedes aegypti ...10
ix
2.3.3 Larva Aedes aegypti ... 11
2.3.4 Pupa Aedes aegypti...12
2.3.5 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa... 13
2.4 Aedes sebagai vektor penyakit ... 14
2.4.1 Dengue Fever ... 14
2.4.1.1 Transmisi Penularan ... 15
2.4.1.2 Patogenesis Dengue Fever ... 15
2.4.1.3 Manifestasi Klinik ... 17
2.4.2 Chikungunya... 18
2.4.3 Yellow Fever/Demam Kuning... 19
2.4.4 Japanese Encephalitis... 20
2.5Stimuli yang Merangsang Nyamuk ... 21
2.6Pemberantasan Serangga ... 22
2.7Repelen Serangga ... 23
2.7.1 DEET... 23
2.7.1.1 Toksisitas DEET ...25
2.8Essential Oil ... 25
2.8.1 Minyak Kedelai (Glycine max.)... 27
2.8.2 Ocimum basilicum... 28
2.8.1.1 Manfaat Ocimum basilicum... 32
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan/Objek Penelitian ... 33
3.1.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 33
3.1.1.1 Alat yang digunakan ... 33
3.1.1.2 Bahan yang digunakan ... 33
3.1.2Objek Penelitian ... 33
3.1.3Lokasi ... 34
3.2Metode Penelitian ... 34
3.2.1Desain Penelitian ... 34
3.2.2Metode Penghitungan Sampel... 34
x
3.2.3Variabel Penelitian ... 35
3.2.3.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 35
3.2.3.2Definisi Operasional Variabel ... 35
3.2.4Persiapan Penelitian ... 36
3.2.4.1 Persiapan Hewan Coba ... 36
3.2.4.2Persiapan Bahan Uji ... 36
3.2.5Prosedur Kerja ... 37
3.2.6Metode Analisis ... 37
3.2.7Hipotesis Statistik ... 38
3.2.8Kriteria Uji ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...39
4.2 Pembahasan ...44
4.3 Uji Hipotesis ... 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 46
5.2 Saran ...46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN ... 52
RIWAYAT HIDUP...58
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Kimiawi beberapa Genus Ocimum sp...31
Tabel4.1Rerata Nyamuk yangBerpindah Setelah 10
Menit………... 39
Tabel 4.2 Rerata dan Persentase Jumlah Nyamuk yang Berpindah Setelah 10
Menit ………..………...40
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Varians Daya Repelen Minyak Atsiri Daun Selasih
(Ocimum basilicum L.),Soybean oil dan Kombinasi Keduanya
Terhadap Nyamuk Aedes
sp... 41
Tabel 4.4 Hasil ANAVA Nyamuk yang Berpindah...41
Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Rerata Tukey HSD Setelah 10 menit Untuk Rata – Rata
Jumlah Nyamuk yang Berpindah ke Sisi Berseberangan……... 42
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Morfologi Nyamuk Secara Umum ... 7
Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk ... 9
Gambar 2.3 Telur Aedes aegypti ...11
Gambar 2.4 Larva Aedes aegypti ... 12
Gambar 2.5 Pupa Aedes aegypti ...13
Gambar 2.6 Nyamuk dewasa Aedes aegypti ... 14
Gambar 2.7Manifestasi Infeksi Virus Demam Dengue... 18
Gambar 2.8Struktur Kimia DEET... 24
Gambar 2.9 Tanaman Kedelai / Glycine max... 28
Gambar 2.10 Tanaman Selasih (Ocimum basilicum) ... 30
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto-foto Penelitian... 51
Lampiran 2. Analisis Data ... 53
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor serangga dikenal sebagai
arthropodborne diseases atau sering disebut sebagai vektorborne disease.
Penyakit ini merupakan penyakit yang sering dan bersifat endemis maupun
epidemis dan dapat menimbulkan kematian (Chandra, 2007).
Serangga yang bersifat sebagai vektor yang kita ketahui adalah nyamuk. Salah
satu spesiesnya yaitu Aedes sp., yang berperan sebagai vektor penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus
(Arbovirosis). Aedes sp termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Demam
Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari
seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya (Achmadi et al, 2010).
