• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE ) DAN STAD DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG KUBU TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE ) DAN STAD DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG KUBU TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-

PAIR-SHARE DENGAN TIPE STAD PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII MTS

TELADAN UJUNG KUBU T.A 2012/2013

Oleh : Laila Sitta NIM 409411024

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share ) dan STAD di Kelas VII MTs Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. WL, Sihombing M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini sejak rencana penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak. Drs KMS, Amin Fauzi M.Pd., Bapak Drs. Yasifati Hia M..Si dan ibu Dra.Katrina Samosir M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd sebagai Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis. Ucapan terimah kasih juga buat Bapak Amrin S.Pd dan Ibu Suhaiba, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Guru Matematika MTs Teladan Ujung Kubu yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian juga buat Bapak Ismail S.Pd selaku guru olahraga di MTs Teladan Ujung Kubu yang banyak membantu dalam penelitian ini

(4)

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaik penulis (Nafitri, Neni faknowi, Inur sapiongot, Khadijah Humairah, Vira, Suri dan Oki cabi) serta teman-teman di Keluarga Besar Matematika DIK B 2009. Penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada adik-adik kos (Rama, Yana, Pitri, dan Mariatun )yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2013 Penulis,

(5)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TPS (Think-Pair-Share ) DAN STAD PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG KUBU

TAHUN AJARAN 2012/2013

Laila Sitta (NIM. 409411024) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD pada materi aritmatika sosial di kelas VII MTs Teladan Ujung kubu Tahun Ajaran 2012/2013

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Teladan Ujung kubu Tahun Ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VIIA sebanyak 35 orang dan kelas VII C sebanyak 35 orang. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan test pilihan berganda yaitu untuk melihat hasil belajar siswa. Sebelum tes ini ditetapkan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu diujicobakan yakni dikelas V11 B MTs Teladan Ujung Kubu untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel v

Daftar Bagan vi

Daftar Gambar vii

Daftar Diagram viii

Daftar Lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 9

1.7 Defenisi Operasional 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11

2.1 Kerangka Teoritis 11

2.1.1 Pengertian Belajar 11

2.1.2 Pembelajaran Matematika 12

2.1.3 Hasil Belajar 15

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif 16

(7)

2.1.7 Materi Pembelajaran Aritmatika Sosial 26

2.2 Kerangka Konseptual 31

2.3 Hipotesis 33

BAB III METODE PENELITIAN 34

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 34

3.2 Populasi dan Sampel 34

3.2.1 Populasi 34

3.2.2 Sampel 34

3.3 Variabel Penelitian 34

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 35

3.5 Prosedur Penelitian 36

3.6 Instrumen Pengumpul Data 39

3.6.1 Tes 39

3.6.1.1 Validitas Tes 39

3.6.1.2 Reliabilitas Tes 40

3.6.1.3 Indeks (Tingkat) Kesukaran 41 3.6.1.4 Daya Beda Soal (Indeks Diskriminan) 41

3.6.2 Tabulasi Data Nilai 43

3.7 Tekhnik Analisis Data 45

3.7.1 Hasil Belajar 46

3.7.1.1 Menghitung Rata-Rata Skor 46 3.7.1.2 Menghitung Standar Deviasi 46

3.7.1.3 Uji Normalitas 46

3.7.1.4 Uji Homogenitas 47

3.7.1.5 Pengujian Hipotesis 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(8)

4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol 55 4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 57

4.2.1 Uji Normalitas Data 57

4.2.2 Uji Homogenitas 59

4.2.3 Pengujian Hipotesis 60

4.2.3.1 Hasil Belajar 60

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 60

4.4 Temuan Penelitian 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 64

5.1 Kesimpulan 64

5.2 Saran 65

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

[image:9.595.69.523.83.669.2]
(10)

DAFTAR BAGAN

Halaman

(11)

ii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP TPS (Think-Pair-Share) 68