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD
di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 orang meninggal
dunia. Angka tersebut lebih rendah daripada di tahun sebelumnya, yakni tahun
2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus
meninggal sebanyak 871 penderita (Kemkes, 2015).
Dengan meningkatnya penyebaran penyakit dengue yang disebabkan nyamuk
Aedes, salah cara yang digunakan masyarakat untuk mencegah cucukan nyamuk
yaitu pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras, menutup, mengubur
(3M). Keberhasilan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) antara lain
populasi nyamuk Aedes aegypti dapat dikendalikan sehingga penularan DBD
dapat dicegah atau dikurangi (Nuryanti, 2013).
Cara lain mencegah cucukan Aedes sp. dengan menggunakan repelen kimia
yaitu DEET (N,N-Diethyl-meta-toluamide). DEET bekerja dengan merusak sistem
penciuman nyamuk. Efek samping DEET dapat menyebabkan iritasi kulit, alergi
2
serta penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan neurotoxicity, mutagenity,
reproductive toxicity dan melalui aliran sistemik serta dikeluarkan melalui saluran
kemih (Debboun et al, 2007). Dengan demikian, diperlukan repelen alami yang
berasal dari tumbuhan atau buah-buahan.
Berbagai bahan kimia yang terdapat dalam tumbuhan juga dapat dimanfaatkan
untuk obat-obatan, insektisida, dan kosmetika. Bahan kimia tersebut bagi
tumbuhan itu sendiri berfungsi sebagai media interaksi antar sesama tumbuhan
maupun dengan makhluk hidup lain di sekitarnya. Senyawa tersebut antara lain
alelokimia. Senyawa alelokimia tersebut merupakan senyawa metabolit sekunder
yang banyak terdapat pada minyak atsiri (Ginting, 2012)
Minyak atsiri sudah banyak dimanfaatkan untuk pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT). Minyak atsiri tidak hanya sebagai penolak serangga
tetapi juga dapat bertindak sebagai pestisida mempunyai daya kerja kontak dan
fumigan pada beberapa serangga tertentu (Willis et al,2013)
Repelen yang berasal dari tumbuhan (pestisida nabati) dapat membunuh
serangga dengan cara spesifik, yaitu merusak perkembangan telur, larva dan pupa,
menghambat reproduksi serangga betina, memblokir kemampuan makan serangga
(Rosma, 2012) dan tidak menyebabkan efek samping pada pengguna repelen.
Contoh repelen herbal yang digunakan adalah minyak kedelai (soybean oil),
Eucalyptus sp., daun selasih (Ocimum basilicum), rosemary.
Selasih merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat, antara lain
sebagai obat pada manusia, pestisida nabati, penghasil minyak atsiri, sayuran, dan
minuman penyegar. Masyarakat banyak menggunakan tumbuhan selasih yang
memiliki efek untuk melancarkan peredaran darah, mengobati sariawan dan TBC
(Ginting, 2012).
Di Indonesia, selasih belum banyak dibudidayakan secara luas namun di
beberapa daerah Jawa Barat dan Balai Penelitian Tanaman Obat (Balitro) banyak
ditanam sebagai obat herbal manusia dan pengendali lalat buah dengan
memanfaatkan senyawa aromatiknya. Selain itu, sebagai atraktan (pemikat hama)
lalat buah Belimbing, Jambu biji yang dimulai sejak tahun 90-an, maupun
pengusir nyamuk Aedes aegypti. Selasih digunakan sebagai pengendali lalat buah
3
sehingga selasih dengan kandungan tinggi methyl eugenol sangat diperlukan
untuk mengusir serangga (Hadipoentyanti, 2008).
Tanaman selasih (Ocimum basilicum) diketahui mempunyai potensi sebagai
sumber bahan insektisida botani karena kandungan metabolit sekundernya, antara
lain eugenol, linalool, dan geraniol yang diketahui tidak disukai oleh nyamuk
(Istimuyasaroh, 2009).
Selain selasih, ada tanaman lain yang dapat digunakan sebagai repelen yaitu
minyak kedelai (soybean oil). Penelitian USDA (US Department of Aggriculture)
mengenai minyak kedelai (soybean oil) sebagai repelen dapat melindungi dari
cucukan nyamuk selama 5 sampai 8 jam (Cox, 2005).
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah pada penelitian ini
adalah:
1. Apakah minyak atsiri daun selasih (Ocimum basilicum), soybean oil dan
kombinasi keduanya memiliki efek sebagai repelen terhadap nyamuk
Aedes sp.
2. Bagaimana efektivitas kombinasi minyak atsiri daun selasih (Ocimum
basilicum) dengan minyak kedelai jika dibandingkan terhadap DEET
12,5%.
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud penelitan ini adalah untuk mengetahui apakah campuran minyak atsiri
daun selasih dengan minyak kedelai /soybean oil memiliki efek sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes sp.
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah campuran minyak atsiri daun
selasih (Ocimum basilicum) dan minyak kedelai berfungsi sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes sp, sehingga dapat menurunkan penyebaran penyakit
akibat nyamuk Aedes sp.
4 1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
- Manfaat akademik : memberikan informasi ilmiah dalam bidang
kesehatan mengenai daun selasih dan soybean oil yang memiliki efek
sebagai anti nyamuk alami.
- Manfaat praktik : agar masyarakat dapat menggunakan daun selasih
dan soybean oil sebagai anti nyamuk sehingga penyakit yang diperantarai
oleh nyamuk Aedes sp. dapat dicegah.
1.5 Kerangka Pemikiran
Tanaman selasih (Ocimum basilicum) mengandung beberapa bahan aktif
seperti eugenol, metil eugenol, ocimene, alfa pinene, encalyptole, linalool,
geraniol, methylchavicol, methylcinnamate, anetol, dan camphor. Bahan tersebut
banyak terkandung dalam daun selasih (Kardinan, 2003). Ocimum basilicum
merupakan kelompok penghasil eugenol yang memiliki efek pestisida
(Hadipoentyanti et al, 2008). Bahan aktif volatile seperti eugenol, linalool, dan
geraniol bekerja menghambat reseptor olfactory/ penciuman OR83b sehingga
menyebabkan nyamuk tidak menyebabkan nyamuk tidak ingin mendekat
(Istimuyasaroh et al, 2009).
Minyak kedelai / Soybean oil merupakan bahan yang terbuat dari kedelai dan
banyak terdapat dalam makanan. Minyak kedelai dapat menyamarkan bau-bau
yang khas seperti asam laktat, karbondioksida serta memiliki efek yang minimal
bagi manusia jika digunakan sebagai repelen (Cox, 2005).
Daun kemangi (Ocimum americanum) termasuk dalam genus yang sama
dengan daun selasih (Ocimum basilicum) memiliki efek setara terhadap DEET
12,5% apabila kombinasi dengan soybean oil (Prisilia, 2015).
DEET (N,N-Diethyl-meta-toluamide) adalah repelen sintetik yang banyak
dipakai untuk menurunkan angka penyebaran penyakit melalui nyamuk. DEET
bekerja dengan memblokir reseptor penciuman (OR83b) yang terdapat pada
antena dan rahang nyamuk (Maia et al, 2011).
5 1.6 Hipotesis
- Minyak atsiri daun selasih (Ocimum basilicum), soybean oil dan
kombinasi keduanya memiliki efek sebagai repelen terhadap nyamuk
Aedes sp.
- Kombinasi minyak atsiri daun selasih (Ocimum basilicum) dengan
soybean oil memiliki efek setara terhadap DEET 12,5%.
46 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
1. Minyak atsiri daun selasih (Ocimum basilicum), soybean oil dan
kombinasi keduanya memiliki efek sebagai repelen terhadap nyamuk
Aedes sp.
2. Kombinasi minyak atsiri daun selasih (Ocimum basilicum) dan soybean oil
memiliki efek setara dengan DEET 12,5%.
5.2Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan minyak atsiri
daun selasih dan soybean oil dengan konsentrasi yang berbeda
2. Penelitian dengan daun selasih dan soybean oil menggunakan uji klinis
3. Penelitian lanjutan dengan daun selasih dan soybean oil dalam sediaan
yang berbeda menggunakan lotion atau spray agar dapat diaplikasikan
4. Perlu dilakukan durasi kombinasi soybean oil dengan minyak atsiri daun
selasih sebagai repelen nyamuk
5. Penelitian lanjutan mengenai uji toksisitas daun selasih dan soybean oil
47
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2010. Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah. Buletin
Jendela Epidemiologi, 15-17.