Lampiran 2. RPP STAD 87

Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa (TPS) 106 Lampiran 4. Alternatif Jawaban LAS (TPS) 110 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (STAD) 115 Lampiran 6. Alternatif Jawaban LAS (STAD) 123 Lampiran 7. Tabulasi Validasi Pre-Test 131 Lampiran 8. Tabulasi Realibilitas Pre-Test 133 Lampiran 9. Tabulasi Menghitung Tingkat Kesukaran Pretest 134 Lampiran 10. Tabulasi Uji Daya Beda Pretest 135 Lampiran 11. Perhitungan Validitas Pretest 137 Lampiran 12. Perhitungan Reabilitas Pretest 139 Lampiran 13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Pretest 141. Lampiran 14. Perhitungan Daya Beda Pretest 142 Lampiran 15. Tabulasi Validitas Postest 143 Lampiran 16. Tabulasi Reabilitas Postest 145 Lampiran 17. Tabulasi Tingkat Kesukaran Postes 146 Lampiran 18. Tabulasi Daya Beda Postest 147 Lampiran 19. Perhitungan Validitas Postest 149 Lampiran 20. Perhitungan Reabilitas Postest 151 Lampiran 21. Perhitungan Tingkat Kesukaran Postest 153 Lampiran 22. Perhitungan Tingka Daya Beda Postest 154 Lampiran 23. Analisis Kisi Pretest 155

Lampiran 24. Soal-Soal Pretest 156

Lampiran 25. Kunci Jawaban Pretest 158 Lampiran 26 . Analisis Kisi-Kisi Postest 159

(12)

iii

Lampiran 28 . Kunci Jawaban Postest 160

Lampiran 29. Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 202 Lampiran 30 Tabulasi Data postest Kelas Eksperimen dan Kontrol 205 Lampiran 31 . Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 207 Lampiran 32. Perhitungan Mencari Rata-rata, Varians, dan Standar Deviasi

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Matematika adalah mata pelajaran yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Matematika tidak hanya mampu melatih kemampuan berhitung, tetapi juga mampu melatih cara berpikir kritis, menganalisa masalah, mengevaluasi hingga akhirnya mampu memecahkan suatu permasalahan. Menurut Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman, 2003:252) menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.

Sejalan dengan hal tersebut di atas Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003:253) mengemukakan bahwa :

”Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan

(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan

budaya.”

Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Kenyataannya yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika tersebut dikemukakan oleh Suharyanto (http://www.smu-net.com) yang mengatakan :

”Mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa tidak lulus UAN. Di semua peserta yang tidak lulus, sebanyak 24,44 persen akibat jatuh dalam pelajaran matematika, sebanyak 7,9 persen akibat mata pelajaran bahasa inggris dan 0,46 persen akibat mata pelajaran

bahasa indonesia”

Sama halnya seperti yang diungkapkan Sriyanto (2007:17)

”Depdiknas merilis bahwa pada tahun 2005 sekitar 815.527 siswa tingkat

(14)

Sementara menurut data yang di rilis Depdiknas pada tahun 2006 sekitar 9% siswa SMA gagal dalam ujian nasional ”

Rendahnya hasil belajar tersebut juga dapat disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam matematika yang dipandang merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal, oleh karena itu guru harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari matematika sedangkan faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran matematika seperti dikatakan oleh Nurhayati (http//www depdiknas go.id)

”Banyak faktor yang menentukan rendahnya hasil belajar matematika

siswa salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru dikelas kenyataannya menunjukkkan selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang

bersifat konvensional dan banyak didominasi guru ”

Senada dengan hal tersebut, kondisi pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru, Soedjadi menyatakan bahwa (1) Pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah pendekatan konvensional, yakni, ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas (2) Strategi pembelajaran lebih didominasi oleh upaya untuk menyelesaikan materi pembelajaran dan kurang adanya upaya guru terjadi proses dalam diri siswa untuk mencerna materi secara aktif dan kontruktif. Hal ini juga seperti dikatakan oleh Lie (2008:3)

”Paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa

yang pasif. Banyak guru menganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya

alternatif. Mereka mengajari dengan metode ceramah, dan mengharapkan

siswa duduk, diam, dengar atau hafal”

(15)

soal. Terus bagaimana dengan materi aritmatika sosial ini apakah mudah dipahami siswa, ibu itu juga mengatakan berdasarkan kelas sesudahnya materi aritmatika sosial ini mudah dipahami, tetapi hanya dasar-dasarnya saja yang dapat dipahami siswa itupun kalau dikasi rumus, tetapi mengenai bunga tabungan, persen, diskon dan memberi pengertian tentang istilah-istilah aritmatika sosial sangat sulit sekali