Becker N, P. D. 2010. Biology of Mosquitoes. Mosquitoes and Their Control, 9-10; 16-7.
Bhasin, M. 2012. Ocimum- Taxonomy, Medicinal Potentialities and Economic Value of Essential oil. Journal of Biosphere, 49.
Brown HW. 1993. Dasar Parasitologi Klinik edisi ketiga. Jakarta: PT. Gramedia.
Campbell, C.J. 2009. Analyses of Essential and Edible Oils, and Constituens Therein, as Candidate Repelens For The Yellow fever Mosquito Aedes
aegypti L. (Diptera: Culicidae) . In the Department of Biological Sciences ,
6-11.
Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan . Aspirator vol 2 No.2, 110-119.
Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Cox, C. 2005. DEET. Journal Of Pesticide Reform, Vol. 25, No. 3.
Cox, C. 2005. Plant-Based Mosquito Repelens: Making a Careful Choice. Journal
of Pesticide Reform , 6-7..
Debboun, M., Frances, S.P., Strickman, D.A. (Eds.). 2007. Insect Repelens
Principles, Methods and Uses (1st ed.). CRC Press Taylor & Francis
Group,LLC.
Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. 2010. Yellow fever Vaccine . Morbidity and Mortality Weekly
Report , 1-6.
Dewi, T.S., Suprapti, E., Daryanti. 2012. Efektivitas Senyawa Aktif Daun Selasih Sebagai Pengendali Aphid Spp. . AGRINEÇA, 164-165.
Dickens, J.C., Bohbot, J.D. 2013. Mode of Action of Mosquito Repelen. Pesticide
Biochemistry and Physiology, 1-6.
48
Faiman, R., Anderson,R.R, Duneau, D., Harrington, L.C. 2011. Mosquito Biology for The Homeowner. Cornell University Agricultural Experiment Station, 3-6.
Farindira R. 2015. Extract Basil (Ocimum basilicum) as of Mosquito Aedes
aegypti Repelen. Journal of Health, Medicine and Nursing, 88-91.
Fradin, M.S., Day, J.F. 2002. Comparative Efficacy of Insect Repelens Againts Mosquito Bites. Insect Repelens and Mosquito Bites , 13-17.
Gandahusada S. Ilahude HD. Pribadi W. 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI.
Ginting, B. 2012. Antifungal Activity of Essential oils Some Plants In Aceh Province Againts Candida albican. Jurnal Natural, Vol. 12, No. 2.
Govindarajan, M., & Sivakumar , R. 2012. Repelen Properties of Cardiospermum
halicacabum Linn. (Family: Sapindaceae) Plant Leaf Extracts Against
Three Important Vektor Mosquitoes. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine.
Guerdan, B. R. 2010. Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic Fever . American
Journal of Clinical Medicine, 51-52.
Hadinegoro, S. R. 2012. The Revised WHO Dengue Case Classification: Does the System Need to be Modified?. Pediatrics and International Child Health , 33-35
Hadipoentyanti E, Wahyuni S. 2008. Keragaman Selasih (Ocimum Spp.)
Berdasarkan Karakter Morfologi, Produksi dan Mutu Herba . Jurnal Littri
14(4) , 141-148.
Heilman, J.M., Wolff, J.D., Beards, G.M., Basden, B.J. 2014. Dengue Fever: a Wikipedia clinical review . Open Medicine, 105-108.
Integrated Taxonomic System.,
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&searc h_value=32627
Integrated Txonomic Information System. 2011. Glycine max
Ismawan B. 2012. 100 Plus Herbal Indonesia. Jakarta, Depok: PT. Trubus Swadaya.
49
Istimuyasaroh, Hadi, M., & Tarwotjo, U. 2009. Mortalitas dan Pertumbuhan
Larva Nyamuk Anopheles aconitus kerena Pemberian Ekstrak Daun
Selasih Oscimum basilicum. 59-63.
Kardinan A. 2003. Selasih: Tanaman Keramat Multimanfaat. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka.
Kardinan A. 2007. Potensi Selasih Sebagai Repelen Terhadap Nyamuk Aedes
aegypti. Jurnal Littri 13(2). 39-42
Kemkes, 2015. Peningkatan Kasus Demam Berdarah.,
http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html., Januari 8th , 2015.
Kalita, B., Bora, S., Sharma, A.K. 2013. Plant Essentials Oils as Mosquito Repelen . International Journal of Research and Development in
Pharmacy and Life Sciences , 744.
Koul, O., Walia, S., Dhaliwal, G.S. 2008. Essential oils as Green Pesticides: Potential and Constraints. Insect Biopesticide Research Centre, 63-74.
Maia, M.F., & Moore, S.J. 2011. Plant-based Insect Repelens: a Review of Their Efficacy, Development and Testing.
Management of Dengue Infection in Adult. 2010. Clinical Practice Guideline, 3-10.
Martono B, Hadipoentyanti E, Udarno L. 2000. Plasma Nutfah Insektisida Nabati.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat , 55.
Marwat, S.K., Rehman, F.U., Khan, M.S., Ghulam, S., Anwar, N., Mustafa, G., Usman, K. 2011. Phytochemical Constituents and Pharmacological Activities of Sweet Basil-Ocimum basilicum L. (Lamiaceae). Asian
Journal of Chemistry, 2-3.
McMeniman, C.J., Corfas, R.A., Matthews, B.J., Flitchie, S.A., Vosshall, L.B. 2014. Multimodal Integration of Carbon Dioxide and Other Sensory Cues Drives Mosquito Attraction to Humans. Cell, 1060-1069.
Minnesota Pollution Control Agency, 2013. Mosquito.,
http://www.pca.state.mn.us/index.php/living-green/living-green-citizen/for-kids/creature-feature/mosquito.html., September 24th , 2013.
50
Müller, G.C., Junnila, A., Butler, J., Kravchenko, V.D., Revay, E.E., Weiss, R.W., Schlein, Y. 2009. Efficacy of The Botanical Repelens Geraniol, Linalool, and Citronella Against Mosquitoes . Journal of Vektor Ecology , 2-8.
Nuryanti, E. 2013. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk di Masyarakat.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 16-22.
Paudi, F. (2014). Manfaat dan Khasiat Daun Selasih & Bedanya dengan Daun Kemangi. Manfaat Tanaman, 1.
Peterson, C. J. (2001). Insect repelens of natural origin: catnip and osage orange . 105-7.
Prisilia, E.S. 2015. Daya Repelen Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum
americanum L.), soybean oil dan Kombinasi Keduanya Terhadap Nyamuk Aedes
sp, 38
Pusat Studi Biofarmaka. 2014. Sehat Alami dengan Herbal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rosma S.S, 2012. Pestisida Nabati.,
http://herbisidablog.blogspot.co.id/2012/11/pestisida-nabati.html., November 16th , 2012
Rueda, L. M. 2004. Pictorial Keys for the Identification of Mosquitoes (Diptera:
Culicidae) Associated with Dengue Virus Transmission . New Zealand:
Magnolia Press.
Sitio, A. 2008. Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kebiasaan Keluarga Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2008 . 7-12.
Soedarto. 1972. Atlas Entomologi Kedokteran. Jakarta: ECG.
Soedarto. 1995. Entomologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sutjipto, Sugiarso, S., Soerahso, Sihotang H. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid 2, 321
Willis, M., Wiratno, Wahyuno , D. 2013. Efektivitas Mulsa Limbah Tanaman
Atsiri dan Pestisida Nabati Mengendalikan Serangan Crocidolomia
binotalis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 112.
World Health Organization. 2006. Guidelines for Prevention and Control of Japanese Encephalitis. National Institute of Communicable Diseases, 1-3.
51
World Health Organization . 2008. Guidelines on Clinical Management of Chikungunya Fever. World Health Organization Regional Office of South
East Asia, 3-5.
World Health Organization .2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. World Health
Organization, Regional Office for South-East Asia., 17-25.
World Health Organization Geneva. 1997. Dengue Haemorrhagic Fever Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. WHO Library Cataloguing
in Publication Data, 10-15.
Zettel C, Kaufman P. 2013. Yellow fever Mosquito Aedes aegypti (Linnaeus) (Insecta: Diptera: Culicidae). Entomology and Nematology Department, 1-5.