Hal ini terbukti dari hasil tes diagnostik yang diberikan peneliti kepada siswa pada materi aritmatika sosial sebanyak 4 soal hasilnya sangatlah tidak memuaskan walaupun materi aritmatika sosial itu materi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi dari 25 orang siswa yang diberikan tes hanya 5 orang siswa yang dapat mendefenisikan harga jual, harga beli dengan baik dan hanya 2 orang siswa yang dapat mendefenisikan pada saat kapan pedagang itu dikatakan untung, pada saat kapan pedagang itu dikatakan rugi, mengenai pengertian bruto, neto dari 25 siswa tidak satu pun yang menjawab benar pengertian bruto mereka buat pengertian neto dan pengertian neto mereka buat pengertian bruto, mengenai rabat dari 25 siswa hanya 2 orang siswa yang menjawab benar , mengenai besar bunga tabungan tidak satu pun yang dapat menjawab benar, sehingga dari 4 soal yang diberikan hanya 50 persen yang bisa terjawab itupun untuk 10 orang siswa selebihnya dibawah 50% dan ada yang tidak menjawab sama sekali padahal materi ini telah dipelajari pada waktu dikelas VII dan materi ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar matematika siswa

(16)

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Sumiati (2007:25-26) :

”Faktor internal adalah faktor yang ada pada diri sendiri meliputi kemampuan dasar, baik kemampuan dasar umum (kecerdasan), maupun kemampuan dasar khusus (bakat), kesiapan untuk melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran, minat untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya, dan kemampuan atau motivasi untuk belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri meliputi semua upaya yang dilakukan oleh guru, baik dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan dan dorongan untuk terjadinya proses belajar.”

Secara umum, faktor yang paling berpengaruh terhadap rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa adalah kurang kreatifnya guru sebagai pendidik dalam melakukan kegiatan pembelajaran, seperti penggunaan model pembelajaran ataupun metode pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa merasa bosan dan kurang menarik sehingga merasa malas untuk mengikuti pembelajaran. Proses pembelajaran juga dilakukan secara monoton, sehingga yang terjadi hanyalah penyampaian materi secara satu arah (guru kepada siswa). Hal tersebut juga menjadikan suasana belajar vakum (pasif) dan tidak adanya interaksi sesama siswa, bahkan siswa kepada guru. Sejalan dengan Sumiati (2007:31) yang menyatakan bahwa siswa melakukan proses belajar secara aktif, berarti melakukan upaya sendiri dalam memperoleh pengalaman belajar. Kenyataan yang sering dijumpai dalam proses pembelajaran, siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru.

(17)

Model pembelajaran yang tepat digunakan agar siswa lebih aktif dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Zulhaini dkk (2012:72) :

“Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar siswa lewat proses diskusi. Sehingga pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar siswa.”

Sejalan dengan apa yang dikatakan Trianto (2011:59) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang saling bekerja sama

Ada beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif , dalam hal ini peneliti membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan tipe STAD (Student Team Achievement Division) dalam menyampaikan pembelajaran karena kedua model ini sama-sama dapat membuat siswa aktif dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2009:81) menyatakan bahwa :

“TPS (Think-Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS juga merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”.

(18)

mendorong semangat belajar untuk sama-sama berhasil, dan juga aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana sehingga sangat mudah untuk diterapkan.

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011:213) bahwa: “Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua

anggota kelompok bisa menguasai pelajaran tersebut”.

Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang

STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menciptakan interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan guru sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menuntut keikutsertaan siswa secara aktif dalam diskusi kelompok yang memungkinkan siswa lebih memahami konsep matematika yang abstrak.

Alasan lain yang mendasari peneliti membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD adalah karena kedua model tersebut memiliki perbedaan jumlah anggota dalam satu kelompok dan karena ditemukannya beberapa penelitian yang relevan mengenai peningkatan hasil belajar dari model pembelajaran tersebut.

Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Zaka Syahrial Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS Untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada sub pokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat “ Pada

(19)

t0,95(24)=4,28),maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada subpokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat dikelas 1X SMP Swasta Ar-rahman Medan T.A.2010/2011

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Herfina Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun datar dikelas VII SMP Negeri 10 Medan T.A

2009/2010 diperoleh “ Pada siklus 1 yaitu pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, terdapat 20 orang siswa atau 50% telah mencapai ketuntasan belajar dan 20 orang siswa atau 50% yang belum mencapai ketuntasan. Hasil analisis setelah diberi tindakan pada siklus II, yaitu pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat 87,5% telah mencapai ketuntasan belajar.. Sehingga dari analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa. Karena keduanya mampu meningkatkan hasil belajar

siswa, maka penulis tertarik ingin melihat bagaimana perbedaan nilai hasil belajar

matematika siswa jika model pembelajaran kooperatif tipe TPS

(Think-Pair-Share) dan STAD (Student Team Achievement Division) dibandingkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD sehingga peneliti mengambil judul “PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think-Pair-Share) DAN STAD (Student Teams Achievement Division) PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG

(20)

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi aritmatika social di MTS Teladan Ujung Kubu .

2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih kurang aktif, sehingga situasi kelas terlihat vakum.

3. Siswa kurang tertarik belajar matematika karena mereka menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. 4. Model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih bersifat

teacher centered.

1.3Batasan masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar penelitian ini terarah dan dapat dilaksanakan maka peneliti membatasi masalah Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013

1.4Rumusan Masalah

(21)

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievement Division) pada materi arimatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan aritmatika social

2. Bagi guru sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam melibatkan siswa didalamnya sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dimasa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti lain yang berminat meneliti hal yang sama atau melanjutkan penelitian ini dengan cakupan yang lebih luas, baik tentang masalah yang diteliti maupun tentang subjek penelitian. 6. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan

(22)

1.7Defenisi Operasional

Adapun yang menjadi defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa adalah nilai matematika yang diperoleh siswa melalui tes evaluasi setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan.

2. Pembelajaran tipe TPS (Think-Pair-Share) adalah adalah suatu pembelajaran saling bertukar pikiran secara berpasangan atau diskusi secara berpasangan sehingga memberikan siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain..

(23)

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

(24)

55

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share ) ataupun STAD sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe (Think-Pair-Share ) ataupun kooperatif tipe STAD sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.

3. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arifin, Z., (2011), Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosda Karya, Bandung. Arikunto, S., (2005), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Arul, La., (2009), Matematika dan Peradaban Dunia, http://laarul.blogspot.com. Diakses tanggal 20 Januari 2013.

Dimyati dan Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA UNIMED.

Ganis, (2010), Masalah Pendidikan di Indonesia, http://ganis.student.umm.ac.id/. Diakses tanggal 20 Januari 2013.

Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung..

Ibrahim, (2000), Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII1 SMP Negeri 1 Batuatas pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT,

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses tanggal 20 Januari 2013

Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Jakarta.

Nurhadi, dkk., (2003), Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban , UM Press, Malang.. Nurharani, Dewi (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya, Pusat Perbukuan. Jakarta. Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

Rajawali Pers, Jakarta

Sriyanto, (2007), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Sardiman, A.M., (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung..

(26)

Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Teori dan Aplikasinya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Susan, H., (2012), Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Standar Kompetensi Sistem Rem Dengan Menggunakan Media Animasi Macromedia Flash Pada Siswa Kelas XI TSM Di SMK Taman Siswa Tebing Tinggi T.A 2011/2012, FT UNIMED, Medan.

Tampomas, H. (2010), Matematika Plus SMP Kelas VII Semester Pertama, Yudistira, Jakarta.

Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui pengaruh metode latihan soal- soal dalam pembelajaran akuntansi keuangan terhadap prestasi belajar siswa, (2)

Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan Visual Branding Grup Band “Holy Spirit”. Adapun permasalahan yang dikaji adalah merancang promosi “Holy Spirit” agar lebih di

Pada pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah komunikasi melalui

[r]

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “……maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

pandangan yang sama mengenai smartphone, yaitu sebagai media. komunikasi, pencari informasi, hiburan, dan untuk eksistensi diri